بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
SURAH YÂ SÎN
JANTUNG AL-QURAN
BAB 21
“Rasul Akhir
Zaman”
Oleh
Ki Langlang
Buana Kusuma
Dalam BAB 20 telah dijelaskan
mengenai pengabulan doa “orang-orang
berakal” yang dizalimi hanya
karena mereka beriman kepada “Penyeru”
dari Allah Swt., yang menyeru seluruh umat manusia kepada agama
dan keimanan yang hakiki, firman-Nya:
اِنَّ فِیۡ خَلۡقِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ اخۡتِلَافِ
الَّیۡلِ وَ النَّہَارِ لَاٰیٰتٍ لِّاُولِی
الۡاَلۡبَابِ ﴿ ﴾ۚۙ الَّذِیۡنَ یَذۡکُرُوۡنَ اللّٰہَ قِیٰمًا وَّ قُعُوۡدًا وَّ عَلٰی جُنُوۡبِہِمۡ
وَ یَتَفَکَّرُوۡنَ فِیۡ خَلۡقِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ۚ رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ
ہٰذَا بَاطِلًا ۚ سُبۡحٰنَکَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ﴿ ﴾ رَبَّنَاۤ اِنَّکَ مَنۡ تُدۡخِلِ النَّارَ فَقَدۡ
اَخۡزَیۡتَہٗ ؕ وَ مَا لِلظّٰلِمِیۡنَ مِنۡ اَنۡصَارٍ ﴿ ﴾ رَبَّنَاۤ اِنَّنَا سَمِعۡنَا مُنَادِیًا
یُّنَادِیۡ لِلۡاِیۡمَانِ اَنۡ اٰمِنُوۡا بِرَبِّکُمۡ فَاٰمَنَّا ٭ۖ رَبَّنَا فَاغۡفِرۡ لَنَا
ذُنُوۡبَنَا وَ کَفِّرۡ عَنَّا سَیِّاٰتِنَا وَ تَوَفَّنَا مَعَ الۡاَبۡرَارِ ﴿ ﴾ۚ رَبَّنَا وَ اٰتِنَا مَا وَعَدۡتَّنَا عَلٰی
رُسُلِکَ وَ لَا تُخۡزِنَا یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ ؕ اِنَّکَ لَا تُخۡلِفُ الۡمِیۡعَادَ
﴿ ﴾
Sesungguhnya dalam penciptaan seluruh langit dan bumi
serta pertukaran malam dan siang benar-benar terdapat Tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, dan sambil berbaring atas rusuk mereka, dan mereka memikirkan mengenai penciptaan
seluruh langit dan bumi seraya
berkata: “Ya Tuhan kami, sekali-kali
tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia, Maha Suci Engkau
dari perbuatan sia-sia maka
peliharalah kami dari azab Api. Wahai Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam
Api maka sungguh Engkau telah
menghinakannya, dan sekali-kali
tidak ada bagi orang-orang zalim seorang penolong pun. Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mendengar seorang Penyeru
menyeru kami kepada ke-imanan
seraya berkata: "Berimanlah kamu kepada Tuhan-mu"
maka kami telah beriman. Wahai Tuhan
kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami, hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan
kami, dan wafatkanlah kami bersama orang-orang yang berbuat kebajikan. Wahai
Tuhan kami, karena itu berikanlah kepada kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau, dan janganlah Engkau menghinakan kami pada Hari
Kiamat, sesungguhnya Engkau tidak pernah
menyalahi janji.” (Ali ‘Imran [3]:191-195).
“Penyeru” dari Allah yang Hakiki
Ada pun jawaban Allah Swt. atas doa-doa
yang mereka panjatkan tersebut adalah, firman-Nya:
فَاسۡتَجَابَ لَہُمۡ رَبُّہُمۡ اَنِّیۡ لَاۤ اُضِیۡعُ
عَمَلَ عَامِلٍ مِّنۡکُمۡ مِّنۡ ذَکَرٍ اَوۡ اُنۡثٰی ۚ بَعۡضُکُمۡ مِّنۡۢ بَعۡضٍ ۚ فَالَّذِیۡنَ ہَاجَرُوۡا وَ اُخۡرِجُوۡا
مِنۡ دِیَارِہِمۡ وَ اُوۡذُوۡا فِیۡ سَبِیۡلِیۡ وَ قٰتَلُوۡا وَ قُتِلُوۡا
لَاُکَفِّرَنَّ عَنۡہُمۡ سَیِّاٰتِہِمۡ وَ لَاُدۡخِلَنَّہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ۚ ثَوَابًا مِّنۡ
عِنۡدِ اللّٰہِ ؕ وَ اللّٰہُ عِنۡدَہٗ حُسۡنُ الثَّوَابِ ﴿﴾
Maka Tuhan mereka telah mengabulkan doa mereka seraya berfirman: “Sesungguhnya
Aku tidak akan menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal dari antara kamu
baik laki-laki maupun perempuan. Sebagian
kamu adalah dari sebagian lain, maka orang-orang yang hijrah,
yang diusir dari rumah-rumahnya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang terbunuh, niscaya Aku
akan menghapuskan dari mereka keburukan-keburukannya, dan niscaya Aku akan memasukkan mereka ke dalam
kebun-kebun yang di bawahnya
mengalir sungai-sungai sebagai ganjaran
dari sisi Allah, dan Allah di
sisi-Nya sebaik-baik ganjaran.” (Ali
‘Imran [3]:196).
Memang benar, bahwa yang dimaksud dengan “penyeru”
dari Allah Swt. yang memanggil
(menyeru) seluruh umat manusia kepada agama
dan keimanan yang hakiki adalah Nabi Besar Muhammad saw., sebab beliau saw. itulah Da’ilallāh (Penyeru kepada
Allah) yang hakiki, firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا
النَّبِیُّ اِنَّاۤ اَرۡسَلۡنٰکَ شَاہِدًا وَّ مُبَشِّرًا وَّ نَذِیۡرًا ﴿ۙ﴾
وَّ دَاعِیًا اِلَی اللّٰہِ
بِاِذۡنِہٖ وَ سِرَاجًا مُّنِیۡرًا ﴿﴾ وَ بَشِّرِ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ بِاَنَّ لَہُمۡ
مِّنَ اللّٰہِ فَضۡلًا کَبِیۡرًا ﴿﴾
Wahai Nabi, sesungguhnya Kami mengutus engkau sebagai saksi dan pembawa kabar gembira dan pemberi
peringatan. Dan sebagai penyeru
kepada Allah dengan perintah-Nya,
dan juga sebagai matahari yang
memancarkan cahaya. Dan
berilah kabar gembira kepada orang-orang
beriman bahwa sesungguhnya bagi mereka ada karunia yang besar dari Allah. (Al-Ahzāb [33]:46-48). Lihat pula
QS.48:9.
Sebagaimana matahari merupakan titik-pusat
alam semesta lahiriah, begitulah pribadi Nabi
Besar Muhammad saw. pun merupakan titik-pusat
alam keruhanian. Beliau saw. merupakan matahari
dalam jumantara nabi-nabi dan mujaddid-mujaddid, yang seperti sekalian
banyak bintang dan bulan berkeliling di sekitar beliau saw.
dan meminjam cahaya dari beliau saw..
Nabi Besar Muhammad saw. diriwayatkan pernah bersabda: “Sahabat-sahabatku adalah bagaikan bintang-bintang yang begitu banyak;
siapa pun di antara mereka kamu ikut, kamu akan mendapat petunjuk” (Tafsir
Shaghir).
Walau pun benar bahwa yang dimaksud dengan “penyeru” dari Allah Swt. yang memanggil (menyeru) seluruh umat
manusia kepada agama dan keimanan yang hakiki adalah Nabi
Besar Muhammad saw., sebab beliau
saw. itulah Da’ilallāh (Penyeru kepada Allah) yang hakiki, tetapi
dalam QS.62:3-4 Allah Swt. telah menyebutkan bahwa pengutusan Nabi Besar
Muhammad saw. tersebut tidak hanya di kalangan bangsa Arab jahiliyah saja, tetapi juga akan dibangkitkan lagi di kalangan “kaum lain” yang belum bergabung dengan umat
Islam di zaman beliau saw..
Pengutusan Nabi Besar Muhammad Saw.
Kedua Kali di Akhir Zaman
Masalah ini telah dikemukakan pada Bagian 12
dalam pembahasan tanda-tanda orang-orang
bertakwa (QS.2:3-4) mengenai makna lain “al-akhirat” yaitu “wahyu yang
akan datang”, sebagaimana
dikemukakan Allah Swt. dalam
QS.62:3-4; di sana Al-Quran menyebut dua kebangkitan
(pengutusan) Nabi Besar Muhammad saw.,
firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ
بَعَثَ فِی الۡاُمِّیّٖنَ رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ
وَ یُزَکِّیۡہِمۡ وَ یُعَلِّمُہُمُ
الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾ وَّ اٰخَرِیۡنَ
مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ
ہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ
وَ اللّٰہُ ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Dia-lah Yang
telah membangkitkan di kalangan bangsa
yang buta huruf seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan
mereka, dan mengajarkan kepada
mereka Kitab dan Hikmah walaupun
sebelumnya mereka berada dalam kesesatan
yang nyata. Dan Dia akan mem-bangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan, Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha
Bijaksana. Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya
kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan
Allah mempunyai karunia yang besar.
(Al-Jumu’ah
[62]:3-5).
Kedatangan beliau saw. untuk pertama kali terjadi di tengah orang-orang Arab jahiliyah yang butahuruf dalam
abad ke-7 Masehi, ketika Al-Quran
diwahyukan kepada beliau saw., dan yang kedua terjadi di Akhir Zaman dalam wujud seorang dari
antara para pengikut beliau saw..
Nubuatan tersebut menjadi
sempurna dalam wujud Mirza
Ghulam Ahmad a.s. yakni Al-Masih Mau’ud a.s. (Al-Masih yang
dijanjikan) atau Rasul Akhir Zaman, yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh semua umat beragama, dengan nama yang berlainan, firman-Nya:
وَ اِذَا الرُّسُلُ اُقِّتَتۡ ﴿ؕ﴾ لِاَیِّ یَوۡمٍ
اُجِّلَتۡ ﴿ؕ﴾
لِیَوۡمِ
الۡفَصۡلِ ﴿ۚ﴾ وَ مَاۤ اَدۡرٰىکَ
مَا یَوۡمُ الۡفَصۡلِ ﴿ؕ﴾ وَیۡلٌ یَّوۡمَئِذٍ لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿﴾ اَلَمۡ نُہۡلِکِ
الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿ؕ ﴾ ثُمَّ نُتۡبِعُہُمُ الۡاٰخِرِیۡنَ
﴿ ﴾ کَذٰلِکَ نَفۡعَلُ بِالۡمُجۡرِمِیۡنَ ﴿ ﴾ وَیۡلٌ یَّوۡمَئِذٍ لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿ ﴾
Dan apabila rasul-rasul didatangkan
pada waktu yang ditentukan. Hingga hari apakah kedatangannya ditangguhkan? Hingga Hari
Keputusan. Dan apa yang engkau
ketahui tentang Hari Keputusan itu? Celakalah
pada hari itu bagi orang-orang yang
mendustakan. Tidakkah Kami
telah membinasakan kaum-kaum dahulu? Kemudian Kami mengikutkan mereka orang-orang yang datang kemudian. Demikianlah
perlakuan Kami terhadap orang-orang
berdosa. Celakalah pada hari itu bagi orang-orang
yang mendustakan. (Al-Mursalāt [77]:12-20).
Missi Suci Universal Nabi Besar Muhammad saw.
Tugas suci Nabi Besar
Muhammad saw. sebagai Yā Sīn (Pemimpin yang sempurna) meliputi penunaian
keempat macam kewajiban mulia yang
disebut dalam ayat ini. Tugas agung dan mulia itulah yang dipercayakan kepada
beliau saw., sebab untuk kedatangan
beliau saw. di tengah-tengah orang-orang
Arab yang buta huruf serta jahiliyah
itu, leluhur beliau, Nabi Ibrahim a.s.,
telah memanjatkan doa beberapa ribu tahun yang lampau ketika dengan disertai
putranya, Nabi Isma’il a.s., beliau mendirikan dasar (pondasi) Ka’bah (QS.2:128-130).
Pada hakikatnya tidak ada
Pembaharu dapat benar-benar berhasil
dalam misinya bila ia tidak menyiapkan -- dengan contoh mulia dan quat-qudsiahnya
(daya pensuciannya – QS.33:22; QS.69:2-5) -- suatu jemaat yang pengikut-pengikutnya terdiri dari orang-orang mukhlis,
patuh, dan bertakwa, yang kepada mereka itu mula-mula mengajarkan cita-cita dan asas-asas ajarannya serta mengajarkan falsafah, arti, dan
kepentingan cita-cita dan asas-asas ajarannya itu, kemudian mengirimkan pengikut-pengikutnya ke
luar negeri untuk mendakwahkan ajaran
itu kepada bangsa lain.
Didikan (tarbiyat) yang Nabi Besar Muhammad saw. berikan kepada
para pengikut beliau saw. memperluas dan mempertajam kecerdasan mereka, dan falsafah
ajaran beliau saw. menimbulkan dalam diri mereka keyakinan iman, dan contoh
mulia beliau saw. menciptakan di dalam diri mereka kesucian hati. Kenyataan-dasar
agama itulah yang diisyaratkan oleh ayat ini, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ
بَعَثَ فِی الۡاُمِّیّٖنَ رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ
وَ یُزَکِّیۡہِمۡ وَ یُعَلِّمُہُمُ
الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾
Dia-lah Yang
telah membangkitkan di kalangan bangsa
yang buta huruf seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan
mereka, dan mengajarkan kepada
mereka Kitab dan Hikmah walaupun
sebelumnya mereka berada dalam kesesatan
yang nyata. (Al-Jumu’ah [62]:3).
Memang benar, bahwa di
masa Nabi Besar Muhammad saw. sampai dengan masa para Khulafatur Rasyidah dengan karunia Allah Swt. agama Islam (Al-Quran) dari segi kualitas telah dapat mengungguli
ajaran agama dari berbagai umat
beragama lainnya, tetapi dari segi kuantitas
-- termasuk jumlah para pemeluk agama --
umat Islam belum menjadi mayoritas penduduk dunia, karena di seluruh dunia pada
saat itu – bahkan hingga di Akhir Zaman
ini -- jumlah golongan non Muslim
masih lebih banyak daripada jumlah umat Islam.
“Kaum Lain” di Kalangan Umat
Islam
Dalam rangka mewujudkan keunggulan umat Islam kedua kali – baik dari segi kualitas ajarannya mau pun dari segi
kuantitas jumlah pemeluknya -- maka dalam
ayat selanjut Allah Swt. berfirman:
وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ
لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾
“Dan Dia
akan membangkitkannya pada kaum lain
dari antara mereka, yang belum
bertemu dengan mereka. Dan, Dia-lah
Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.
(Al-Jumu’ah [62]:4).
Kenapa demikian? Sebab ajaran Al-Quran yang di ajarkan Nabi
Besar Muhammad saw. ditujukan bukan kepada bangsa
Arab (Bani Isma’il) belaka, -- yang di tengah-tengah bangsa itu beliau saw.
dibangkitkan -- melainkan kepada seluruh
bangsa bukan-Arab juga, dan bukan
hanya kepada orang-orang sezaman
beliau saw., melainkan juga kepada generasi
demi generasi manusia yang akan datang hingga kiamat.
Atau ayat ini dapat juga
berarti bahwa Nabi Besar Muhammad saw. akan dibangkitkan
di antara kaum yang belum pernah tergabung dalam para
pengikut (umat Islam) semasa hidup
beliau saw.. Isyarat di dalam ayat ini dan di dalam hadits Nabi saw. yang
termasyhur, tertuju kepada pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. untuk kedua kali dalam wujud Al-Masih
Mau’ud a.s. di Akhir zaman.
Abu Hurairah r.a.
berkata: “Pada suatu hari kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullāh saw.,
ketika Surah Jumu’ah diturunkan. Saya minta keterangan kepada Rasulullah saw.:
“Siapakah yang diisyaratkan oleh kata-kata Dan Dia akan membangkitkannya
pada kaum lain dari antara mereka yang belum bertemu dengan mereka?” –
Salman al-Farsi (Salman asal Parsi) sedang duduk di antara kami.
Setelah saya berulang-ulang mengajukan pertanyaan itu, Nabi Besar Muhammad saw. meletakkan tangan beliau pada Salman dan
bersabda: “Bila iman telah terbang ke
Bintang Tsuraya, seorang lelaki dari mereka ini pasti akan menemukannya.” (Bukhari).
Hadits Nabi saw. ini
menunjukkan bahwa ayat ini dikenakan kepada seorang lelaki dari keturunan
Parsi. AlMasih Mau’ud a.s. – Mirza
Ghulam Ahmad a.s. -- Pendiri Jemaat Ahmadiyah, adalah dari
keturunan Parsi. Hadits Nabi saw. lainnya menyebutkan kedatangan Al-Masih pada saat ketika “tidak ada yang tertinggal di dalam Al-Quran
kecuali kata-katanya, dan tidak ada yang tertinggal di dalam Islam selain
namanya, yaitu, jiwa ajaran Islam yang sejati akan lenyap” (Baihaqi). Jadi, Al-Quran dan
hadits kedua-duanya sepakat bahwa ayat ini menunjuk kepada kedatangan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. dalam
wujud Al-Masih Mau’ud a.s. atau
Rasul Akhir Zaman yang datang untuk
mewujudkan kejayaan Islam kedua kali, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ
اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ کَرِہَ
الۡمُشۡرِکُوۡنَ ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama,
walaupun orang musyrik tidak menyukai.
(Al-Shaf
[61]:10).
Kebanyakan ahli tafsir Al-Quran sepakat bahwa ayat ini kena
untuk Al-Masih yang dijanjikan (Al-Masih
Mau’ud a.s.), sebab di zaman beliau semua
agama muncul dan keunggulan Islamdi atas semua agama akan menjadi kepastian. (Bersambung).
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
“Pajajaran
Anyar”, 10 Ramadhan 2012
Ki Langlang Buana Kusuma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar