Minggu, 04 November 2012

Jemaat Muslim Ahmadiyah adalah "Ansharullah" (Penolong Allah) Akhir Zaman





بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


  SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN


Tamat
    
Jemaat Muslim Ahmadiyah adalah
Ansharullāh (Penolong Allah) Akhir Zaman

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


Dalam   bagian akhir Bab   sebelumnya  telah dikemukakan bahwa hanya dalam waktu 23 tahun saja, Nabi Besar Muhammad saw. telah mampu menciptakan revolusi akhlak dan ruhani di kalangan bangsa Arab jahiliyah  yang berada dalam kesesatan yang nyata (QS.62:3-5) berubah menjadi   manusia-manusia malaikat” yang disebut “khayrul ummah” (umat terbaik – QS.2:144; QS.3:111).
      Setelah selama 1000 tahun masa kemunduran umat Islam (QS.17:86-89; QS.32:6) – sejak 3 abad masa kejayaannya yang pertama --   maka sesuai janji Allah Swt.,  di Akhir Zaman ini salah seorang pengikut sempurna Nabi Besar Muhammad saw. – yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s. --  karena  beliau benar-benar telah fana (tenggelam) dalam kecintaan kepada Allah Swt. dan Nabi Besar Muhammad saw. (QS.3:32; QS.4:70-71)  maka ia pun – seperti halnya majikannya, Nabi Besar Muhammad saw. -- telah  berada di dalam kobaran “api Tauhid Ilahi”, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾       وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿۳﴾  ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾ 
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf  seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyataDan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara me-reka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.   Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah [62]:3-5).

Makna lain “Akhirat”

       Pengutusan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw.  secara ruhani di Akhir Zaman dalam wujud Akhir Zaman – yang sekali gus juga merupakan kedatangan kedua kali  para rasul Allah yang ditunggu-tunggu oleh semua umat beragama (QS.77:2-12) – pada hakikatnya menggenapi persamaan antara Bani Israil dan Bani Isma’il (umat Islam) dalam segi kebaikannya, sebagaimana sabda Nabi Besar Muhammad saw. bahwa keadaan umat Islam dengan umat sebelumnya (Bani Israil atau Yahudi dan Nasrani) akan seperti persamaan sepasang sepatu.
         Yakni sebagaimana halnya pengutusan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. merupakan “akhirat” atau ākharīna   bagi Bani Israil yang hidup di masa Nabi Musa a.s., demikian pula halnya kedatangan misal  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58) di kalangan Bani Isma’il (umat Islam) merupakan “akhirat”  atau ākharīn bagi Bani Isma’il (umat Islam) yang hidup di zaman Nabi Besar Muhammad saw., sehingga genaplah  jumlah “4 burung ruhani” Nabi Ibrahim a.s. (QS.2:261), yakni “2 burung” dari kalangan Bani Israill (Nabi Musa a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.), dan “2 burung” dari kalangan Bani Isma’il (Nabi yang seperti Musa a.s. – QS.46:11;  dan Nabi yang seperti Isa Ibnu Maryam a.s. – QS.43:58).
       Jadi, kembali kepada pokok pembahasan dalam Surah Yā Sīn sebelum ini mengenai penolakan orang-orang kafir   terhadap adanya kehidupan (kebangkitan) di alam akhirat setelah manusia mengalami kematian di dunia, firman-Nya:
اَوَ لَمۡ یَرَ الۡاِنۡسَانُ  اَنَّا خَلَقۡنٰہُ مِنۡ نُّطۡفَۃٍ  فَاِذَا ہُوَ  خَصِیۡمٌ  مُّبِیۡنٌ ﴿۷۷﴾   وَ ضَرَبَ لَنَا مَثَلًا وَّ نَسِیَ خَلۡقَہٗ ؕ قَالَ مَنۡ  یُّحۡیِ  الۡعِظَامَ  وَ  ہِیَ  رَمِیۡمٌ ﴿۷۸﴾   قُلۡ یُحۡیِیۡہَا الَّذِیۡۤ  اَنۡشَاَہَاۤ  اَوَّلَ  مَرَّۃٍ ؕ وَ  ہُوَ  بِکُلِّ  خَلۡقٍ عَلِیۡمُۨ  ﴿ۙ۷۹﴾  الَّذِیۡ جَعَلَ لَکُمۡ مِّنَ الشَّجَرِ الۡاَخۡضَرِ نَارًا  فَاِذَاۤ  اَنۡتُمۡ مِّنۡہُ  تُوۡقِدُوۡنَ ﴿۸۰﴾
Apakah manusia tidak melihat bahwasanya Kami telah menciptakan dia dari setetes air mani lalu tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata? Dan ia mengemukakan  perumpamaan mengenai Kami dan ia melupakan penciptaan dirinya sendiri, ia berkata:  Siapakah yang akan menghidupkan tulang itu setelah hancur-luluh?” Katakanlah: “Dia-lah Yang menghidupkannya, Yang menciptakannya pertama kali, dan Dia Maha Mengetahui keadaan setiap makhluk,   Dia Yang telah menjadikan bagi kamu api dari pohon yang hijau itu, lalu lihatlah darinya kamu menyalakan api. (Yā Sīn [36]:78-81).
       Terhadap penolakan mereka tersebut selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai kekuasaan-Nya untuk menciptakan “makhluk lain” yang seperti mereka, yang dalam    segi akhlak dan ruhaninya  jauh lebih sempurna daripada mereka yang menolak adanya kebangkitan ruhani baru tersebut, firman-Nya:
اَوَ لَیۡسَ الَّذِیۡ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ بِقٰدِرٍ عَلٰۤی  اَنۡ  یَّخۡلُقَ مِثۡلَہُمۡ ؕ؃ بَلٰی ٭ وَ ہُوَ  الۡخَلّٰقُ  الۡعَلِیۡمُ ﴿﴾   اِنَّمَاۤ  اَمۡرُہٗۤ   اِذَاۤ   اَرَادَ  شَیۡئًا اَنۡ یَّقُوۡلَ  لَہٗ کُنۡ  فَیَکُوۡنُ ﴿﴾   فَسُبۡحٰنَ الَّذِیۡ بِیَدِہٖ مَلَکُوۡتُ کُلِّ شَیۡءٍ وَّ اِلَیۡہِ  تُرۡجَعُوۡنَ ﴿٪﴾
Tidakkah Dia Yang telah menciptakan seluruh langit dan bumi itu berkuasa menciptakan lagi makhluk seperti mereka itu?” Ya, Dia berkuasa! Dan Dia sungguh Maha Pencipta, Maha Tahu.  Sesungguhnya perintah-Nya  apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berfirman mengenai itu: “Jadilah” maka jadilah ia. Maka Maha Suci Dia Yang di Tangan-Nya  kekuasaan  atas segala sesuatu, dan kepada Dia-lah kamu semua akan dikembalikan. (Yā Sīn [36]:82-84).

Makna “Kun Fayakun” &
Kaum Jahiliyah Arabia  Berubah  Menjadi “Umat Terbaik

   Di mana jua pun dalam Al-Quran dipergunakan ungkapan “Apabila Dia menghendaki sesuatu, Dia hanya berfirman mengenai itu: “Jadilah” maka jadilah ia,” maka yang diisyaratkan itu  senantiasa mengenai terjadinya suatu peristiwa luar biasa pentingnya, terutama mengenai terjadinya revolusi besar di bidang akhlak dan ruhani dengan perantaraan seorang mushlih rabbani (pembaharu dari Tuhan), bukan seperti trik-trik perbuatan  “tukang sulap” yang “menciptakan  burung” dari saputangan sambil mengucapkan  simsalabim!  atau “ adakadabra!
        Dalam ayat yang sedang dibahas ini pun diisyaratkan tentang perubahan besar yang dilaksanakan oleh  Nabi Besar Muhammad saw. –  baik di masa pengutusan beliau saw. yang pertama dan di masa pengutusan beliau saw. yang kedua kali di Akhir Zaman, melalui pecinta hakiki beliau saw.,  Mirza Ghulam Ahmad a.s. --  bagaimana pun hebatnya penentangan dan kezaliman yang dihadapi,  firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾       وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿۳﴾  ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾ 
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf  seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata, dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.   Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah [62]:3-5).
         Dengan demikian terjawablah keraguan para penentang Nabi Besar Muhammad saw.  mengenai  akan terciptanya  khalqun jadid” (makhluk baru), baik di masa Nabi Besar Muhammad saw. (misal Nabi Musa a.s. – QS.46:11) maupun di Akhir Zaman,  melalui kedatangan misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58), yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s.,   firman-Nya:
وَ قَالُوۡۤاءَ اِذَا کُنَّا عِظَامًا  وَّ  رُفَاتًاءَ اِنَّا  لَمَبۡعُوۡثُوۡنَ  خَلۡقًا جَدِیۡدًا ﴿ ﴾   قُلۡ  کُوۡنُوۡا  حِجَارَۃً   اَوۡ  حَدِیۡدًا ﴿ۙ ﴾  اَوۡ خَلۡقًا مِّمَّا یَکۡبُرُ فِیۡ صُدُوۡرِکُمۡ ۚ فَسَیَقُوۡلُوۡنَ مَنۡ یُّعِیۡدُنَا ؕ قُلِ الَّذِیۡ فَطَرَکُمۡ   اَوَّلَ مَرَّۃٍ ۚ فَسَیُنۡغِضُوۡنَ اِلَیۡکَ رُءُوۡسَہُمۡ وَ یَقُوۡلُوۡنَ مَتٰی ہُوَ ؕ  قُلۡ  عَسٰۤی  اَنۡ  یَّکُوۡنَ  قَرِیۡبًا ﴿ ﴾   یَوۡمَ  یَدۡعُوۡکُمۡ فَتَسۡتَجِیۡبُوۡنَ بِحَمۡدِہٖ وَ  تَظُنُّوۡنَ   اِنۡ   لَّبِثۡتُمۡ   اِلَّا   قَلِیۡلًا  ﴿٪ ﴾
Dan mereka berkata:  Apakah apabila kami telah menjadi tulang-belulang dan benda yang hancur, apakah kami benar-benar akan di-bangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru?”  Katakanlah: “Jadilah kamu batu atau besi,   atau makhluk yang nampak-nya terkeras  dalam pikiran kamu, kamu pasti akan dibangkitkan lagi.”  Maka pasti mereka akan mengatakan:  Siapakah yang akan menghidupkan kami kembali?” Katakanlah: “Dia Yang telah menjadikan kamu pertama kali.” Maka pasti mereka akan menggelengkan kepalanya terhadap engkau dan berkata: Kapankah itu akan terjadi?” Katakanlah: “Boleh jadi itu dekat.  Yaitu pada hari ketika Dia   memanggil kamu lalu kamu menyambut dengan memuji-Nya dan kamu akan beranggapan bahwa  kamu tidak tinggal di dunia kecuali hanya sebentar.” (Bani Israil [17]:50:53).
      Kalimat “Katakanlah: “Jadilah kamu batu atau besi,  atau makhluk yang nampak-nya terkeras  dalam pikiran kamu, kamu pasti akan dibangkitkan lagi” dapat dianggap ditujukan  kepada orang-orang kafir, bahwa meskipun seandainya hati mereka menjadi keras seperti besi atau batu atau suatu benda lain semacam itu yang lebih keras lagi, namun demikian   Allah Swt.  akan menimbulkan di antara mereka perubahan segar yang kedatangannya Dia takdirkan melalui  Nabi Besar Muhammad  saw. (QS.57:17-18), sehingga bangsa Arab yang disebut kaum jahiliyah, yang berada dalam kesesatan yang nyata (QS.62:3-5),  hanya dalam waktu 23 tahun saja telah berubah menjadi “manusia-manusia malaikat” yang disebut “khayrul ummah” (umat terbaik – QS.2:144; QS.3:111).
     Atau dapat pula diartikan menjawab keragu-raguan mereka mengenai hari kebangkitan, seperti disebutkan dalam ayat sebelumnya, seraya berkata kepada mereka, bahwa mereka tidak dapat menghindarkan diri dari azab Ilahi, seandainya mereka akan berubah menjadi besi atau batu atau suatu benda keras yang lain.

Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.” Akhir Zaman   &
Hawariyyīn” Akhir Zaman

      Dalam rangka memperingatkan umat Islam di Akhir Zaman mengenai akan terajdinya revolusi ruhani melalui  pengutusan misal  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  (QS.43:58)  itulah  Allah Swt. telah memperingatkan mereka agar tidak bersikap  buruk  seperti para pemuka agama Yahudi terhadap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israil, melainkan harus bersikap baik seperti para hawariyyin yang menyambut seruan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا کُوۡنُوۡۤا  اَنۡصَارَ اللّٰہِ کَمَا قَالَ عِیۡسَی ابۡنُ  مَرۡیَمَ لِلۡحَوَارِیّٖنَ مَنۡ  اَنۡصَارِیۡۤ  اِلَی اللّٰہِ ؕ قَالَ الۡحَوَارِیُّوۡنَ نَحۡنُ  اَنۡصَارُ اللّٰہِ  فَاٰمَنَتۡ طَّآئِفَۃٌ  مِّنۡۢ  بَنِیۡۤ  اِسۡرَآءِیۡلَ وَ کَفَرَتۡ طَّآئِفَۃٌ ۚ فَاَیَّدۡنَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا عَلٰی عَدُوِّہِمۡ  فَاَصۡبَحُوۡا ظٰہِرِیۡنَ ﴿٪ ﴾
Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong-penolong Allah sebagaimana Isa ibnu Maryam berkata kepada  pengikut-pengikutnya, “Siapakah penolong-pe-nolongku di jalan Allah?” Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: “Ka-milah penolong-penolong Allah.” Maka segolongan dari Bani Israil beriman sedangkan segolongan lagi kafir, kemudian Kami membantu orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka lalu mereka menjadi  orang-orang yang menang. (Al-Shaf [61]:15).
     Dari ketiga golongan agama di antara kaum Yahudi, yang terhadap mereka Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. menyampaikan tablighnya – kaum Parisi, kaum Saduki, dan kaum Essenes – Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. termasuk golongan terakhir sebelum beliau diutus sebagai rasul Allah.
    Kaum Essenes adalah kaum yang sangat bertakwa, hidup jauh dari kesibukan dan keramaian dunia, dan melewatkan waktu mereka dalam berzikir dan berdoa, dan berbakti kepada sesama manusia. Dari kaum inilah berasal bagian besar dari para pengikut beliau di masa permulaan (“The Dead Sea Community,” oleh Kurt Schubert, dan “The Crucifixion by an Eye-Witness”). Mereka disebut “Para Penolong” (Ansharullāh)  oleh Eusephus.

Perniagaan Ruhani &
Ansharullāh (Penolong Allah)

    Kata-kata penutup Surah Al-Shaf ini sungguh sarat dengan nubuatan. Sepanjang zaman para pengikut Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. telah menikmati kekuatan dan kekuasaan atas musuh abadi mereka – kaum Yahudi.  Mereka yang  memuliakan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. telah menegakkan dan memerintah kerajaan-kerajaan luas dan perkasa, sedang kaum Yahudi tetap merupakan kaum yang cerai-berai sehingga mendapat julukan “the Wandering Jew” (“Yahudi Pengembara”).
    Keadaan yang dialami oleh kaum Yahudi dan Nasrani tersebut di Akhir Zaman ini akan kembali terulang di kalangan Bani Isma’il  (umat Islam) -- yang adalah merupakan saudara dari Bani Israil – melalui pengutusan Al-Masih Mau’ud a.s. atau misal  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58), yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s., Pendiri Jemaat Ahmadiyah, sebab  umat Islam dari kalangan Jemaat Ahmadiyah itulah yang telah melaksanakan perintah Allah Swt. dalam firman-Nya sebelum ini untuk menjadi  Ansharullāh (para penolong Allah) dalam rangka mewujudkan kejayaan Islam yang kedua  melalui pengutusan Rasul Akhir Zaman  dari kalangan umat Islam (QS.QS.61: 10), firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا کُوۡنُوۡۤا  اَنۡصَارَ اللّٰہِ کَمَا قَالَ عِیۡسَی ابۡنُ  مَرۡیَمَ لِلۡحَوَارِیّٖنَ مَنۡ  اَنۡصَارِیۡۤ  اِلَی اللّٰہِ ؕ قَالَ الۡحَوَارِیُّوۡنَ نَحۡنُ  اَنۡصَارُ اللّٰہِ  فَاٰمَنَتۡ طَّآئِفَۃٌ  مِّنۡۢ  بَنِیۡۤ  اِسۡرَآءِیۡلَ وَ کَفَرَتۡ طَّآئِفَۃٌ ۚ فَاَیَّدۡنَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا عَلٰی عَدُوِّہِمۡ  فَاَصۡبَحُوۡا ظٰہِرِیۡنَ ﴿٪ ﴾
Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong-penolong Allah sebagaimana Isa ibnu Maryam berkata kepada  pengikut-pengikutnya, “Siapakah penolong-penolongku di jalan Allah?” Pengikut-pengikut yang setia (hawariyyin)  itu berkata: “Kamilah penolong-penolong Allah.” Maka segolongan dari Bani Israil beriman sedangkan segolongan lagi kafir, kemudian Kami membantu orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka lalu mereka menjadi  orang-orang yang menang. (Al-Shaf [61]:15).
    Untuk tujuan mensukseskan perjuangan suci tersebut dalam ayat-ayat sebelumnya Allah Swt. telah menawarkan kepada orang-orang yang beriman suatu “perdagangan” yang dapat menyelamatkan mereka dari “azab yang pedih”, termasuk di dalamnya harus beriman kepada rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan Allah Swt. dan Nabi Besar Muhammad saw. kepada mereka, firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا ہَلۡ اَدُلُّکُمۡ عَلٰی تِجَارَۃٍ  تُنۡجِیۡکُمۡ مِّنۡ عَذَابٍ اَلِیۡمٍ ﴿﴾  تُؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰہِ وَ رَسُوۡلِہٖ وَ تُجَاہِدُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ  بِاَمۡوَالِکُمۡ وَ اَنۡفُسِکُمۡ ؕ ذٰلِکُمۡ  خَیۡرٌ  لَّکُمۡ  اِنۡ کُنۡتُمۡ  تَعۡلَمُوۡنَ ﴿ۙ﴾  یَغۡفِرۡ لَکُمۡ  ذُنُوۡبَکُمۡ وَ یُدۡخِلۡکُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ وَ مَسٰکِنَ  طَیِّبَۃً  فِیۡ  جَنّٰتِ عَدۡنٍ ؕ ذٰلِکَ الۡفَوۡزُ الۡعَظِیۡمُ ﴿ۙ﴾  وَ اُخۡرٰی تُحِبُّوۡنَہَا ؕ نَصۡرٌ  مِّنَ اللّٰہِ وَ فَتۡحٌ  قَرِیۡبٌ ؕ وَ  بَشِّرِ  الۡمُؤۡمِنِیۡنَ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, maukah Aku tunjukkan kepada kamu suatu perdagangan yang akan menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?   Kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan kamu berjihad di jalan Allah dengan hartamu dan jiwamu. Yang demikian itu lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuiDia akan mengampuni dosa-dosa kamu, dan Dia akan memasukkan kamu ke kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, dan ke tempat-tempat tinggal suci lagi menyenangkan di dalam surga yang kekal,  itulah kemenangan yang besar.   Dan ada lagi karunia lain yang kamu mencintainya, yaitu pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat. Makaberilah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman. (Al-Shaf [61]:11-15).

Jemaat Muslim Ahmadiyah adalah
Ansharullāh Akhir Zaman

   Ayat ini agaknya mengisyaratkan juga kepada zaman  Al-Masih Mau’ud a.s. , ketika perniagaan dan perdagangan akan berkembang dengan subur dan akan ada perlombaan gila mencari keuntungan dalam perniagaan dalam bidang duniawi, yang telah membuat manusia melupakan persiapannya yang memadai untuk menyongsong kehidupan yang sebenarnya di alam akhirat. Dan “tawaran.”
    Allah Swt. tersebut telah dilaksanakan oleh umat Islam di kalangan Jemaat Ahmadiyah yang telah beriman kepada Rasul Akhir Zaman atau Al-Masih Mau’ud a.s. sebagaimana  firman Allah Swt. selanjutnya:
یٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا کُوۡنُوۡۤا  اَنۡصَارَ اللّٰہِ کَمَا قَالَ عِیۡسَی ابۡنُ  مَرۡیَمَ لِلۡحَوَارِیّٖنَ مَنۡ  اَنۡصَارِیۡۤ  اِلَی اللّٰہِ ؕ قَالَ الۡحَوَارِیُّوۡنَ نَحۡنُ  اَنۡصَارُ اللّٰہِ  فَاٰمَنَتۡ طَّآئِفَۃٌ  مِّنۡۢ  بَنِیۡۤ  اِسۡرَآءِیۡلَ وَ کَفَرَتۡ طَّآئِفَۃٌ ۚ فَاَیَّدۡنَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا عَلٰی عَدُوِّہِمۡ  فَاَصۡبَحُوۡا ظٰہِرِیۡنَ ﴿٪ ﴾
Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong-penolong Allah sebagaimana Isa ibnu Maryam berkata kepada  pengikut-pengikutnya, “Siapakah penolong-penolongku di jalan Allah?” Pengikut-pengikut yang setia (hawariyyin)  itu berkata: “Kamilah penolong-penolong Allah.” Maka segolongan dari Bani Israil beriman sedangkan segolongan lagi kafir, kemudian Kami membantu orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka lalu mereka menjadi  orang-orang yang menang. (Al-Shaf [61]:15).
       Mereka  yang menyambut Al-Masih Akhir Zaman sebagai  Ansharullāh (para penolong Allah) itulah yang permohonan doanya dalam Surah Al-Fatihah dikabulkan Allah Swt. – yakni “tunjukkanlah kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang  telah Engkau beri nikmat atas mereka”, dan mereka itulah yang benar-benar terhindar  dari doa lanjutannya: “Bukan mereka yang dimurkai dan bukan pula mereka yang sesat” (QS.1:7),  karena mendustakan dan menentang  Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan kepada mereka, seperti yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi (QS.2:88-90).
      Misal Al-Masih Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58) atau “burung” Nabi Ibrahim a.s. yang keempat (QS.2:261), atau “laki-laki yang berlari-lari dari bagian terjauh kota itu” (QS.36:14-33) – yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s., Pendiri Jemaat Ahmadiyah – adalah Rasul Akhir Zaman yang ditunggu-tunggu kedatangannya oleh semua umat beragama dengan nama-nama yang berbeda-beda padahal merujuk kepada orang yang sama, sebagaimana sabda Nabi Besar Muhammad saw. menjelaskan tentang sosok Isa Al-Masih Akhir Zaman a.s.  dan Imam Mahdi a.s.: Lā mahdiy illā ‘Isatidak ada Mahdi kecuali Isa”,  artinya  adalah bahwa Imam Mahdi a.s. dan Isa Ibnu Maryam Akhir Zaman adalah orangnya sama.

Hakikat Kedatangan Kedua Kali Para Rasul Allah

      Itulah sebabnya sebagaimana halnya dalam pribadi Nabi Besar Muhammad saw. terkumpul sifat-sifat utama dari para Rasul Allah sebelumnya dalam kadar yang paling sempurna, demikian pula dalam  pribadi Al-Masih Akhir Zaman pun selain merupakan kedatangan kedua kali secara ruhani Nabi Besar Muhammad saw. (QS.62:3-4), juga merupakan kedatangan kedua kali  secara ruhani para Rasul Allah yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh semua umat beragama (QS.77:1-20).
    Karena itu orang-orang yang mendustakan dan menentang Nabi Besar Muhammad saw. dan Al-Masih Akhir Zaman berarti mereka itu menentang seluruh rasul Allah, mengisyaratkan kepada kenyataan itulah firman Allah Swt. mengenai pentingnya beriman kepada seluruh rasul Allah, tanpa membeda-bedakannya, firman-Nya:
  اٰمَنَ الرَّسُوۡلُ بِمَاۤ  اُنۡزِلَ اِلَیۡہِ مِنۡ رَّبِّہٖ وَ الۡمُؤۡمِنُوۡنَ ؕ کُلٌّ اٰمَنَ بِاللّٰہِ وَ مَلٰٓئِکَتِہٖ وَ کُتُبِہٖ وَ رُسُلِہٖ ۟ لَا نُفَرِّقُ بَیۡنَ  اَحَدٍ مِّنۡ رُّسُلِہٖ ۟ وَ قَالُوۡا سَمِعۡنَا وَ اَطَعۡنَا ٭۫ غُفۡرَانَکَ رَبَّنَا وَ اِلَیۡکَ الۡمَصِیۡرُ ﴿﴾   
Rasul ini beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya dari  Tuhan-nya, dan begitu pula  orang-orang beriman,  semuanya beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, dan Rasul-rasul-Nya,  mereka berkata:  Kami tidak membeda-bedakan  seorang pun dari antara Rasul-rasul-Nya”, dan mereka berkata: “Kami telah mendengar dan kami taat.  Kami mohon ampunan Engkau, ya Tuhan kami, dan kepada Engkau-lah kami  kembali (Al-Baqarah [2]:285).
       Amal-amal baik memang merupakan cara utama untuk mencapai kesucian ruhani, tetapi amal-amal baik itu bersumber pada kesucian hati yang dapat dicapai hanya dengan berpegang pada itikad-itikad yang benar. Dari itu, ayat ini merinci dasar-dasar kepercayaan yang telah diajarkan oleh Al-Quran, yaitu  beriman kepada Allah Swt., Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya dan Rasul-rasul-Nya menurut urutan atau tertib yang wajar.
        Menurut Allah Swt., jangankan mendustakan dan menentang salah seorang rasul Allah, sekali pun mengambil “jalan aman” – yakni tidak beriman  kepada rasul Allah yang kedatangan  dijanjikan   dan tidak mendustakannya – maka  kedua sikap  buruk tersebut akan melemparkan mereka menjadi golongan “maghdūbi ‘alaihim   (yang dimurkai) dan “dhāllīn” (yang sesat), firman-Nya:
اِنَّ الَّذِیۡنَ یَکۡفُرُوۡنَ بِاللّٰہِ وَ رُسُلِہٖ وَ یُرِیۡدُوۡنَ اَنۡ یُّفَرِّقُوۡا بَیۡنَ اللّٰہِ وَ رُسُلِہٖ وَ یَقُوۡلُوۡنَ نُؤۡمِنُ بِبَعۡضٍ وَّ نَکۡفُرُ بِبَعۡضٍ ۙ وَّ یُرِیۡدُوۡنَ اَنۡ یَّتَّخِذُوۡا بَیۡنَ ذٰلِکَ  سَبِیۡلًا ﴿﴾ۙ   اُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡکٰفِرُوۡنَ حَقًّا ۚ وَ اَعۡتَدۡنَا لِلۡکٰفِرِیۡنَ عَذَابًا مُّہِیۡنًا ﴿﴾  وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا بِاللّٰہِ وَ رُسُلِہٖ وَ لَمۡ یُفَرِّقُوۡا بَیۡنَ اَحَدٍ مِّنۡہُمۡ اُولٰٓئِکَ سَوۡفَ یُؤۡتِیۡہِمۡ اُجُوۡرَہُمۡ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ غَفُوۡرًا رَّحِیۡمًا ﴿﴾٪
Sesungguhnya  orang-orang yang kafir kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya, dan mereka ingin mem-beda-bedakan antara Allāh dan Rasul-rasul-Nya,  mereka mengatakan: “Kami beriman kepada sebagian dan  kafir kepada sebagian lain serta  mereka ingin mengambil jalan tengah di antara hal demikian itu,  Mereka itulah orang-orang yang sebenar-benarnya kafir, dan Kami telah menyediakan bagi orang-orang kafir azab yang menghinakanDan  orang-orang yang ber-iman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya serta tidak membedakan seorang pun di antara mereka, kepada mereka inilah Allah segera akan memberikan ganjaran mereka, dan Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Al-Nisā [4]:151-153).
       Ayat 151 berarti bahwa mereka menerima Tuhan dan menolak nabi-nabi-Nya; atau menerima beberapa nabi dan menolak yang lainnya; atau menerima beberapa  dakwa seorang seorang nabi dan menolak dakwa lainnya. Keimanan sejati nampak dari penyerahan diri seutuhnya dengan menerima Tuhan dan semua rasul-Nya beserta segala dakwa mereka. Tak diizinkan mengambil jalan tengah di antara hal demikian itu.
       Dengan mengucapkan Alhamdulillāhi Rabbil   ‘ālamīn,  penulis akhiri pembahasan khazana-khazanah ruhani Surah  Yā Sīn  yang merupakan “jantung” Al-Quran, semoga bermanfaat bagi para pencari kebenaran di Akhir Zaman ini.


TAMAT

Rujukan: The Holy Quran
Editor:    Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar”, 5 November 2012
Ki Langlang Buana Kusuma