Senin, 30 Juli 2012

"Laki-laki yang Datang Berlari-lari" dari "Bagian Terjauh Kota itu"



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


  SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN

BAB 22

“ Laki-laki yang Datang Berlari-lari” 
 dari
“Bagian Terjauh Kota itu”
                                                                                
Oleh
                                                                                
Ki Langlang Buana Kusuma


Uraian  BAB 21   diakhiri dengan firman Allah mengenai  Rasul Akhir Zaman yang akan mewujudkan “Kejayaan Islam” yang kedua, yang pada hakikatnya merupakan pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. kedua kali secara ruhani dalam wujud salah seorang pengikut hakiki beliau saw., yang disebut Al-Masih Mau’ud a.s. atau Imam Mahdi a.s., firman-Nya:
     ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama, walaupun orang musyrik tidak menyukai. (Al-Shaf [61]:10).

Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili telah Wafat

      Semua itu terjadi adalah  berkat karunia Allah Swt. kepada Nabi Besar Muhammad saw. dan Al-Quran, yang telah ditakdirkan untuk menjadi Rasul Allah pembawa syariat terakhir dan tersempurna, yakni agama Islam (Al-Quran – QS.5:4) yang akan hidup selamanya --  walau pun benar tubuh jasmani beliau saw. telah wafat dan kuburannya berada di kota Madinah, tetapi dari segi  ruhani,  Nabi Muhammad saw. adalah satunya rasul Allah yang hidup abadi sebagaimana halnya syariat Islam (Al-Quran – QS.5:4; QS.15:10),  bukannya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israli,  sebagaimana yang dipercayai oleh umumnya umat Islam yang  mempercayai itikad sesat bahwa hingga hari ini  selama 2000 tahun beliau masih hidup di langit dengan jasad kasarnya. Na’ūdzubillāhi min dzālik.
   Bukankah Allah Swt.  dengan tegas telah berfirman kepada Nabi Muhammad saw. dalam Al-Quran tentang telah wafatnya seluruh rasul Allah sebelum beliau saw. -- tanpa kecuali, termasuk Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili? Firman-Nya:
وَ مَا جَعَلۡنَا لِبَشَرٍ مِّنۡ قَبۡلِکَ الۡخُلۡدَ ؕ اَفَا۠ئِنۡ  مِّتَّ  فَہُمُ  الۡخٰلِدُوۡنَ  ﴿ ﴾  کُلُّ نَفۡسٍ ذَآئِقَۃُ  الۡمَوۡتِ ؕ وَ نَبۡلُوۡکُمۡ بِالشَّرِّ وَ الۡخَیۡرِ  فِتۡنَۃً ؕ وَ اِلَیۡنَا  تُرۡجَعُوۡنَ ﴿ ﴾
Dan Kami sekali-kali tidak  menjadikan seorang manusia pun sebelum engkau hidup kekal, maka apakah jika engkau mati   lalu  mereka itu akan hidup kekal?   Setiap jiwa akan merasai kematian, dan Kami menguji kamu dengan keburukan serta kebaikan sebagai  cobaan, dan kepada Kami-lah kamu akan dikembalikan. (Al-Anbiyā [21]:35-36).
        Semua syariat dan sistem agama yang bermacam-macam di masa sebelum Nabi Besar Muhammad saw.  telah ditetapkan dan ditakdirkan untuk mengalami kehancuran dan kematian ruhani -- seperti halnya telah wafatnya para rasul Allah tersebut -- dan hanyalah syariat  Nabi Besar Muhammad saw.  - syariat Islam - sajalah yang ditakdirkan akan hidup dan akan berlaku terus sampai Akhir Zaman (QS.5:4; QS.15:10), walau pun Nabi Besar Muhammad saw. sendiri dari segi jasmani   telah wafat  sebagaimana firman-Nya tersebut.
       Ayat ini dapat pula mengandung maksud bahwa tidak seorang pun yang kebal terhadap kehancuran dan kematian jasmani, bahkan Nabi Besar Muhammad saw. pun tidak. Kekekalan dan keabadian merupakan sifat-sifat  khusus Allah Swt.. Tentang telah wafatnya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili lihat pula QS.3:56; QS.5:117-119.

“Laki-laki yang Datang Berlari-lari” dari
“Bagian Terjauh Kota” itu

         Kembali kepada masalah  pengutusan Nabi Besar Muhammad saw.  kedua kali yang diisyaratkan dalam Surah Al-Jumu’ah ayat 3-4 sebelum ini:
وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾
“Dan Dia akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan, Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.  (Al-Jumu’ah [62]:4).
     Hal tersebut diisyaratkan lagi dalam Surah Yā Sīn selanjutnya mengenai kedatangan “seorang laki-laki yang berlari-lari dari bagian terjauh kota itu”, firman-Nya:
وَ جَآءَ مِنۡ اَقۡصَا الۡمَدِیۡنَۃِ  رَجُلٌ یَّسۡعٰی قَالَ یٰقَوۡمِ اتَّبِعُوا الۡمُرۡسَلِیۡنَ ﴿ۙ ﴾   اتَّبِعُوۡا مَنۡ لَّا یَسۡـَٔلُکُمۡ اَجۡرًا وَّ ہُمۡ مُّہۡتَدُوۡنَ ﴿ ﴾
Dan datang dari bagian terjauh kota itu seorang laki-laki  dengan berlari-lari,  ia berkata: “Hai kaumku, ikutilah rasul-rasul   itu.    Ikutilah mereka yang tidak meminta upah dari kamu dan mereka yang telah mendapat petunjuk.” (Yā Sīn [33]:21-22).
  Kata-kata  “bagian terjauh kota itu” dapat diartikan suatu tempat yang jauh letaknya dari markas Islam, yakni Makkah, karena Rasul Akhir Zaman tersebut tidak muncil di wilayah Arabia sebagaimana 3 orang rasul Allah yang diutus sebelumnya  melainkan dari wilayah Hindustan, yakni di Qadian, yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s., Pendiri Jemaat Ahmadiyah.
     Isyarat yang terkandung dalam kata rajulun (seorang laki-laki) dapat tertuju kepada  Al-Masih Mau’ud a.s., yang telah disebut demikian dalam suatu hadits yang terkenal (Bukhari, Kitab at-Tafsir).
       Kata-kata yang sama dalam arti dan maksud dengan kata yas’a (berlari-lari)  -- “seorang laki-laki  dengan berlari-lari” -- telah dipakai mengenai   Al-Masih Mau’ud a.s. oleh Nabi Besar Muhammad saw. dalam beberapa sabda beliau saw., yang memberi isyarat kepada sifat yang dimiliki Rasul Akhir Zaman, yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s.,   yang tidak mengenal lelah, cepat bertindak dan tak mengenal jemu dalam usahanya untuk kepentingan Islam, yakni guna mewujudkan keunggulan agama dan umat Islam yang kedua kali di Akhir Zaman ini, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama, walaupun orang musyrik tidak menyukai. (Al-Shaf [61]:10).

Tidak Meminta Ganjaran (Upah) dari Manusia

       Hal lainnya yang menarik dari “laki-laki yang datang berlari-lari dari bagian terjauh kota itu” adalah ucapannya:
.... یٰقَوۡمِ اتَّبِعُوا الۡمُرۡسَلِیۡنَ ﴿ۙ ﴾   اتَّبِعُوۡا مَنۡ لَّا یَسۡـَٔلُکُمۡ اَجۡرًا وَّ ہُمۡ مُّہۡتَدُوۡنَ ﴿ ﴾
“Hai kaumku, ikutilah rasul-rasul   itu.    Ikutilah mereka yang tidak meminta upah dari kamu dan mereka yang telah mendapat petunjuk.” (Yā Sīn [33]:21-22).
        Hal tersebut mengisyaratkan kepada ucapan para rasul Allah,  misalnya Nabi Nuh a.s. (QS.10:72-73; QS.11:26-30; QS.26:28, 110), Nabi Hud a.s. (QS.11:51-52; QS.26:128), Nabi Shaleh a.s. (QS.26:142-146); Nabi Luth a.s. (QS.26:161-165); Nabi Syu’aib a.s. (QS.26:177-181), firman-Nya:
یٰقَوۡمِ لَاۤ  اَسۡـَٔلُکُمۡ  عَلَیۡہِ  اَجۡرًا ؕ اِنۡ اَجۡرِیَ  اِلَّا عَلَی الَّذِیۡ فَطَرَنِیۡ ؕ اَفَلَا تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾
“Hai kaumku, aku tidak meminta ganjaran (upah) kepada kamu untuk itu. Ganjaran bagiku hanya pada Dia Yang telah menjadikan aku. Apakah kamu masih belum mau mempergunakan akal?” (Hūd [11]:52)
    Demikian pula halnya dengan Nabi Besar Muhammad saw. (QS.34:47),  firman-Nya:
قُلۡ مَاۤ  اَسۡـَٔلُکُمۡ عَلَیۡہِ مِنۡ  اَجۡرٍ وَّ مَاۤ  اَنَا مِنَ الۡمُتَکَلِّفِیۡنَ ﴿﴾
Katakanlah: Aku sekali-kali tidak meminta kepada kamu upah apa pun atas da'wah itu, dan aku sekali-kali bukanlah orang-orang yang berpura-pura. (Shad [38]:87).

“Kemusyrikan” di Akhir Zaman &
Tersebarnya  Kembali Ya’juj
 (Gog) dan Ma’juj (Magog)

        Selanjutnya Allah Swt.  menjelaskan mengenai seruan yang disampaikan oleh “laki-laki yang datang berlari-lari dari bagian terjauh kota itu”, firman-Nya:
وَ مَا لِیَ  لَاۤ  اَعۡبُدُ الَّذِیۡ فَطَرَنِیۡ وَ  اِلَیۡہِ تُرۡجَعُوۡنَ ﴿﴾   ءَاَتَّخِذُ مِنۡ دُوۡنِہٖۤ  اٰلِہَۃً اِنۡ یُّرِدۡنِ الرَّحۡمٰنُ بِضُرٍّ لَّا تُغۡنِ عَنِّیۡ شَفَاعَتُہُمۡ شَیۡئًا  وَّ لَا  یُنۡقِذُوۡنِ ﴿ۚ﴾  اِنِّیۡۤ   اِذًا  لَّفِیۡ  ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ﴿﴾   اِنِّیۡۤ   اٰمَنۡتُ بِرَبِّکُمۡ   فَاسۡمَعُوۡنِ ﴿ؕ﴾
“Dan mengapakah aku tidak menyembah Tuhan Yang menciptakan diriku  dan  Yang kepada-Nya  kamu   akan dikembalikan?  Apakah aku akan mengambil selain Dia sebagai sembahan-sembahan, padahal jika Tuhan Yang Maha Pemurah menghendaki sesuatu kemudaratan bagiku  syafaat mereka itu  tidak akan bermanfaat bagiku sedikit pun, dan mereka tidak dapat menyelamatkanku? Sesungguhnya jika aku berbuat demikian niscaya berada dalam kesesatan yang nyata.  Sesungguhnya aku beriman kepada Tuhan kamu  maka dengarlah aku.” (Yā Sīn [33]:23-26).
        Menurut firman Allah Swt. tersebut makna kalimat “Apakah aku akan mengambil selain Dia sebagai sembahan-sembahan” (ayat 24), pada masa  Al-Masih Mau’ud a.s.  atau Rasul Akhir Zaman diutus, orang-orang akan   menyembah berbagai berhala yaitu: Mammon, kekuasaan kebendaan, filsafat politik yang palsu, dan teori ekonomi yang tidak terpraktekkan, dan sebagainya.   Mereka  telah melupakan pentingnya  peran dan bantuan Allah Swt. dan mereka telah mempertuhankan upaya-upaya duniawi  (materialisme).
       Hal itu terjadi sebagai akibat merajalelanya kembali “Ya’juj (Gog) dan Ma’juj” (Magog),  setelah masa pemenjaraannya selama 1000 tahun berakhir (Kitab Wahyu 20:7-10)    –  yakni menyebarnya kekuasaan dan pengaruh bangsa-bangsa Kristen dari Barat  yang menyebar luas ke seluruh dunia, termasuk ke wilayah-wilayah kaum Muslim di Nusantara, firman-Nya: 
 وَ حَرٰمٌ عَلٰی قَرۡیَۃٍ  اَہۡلَکۡنٰہَاۤ  اَنَّہُمۡ لَا  یَرۡجِعُوۡنَ ﴿ ﴾   حَتّٰۤی  اِذَا  فُتِحَتۡ یَاۡجُوۡجُ وَ مَاۡجُوۡجُ وَ ہُمۡ  مِّنۡ  کُلِّ  حَدَبٍ  یَّنۡسِلُوۡنَ ﴿ ﴾
Dan diharamkan (terlarang) bagi penduduk suatu negeri yang telah Kami binasakan bahwa sesungguhnya mereka itu tidak mungkin akan kembali.  Hingga apabila dibukakan pintu pemenjaraan  Ya’juj dan Ma’-juj  dan mereka turun dengan cepat dari setiap ketinggian.  (Al-Anbiyā [21]:96-97).
       Orang mati sekali-kali tidak akan dikembalikan lagi ke dunia, merupakan hukum Ilahi yang tidak dapat dielakkan dan dihindarkan. Mereka yang meninggalkan dunia ini meninggalkannya untuk selama-lamanya (QS.23:100-101).
     Jika ayat 101 dibaca bersama-sama dengan ayat yang mendahuluinya maka maksud ayat ini ialah bahwa hukum alam bekerja demikian rupa, sehingga sekali bila suatu kaum (bangsa) — sesudah mencapai puncak kejayaan dan kemuliaannya — akan mengalami kebinasaan dan kehancuran mereka, maka kaum (bangsa) tersebut tidak mendapatkan kembali kejayaan mereka yang hilang itu.
      Demikian pula halnya  bangsa-bangsa yang disebut Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog) pun -- beserta    kejayaan dan kemuliaan besar dalam kebendaan  (material) -- tidak dapat mengelakkan diri dari hukum alam tersebut. Mereka akan jatuh dan tidak akan bangkit kembali untuk selama-lamanya.
      Ya’juj (Gog) dan Ma’juj  (Magog) atau bangsa-bangsa Kristen barat telah mencapai segala puncak kekuasaan politik dan telah menyebar ke seluruh dunia. Ungkapan Al-Quran berarti, bahwa mereka akan menempati setiap ujung yang membawa keuntungan dan akan menguasai seluruh dunia.  
                                
(Bersambung).


Rujukan: The Holy Quran
Editor:    Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar”, 11 Ramadhan 2012
Ki Langlang Buana Kusuma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar