Senin, 30 Juli 2012

"Rasul Akhir Zaman"



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


  SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN

BAB  21

“Rasul Akhir Zaman”  

                                                                      Oleh
                                                                                
Ki Langlang Buana Kusuma


Dalam BAB 20 telah dijelaskan mengenai pengabulan doa “orang-orang berakal” yang dizalimi hanya karena mereka beriman kepada “Penyeru” dari Allah Swt., yang menyeru seluruh umat manusia kepada  agama dan keimanan   yang hakiki,  firman-Nya:
اِنَّ فِیۡ خَلۡقِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ اخۡتِلَافِ الَّیۡلِ وَ النَّہَارِ لَاٰیٰتٍ  لِّاُولِی الۡاَلۡبَابِ ﴿ ﴾ۚۙ   الَّذِیۡنَ یَذۡکُرُوۡنَ اللّٰہَ  قِیٰمًا وَّ قُعُوۡدًا وَّ عَلٰی جُنُوۡبِہِمۡ وَ یَتَفَکَّرُوۡنَ فِیۡ خَلۡقِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ۚ رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ ہٰذَا بَاطِلًا ۚ سُبۡحٰنَکَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ﴿ ﴾  رَبَّنَاۤ اِنَّکَ مَنۡ تُدۡخِلِ النَّارَ فَقَدۡ اَخۡزَیۡتَہٗ ؕ وَ مَا لِلظّٰلِمِیۡنَ مِنۡ اَنۡصَارٍ ﴿ ﴾   رَبَّنَاۤ اِنَّنَا سَمِعۡنَا مُنَادِیًا یُّنَادِیۡ لِلۡاِیۡمَانِ اَنۡ اٰمِنُوۡا بِرَبِّکُمۡ  فَاٰمَنَّا ٭ۖ رَبَّنَا فَاغۡفِرۡ لَنَا ذُنُوۡبَنَا وَ کَفِّرۡ عَنَّا سَیِّاٰتِنَا وَ تَوَفَّنَا مَعَ  الۡاَبۡرَارِ ﴿ ﴾ۚ  رَبَّنَا وَ اٰتِنَا مَا وَعَدۡتَّنَا عَلٰی رُسُلِکَ وَ لَا تُخۡزِنَا یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ ؕ اِنَّکَ لَا تُخۡلِفُ الۡمِیۡعَادَ ﴿  ﴾
Sesungguhnya dalam penciptaan seluruh langit dan bumi serta   pertukaran malam dan siang benar-benar terdapat Tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu  orang-orang yang  mengingat Allah sambil berdiri, duduk, dan sambil  berbaring atas rusuk mereka, dan mereka memikirkan mengenai penciptaan seluruh langit dan bumi  seraya berkata: “Ya Tuhan kami, sekali-kali tidaklah Engkau menciptakan  semua ini  sia-sia, Maha Suci Engkau dari perbuatan sia-sia maka peliharalah kami dari azab Api. Wahai Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam Api maka sungguh Engkau telah menghinakannya, dan sekali-kali tidak ada bagi orang-orang zalim seorang penolong pun.  Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mendengar seorang Penyeru menyeru kami kepada  ke-imanan seraya berkata:  "Berimanlah kamu kepada Tuhan-mu" maka kami telah beriman. Wahai Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami,  hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami bersama  orang-orang yang berbuat kebajikan. Wahai Tuhan kami, karena itu berikanlah kepada kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau, dan janganlah Engkau menghinakan kami pada Hari Kiamat, sesungguhnya Engkau tidak pernah menyalahi janji.” (Ali ‘Imran [3]:191-195).

“Penyeru” dari Allah yang Hakiki

      Ada pun jawaban Allah Swt. atas doa-doa yang mereka panjatkan tersebut adalah, firman-Nya:
فَاسۡتَجَابَ لَہُمۡ رَبُّہُمۡ اَنِّیۡ لَاۤ اُضِیۡعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِّنۡکُمۡ مِّنۡ ذَکَرٍ اَوۡ اُنۡثٰی ۚ بَعۡضُکُمۡ مِّنۡۢ  بَعۡضٍ ۚ فَالَّذِیۡنَ ہَاجَرُوۡا وَ اُخۡرِجُوۡا مِنۡ دِیَارِہِمۡ وَ اُوۡذُوۡا فِیۡ سَبِیۡلِیۡ وَ قٰتَلُوۡا وَ قُتِلُوۡا لَاُکَفِّرَنَّ عَنۡہُمۡ سَیِّاٰتِہِمۡ وَ لَاُدۡخِلَنَّہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ۚ ثَوَابًا مِّنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ ؕ وَ اللّٰہُ عِنۡدَہٗ حُسۡنُ الثَّوَابِ ﴿﴾
Maka Tuhan mereka telah mengabulkan doa mereka seraya berfirman: “Sesungguhnya Aku tidak akan menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal dari antara kamu baik laki-laki maupun perempuan. Sebagian kamu adalah dari sebagian lain,  maka orang-orang yang  hijrah, yang diusir dari rumah-rumahnya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang terbunuh, niscaya Aku akan menghapuskan dari mereka keburukan-keburukannya, dan niscaya Aku  akan memasukkan mereka ke dalam kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai sebagai ganjaran dari sisi Allah,   dan Allah di sisi-Nya sebaik-baik ganjaran.”  (Ali ‘Imran [3]:196).
        Memang benar,  bahwa yang dimaksud dengan “penyeru” dari Allah Swt. yang memanggil (menyeru) seluruh  umat manusia kepada agama dan keimanan yang hakiki  adalah Nabi Besar Muhammad saw.,  sebab beliau saw. itulah Da’ilallāh  (Penyeru kepada Allah) yang hakiki, firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا النَّبِیُّ  اِنَّاۤ  اَرۡسَلۡنٰکَ شَاہِدًا وَّ مُبَشِّرًا وَّ  نَذِیۡرًا ﴿ۙ﴾  وَّ دَاعِیًا اِلَی اللّٰہِ  بِاِذۡنِہٖ وَ سِرَاجًا مُّنِیۡرًا ﴿﴾   وَ بَشِّرِ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ بِاَنَّ لَہُمۡ مِّنَ اللّٰہِ فَضۡلًا کَبِیۡرًا ﴿﴾
Wahai Nabi, sesungguhnya Kami mengutus engkau sebagai saksi dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan.  Dan  sebagai penyeru kepada Allah dengan perintah-Nya, dan juga sebagai matahari yang memancarkan cahaya.  Dan berilah kabar gembira  kepada orang-orang beriman  bahwa sesungguhnya bagi mereka ada karunia yang besar dari Allah.   (Al-Ahzāb [33]:46-48). Lihat pula QS.48:9.
       Sebagaimana matahari merupakan titik-pusat alam semesta lahiriah, begitulah pribadi Nabi Besar Muhammad saw. pun merupakan titik-pusat alam keruhanian. Beliau saw. merupakan matahari dalam jumantara nabi-nabi dan mujaddid-mujaddid, yang seperti sekalian banyak bintang dan bulan berkeliling di sekitar beliau saw. dan meminjam cahaya dari beliau saw.. Nabi Besar Muhammad saw. diriwayatkan pernah bersabda: “Sahabat-sahabatku adalah bagaikan bintang-bintang yang begitu banyak; siapa pun di antara mereka kamu ikut, kamu akan mendapat petunjuk” (Tafsir Shaghir).
         Walau pun benar  bahwa yang dimaksud dengan “penyeru” dari Allah Swt. yang memanggil (menyeru) seluruh  umat manusia kepada agama dan keimanan yang hakiki  adalah Nabi Besar Muhammad saw.,  sebab beliau saw. itulah Da’ilallāh  (Penyeru kepada Allah) yang hakiki, tetapi dalam QS.62:3-4 Allah Swt. telah menyebutkan bahwa pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. tersebut tidak hanya di kalangan bangsa Arab jahiliyah saja, tetapi juga akan dibangkitkan lagi di kalangan “kaum lain” yang belum bergabung dengan umat Islam di zaman beliau saw..

Pengutusan Nabi Besar Muhammad Saw.
Kedua Kali di Akhir Zaman

       Masalah ini telah dikemukakan pada Bagian 12 dalam pembahasan tanda-tanda orang-orang bertakwa (QS.2:3-4) mengenai makna lain “al-akhirat” yaitu “wahyu yang akan datang”, sebagaimana  dikemukakan Allah Swt.  dalam QS.62:3-4; di sana Al-Quran menyebut dua kebangkitan  (pengutusan) Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾  وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾  ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nyamensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah  walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata. Dan Dia akan mem-bangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan, Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.  Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah [62]:3-5).
       Kedatangan beliau saw.  untuk pertama kali terjadi di tengah orang-orang Arab jahiliyah yang butahuruf dalam abad ke-7 Masehi, ketika Al-Quran diwahyukan kepada beliau saw., dan yang kedua terjadi di Akhir Zaman dalam wujud seorang dari antara para pengikut beliau saw..
         Nubuatan tersebut  menjadi sempurna dalam wujud  Mirza Ghulam Ahmad a.s. yakni Al-Masih Mau’ud a.s. (Al-Masih yang dijanjikan) atau Rasul Akhir Zaman, yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh semua umat beragama, dengan nama yang berlainan, firman-Nya:
وَ  اِذَا  الرُّسُلُ  اُقِّتَتۡ ﴿ؕ﴾    لِاَیِّ  یَوۡمٍ اُجِّلَتۡ ﴿ؕ﴾   لِیَوۡمِ  الۡفَصۡلِ ﴿ۚ﴾  وَ  مَاۤ   اَدۡرٰىکَ مَا یَوۡمُ الۡفَصۡلِ ﴿ؕ﴾   وَیۡلٌ  یَّوۡمَئِذٍ  لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿﴾   اَلَمۡ  نُہۡلِکِ  الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿ؕ ﴾   ثُمَّ  نُتۡبِعُہُمُ   الۡاٰخِرِیۡنَ ﴿ ﴾  کَذٰلِکَ نَفۡعَلُ  بِالۡمُجۡرِمِیۡنَ ﴿ ﴾   وَیۡلٌ  یَّوۡمَئِذٍ  لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿ ﴾
Dan apabila rasul-rasul didatangkan pada waktu yang ditentukan.  Hingga hari apakah kedatangannya ditangguhkan?  Hingga Hari Keputusan.  Dan apa yang engkau ketahui tentang Hari Keputusan itu?  Celakalah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.  Tidakkah Kami telah  membinasakan kaum-kaum dahulu? Kemudian Kami mengikutkan mereka orang-orang yang datang kemudian. Demikianlah perlakuan Kami terhadap orang-orang berdosa.  Celakalah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. (Al-Mursalāt [77]:12-20).

Missi Suci Universal Nabi Besar Muhammad saw.

   Tugas suci Nabi Besar Muhammad saw. sebagai Yā Sīn  (Pemimpin yang sempurna) meliputi penunaian keempat macam kewajiban mulia yang disebut dalam ayat ini. Tugas agung dan mulia itulah yang dipercayakan kepada beliau saw., sebab untuk kedatangan beliau saw. di tengah-tengah orang-orang Arab yang buta huruf  serta jahiliyah itu,  leluhur beliau, Nabi Ibrahim a.s., telah memanjatkan doa beberapa ribu tahun yang lampau ketika dengan disertai putranya, Nabi Isma’il a.s., beliau mendirikan dasar (pondasi) Ka’bah (QS.2:128-130).
    Pada hakikatnya tidak ada Pembaharu dapat benar-benar berhasil dalam misinya bila ia tidak menyiapkan -- dengan contoh mulia dan quat-qudsiahnya (daya pensuciannya – QS.33:22; QS.69:2-5) -- suatu jemaat yang pengikut-pengikutnya terdiri dari orang-orang mukhlis, patuh, dan bertakwa, yang kepada mereka itu mula-mula mengajarkan cita-cita dan asas-asas ajarannya serta mengajarkan falsafah, arti, dan kepentingan cita-cita dan asas-asas ajarannya itu,  kemudian mengirimkan pengikut-pengikutnya ke luar negeri untuk mendakwahkan ajaran itu kepada bangsa lain.
   Didikan (tarbiyat) yang Nabi Besar Muhammad saw. berikan kepada para pengikut beliau saw. memperluas dan mempertajam kecerdasan mereka, dan falsafah ajaran beliau saw. menimbulkan dalam diri mereka keyakinan iman, dan contoh mulia beliau saw. menciptakan di dalam diri mereka kesucian hati. Kenyataan-dasar agama itulah yang diisyaratkan oleh ayat ini, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾  
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf seorang  rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nyamensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah  walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata. (Al-Jumu’ah [62]:3).
    Memang benar, bahwa di masa Nabi Besar Muhammad saw. sampai dengan masa para Khulafatur Rasyidah dengan karunia Allah Swt. agama Islam (Al-Quran) dari segi kualitas telah dapat mengungguli ajaran agama dari berbagai umat beragama lainnya, tetapi dari segi kuantitas --   termasuk jumlah para pemeluk agama --  umat Islam belum menjadi mayoritas  penduduk dunia, karena di seluruh dunia pada saat itu – bahkan hingga di Akhir Zaman ini -- jumlah golongan non Muslim masih lebih banyak daripada jumlah umat Islam.

“Kaum Lain” di Kalangan Umat Islam

   Dalam rangka mewujudkan keunggulan umat  Islam kedua kali – baik dari segi kualitas ajarannya mau pun dari segi kuantitas jumlah pemeluknya --  maka dalam ayat selanjut Allah Swt. berfirman:
وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾
“Dan Dia akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan, Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.  (Al-Jumu’ah [62]:4).
   Kenapa demikian? Sebab ajaran Al-Quran yang di ajarkan Nabi Besar Muhammad saw. ditujukan bukan kepada bangsa Arab (Bani Isma’il) belaka, -- yang di tengah-tengah bangsa itu beliau saw.  dibangkitkan -- melainkan kepada seluruh bangsa bukan-Arab juga, dan bukan hanya kepada orang-orang sezaman beliau saw., melainkan juga kepada generasi demi generasi  manusia yang akan datang hingga kiamat.
   Atau ayat ini dapat juga berarti bahwa Nabi Besar Muhammad saw.   akan dibangkitkan di antara kaum yang belum pernah tergabung dalam para pengikut (umat Islam) semasa hidup beliau saw.. Isyarat di dalam ayat ini dan di dalam hadits Nabi saw. yang termasyhur, tertuju kepada pengutusan Nabi Besar Muhammad saw.   untuk kedua kali dalam wujud  Al-Masih Mau’ud a.s. di Akhir zaman.
    Abu Hurairah r.a. berkata: “Pada suatu hari kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullāh saw., ketika Surah Jumu’ah diturunkan. Saya minta keterangan kepada Rasulullah saw.: “Siapakah yang diisyaratkan oleh kata-kata Dan Dia akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka yang belum bertemu dengan mereka?” – Salman al-Farsi (Salman asal Parsi) sedang duduk di antara kami.
Setelah saya berulang-ulang mengajukan pertanyaan itu,  Nabi Besar Muhammad saw.  meletakkan tangan beliau pada Salman dan bersabda: “Bila iman telah terbang ke Bintang Tsuraya, seorang lelaki dari mereka ini pasti akan menemukannya.” (Bukhari).
   Hadits Nabi saw. ini menunjukkan bahwa ayat ini dikenakan kepada seorang lelaki dari keturunan Parsi.  AlMasih Mau’ud a.s. – Mirza Ghulam Ahmad a.s. -- Pendiri Jemaat Ahmadiyah, adalah dari keturunan Parsi. Hadits Nabi saw. lainnya menyebutkan kedatangan Al-Masih pada saat ketika “tidak ada yang tertinggal di dalam Al-Quran kecuali kata-katanya, dan tidak ada yang tertinggal di dalam Islam selain namanya, yaitu, jiwa ajaran Islam yang sejati akan lenyap” (Baihaqi). Jadi, Al-Quran dan hadits kedua-duanya sepakat bahwa ayat ini menunjuk kepada kedatangan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw.   dalam wujud Al-Masih Mau’ud a.s. atau  Rasul Akhir Zaman yang datang untuk  mewujudkan  kejayaan Islam kedua kali, firman-Nya:
     ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama, walaupun orang musyrik tidak menyukai. (Al-Shaf [61]:10).
   Kebanyakan ahli tafsir Al-Quran sepakat bahwa ayat ini kena untuk Al-Masih yang dijanjikan (Al-Masih Mau’ud a.s.), sebab di zaman beliau semua agama muncul dan keunggulan Islamdi atas semua agama akan menjadi kepastian.            (Bersambung).


Rujukan: The Holy Quran
Editor:    Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar”, 10 Ramadhan 2012
Ki Langlang Buana Kusuma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar