بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN
Tamat
Jemaat
Muslim Ahmadiyah adalah
Ansharullāh
(Penolong Allah) Akhir Zaman
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam bagian akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan bahwa hanya dalam waktu 23
tahun saja, Nabi Besar Muhammad saw. telah mampu menciptakan revolusi akhlak dan ruhani di kalangan bangsa Arab
jahiliyah yang berada dalam kesesatan yang nyata (QS.62:3-5) berubah
menjadi “manusia-manusia malaikat” yang disebut “khayrul ummah” (umat terbaik – QS.2:144; QS.3:111).
Setelah selama 1000 tahun masa kemunduran
umat Islam (QS.17:86-89; QS.32:6) – sejak 3 abad masa kejayaannya yang
pertama -- maka sesuai janji Allah Swt., di Akhir
Zaman ini salah seorang pengikut
sempurna Nabi Besar Muhammad saw. – yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s. -- karena
beliau benar-benar telah fana
(tenggelam) dalam kecintaan kepada
Allah Swt. dan Nabi Besar Muhammad saw. (QS.3:32; QS.4:70-71) maka ia pun – seperti halnya majikannya, Nabi Besar Muhammad saw. --
telah berada di dalam kobaran “api Tauhid Ilahi”, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ بَعَثَ فِی
الۡاُمِّیّٖنَ رَسُوۡلًا
مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ
وَ یُزَکِّیۡہِمۡ وَ یُعَلِّمُہُمُ
الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾ وَّ
اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا
بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿۳﴾ ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ
یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ ذُو الۡفَضۡلِ
الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Dia-lah Yang
telah membangkitkan di kalangan bangsa
yang buta huruf seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka
Tanda-tanda-Nya, mensucikan mereka,
dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan
Hikmah walaupun sebelumnya mereka
berada dalam kesesatan yang nyata, Dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara me-reka, yang
belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha
Bijaksana. Itulah karunia
Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa
yang Dia kehendaki. Dan Allah
mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah [62]:3-5).
Makna lain “Akhirat”
Pengutusan kedua kali Nabi Besar Muhammad
saw. secara ruhani di Akhir Zaman dalam
wujud Akhir Zaman – yang sekali gus
juga merupakan kedatangan kedua kali para rasul
Allah yang ditunggu-tunggu oleh semua
umat beragama (QS.77:2-12) – pada hakikatnya menggenapi persamaan antara Bani Israil dan Bani Isma’il
(umat Islam) dalam segi kebaikannya,
sebagaimana sabda Nabi Besar Muhammad saw. bahwa keadaan umat Islam dengan umat sebelumnya (Bani Israil atau Yahudi dan
Nasrani) akan seperti persamaan sepasang
sepatu.
Yakni sebagaimana halnya pengutusan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. merupakan “akhirat” atau ākharīna bagi Bani Israil yang hidup di masa Nabi Musa
a.s., demikian pula halnya kedatangan misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58) di
kalangan Bani Isma’il (umat Islam)
merupakan “akhirat” atau ākharīn bagi Bani Isma’il (umat Islam) yang hidup di zaman Nabi Besar Muhammad
saw., sehingga genaplah jumlah “4 burung ruhani” Nabi Ibrahim a.s.
(QS.2:261), yakni “2 burung” dari kalangan Bani
Israill (Nabi Musa a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.), dan “2 burung” dari
kalangan Bani Isma’il (Nabi yang seperti Musa a.s. – QS.46:11; dan Nabi yang seperti Isa Ibnu Maryam a.s. – QS.43:58).
Jadi, kembali kepada pokok pembahasan dalam
Surah Yā Sīn sebelum ini mengenai penolakan orang-orang kafir terhadap adanya kehidupan (kebangkitan) di alam
akhirat setelah manusia mengalami kematian
di dunia, firman-Nya:
اَوَ لَمۡ یَرَ الۡاِنۡسَانُ اَنَّا
خَلَقۡنٰہُ مِنۡ نُّطۡفَۃٍ فَاِذَا
ہُوَ خَصِیۡمٌ مُّبِیۡنٌ ﴿۷۷﴾ وَ ضَرَبَ لَنَا مَثَلًا وَّ نَسِیَ
خَلۡقَہٗ ؕ قَالَ مَنۡ یُّحۡیِ الۡعِظَامَ
وَ ہِیَ رَمِیۡمٌ ﴿۷۸﴾ قُلۡ یُحۡیِیۡہَا الَّذِیۡۤ اَنۡشَاَہَاۤ
اَوَّلَ مَرَّۃٍ ؕ وَ ہُوَ
بِکُلِّ خَلۡقٍ عَلِیۡمُۨ ﴿ۙ۷۹﴾ الَّذِیۡ جَعَلَ لَکُمۡ مِّنَ الشَّجَرِ الۡاَخۡضَرِ
نَارًا فَاِذَاۤ اَنۡتُمۡ مِّنۡہُ تُوۡقِدُوۡنَ ﴿۸۰﴾
Apakah
manusia tidak melihat bahwasanya Kami
telah menciptakan dia dari setetes air mani lalu tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata? Dan ia mengemukakan perumpamaan
mengenai Kami dan ia melupakan
penciptaan dirinya sendiri, ia berkata: ”Siapakah yang akan menghidupkan tulang itu setelah hancur-luluh?”
Katakanlah: “Dia-lah Yang
menghidupkannya, Yang menciptakannya
pertama kali, dan Dia Maha Mengetahui keadaan setiap makhluk, Dia Yang telah menjadikan bagi kamu api dari pohon yang hijau itu, lalu lihatlah darinya kamu menyalakan api. (Yā
Sīn [36]:78-81).
Terhadap penolakan mereka tersebut
selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai kekuasaan-Nya untuk menciptakan “makhluk lain” yang seperti mereka, yang
dalam segi akhlak dan ruhaninya jauh lebih sempurna daripada mereka yang
menolak adanya kebangkitan ruhani baru
tersebut, firman-Nya:
اَوَ لَیۡسَ الَّذِیۡ خَلَقَ
السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ بِقٰدِرٍ عَلٰۤی
اَنۡ یَّخۡلُقَ مِثۡلَہُمۡ ؕ
بَلٰی ٭ وَ ہُوَ الۡخَلّٰقُ الۡعَلِیۡمُ ﴿﴾
اِنَّمَاۤ
اَمۡرُہٗۤ اِذَاۤ اَرَادَ
شَیۡئًا اَنۡ یَّقُوۡلَ لَہٗ
کُنۡ فَیَکُوۡنُ ﴿﴾
فَسُبۡحٰنَ الَّذِیۡ بِیَدِہٖ مَلَکُوۡتُ کُلِّ شَیۡءٍ
وَّ اِلَیۡہِ تُرۡجَعُوۡنَ ﴿٪﴾
Tidakkah Dia Yang telah menciptakan seluruh langit dan
bumi itu berkuasa menciptakan lagi
makhluk seperti mereka itu?” Ya, Dia
berkuasa! Dan Dia sungguh Maha
Pencipta, Maha Tahu. Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berfirman
mengenai itu: “Jadilah” maka jadilah ia. Maka Maha Suci Dia Yang di Tangan-Nya kekuasaan
atas segala sesuatu, dan kepada
Dia-lah kamu semua akan dikembalikan. (Yā Sīn [36]:82-84).
Makna “Kun Fayakun”
&
“Kaum Jahiliyah Arabia” Berubah
Menjadi “Umat Terbaik”
Di mana jua pun dalam Al-Quran dipergunakan
ungkapan “Apabila Dia menghendaki sesuatu, Dia hanya berfirman mengenai itu:
“Jadilah” maka jadilah ia,” maka yang diisyaratkan itu senantiasa mengenai terjadinya suatu peristiwa luar biasa pentingnya,
terutama mengenai terjadinya revolusi
besar di bidang akhlak dan ruhani dengan perantaraan seorang mushlih rabbani (pembaharu dari Tuhan),
bukan seperti trik-trik perbuatan “tukang sulap” yang “menciptakan burung” dari saputangan sambil
mengucapkan simsalabim! atau “ adakadabra!
Dalam
ayat yang sedang dibahas ini pun diisyaratkan tentang perubahan besar yang dilaksanakan oleh Nabi Besar Muhammad saw. – baik di masa pengutusan beliau saw. yang pertama
dan di masa pengutusan beliau saw. yang kedua kali di Akhir Zaman, melalui pecinta hakiki beliau saw., Mirza Ghulam Ahmad a.s. -- bagaimana pun hebatnya penentangan dan kezaliman
yang dihadapi, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ بَعَثَ فِی
الۡاُمِّیّٖنَ رَسُوۡلًا
مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ
وَ یُزَکِّیۡہِمۡ وَ یُعَلِّمُہُمُ
الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾ وَّ
اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا
بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿۳﴾ ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ
ؕ وَ اللّٰہُ ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ
﴿﴾
Dia-lah Yang
telah membangkitkan di kalangan bangsa
yang buta huruf seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka
Tanda-tanda-Nya, mensucikan mereka,
dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan
Hikmah walaupun sebelumnya mereka
berada dalam kesesatan yang nyata, dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang
belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha
Bijaksana. Itulah karunia
Allah, Dia menganugerahkannya
kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan
Allah mempunyai karunia yang besar.
(Al-Jumu’ah
[62]:3-5).
Dengan
demikian terjawablah keraguan para
penentang Nabi Besar Muhammad saw.
mengenai akan terciptanya “khalqun
jadid” (makhluk baru), baik di masa Nabi Besar Muhammad saw. (misal Nabi
Musa a.s. – QS.46:11) maupun di Akhir
Zaman, melalui kedatangan misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
(QS.43:58), yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s.,
firman-Nya:
وَ قَالُوۡۤاءَ اِذَا کُنَّا عِظَامًا
وَّ رُفَاتًاءَ اِنَّا لَمَبۡعُوۡثُوۡنَ خَلۡقًا جَدِیۡدًا ﴿ ﴾ قُلۡ
کُوۡنُوۡا حِجَارَۃً اَوۡ
حَدِیۡدًا ﴿ۙ ﴾ اَوۡ خَلۡقًا
مِّمَّا یَکۡبُرُ فِیۡ صُدُوۡرِکُمۡ ۚ فَسَیَقُوۡلُوۡنَ مَنۡ یُّعِیۡدُنَا ؕ قُلِ
الَّذِیۡ فَطَرَکُمۡ اَوَّلَ مَرَّۃٍ ۚ
فَسَیُنۡغِضُوۡنَ اِلَیۡکَ رُءُوۡسَہُمۡ وَ یَقُوۡلُوۡنَ مَتٰی ہُوَ ؕ قُلۡ
عَسٰۤی اَنۡ یَّکُوۡنَ
قَرِیۡبًا ﴿ ﴾ یَوۡمَ
یَدۡعُوۡکُمۡ فَتَسۡتَجِیۡبُوۡنَ بِحَمۡدِہٖ وَ تَظُنُّوۡنَ
اِنۡ لَّبِثۡتُمۡ اِلَّا
قَلِیۡلًا ﴿٪ ﴾
Dan mereka
berkata: ”Apakah apabila kami telah menjadi
tulang-belulang dan benda yang hancur, apakah kami benar-benar akan di-bangkitkan kembali sebagai makhluk yang
baru?” Katakanlah: “Jadilah kamu batu atau besi,
atau makhluk yang nampak-nya terkeras dalam pikiran kamu, kamu pasti akan dibangkitkan
lagi.” Maka pasti mereka
akan mengatakan: “Siapakah yang akan menghidupkan kami kembali?” Katakanlah: “Dia Yang telah menjadikan kamu pertama kali.”
Maka pasti mereka akan menggelengkan
kepalanya terhadap engkau dan berkata: ”Kapankah itu akan terjadi?” Katakanlah: “Boleh jadi itu dekat. Yaitu pada hari ketika Dia memanggil
kamu lalu kamu menyambut dengan
memuji-Nya dan kamu akan beranggapan bahwa kamu
tidak tinggal di dunia kecuali hanya sebentar.” (Bani
Israil [17]:50:53).
Kalimat “Katakanlah: “Jadilah kamu batu atau besi, atau makhluk
yang nampak-nya terkeras dalam pikiran kamu, kamu pasti akan
dibangkitkan lagi” dapat dianggap ditujukan kepada orang-orang
kafir, bahwa meskipun seandainya hati mereka menjadi keras seperti besi atau batu atau suatu benda lain semacam
itu yang lebih keras lagi, namun
demikian Allah Swt. akan menimbulkan di antara mereka perubahan segar yang kedatangannya Dia takdirkan melalui Nabi Besar Muhammad saw. (QS.57:17-18), sehingga bangsa Arab yang disebut kaum jahiliyah, yang berada dalam kesesatan yang nyata (QS.62:3-5), hanya dalam waktu 23 tahun saja telah berubah
menjadi “manusia-manusia malaikat”
yang disebut “khayrul ummah” (umat
terbaik – QS.2:144; QS.3:111).
Atau dapat pula diartikan menjawab keragu-raguan
mereka mengenai hari kebangkitan,
seperti disebutkan dalam ayat sebelumnya, seraya berkata kepada mereka, bahwa
mereka tidak dapat menghindarkan diri dari azab
Ilahi, seandainya mereka akan berubah menjadi besi atau batu atau suatu
benda keras yang lain.
“Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.”
Akhir Zaman &
“Hawariyyīn” Akhir Zaman
Dalam rangka memperingatkan umat Islam di Akhir
Zaman mengenai akan terajdinya revolusi
ruhani melalui pengutusan misal
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
(QS.43:58) itulah Allah Swt. telah memperingatkan mereka agar tidak bersikap buruk
seperti para pemuka agama Yahudi
terhadap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israil,
melainkan harus bersikap baik seperti para hawariyyin
yang menyambut seruan Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s., firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا کُوۡنُوۡۤا اَنۡصَارَ اللّٰہِ کَمَا قَالَ عِیۡسَی
ابۡنُ مَرۡیَمَ لِلۡحَوَارِیّٖنَ
مَنۡ اَنۡصَارِیۡۤ اِلَی اللّٰہِ ؕ قَالَ الۡحَوَارِیُّوۡنَ
نَحۡنُ اَنۡصَارُ اللّٰہِ فَاٰمَنَتۡ طَّآئِفَۃٌ مِّنۡۢ
بَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ وَ
کَفَرَتۡ طَّآئِفَۃٌ ۚ فَاَیَّدۡنَا
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا عَلٰی
عَدُوِّہِمۡ فَاَصۡبَحُوۡا ظٰہِرِیۡنَ ﴿٪ ﴾
Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong-penolong Allah sebagaimana Isa ibnu Maryam berkata kepada pengikut-pengikutnya,
“Siapakah penolong-pe-nolongku di jalan
Allah?” Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: “Ka-milah penolong-penolong Allah.” Maka segolongan dari Bani Israil beriman sedangkan segolongan lagi kafir, kemudian Kami membantu orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka
lalu mereka menjadi orang-orang yang menang. (Al-Shaf
[61]:15).
Dari ketiga golongan agama di antara kaum Yahudi, yang terhadap mereka Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. menyampaikan tablighnya – kaum Parisi, kaum Saduki, dan
kaum Essenes – Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s. termasuk golongan terakhir sebelum beliau diutus sebagai rasul Allah.
Kaum Essenes adalah kaum yang sangat
bertakwa, hidup jauh dari kesibukan dan keramaian dunia, dan melewatkan waktu
mereka dalam berzikir dan berdoa, dan berbakti kepada sesama
manusia. Dari kaum inilah berasal bagian besar dari para pengikut beliau di
masa permulaan (“The Dead Sea
Community,” oleh Kurt Schubert, dan “The Crucifixion by an Eye-Witness”). Mereka disebut “Para Penolong” (Ansharullāh) oleh Eusephus.
Perniagaan Ruhani &
Ansharullāh (Penolong Allah)
Kata-kata penutup Surah Al-Shaf ini sungguh sarat dengan nubuatan. Sepanjang zaman para pengikut
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. telah menikmati kekuatan
dan kekuasaan atas musuh abadi mereka
– kaum Yahudi. Mereka yang
memuliakan Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s. telah menegakkan dan memerintah kerajaan-kerajaan
luas dan perkasa, sedang kaum Yahudi tetap merupakan kaum yang cerai-berai sehingga mendapat julukan “the Wandering Jew” (“Yahudi
Pengembara”).
Keadaan yang dialami oleh kaum Yahudi dan
Nasrani tersebut di Akhir Zaman ini
akan kembali terulang di kalangan Bani
Isma’il (umat Islam) -- yang adalah
merupakan saudara dari Bani Israil – melalui pengutusan Al-Masih
Mau’ud a.s. atau misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58),
yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s., Pendiri Jemaat Ahmadiyah, sebab umat Islam dari kalangan Jemaat
Ahmadiyah itulah yang telah melaksanakan perintah Allah Swt. dalam firman-Nya sebelum ini untuk menjadi Ansharullāh
(para penolong Allah) dalam rangka mewujudkan kejayaan Islam yang kedua
melalui pengutusan Rasul Akhir
Zaman dari kalangan umat Islam (QS.QS.61: 10), firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا کُوۡنُوۡۤا اَنۡصَارَ اللّٰہِ کَمَا قَالَ عِیۡسَی
ابۡنُ مَرۡیَمَ لِلۡحَوَارِیّٖنَ مَنۡ اَنۡصَارِیۡۤ
اِلَی اللّٰہِ ؕ قَالَ الۡحَوَارِیُّوۡنَ نَحۡنُ اَنۡصَارُ اللّٰہِ فَاٰمَنَتۡ طَّآئِفَۃٌ مِّنۡۢ
بَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ وَ
کَفَرَتۡ طَّآئِفَۃٌ ۚ فَاَیَّدۡنَا
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا عَلٰی
عَدُوِّہِمۡ فَاَصۡبَحُوۡا ظٰہِرِیۡنَ ﴿٪ ﴾
Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong-penolong Allah sebagaimana Isa ibnu Maryam berkata kepada pengikut-pengikutnya,
“Siapakah penolong-penolongku di jalan
Allah?” Pengikut-pengikut yang setia (hawariyyin) itu berkata: “Kamilah penolong-penolong Allah.” Maka segolongan dari Bani Israil beriman sedangkan segolongan lagi kafir, kemudian Kami membantu orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka
lalu mereka menjadi orang-orang yang menang. (Al-Shaf
[61]:15).
Untuk tujuan mensukseskan perjuangan suci tersebut dalam ayat-ayat sebelumnya Allah Swt.
telah menawarkan kepada orang-orang
yang beriman suatu “perdagangan” yang
dapat menyelamatkan mereka dari “azab yang pedih”, termasuk di dalamnya harus beriman kepada rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan Allah Swt. dan Nabi Besar
Muhammad saw. kepada mereka, firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡا ہَلۡ اَدُلُّکُمۡ عَلٰی تِجَارَۃٍ تُنۡجِیۡکُمۡ مِّنۡ عَذَابٍ اَلِیۡمٍ ﴿﴾ تُؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰہِ
وَ رَسُوۡلِہٖ وَ تُجَاہِدُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ بِاَمۡوَالِکُمۡ وَ اَنۡفُسِکُمۡ ؕ
ذٰلِکُمۡ خَیۡرٌ لَّکُمۡ
اِنۡ کُنۡتُمۡ تَعۡلَمُوۡنَ ﴿ۙ﴾ یَغۡفِرۡ لَکُمۡ ذُنُوۡبَکُمۡ وَ یُدۡخِلۡکُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ
مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ وَ مَسٰکِنَ
طَیِّبَۃً فِیۡ جَنّٰتِ عَدۡنٍ ؕ ذٰلِکَ الۡفَوۡزُ الۡعَظِیۡمُ
﴿ۙ﴾ وَ اُخۡرٰی
تُحِبُّوۡنَہَا ؕ نَصۡرٌ مِّنَ اللّٰہِ وَ
فَتۡحٌ قَرِیۡبٌ ؕ وَ بَشِّرِ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, maukah Aku tunjukkan kepada kamu suatu perdagangan yang akan menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?
Kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan kamu berjihad di jalan Allah dengan hartamu dan jiwamu. Yang
demikian itu lebih baik bagi kamu jika
kamu mengetahui. Dia akan mengampuni
dosa-dosa kamu, dan Dia akan
memasukkan kamu ke kebun-kebun yang di
bawahnya mengalir sungai-sungai, dan ke
tempat-tempat tinggal suci lagi menyenangkan di dalam surga yang kekal, itulah kemenangan yang besar. Dan ada lagi karunia lain yang kamu
mencintainya, yaitu pertolongan
dari Allah dan kemenangan yang dekat.
Makaberilah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman. (Al-Shaf
[61]:11-15).
Jemaat Muslim Ahmadiyah adalah
Ansharullāh Akhir Zaman
Ayat ini agaknya mengisyaratkan juga kepada zaman Al-Masih Mau’ud a.s. , ketika perniagaan dan perdagangan akan berkembang dengan subur dan akan ada perlombaan
gila mencari keuntungan dalam perniagaan dalam bidang duniawi, yang telah
membuat manusia melupakan persiapannya yang memadai untuk menyongsong kehidupan yang sebenarnya di alam akhirat. Dan “tawaran.”
Allah Swt. tersebut telah dilaksanakan oleh umat Islam di kalangan Jemaat Ahmadiyah yang telah beriman kepada Rasul Akhir Zaman atau Al-Masih Mau’ud a.s. sebagaimana firman Allah Swt. selanjutnya:
Allah Swt. tersebut telah dilaksanakan oleh umat Islam di kalangan Jemaat Ahmadiyah yang telah beriman kepada Rasul Akhir Zaman atau Al-Masih Mau’ud a.s. sebagaimana firman Allah Swt. selanjutnya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا کُوۡنُوۡۤا اَنۡصَارَ اللّٰہِ کَمَا قَالَ عِیۡسَی
ابۡنُ مَرۡیَمَ لِلۡحَوَارِیّٖنَ
مَنۡ اَنۡصَارِیۡۤ اِلَی اللّٰہِ ؕ قَالَ الۡحَوَارِیُّوۡنَ
نَحۡنُ اَنۡصَارُ اللّٰہِ فَاٰمَنَتۡ طَّآئِفَۃٌ مِّنۡۢ
بَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ وَ
کَفَرَتۡ طَّآئِفَۃٌ ۚ فَاَیَّدۡنَا
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا عَلٰی
عَدُوِّہِمۡ فَاَصۡبَحُوۡا ظٰہِرِیۡنَ ﴿٪ ﴾
Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong-penolong Allah sebagaimana Isa ibnu Maryam berkata kepada pengikut-pengikutnya,
“Siapakah penolong-penolongku di jalan
Allah?” Pengikut-pengikut yang setia (hawariyyin) itu berkata: “Kamilah penolong-penolong Allah.” Maka segolongan dari Bani Israil beriman sedangkan segolongan lagi kafir, kemudian Kami membantu orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka
lalu mereka menjadi orang-orang yang menang. (Al-Shaf
[61]:15).
Mereka
yang menyambut Al-Masih Akhir Zaman sebagai Ansharullāh
(para penolong Allah) itulah yang permohonan
doanya dalam Surah Al-Fatihah dikabulkan Allah Swt. – yakni “tunjukkanlah kami jalan yang lurus, yaitu
jalan orang-orang yang telah Engkau beri
nikmat atas mereka”, dan mereka itulah yang benar-benar terhindar dari doa lanjutannya: “Bukan mereka yang dimurkai dan bukan pula mereka yang sesat”
(QS.1:7), karena mendustakan dan menentang Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan kepada mereka, seperti yang
dilakukan oleh orang-orang Yahudi
(QS.2:88-90).
Misal Al-Masih
Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58) atau “burung”
Nabi Ibrahim a.s. yang keempat (QS.2:261), atau “laki-laki yang berlari-lari dari bagian terjauh kota itu”
(QS.36:14-33) – yakni Mirza Ghulam Ahmad
a.s., Pendiri Jemaat Ahmadiyah – adalah Rasul
Akhir Zaman yang ditunggu-tunggu kedatangannya oleh semua umat beragama dengan nama-nama
yang berbeda-beda padahal merujuk kepada orang yang sama, sebagaimana sabda
Nabi Besar Muhammad saw. menjelaskan tentang sosok Isa Al-Masih Akhir Zaman a.s. dan Imam
Mahdi a.s.: Lā mahdiy illā ‘Isa – tidak
ada Mahdi kecuali Isa”, artinya adalah bahwa Imam Mahdi a.s. dan Isa Ibnu
Maryam Akhir Zaman adalah orangnya
sama.
Hakikat Kedatangan Kedua Kali Para Rasul Allah
Itulah sebabnya sebagaimana halnya dalam
pribadi Nabi Besar Muhammad saw. terkumpul sifat-sifat
utama dari para Rasul Allah
sebelumnya dalam kadar yang paling sempurna, demikian pula dalam pribadi Al-Masih Akhir Zaman pun selain
merupakan kedatangan kedua kali secara
ruhani Nabi Besar Muhammad saw. (QS.62:3-4), juga merupakan kedatangan kedua kali secara ruhani
para Rasul Allah yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh semua umat beragama (QS.77:1-20).
Karena itu orang-orang yang mendustakan dan menentang Nabi Besar Muhammad saw. dan Al-Masih Akhir Zaman berarti mereka itu menentang seluruh rasul Allah, mengisyaratkan kepada kenyataan
itulah firman Allah Swt. mengenai pentingnya beriman kepada seluruh rasul
Allah, tanpa membeda-bedakannya,
firman-Nya:
اٰمَنَ الرَّسُوۡلُ بِمَاۤ اُنۡزِلَ اِلَیۡہِ مِنۡ رَّبِّہٖ وَ الۡمُؤۡمِنُوۡنَ ؕ کُلٌّ اٰمَنَ بِاللّٰہِ وَ مَلٰٓئِکَتِہٖ وَ کُتُبِہٖ وَ رُسُلِہٖ ۟ لَا نُفَرِّقُ بَیۡنَ اَحَدٍ مِّنۡ رُّسُلِہٖ ۟ وَ قَالُوۡا سَمِعۡنَا وَ اَطَعۡنَا ٭۫ غُفۡرَانَکَ رَبَّنَا وَ اِلَیۡکَ الۡمَصِیۡرُ ﴿﴾
Rasul ini beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya dari
Tuhan-nya, dan begitu pula
orang-orang beriman, semuanya beriman
kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, dan Rasul-rasul-Nya, mereka berkata: ”Kami tidak membeda-bedakan
seorang pun dari antara Rasul-rasul-Nya”, dan mereka berkata: “Kami telah mendengar dan kami taat. Kami
mohon ampunan Engkau, ya Tuhan kami, dan kepada Engkau-lah kami
kembali (Al-Baqarah [2]:285).
Amal-amal baik memang merupakan cara utama
untuk mencapai kesucian ruhani,
tetapi amal-amal baik itu bersumber pada kesucian
hati yang dapat dicapai hanya dengan berpegang
pada itikad-itikad yang benar. Dari itu, ayat ini merinci dasar-dasar kepercayaan yang telah
diajarkan oleh Al-Quran, yaitu beriman kepada Allah Swt., Malaikat-malaikat-Nya,
Kitab-kitab-Nya dan Rasul-rasul-Nya menurut urutan atau
tertib yang wajar.
Menurut Allah Swt., jangankan mendustakan dan menentang salah seorang rasul
Allah, sekali pun mengambil “jalan aman” – yakni tidak beriman kepada rasul Allah yang kedatangan dijanjikan
dan tidak mendustakannya – maka kedua sikap
buruk tersebut akan melemparkan mereka menjadi golongan “maghdūbi ‘alaihim” (yang dimurkai) dan “dhāllīn” (yang sesat), firman-Nya:
اِنَّ الَّذِیۡنَ یَکۡفُرُوۡنَ بِاللّٰہِ وَ رُسُلِہٖ وَ یُرِیۡدُوۡنَ اَنۡ
یُّفَرِّقُوۡا بَیۡنَ اللّٰہِ وَ رُسُلِہٖ وَ یَقُوۡلُوۡنَ نُؤۡمِنُ بِبَعۡضٍ وَّ
نَکۡفُرُ بِبَعۡضٍ ۙ وَّ یُرِیۡدُوۡنَ اَنۡ یَّتَّخِذُوۡا بَیۡنَ ذٰلِکَ سَبِیۡلًا ﴿﴾ۙ اُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡکٰفِرُوۡنَ حَقًّا ۚ
وَ اَعۡتَدۡنَا لِلۡکٰفِرِیۡنَ عَذَابًا مُّہِیۡنًا ﴿﴾ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا بِاللّٰہِ وَ رُسُلِہٖ وَ
لَمۡ یُفَرِّقُوۡا بَیۡنَ اَحَدٍ مِّنۡہُمۡ اُولٰٓئِکَ سَوۡفَ یُؤۡتِیۡہِمۡ
اُجُوۡرَہُمۡ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ غَفُوۡرًا رَّحِیۡمًا ﴿﴾٪
Sesungguhnya
orang-orang yang kafir kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya, dan mereka
ingin mem-beda-bedakan antara Allāh dan Rasul-rasul-Nya, mereka mengatakan: “Kami beriman kepada sebagian dan
kafir kepada sebagian lain”
serta mereka ingin mengambil jalan tengah di antara hal demikian itu,
Mereka itulah orang-orang yang sebenar-benarnya kafir, dan Kami telah menyediakan bagi orang-orang kafir azab yang menghinakan. Dan orang-orang yang ber-iman kepada
Allah dan Rasul-rasul-Nya serta tidak
membedakan seorang pun di antara mereka, kepada mereka inilah Allah segera akan memberikan ganjaran mereka, dan Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Al-Nisā [4]:151-153).
Ayat 151 berarti bahwa mereka menerima Tuhan dan menolak nabi-nabi-Nya; atau menerima
beberapa nabi dan menolak yang
lainnya; atau menerima beberapa dakwa seorang seorang nabi dan menolak dakwa lainnya. Keimanan sejati
nampak dari penyerahan diri seutuhnya
dengan menerima Tuhan dan semua rasul-Nya
beserta segala dakwa mereka. Tak
diizinkan mengambil jalan tengah di
antara hal demikian itu.
Dengan mengucapkan Alhamdulillāhi Rabbil ‘ālamīn,
penulis akhiri pembahasan
khazana-khazanah ruhani Surah Yā
Sīn yang merupakan “jantung” Al-Quran, semoga
bermanfaat bagi para pencari kebenaran
di Akhir Zaman ini.
TAMAT
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam
Farid
***
“Pajajaran Anyar”, 5 November 2012
Ki Langlang Buana Kusuma