Selasa, 31 Juli 2012

"Ya'juj" (Gog) dan "Ma'juj" (Magog)



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


  SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN

BAB 23

Ya’juj (Gog) dan  Ma’juj  (Magog)” 
                                                                                
Oleh
                                                                                
Ki Langlang Buana Kusuma


Dalam BAB 22 telah dikemukakan mengenai akan merajalelanya kembali bangsa-bangsa yang di  singgung  baik dalam Bible mau  pun dalam Al-Quran, yaitu Gog (Ya’juj) dan Magog (Ma’juj), firman-Nya:
 وَ حَرٰمٌ عَلٰی قَرۡیَۃٍ  اَہۡلَکۡنٰہَاۤ  اَنَّہُمۡ لَا  یَرۡجِعُوۡنَ ﴿ ﴾   حَتّٰۤی  اِذَا  فُتِحَتۡ یَاۡجُوۡجُ وَ مَاۡجُوۡجُ وَ ہُمۡ  مِّنۡ  کُلِّ  حَدَبٍ  یَّنۡسِلُوۡنَ ﴿ ﴾
Dan diharamkan (terlarang) bagi penduduk suatu negeri yang telah Kami binasakan bahwa sesungguhnya mereka itu tidak mungkin akan kembali.  Hingga apabila dibukakan pintu pemenjaraan  Ya’juj dan Ma’-juj  dan mereka turun dengan cepat dari setiap ketinggian.  (Al-Anbiyā [21]:96-97).

Dzulqarnain

      Berkeliaran dan merajalelanya bangsa-bangsa tersebut telah dikenal sejak zaman Dzulqarnain, Raja kerajaan Media dan Persia – yang dalam Bible disebut Cyrus atau Koresy. Mengenai gerakan-gerakan militer yang dilakukan raja  tersebut Allah Swt. berfirman:
ثُمَّ  اَتۡبَعَ  سَبَبًا ﴿﴾   حَتّٰۤی  اِذَا بَلَغَ  بَیۡنَ السَّدَّیۡنِ وَجَدَ مِنۡ دُوۡنِہِمَا قَوۡمًا ۙ لَّا یَکَادُوۡنَ یَفۡقَہُوۡنَ قَوۡلًا ﴿﴾   قَالُوۡا یٰذَاالۡقَرۡنَیۡنِ  اِنَّ یَاۡجُوۡجَ وَ مَاۡجُوۡجَ مُفۡسِدُوۡنَ فِی الۡاَرۡضِ فَہَلۡ نَجۡعَلُ لَکَ خَرۡجًا عَلٰۤی اَنۡ  تَجۡعَلَ بَیۡنَنَا وَ  بَیۡنَہُمۡ  سَدًّا ﴿﴾
Kemudian ia mengikuti jalan lain. Hingga ketika ia sampai ke tempat di antara dua bukit  ia mendapati di samping  keduanya suatu kaum yang hampir tidak mengerti sepatah kata pun.  Mereka berkata: "Ya Zulqarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj membuat kerusakan di bumi,  maka bolehkah kami memberikan upeti  kepada engkau supaya engkau membuat penghalang  di antara kami dengan mereka.  (Al-Kahf [18]:93-95).
   Ayat ini menunjuk kepada gerakan militer Cyrus yang ketiga kalinya  menuju ke jurusan utara Persia, yaitu ke daerah di antara Laut Kaspia dan pegunungan Kaukasus.
  "Dua bukit" berarti dua penghalang. Celah-gunung Darband, tempat dinding itu didirikan, dibatasi pada sebelah yang satu oleh Laut Kaspia dan pada yang sebelah yang lain oleh pegunungan Kaukasus. Keduanya itu menjadi batas penghalang lembah Darband.
  Penduduk daerah-daerah ini berbicara dalam suatu bahasa yang berbeda dari bahasanya Cyrus, tetapi oleh karena mereka tinggal sebagai tetangga yang paling dekat kepada Persia, dan oleh karena mempunyai hubungan tetap dengan orang-orang Persia dan Media, mereka telah belajar mengerti dan berbicara bahasa mereka, sekalipun amat jauh dari sempurna dan dengan amat sukar. Daerah tempat didirikan dinding itu berbatasan dengan Persia, dan pada masa kemudian menjadi bagiannya. Tetapi sekarang daerah itu termasuk daerah kekuasaan Rusia.  

Arti Kata Ya’juj dan Ma’juj

 Kata-kata Ya’juj dan Ma’juj kedua-duanya berasal dari akar kata ajja, yang berarti  ia cepat  langkahnya; ia atau sesuatu itu menjadi api yan menvala-nyala (Lexicon Lane). Ya’juj dan Ma’juj menunjuk kepada bangsa Scythia sebelah timur yang terjauh. Atau  seperti dikatakan oleh beberapa pakar, semua bangsa yang mendiami bagian utara Asia dan Eropa (Encyclopaedia. Britannica. & Jewish Encyclopaedia., pada kata "Gog" dan "Magog", dan Historians'  History of the World, jilid 2 hlm. 582 & Yehezkiel 38 : 2-6 & 39 : 6).
  Kata-kata ini dapat pula dikenakan kepada bangsa-bangsa Kristen dari barat karena mereka sangat gemar memakai api yang menyala­-nyala dan air yang mendidih, dan disebabkan semua kemajuan kebendaan dan penemuan-penemuan serta ciptaan-ciptaan mereka itu, merupakan akibat penggunaan barang-barang tersebut dengan tepat dan sangat luas. Atau kata-kata itu dapat menunjuk kepada gerak-gerik bangsa-bangsa itu yang gelisah resah oleh sebab mereka senantiasa mencari-cari kesempatan dengan tidak mengenal lelah dan tidak sabar mengadakan penaklukan-penaklukan baru.
   Gambaran Ya’juj-Ma’juj (Gog – Magog) seperti yang diberikan dalam Bible, tidak meragukan sedikit pun, cocok dengan beberapa kerajaan Kristen dari barat (Eropa):       Pertama, karena mereka disebut sangat banyak, gagah-perkasa dan berkuasa:    "Maka pada masa itu engkau akan datang naik seperti guruh yang membinasakan dan seperti awan-awan yang menudungi muka tanah, engkau dengan segala bale tentaramu dan beberapa bangsa sertamu" (Yehezkiel 38:9).    
  "Seperti Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog), supaya menghimpun mereka itu akan berperang, yang banyaknya mereka seperti pasir di pantai laut" (Wahyu 20:8).
 "Daging orang pahlawan akan kamu makan dan darah orang besar di dunia akan kamu minum; domba jantan dan anak kambing dan  kambing jantan dan lembu muda. semuanya binatang tambun-tambun dari Bazan! Kamu akan makan lemaknya sampai kenyang dan minum darah sampai mabuk dari sembelihan, yano, telah kusembelih bagi kamu" (Yehezkiel 39:18, 19).
   Kedua, mereka digambarkan sebagai datang dari bagian-bagian bumi sebelah utara dan dari pulau-pulau: "Bahkan, engkau akan datang dari tempatmu, dari sebelah utara sekali. baik engkau. baik beberapa bangsa besertamu.” (Yehezkiel 38:15).
Ketiga, mereka akan tersebar di seluruh dunia: "Maka mereka itu naik pula ke tanah yang luas” (Wahyu 20:9).
Keempat, dari kediaman mereka di utara, mereka akan hijrah ke negeri-negeri lain dan menetap di seluruh penjuru dunia, dan di masa peperangan mereka akan datang berkumpul dari jajahan-jajahan mereka yang jauh-jauh:  "Apabila genap seribu tahun maka iblis akan dilepaskan pula dari dalam belenggunya. lalu keluar hendak menyesatkan segala bangsa yang ada di dalam empat penjuru alam, seperti Yajuj-Majuj, supaya menghimpun mereka itu akan berperang, maka banyaknya mereka itu seperti pasir di pantai laut" (Wahyu 2:7-8).

Rusia, Moskow dan Tobolsk

        Kitab Yehezkiel menyebut Ya’juj  (Gog) sebagai “raja Rus, Mesekh dan Tubal", jelas kata Rus di sini menujuk kepada Rusia. Mesekh kepada Moskwa. Tubal kepada Tobolsk. Ya’juj (Gog) disebut juga sebagian dari tanah Ma’juj (Magog - Yehezkiel 38:2), dan Ma’juj menurut para  ahli tafsir Bible, merupakan daerah-daerah yang pada zaman purba disebut dengan nama Scythia (termasuk Rusia dan Tartar), dari sana pada masa yang lampau telah datang banyak gerombolan manusia liar dan biadab.
        Karena Rusia termasuk dalam daerah Ma’juj, maka Rus, Mesekh, dan Tubal dapat dianggap sebagai ganti Rusia, Moskwa dan Tobolsk. Ma’juj telah disebutkan pula sebagai nama suatu kaum dalam Yehezkiel 39:6 dan dalam Wahyu 20:8. Dalam Yehezkiel, Ma’juj (Magog) telah disebutkan bersama-sama mereka "yang duduk di tepi laut itu dengan sentosanya."
  Menurut kutipan-kutipan tersebut Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog) menggambarkan beberapa  kekuatan besar di Eropa, termasuk Rusia. Dalam Al-Quran (QS.18:95) mereka telah disebut mengadakan serangan-serangan terhadap daerah-daerah yang terletak di perbatasan utara Iran, yang menunjukkan bahwa mereka itu dari suku-suku yang umumnya dikenal sebagai bangsa Scythia.
 Telah merupakan kenyataan sejarah yang cukup diketahui  bahwa zaman purba bangsa Scythia terus-menerus bergerak dari  Asia ke Eropa dalam rombongan-rombongan besar,  sedang jalan mereka terletak di sebelah utara pegunungan Kaukasus (Encyclopaedia  Britannica. jilid 12, h1m, 263. Edisi 14).
  Apabila gelombang pertama telah menetap di Eropa, gelombang-gelombang barn menyusul dari timur dan terns mendesak gelombang-gelombang yang  mendahuluinva ke arah lebih barat lagi. Jadi bangsa-bangsa Eropa secara sah, telah  disebut Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog) dalam nubuatan Bible.
   Anehnya kisah dua pahlawan  bernama Ya’juj  (Gog) dan Ma’juj (Magog)  masih tersimpan di Guild Hall (di London) berupa dua patung. Lagi pula  nampak dari kitab Yehezkiel dan Wahyu. bahwa Ya’juj dan Ma’juj  akan muncul di Akhir Zaman, yaitu di masa menjelang kebangkitan Nabi Isa Al-Masih a.s. kedua kalinya. "Dan engkau pun akan mendatangi umatku Israil hendak menudungi muka tanah seperti awan-awan" (Yehezkiel 38:16.    Lihat pula Wahyu 20:7-10).

Dinding Darband

Kembali kepada firman Allah Swt. tentang  gerakan-gerakan militer raja Dzulqarnain sebelum ini,  firman-Nya:
ثُمَّ  اَتۡبَعَ  سَبَبًا ﴿﴾   حَتّٰۤی  اِذَا بَلَغَ  بَیۡنَ السَّدَّیۡنِ وَجَدَ مِنۡ دُوۡنِہِمَا قَوۡمًا ۙ لَّا یَکَادُوۡنَ یَفۡقَہُوۡنَ قَوۡلًا ﴿﴾   قَالُوۡا یٰذَاالۡقَرۡنَیۡنِ  اِنَّ یَاۡجُوۡجَ وَ مَاۡجُوۡجَ مُفۡسِدُوۡنَ فِی الۡاَرۡضِ فَہَلۡ نَجۡعَلُ لَکَ خَرۡجًا عَلٰۤی اَنۡ  تَجۡعَلَ بَیۡنَنَا وَ  بَیۡنَہُمۡ  سَدًّا ﴿﴾
Kemudian ia mengikuti jalan lain. Hingga ketika ia sampai ke tempat di antara dua bukit  ia mendapati di samping  keduanya suatu kaum yang hampir tidak mengerti sepatah kata pun.  Mereka berkata: "Ya Zulqarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj membuat kerusakan di bumi,  maka bolehkah kami memberikan upeti  kepada engkau supaya engkau membuat penghalang  di antara kami dengan mereka.  (Al-Kahf [18]:93-95).
       Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa nubuatan ini menunjuk kepada suatu kaum yang akan muncul pada masa mendatang. Zaman yang ditakdirkan akan munculnva Ya’juj dan Ma’juj itu ditandai peperangan-peperangan, gempa bumi,  wabah, dan malapetaka yang mengerikan.  
  Suku bangsa Scythia -- yaitu Ya’juj   dan Ma’juj -- menguasai daerah-daerah di sebelah utara dan timur laut Laut Hitam, dan mereka datang dari daerah-daerah itu melalui lembah Darband dan menjarah dan menaklukkan serta memerintah orang-orang Persia. Cyrus  atau Dzulqarnain mengalahkan mereka dan melepaskan orang-orang Persia dari cengkeraman mereka (Historians' History of the World).
  Persis di tempat itu, yang menurut Herodotus ada lembah, dan melalui itu bangsa-bangsa Scythia mengadakan serbuan-serbuan terhadap, negeri Persia, terdapat sebuah dinding, ialah dinding Darband yang tersohor. Derbent atau Darband adalah sebuah kota di Persia. Kaukasia, di Propinsi Deghestan, di sebelah barat pantai Laut Kaspia.  Dan di selatan terletak tanah-ujung dinding Kaukasus menjorok ke laut, panjangnya 50 mil, yang dinamakan juga dinding Iskandar, menutup lembah sempit Iron Gate (Pintu Besi) atau Caspian Gate (Pintu Gerbang Kaspia).
  Dinding ini, ketika masih utuh. tingginya 29 kaki dan tebalnya kurang lebih 10 kaki, dengan pintu‑pintu besinya dan sejumlah besar menara-menara penjagaan, membentukpertahanan yang kuat di perbatasan Persia" (Encyclopaedia Britannica  pada kata "Derbent").
 Bertentangan dengan kenyataan-kenyataan sejarah yang telah terbukti kebenarannya, pada umumnya dianggap, bahwa dinding itu telah dibangun oleh Iskandar Agung (Alexander The Great) . Tetapi gerakan-gerakan militer Iskandar, tak ubahnya seperti angin puyuh yang ada ketika itu, ia tidak akan sempat mengurus rencana luas, seperti mendirikan dinding yang begitu besar.
      Demikian pula wafatnya dalam usia begitu muda tidak memberi kepadanya  waktu yang cukup untuk menghadapi suatu rencana yang begitu besar. Kupanya anggapan itu telah timbul dari kenyataan, bahwa ahli tafsir Al-Quran dari kalangan orang-orang Islam mempunyai anggapan salah, bahwa Dzulqarnain itu Iskandar (Alexander). Bukti-bukti kenyataan berikut menunjukkan, bahwa Cyrus-lah yang mendirikan dinding itu :
(a) Untuk mematahkan kekuatan bangsa Scythia, Darius, yang menaiki takhta kerajaan sesudah wafat putra Cyrus, dengan melalui Yunani menyerang bangsa Scythia, dari jurusan Eropa. Tidak masuk akal, bahwa is menempuh perjalanan begitu jauh lagi sukar dan mengambil jalan keliling, untuk menyerang kaum itu melalui Eropa Tengah, padahal mereka tinggal sangat dekat kepadanya di sebelah utara.
  Kesimpulan yang tidak dapat dielakkan ialah, bahwa memang ada suatu dinding yang sangat besar, hanya mungkin didirikan oleh Cyrus sebelum zaman Darius. Seandainya tembok yang menghalangi musuh tidak ada, maka hal itu tidak memunakinkan Darius dengan pasukan yang besar, pergi ke sebelah lain dengan mengambil jalan memutar, sambil meninggalkan negeri sendiri terbuka terhadapserangan-serangan musuh dari utara.
(b) Sebelum masa Cyrus, bangsa Scythia mengadakan penyerbuan-penyerbuan terus-menerus dengan tidak ada henti-hentinya terhadap Persia, tetapi sesudah diadakannya penaklukan-penaklukan maka penyerbuan-penyerbuan itu terhenti sama sekali. Kenyataan ini membawa kepada kesimpulan yang sangat mungkin, yaitu bahwa niscaya Cyrus yang telah mendirikan penghalang yang berhasil menghentikan serangan-serangan itu,  dan penghalang itu tentunya dinding Darband yang tersohor, yang keliru orang kenal sebagai dinding Iskandar.                     (Bersambung).


Rujukan: The Holy Quran
Editor:    Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar”, 11 Ramadhan 2012
Ki Langlang Buana Kusuma

Senin, 30 Juli 2012

"Laki-laki yang Datang Berlari-lari" dari "Bagian Terjauh Kota itu"



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


  SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN

BAB 22

“ Laki-laki yang Datang Berlari-lari” 
 dari
“Bagian Terjauh Kota itu”
                                                                                
Oleh
                                                                                
Ki Langlang Buana Kusuma


Uraian  BAB 21   diakhiri dengan firman Allah mengenai  Rasul Akhir Zaman yang akan mewujudkan “Kejayaan Islam” yang kedua, yang pada hakikatnya merupakan pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. kedua kali secara ruhani dalam wujud salah seorang pengikut hakiki beliau saw., yang disebut Al-Masih Mau’ud a.s. atau Imam Mahdi a.s., firman-Nya:
     ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama, walaupun orang musyrik tidak menyukai. (Al-Shaf [61]:10).

Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili telah Wafat

      Semua itu terjadi adalah  berkat karunia Allah Swt. kepada Nabi Besar Muhammad saw. dan Al-Quran, yang telah ditakdirkan untuk menjadi Rasul Allah pembawa syariat terakhir dan tersempurna, yakni agama Islam (Al-Quran – QS.5:4) yang akan hidup selamanya --  walau pun benar tubuh jasmani beliau saw. telah wafat dan kuburannya berada di kota Madinah, tetapi dari segi  ruhani,  Nabi Muhammad saw. adalah satunya rasul Allah yang hidup abadi sebagaimana halnya syariat Islam (Al-Quran – QS.5:4; QS.15:10),  bukannya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israli,  sebagaimana yang dipercayai oleh umumnya umat Islam yang  mempercayai itikad sesat bahwa hingga hari ini  selama 2000 tahun beliau masih hidup di langit dengan jasad kasarnya. Na’ūdzubillāhi min dzālik.
   Bukankah Allah Swt.  dengan tegas telah berfirman kepada Nabi Muhammad saw. dalam Al-Quran tentang telah wafatnya seluruh rasul Allah sebelum beliau saw. -- tanpa kecuali, termasuk Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili? Firman-Nya:
وَ مَا جَعَلۡنَا لِبَشَرٍ مِّنۡ قَبۡلِکَ الۡخُلۡدَ ؕ اَفَا۠ئِنۡ  مِّتَّ  فَہُمُ  الۡخٰلِدُوۡنَ  ﴿ ﴾  کُلُّ نَفۡسٍ ذَآئِقَۃُ  الۡمَوۡتِ ؕ وَ نَبۡلُوۡکُمۡ بِالشَّرِّ وَ الۡخَیۡرِ  فِتۡنَۃً ؕ وَ اِلَیۡنَا  تُرۡجَعُوۡنَ ﴿ ﴾
Dan Kami sekali-kali tidak  menjadikan seorang manusia pun sebelum engkau hidup kekal, maka apakah jika engkau mati   lalu  mereka itu akan hidup kekal?   Setiap jiwa akan merasai kematian, dan Kami menguji kamu dengan keburukan serta kebaikan sebagai  cobaan, dan kepada Kami-lah kamu akan dikembalikan. (Al-Anbiyā [21]:35-36).
        Semua syariat dan sistem agama yang bermacam-macam di masa sebelum Nabi Besar Muhammad saw.  telah ditetapkan dan ditakdirkan untuk mengalami kehancuran dan kematian ruhani -- seperti halnya telah wafatnya para rasul Allah tersebut -- dan hanyalah syariat  Nabi Besar Muhammad saw.  - syariat Islam - sajalah yang ditakdirkan akan hidup dan akan berlaku terus sampai Akhir Zaman (QS.5:4; QS.15:10), walau pun Nabi Besar Muhammad saw. sendiri dari segi jasmani   telah wafat  sebagaimana firman-Nya tersebut.
       Ayat ini dapat pula mengandung maksud bahwa tidak seorang pun yang kebal terhadap kehancuran dan kematian jasmani, bahkan Nabi Besar Muhammad saw. pun tidak. Kekekalan dan keabadian merupakan sifat-sifat  khusus Allah Swt.. Tentang telah wafatnya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili lihat pula QS.3:56; QS.5:117-119.

“Laki-laki yang Datang Berlari-lari” dari
“Bagian Terjauh Kota” itu

         Kembali kepada masalah  pengutusan Nabi Besar Muhammad saw.  kedua kali yang diisyaratkan dalam Surah Al-Jumu’ah ayat 3-4 sebelum ini:
وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾
“Dan Dia akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan, Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.  (Al-Jumu’ah [62]:4).
     Hal tersebut diisyaratkan lagi dalam Surah Yā Sīn selanjutnya mengenai kedatangan “seorang laki-laki yang berlari-lari dari bagian terjauh kota itu”, firman-Nya:
وَ جَآءَ مِنۡ اَقۡصَا الۡمَدِیۡنَۃِ  رَجُلٌ یَّسۡعٰی قَالَ یٰقَوۡمِ اتَّبِعُوا الۡمُرۡسَلِیۡنَ ﴿ۙ ﴾   اتَّبِعُوۡا مَنۡ لَّا یَسۡـَٔلُکُمۡ اَجۡرًا وَّ ہُمۡ مُّہۡتَدُوۡنَ ﴿ ﴾
Dan datang dari bagian terjauh kota itu seorang laki-laki  dengan berlari-lari,  ia berkata: “Hai kaumku, ikutilah rasul-rasul   itu.    Ikutilah mereka yang tidak meminta upah dari kamu dan mereka yang telah mendapat petunjuk.” (Yā Sīn [33]:21-22).
  Kata-kata  “bagian terjauh kota itu” dapat diartikan suatu tempat yang jauh letaknya dari markas Islam, yakni Makkah, karena Rasul Akhir Zaman tersebut tidak muncil di wilayah Arabia sebagaimana 3 orang rasul Allah yang diutus sebelumnya  melainkan dari wilayah Hindustan, yakni di Qadian, yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s., Pendiri Jemaat Ahmadiyah.
     Isyarat yang terkandung dalam kata rajulun (seorang laki-laki) dapat tertuju kepada  Al-Masih Mau’ud a.s., yang telah disebut demikian dalam suatu hadits yang terkenal (Bukhari, Kitab at-Tafsir).
       Kata-kata yang sama dalam arti dan maksud dengan kata yas’a (berlari-lari)  -- “seorang laki-laki  dengan berlari-lari” -- telah dipakai mengenai   Al-Masih Mau’ud a.s. oleh Nabi Besar Muhammad saw. dalam beberapa sabda beliau saw., yang memberi isyarat kepada sifat yang dimiliki Rasul Akhir Zaman, yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s.,   yang tidak mengenal lelah, cepat bertindak dan tak mengenal jemu dalam usahanya untuk kepentingan Islam, yakni guna mewujudkan keunggulan agama dan umat Islam yang kedua kali di Akhir Zaman ini, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama, walaupun orang musyrik tidak menyukai. (Al-Shaf [61]:10).

Tidak Meminta Ganjaran (Upah) dari Manusia

       Hal lainnya yang menarik dari “laki-laki yang datang berlari-lari dari bagian terjauh kota itu” adalah ucapannya:
.... یٰقَوۡمِ اتَّبِعُوا الۡمُرۡسَلِیۡنَ ﴿ۙ ﴾   اتَّبِعُوۡا مَنۡ لَّا یَسۡـَٔلُکُمۡ اَجۡرًا وَّ ہُمۡ مُّہۡتَدُوۡنَ ﴿ ﴾
“Hai kaumku, ikutilah rasul-rasul   itu.    Ikutilah mereka yang tidak meminta upah dari kamu dan mereka yang telah mendapat petunjuk.” (Yā Sīn [33]:21-22).
        Hal tersebut mengisyaratkan kepada ucapan para rasul Allah,  misalnya Nabi Nuh a.s. (QS.10:72-73; QS.11:26-30; QS.26:28, 110), Nabi Hud a.s. (QS.11:51-52; QS.26:128), Nabi Shaleh a.s. (QS.26:142-146); Nabi Luth a.s. (QS.26:161-165); Nabi Syu’aib a.s. (QS.26:177-181), firman-Nya:
یٰقَوۡمِ لَاۤ  اَسۡـَٔلُکُمۡ  عَلَیۡہِ  اَجۡرًا ؕ اِنۡ اَجۡرِیَ  اِلَّا عَلَی الَّذِیۡ فَطَرَنِیۡ ؕ اَفَلَا تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾
“Hai kaumku, aku tidak meminta ganjaran (upah) kepada kamu untuk itu. Ganjaran bagiku hanya pada Dia Yang telah menjadikan aku. Apakah kamu masih belum mau mempergunakan akal?” (Hūd [11]:52)
    Demikian pula halnya dengan Nabi Besar Muhammad saw. (QS.34:47),  firman-Nya:
قُلۡ مَاۤ  اَسۡـَٔلُکُمۡ عَلَیۡہِ مِنۡ  اَجۡرٍ وَّ مَاۤ  اَنَا مِنَ الۡمُتَکَلِّفِیۡنَ ﴿﴾
Katakanlah: Aku sekali-kali tidak meminta kepada kamu upah apa pun atas da'wah itu, dan aku sekali-kali bukanlah orang-orang yang berpura-pura. (Shad [38]:87).

“Kemusyrikan” di Akhir Zaman &
Tersebarnya  Kembali Ya’juj
 (Gog) dan Ma’juj (Magog)

        Selanjutnya Allah Swt.  menjelaskan mengenai seruan yang disampaikan oleh “laki-laki yang datang berlari-lari dari bagian terjauh kota itu”, firman-Nya:
وَ مَا لِیَ  لَاۤ  اَعۡبُدُ الَّذِیۡ فَطَرَنِیۡ وَ  اِلَیۡہِ تُرۡجَعُوۡنَ ﴿﴾   ءَاَتَّخِذُ مِنۡ دُوۡنِہٖۤ  اٰلِہَۃً اِنۡ یُّرِدۡنِ الرَّحۡمٰنُ بِضُرٍّ لَّا تُغۡنِ عَنِّیۡ شَفَاعَتُہُمۡ شَیۡئًا  وَّ لَا  یُنۡقِذُوۡنِ ﴿ۚ﴾  اِنِّیۡۤ   اِذًا  لَّفِیۡ  ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ﴿﴾   اِنِّیۡۤ   اٰمَنۡتُ بِرَبِّکُمۡ   فَاسۡمَعُوۡنِ ﴿ؕ﴾
“Dan mengapakah aku tidak menyembah Tuhan Yang menciptakan diriku  dan  Yang kepada-Nya  kamu   akan dikembalikan?  Apakah aku akan mengambil selain Dia sebagai sembahan-sembahan, padahal jika Tuhan Yang Maha Pemurah menghendaki sesuatu kemudaratan bagiku  syafaat mereka itu  tidak akan bermanfaat bagiku sedikit pun, dan mereka tidak dapat menyelamatkanku? Sesungguhnya jika aku berbuat demikian niscaya berada dalam kesesatan yang nyata.  Sesungguhnya aku beriman kepada Tuhan kamu  maka dengarlah aku.” (Yā Sīn [33]:23-26).
        Menurut firman Allah Swt. tersebut makna kalimat “Apakah aku akan mengambil selain Dia sebagai sembahan-sembahan” (ayat 24), pada masa  Al-Masih Mau’ud a.s.  atau Rasul Akhir Zaman diutus, orang-orang akan   menyembah berbagai berhala yaitu: Mammon, kekuasaan kebendaan, filsafat politik yang palsu, dan teori ekonomi yang tidak terpraktekkan, dan sebagainya.   Mereka  telah melupakan pentingnya  peran dan bantuan Allah Swt. dan mereka telah mempertuhankan upaya-upaya duniawi  (materialisme).
       Hal itu terjadi sebagai akibat merajalelanya kembali “Ya’juj (Gog) dan Ma’juj” (Magog),  setelah masa pemenjaraannya selama 1000 tahun berakhir (Kitab Wahyu 20:7-10)    –  yakni menyebarnya kekuasaan dan pengaruh bangsa-bangsa Kristen dari Barat  yang menyebar luas ke seluruh dunia, termasuk ke wilayah-wilayah kaum Muslim di Nusantara, firman-Nya: 
 وَ حَرٰمٌ عَلٰی قَرۡیَۃٍ  اَہۡلَکۡنٰہَاۤ  اَنَّہُمۡ لَا  یَرۡجِعُوۡنَ ﴿ ﴾   حَتّٰۤی  اِذَا  فُتِحَتۡ یَاۡجُوۡجُ وَ مَاۡجُوۡجُ وَ ہُمۡ  مِّنۡ  کُلِّ  حَدَبٍ  یَّنۡسِلُوۡنَ ﴿ ﴾
Dan diharamkan (terlarang) bagi penduduk suatu negeri yang telah Kami binasakan bahwa sesungguhnya mereka itu tidak mungkin akan kembali.  Hingga apabila dibukakan pintu pemenjaraan  Ya’juj dan Ma’-juj  dan mereka turun dengan cepat dari setiap ketinggian.  (Al-Anbiyā [21]:96-97).
       Orang mati sekali-kali tidak akan dikembalikan lagi ke dunia, merupakan hukum Ilahi yang tidak dapat dielakkan dan dihindarkan. Mereka yang meninggalkan dunia ini meninggalkannya untuk selama-lamanya (QS.23:100-101).
     Jika ayat 101 dibaca bersama-sama dengan ayat yang mendahuluinya maka maksud ayat ini ialah bahwa hukum alam bekerja demikian rupa, sehingga sekali bila suatu kaum (bangsa) — sesudah mencapai puncak kejayaan dan kemuliaannya — akan mengalami kebinasaan dan kehancuran mereka, maka kaum (bangsa) tersebut tidak mendapatkan kembali kejayaan mereka yang hilang itu.
      Demikian pula halnya  bangsa-bangsa yang disebut Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog) pun -- beserta    kejayaan dan kemuliaan besar dalam kebendaan  (material) -- tidak dapat mengelakkan diri dari hukum alam tersebut. Mereka akan jatuh dan tidak akan bangkit kembali untuk selama-lamanya.
      Ya’juj (Gog) dan Ma’juj  (Magog) atau bangsa-bangsa Kristen barat telah mencapai segala puncak kekuasaan politik dan telah menyebar ke seluruh dunia. Ungkapan Al-Quran berarti, bahwa mereka akan menempati setiap ujung yang membawa keuntungan dan akan menguasai seluruh dunia.  
                                
(Bersambung).


Rujukan: The Holy Quran
Editor:    Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar”, 11 Ramadhan 2012
Ki Langlang Buana Kusuma

"Rasul Akhir Zaman"



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


  SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN

BAB  21

“Rasul Akhir Zaman”  

                                                                      Oleh
                                                                                
Ki Langlang Buana Kusuma


Dalam BAB 20 telah dijelaskan mengenai pengabulan doa “orang-orang berakal” yang dizalimi hanya karena mereka beriman kepada “Penyeru” dari Allah Swt., yang menyeru seluruh umat manusia kepada  agama dan keimanan   yang hakiki,  firman-Nya:
اِنَّ فِیۡ خَلۡقِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ اخۡتِلَافِ الَّیۡلِ وَ النَّہَارِ لَاٰیٰتٍ  لِّاُولِی الۡاَلۡبَابِ ﴿ ﴾ۚۙ   الَّذِیۡنَ یَذۡکُرُوۡنَ اللّٰہَ  قِیٰمًا وَّ قُعُوۡدًا وَّ عَلٰی جُنُوۡبِہِمۡ وَ یَتَفَکَّرُوۡنَ فِیۡ خَلۡقِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ۚ رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ ہٰذَا بَاطِلًا ۚ سُبۡحٰنَکَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ﴿ ﴾  رَبَّنَاۤ اِنَّکَ مَنۡ تُدۡخِلِ النَّارَ فَقَدۡ اَخۡزَیۡتَہٗ ؕ وَ مَا لِلظّٰلِمِیۡنَ مِنۡ اَنۡصَارٍ ﴿ ﴾   رَبَّنَاۤ اِنَّنَا سَمِعۡنَا مُنَادِیًا یُّنَادِیۡ لِلۡاِیۡمَانِ اَنۡ اٰمِنُوۡا بِرَبِّکُمۡ  فَاٰمَنَّا ٭ۖ رَبَّنَا فَاغۡفِرۡ لَنَا ذُنُوۡبَنَا وَ کَفِّرۡ عَنَّا سَیِّاٰتِنَا وَ تَوَفَّنَا مَعَ  الۡاَبۡرَارِ ﴿ ﴾ۚ  رَبَّنَا وَ اٰتِنَا مَا وَعَدۡتَّنَا عَلٰی رُسُلِکَ وَ لَا تُخۡزِنَا یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ ؕ اِنَّکَ لَا تُخۡلِفُ الۡمِیۡعَادَ ﴿  ﴾
Sesungguhnya dalam penciptaan seluruh langit dan bumi serta   pertukaran malam dan siang benar-benar terdapat Tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu  orang-orang yang  mengingat Allah sambil berdiri, duduk, dan sambil  berbaring atas rusuk mereka, dan mereka memikirkan mengenai penciptaan seluruh langit dan bumi  seraya berkata: “Ya Tuhan kami, sekali-kali tidaklah Engkau menciptakan  semua ini  sia-sia, Maha Suci Engkau dari perbuatan sia-sia maka peliharalah kami dari azab Api. Wahai Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam Api maka sungguh Engkau telah menghinakannya, dan sekali-kali tidak ada bagi orang-orang zalim seorang penolong pun.  Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mendengar seorang Penyeru menyeru kami kepada  ke-imanan seraya berkata:  "Berimanlah kamu kepada Tuhan-mu" maka kami telah beriman. Wahai Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami,  hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami bersama  orang-orang yang berbuat kebajikan. Wahai Tuhan kami, karena itu berikanlah kepada kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau, dan janganlah Engkau menghinakan kami pada Hari Kiamat, sesungguhnya Engkau tidak pernah menyalahi janji.” (Ali ‘Imran [3]:191-195).

“Penyeru” dari Allah yang Hakiki

      Ada pun jawaban Allah Swt. atas doa-doa yang mereka panjatkan tersebut adalah, firman-Nya:
فَاسۡتَجَابَ لَہُمۡ رَبُّہُمۡ اَنِّیۡ لَاۤ اُضِیۡعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِّنۡکُمۡ مِّنۡ ذَکَرٍ اَوۡ اُنۡثٰی ۚ بَعۡضُکُمۡ مِّنۡۢ  بَعۡضٍ ۚ فَالَّذِیۡنَ ہَاجَرُوۡا وَ اُخۡرِجُوۡا مِنۡ دِیَارِہِمۡ وَ اُوۡذُوۡا فِیۡ سَبِیۡلِیۡ وَ قٰتَلُوۡا وَ قُتِلُوۡا لَاُکَفِّرَنَّ عَنۡہُمۡ سَیِّاٰتِہِمۡ وَ لَاُدۡخِلَنَّہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ۚ ثَوَابًا مِّنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ ؕ وَ اللّٰہُ عِنۡدَہٗ حُسۡنُ الثَّوَابِ ﴿﴾
Maka Tuhan mereka telah mengabulkan doa mereka seraya berfirman: “Sesungguhnya Aku tidak akan menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal dari antara kamu baik laki-laki maupun perempuan. Sebagian kamu adalah dari sebagian lain,  maka orang-orang yang  hijrah, yang diusir dari rumah-rumahnya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang terbunuh, niscaya Aku akan menghapuskan dari mereka keburukan-keburukannya, dan niscaya Aku  akan memasukkan mereka ke dalam kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai sebagai ganjaran dari sisi Allah,   dan Allah di sisi-Nya sebaik-baik ganjaran.”  (Ali ‘Imran [3]:196).
        Memang benar,  bahwa yang dimaksud dengan “penyeru” dari Allah Swt. yang memanggil (menyeru) seluruh  umat manusia kepada agama dan keimanan yang hakiki  adalah Nabi Besar Muhammad saw.,  sebab beliau saw. itulah Da’ilallāh  (Penyeru kepada Allah) yang hakiki, firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا النَّبِیُّ  اِنَّاۤ  اَرۡسَلۡنٰکَ شَاہِدًا وَّ مُبَشِّرًا وَّ  نَذِیۡرًا ﴿ۙ﴾  وَّ دَاعِیًا اِلَی اللّٰہِ  بِاِذۡنِہٖ وَ سِرَاجًا مُّنِیۡرًا ﴿﴾   وَ بَشِّرِ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ بِاَنَّ لَہُمۡ مِّنَ اللّٰہِ فَضۡلًا کَبِیۡرًا ﴿﴾
Wahai Nabi, sesungguhnya Kami mengutus engkau sebagai saksi dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan.  Dan  sebagai penyeru kepada Allah dengan perintah-Nya, dan juga sebagai matahari yang memancarkan cahaya.  Dan berilah kabar gembira  kepada orang-orang beriman  bahwa sesungguhnya bagi mereka ada karunia yang besar dari Allah.   (Al-Ahzāb [33]:46-48). Lihat pula QS.48:9.
       Sebagaimana matahari merupakan titik-pusat alam semesta lahiriah, begitulah pribadi Nabi Besar Muhammad saw. pun merupakan titik-pusat alam keruhanian. Beliau saw. merupakan matahari dalam jumantara nabi-nabi dan mujaddid-mujaddid, yang seperti sekalian banyak bintang dan bulan berkeliling di sekitar beliau saw. dan meminjam cahaya dari beliau saw.. Nabi Besar Muhammad saw. diriwayatkan pernah bersabda: “Sahabat-sahabatku adalah bagaikan bintang-bintang yang begitu banyak; siapa pun di antara mereka kamu ikut, kamu akan mendapat petunjuk” (Tafsir Shaghir).
         Walau pun benar  bahwa yang dimaksud dengan “penyeru” dari Allah Swt. yang memanggil (menyeru) seluruh  umat manusia kepada agama dan keimanan yang hakiki  adalah Nabi Besar Muhammad saw.,  sebab beliau saw. itulah Da’ilallāh  (Penyeru kepada Allah) yang hakiki, tetapi dalam QS.62:3-4 Allah Swt. telah menyebutkan bahwa pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. tersebut tidak hanya di kalangan bangsa Arab jahiliyah saja, tetapi juga akan dibangkitkan lagi di kalangan “kaum lain” yang belum bergabung dengan umat Islam di zaman beliau saw..

Pengutusan Nabi Besar Muhammad Saw.
Kedua Kali di Akhir Zaman

       Masalah ini telah dikemukakan pada Bagian 12 dalam pembahasan tanda-tanda orang-orang bertakwa (QS.2:3-4) mengenai makna lain “al-akhirat” yaitu “wahyu yang akan datang”, sebagaimana  dikemukakan Allah Swt.  dalam QS.62:3-4; di sana Al-Quran menyebut dua kebangkitan  (pengutusan) Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾  وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾  ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nyamensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah  walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata. Dan Dia akan mem-bangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan, Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.  Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah [62]:3-5).
       Kedatangan beliau saw.  untuk pertama kali terjadi di tengah orang-orang Arab jahiliyah yang butahuruf dalam abad ke-7 Masehi, ketika Al-Quran diwahyukan kepada beliau saw., dan yang kedua terjadi di Akhir Zaman dalam wujud seorang dari antara para pengikut beliau saw..
         Nubuatan tersebut  menjadi sempurna dalam wujud  Mirza Ghulam Ahmad a.s. yakni Al-Masih Mau’ud a.s. (Al-Masih yang dijanjikan) atau Rasul Akhir Zaman, yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh semua umat beragama, dengan nama yang berlainan, firman-Nya:
وَ  اِذَا  الرُّسُلُ  اُقِّتَتۡ ﴿ؕ﴾    لِاَیِّ  یَوۡمٍ اُجِّلَتۡ ﴿ؕ﴾   لِیَوۡمِ  الۡفَصۡلِ ﴿ۚ﴾  وَ  مَاۤ   اَدۡرٰىکَ مَا یَوۡمُ الۡفَصۡلِ ﴿ؕ﴾   وَیۡلٌ  یَّوۡمَئِذٍ  لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿﴾   اَلَمۡ  نُہۡلِکِ  الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿ؕ ﴾   ثُمَّ  نُتۡبِعُہُمُ   الۡاٰخِرِیۡنَ ﴿ ﴾  کَذٰلِکَ نَفۡعَلُ  بِالۡمُجۡرِمِیۡنَ ﴿ ﴾   وَیۡلٌ  یَّوۡمَئِذٍ  لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿ ﴾
Dan apabila rasul-rasul didatangkan pada waktu yang ditentukan.  Hingga hari apakah kedatangannya ditangguhkan?  Hingga Hari Keputusan.  Dan apa yang engkau ketahui tentang Hari Keputusan itu?  Celakalah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.  Tidakkah Kami telah  membinasakan kaum-kaum dahulu? Kemudian Kami mengikutkan mereka orang-orang yang datang kemudian. Demikianlah perlakuan Kami terhadap orang-orang berdosa.  Celakalah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. (Al-Mursalāt [77]:12-20).

Missi Suci Universal Nabi Besar Muhammad saw.

   Tugas suci Nabi Besar Muhammad saw. sebagai Yā Sīn  (Pemimpin yang sempurna) meliputi penunaian keempat macam kewajiban mulia yang disebut dalam ayat ini. Tugas agung dan mulia itulah yang dipercayakan kepada beliau saw., sebab untuk kedatangan beliau saw. di tengah-tengah orang-orang Arab yang buta huruf  serta jahiliyah itu,  leluhur beliau, Nabi Ibrahim a.s., telah memanjatkan doa beberapa ribu tahun yang lampau ketika dengan disertai putranya, Nabi Isma’il a.s., beliau mendirikan dasar (pondasi) Ka’bah (QS.2:128-130).
    Pada hakikatnya tidak ada Pembaharu dapat benar-benar berhasil dalam misinya bila ia tidak menyiapkan -- dengan contoh mulia dan quat-qudsiahnya (daya pensuciannya – QS.33:22; QS.69:2-5) -- suatu jemaat yang pengikut-pengikutnya terdiri dari orang-orang mukhlis, patuh, dan bertakwa, yang kepada mereka itu mula-mula mengajarkan cita-cita dan asas-asas ajarannya serta mengajarkan falsafah, arti, dan kepentingan cita-cita dan asas-asas ajarannya itu,  kemudian mengirimkan pengikut-pengikutnya ke luar negeri untuk mendakwahkan ajaran itu kepada bangsa lain.
   Didikan (tarbiyat) yang Nabi Besar Muhammad saw. berikan kepada para pengikut beliau saw. memperluas dan mempertajam kecerdasan mereka, dan falsafah ajaran beliau saw. menimbulkan dalam diri mereka keyakinan iman, dan contoh mulia beliau saw. menciptakan di dalam diri mereka kesucian hati. Kenyataan-dasar agama itulah yang diisyaratkan oleh ayat ini, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾  
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf seorang  rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nyamensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah  walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata. (Al-Jumu’ah [62]:3).
    Memang benar, bahwa di masa Nabi Besar Muhammad saw. sampai dengan masa para Khulafatur Rasyidah dengan karunia Allah Swt. agama Islam (Al-Quran) dari segi kualitas telah dapat mengungguli ajaran agama dari berbagai umat beragama lainnya, tetapi dari segi kuantitas --   termasuk jumlah para pemeluk agama --  umat Islam belum menjadi mayoritas  penduduk dunia, karena di seluruh dunia pada saat itu – bahkan hingga di Akhir Zaman ini -- jumlah golongan non Muslim masih lebih banyak daripada jumlah umat Islam.

“Kaum Lain” di Kalangan Umat Islam

   Dalam rangka mewujudkan keunggulan umat  Islam kedua kali – baik dari segi kualitas ajarannya mau pun dari segi kuantitas jumlah pemeluknya --  maka dalam ayat selanjut Allah Swt. berfirman:
وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾
“Dan Dia akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan, Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.  (Al-Jumu’ah [62]:4).
   Kenapa demikian? Sebab ajaran Al-Quran yang di ajarkan Nabi Besar Muhammad saw. ditujukan bukan kepada bangsa Arab (Bani Isma’il) belaka, -- yang di tengah-tengah bangsa itu beliau saw.  dibangkitkan -- melainkan kepada seluruh bangsa bukan-Arab juga, dan bukan hanya kepada orang-orang sezaman beliau saw., melainkan juga kepada generasi demi generasi  manusia yang akan datang hingga kiamat.
   Atau ayat ini dapat juga berarti bahwa Nabi Besar Muhammad saw.   akan dibangkitkan di antara kaum yang belum pernah tergabung dalam para pengikut (umat Islam) semasa hidup beliau saw.. Isyarat di dalam ayat ini dan di dalam hadits Nabi saw. yang termasyhur, tertuju kepada pengutusan Nabi Besar Muhammad saw.   untuk kedua kali dalam wujud  Al-Masih Mau’ud a.s. di Akhir zaman.
    Abu Hurairah r.a. berkata: “Pada suatu hari kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullāh saw., ketika Surah Jumu’ah diturunkan. Saya minta keterangan kepada Rasulullah saw.: “Siapakah yang diisyaratkan oleh kata-kata Dan Dia akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka yang belum bertemu dengan mereka?” – Salman al-Farsi (Salman asal Parsi) sedang duduk di antara kami.
Setelah saya berulang-ulang mengajukan pertanyaan itu,  Nabi Besar Muhammad saw.  meletakkan tangan beliau pada Salman dan bersabda: “Bila iman telah terbang ke Bintang Tsuraya, seorang lelaki dari mereka ini pasti akan menemukannya.” (Bukhari).
   Hadits Nabi saw. ini menunjukkan bahwa ayat ini dikenakan kepada seorang lelaki dari keturunan Parsi.  AlMasih Mau’ud a.s. – Mirza Ghulam Ahmad a.s. -- Pendiri Jemaat Ahmadiyah, adalah dari keturunan Parsi. Hadits Nabi saw. lainnya menyebutkan kedatangan Al-Masih pada saat ketika “tidak ada yang tertinggal di dalam Al-Quran kecuali kata-katanya, dan tidak ada yang tertinggal di dalam Islam selain namanya, yaitu, jiwa ajaran Islam yang sejati akan lenyap” (Baihaqi). Jadi, Al-Quran dan hadits kedua-duanya sepakat bahwa ayat ini menunjuk kepada kedatangan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw.   dalam wujud Al-Masih Mau’ud a.s. atau  Rasul Akhir Zaman yang datang untuk  mewujudkan  kejayaan Islam kedua kali, firman-Nya:
     ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama, walaupun orang musyrik tidak menyukai. (Al-Shaf [61]:10).
   Kebanyakan ahli tafsir Al-Quran sepakat bahwa ayat ini kena untuk Al-Masih yang dijanjikan (Al-Masih Mau’ud a.s.), sebab di zaman beliau semua agama muncul dan keunggulan Islamdi atas semua agama akan menjadi kepastian.            (Bersambung).


Rujukan: The Holy Quran
Editor:    Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar”, 10 Ramadhan 2012
Ki Langlang Buana Kusuma