بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
SURAH YÂ SÎN
JANTUNG AL-QURAN
BAB 22
“ Laki-laki
yang Datang Berlari-lari”
dari
“Bagian Terjauh Kota itu”
Oleh
Ki Langlang
Buana Kusuma
Uraian BAB 21
diakhiri dengan firman Allah mengenai
Rasul Akhir Zaman yang akan
mewujudkan “Kejayaan Islam” yang kedua, yang pada hakikatnya merupakan pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. kedua kali secara ruhani dalam wujud
salah seorang pengikut hakiki beliau
saw., yang disebut Al-Masih Mau’ud a.s.
atau Imam
Mahdi a.s., firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ
اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ کَرِہَ
الۡمُشۡرِکُوۡنَ ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama,
walaupun orang musyrik tidak menyukai.
(Al-Shaf
[61]:10).
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili
telah Wafat
Semua itu terjadi adalah berkat karunia
Allah Swt. kepada Nabi Besar Muhammad saw. dan Al-Quran, yang telah ditakdirkan untuk menjadi Rasul Allah pembawa syariat terakhir dan tersempurna,
yakni agama Islam (Al-Quran – QS.5:4)
yang akan hidup selamanya -- walau pun benar tubuh jasmani beliau saw. telah
wafat dan kuburannya berada di
kota Madinah, tetapi dari segi ruhani, Nabi Muhammad saw. adalah satunya rasul Allah yang hidup abadi sebagaimana halnya syariat Islam (Al-Quran – QS.5:4;
QS.15:10), bukannya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israli, sebagaimana yang dipercayai oleh umumnya umat Islam yang mempercayai itikad sesat bahwa hingga hari
ini selama 2000 tahun beliau masih hidup
di langit dengan jasad kasarnya. Na’ūdzubillāhi
min dzālik.
Bukankah Allah Swt. dengan tegas
telah berfirman kepada Nabi Muhammad saw. dalam Al-Quran tentang telah wafatnya seluruh rasul Allah
sebelum beliau saw. -- tanpa kecuali,
termasuk Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
Israili? Firman-Nya:
وَ مَا
جَعَلۡنَا لِبَشَرٍ مِّنۡ قَبۡلِکَ الۡخُلۡدَ ؕ اَفَا۠ئِنۡ مِّتَّ
فَہُمُ الۡخٰلِدُوۡنَ ﴿ ﴾ کُلُّ
نَفۡسٍ ذَآئِقَۃُ الۡمَوۡتِ ؕ وَ
نَبۡلُوۡکُمۡ بِالشَّرِّ وَ الۡخَیۡرِ
فِتۡنَۃً ؕ وَ اِلَیۡنَا
تُرۡجَعُوۡنَ ﴿ ﴾
Dan Kami
sekali-kali tidak menjadikan seorang manusia pun sebelum
engkau hidup kekal, maka apakah jika
engkau mati lalu mereka itu akan hidup kekal? Setiap jiwa akan merasai kematian, dan Kami menguji kamu dengan keburukan serta kebaikan sebagai cobaan, dan kepada Kami-lah kamu akan dikembalikan. (Al-Anbiyā [21]:35-36).
Semua syariat
dan sistem agama yang bermacam-macam
di masa sebelum Nabi Besar Muhammad saw. telah ditetapkan
dan ditakdirkan untuk mengalami kehancuran dan kematian ruhani -- seperti halnya telah wafatnya para rasul Allah tersebut -- dan hanyalah syariat Nabi Besar Muhammad saw. - syariat
Islam - sajalah yang ditakdirkan akan
hidup dan akan berlaku terus sampai Akhir
Zaman (QS.5:4; QS.15:10), walau pun Nabi
Besar Muhammad saw. sendiri dari segi
jasmani telah wafat sebagaimana firman-Nya tersebut.
Ayat ini dapat pula mengandung maksud
bahwa tidak seorang pun yang kebal terhadap kehancuran
dan kematian jasmani, bahkan Nabi
Besar Muhammad saw. pun tidak. Kekekalan dan keabadian merupakan sifat-sifat
khusus Allah Swt.. Tentang telah wafatnya
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili lihat pula QS.3:56; QS.5:117-119.
“Laki-laki yang Datang
Berlari-lari” dari
“Bagian Terjauh Kota” itu
Kembali
kepada masalah pengutusan Nabi Besar Muhammad saw.
kedua kali yang diisyaratkan
dalam Surah Al-Jumu’ah ayat 3-4
sebelum ini:
وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ
لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾
“Dan Dia akan
membangkitkannya pada kaum lain dari
antara mereka, yang belum bertemu
dengan mereka. Dan, Dia-lah Yang
Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (Al-Jumu’ah [62]:4).
Hal tersebut diisyaratkan lagi dalam
Surah Yā Sīn selanjutnya mengenai
kedatangan “seorang laki-laki yang
berlari-lari dari bagian terjauh kota itu”, firman-Nya:
وَ جَآءَ مِنۡ
اَقۡصَا الۡمَدِیۡنَۃِ رَجُلٌ یَّسۡعٰی
قَالَ یٰقَوۡمِ اتَّبِعُوا الۡمُرۡسَلِیۡنَ ﴿ۙ ﴾ اتَّبِعُوۡا مَنۡ لَّا یَسۡـَٔلُکُمۡ اَجۡرًا
وَّ ہُمۡ مُّہۡتَدُوۡنَ ﴿ ﴾
Dan datang dari bagian terjauh kota itu
seorang laki-laki dengan berlari-lari,
ia berkata: “Hai kaumku, ikutilah rasul-rasul itu. Ikutilah mereka
yang tidak meminta upah dari kamu dan mereka
yang telah mendapat petunjuk.” (Yā Sīn [33]:21-22).
Kata-kata “bagian terjauh kota
itu” dapat diartikan suatu tempat
yang jauh letaknya dari markas Islam,
yakni Makkah, karena Rasul Akhir Zaman tersebut tidak muncil
di wilayah Arabia sebagaimana 3 orang rasul
Allah yang diutus sebelumnya
melainkan dari wilayah Hindustan,
yakni di Qadian, yakni Mirza
Ghulam Ahmad a.s., Pendiri Jemaat Ahmadiyah.
Isyarat
yang terkandung dalam kata rajulun (seorang laki-laki) dapat tertuju
kepada Al-Masih Mau’ud a.s., yang telah disebut demikian dalam suatu
hadits yang terkenal (Bukhari,
Kitab at-Tafsir).
Kata-kata yang sama dalam arti dan maksud
dengan kata yas’a (berlari-lari)
-- “seorang laki-laki dengan berlari-lari”
-- telah dipakai mengenai Al-Masih
Mau’ud a.s. oleh Nabi Besar Muhammad saw. dalam beberapa sabda beliau saw.,
yang memberi isyarat kepada sifat yang
dimiliki Rasul Akhir Zaman, yakni Mirza
Ghulam Ahmad a.s., yang tidak mengenal lelah, cepat bertindak dan
tak mengenal jemu dalam usahanya untuk kepentingan
Islam, yakni guna mewujudkan keunggulan
agama dan umat Islam yang kedua kali di Akhir Zaman ini, firman-Nya:
ہُوَ
الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ
بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ
لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ
کَرِہَ
الۡمُشۡرِکُوۡنَ ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama,
walaupun orang musyrik tidak menyukai.
(Al-Shaf
[61]:10).
Tidak Meminta Ganjaran (Upah) dari Manusia
Hal lainnya yang menarik dari “laki-laki yang datang berlari-lari dari
bagian terjauh kota itu” adalah ucapannya:
.... یٰقَوۡمِ اتَّبِعُوا الۡمُرۡسَلِیۡنَ ﴿ۙ ﴾ اتَّبِعُوۡا مَنۡ لَّا یَسۡـَٔلُکُمۡ اَجۡرًا
وَّ ہُمۡ مُّہۡتَدُوۡنَ ﴿ ﴾
“Hai kaumku, ikutilah rasul-rasul itu. Ikutilah mereka
yang tidak meminta upah dari kamu dan mereka
yang telah mendapat petunjuk.” (Yā Sīn [33]:21-22).
Hal tersebut mengisyaratkan kepada
ucapan para rasul Allah, misalnya Nabi Nuh a.s. (QS.10:72-73;
QS.11:26-30; QS.26:28, 110), Nabi Hud a.s. (QS.11:51-52; QS.26:128), Nabi
Shaleh a.s. (QS.26:142-146); Nabi Luth a.s. (QS.26:161-165); Nabi Syu’aib a.s.
(QS.26:177-181), firman-Nya:
یٰقَوۡمِ لَاۤ
اَسۡـَٔلُکُمۡ عَلَیۡہِ اَجۡرًا ؕ اِنۡ اَجۡرِیَ اِلَّا عَلَی الَّذِیۡ فَطَرَنِیۡ ؕ اَفَلَا
تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾
“Hai kaumku,
aku tidak meminta ganjaran (upah) kepada
kamu untuk itu. Ganjaran bagiku
hanya pada Dia Yang telah menjadikan aku. Apakah kamu masih belum mau mempergunakan akal?” (Hūd [11]:52)
Demikian pula halnya dengan Nabi Besar
Muhammad saw. (QS.34:47), firman-Nya:
قُلۡ مَاۤ
اَسۡـَٔلُکُمۡ عَلَیۡہِ مِنۡ
اَجۡرٍ وَّ مَاۤ اَنَا مِنَ
الۡمُتَکَلِّفِیۡنَ ﴿﴾
Katakanlah: “Aku
sekali-kali tidak meminta kepada kamu
upah apa pun atas da'wah itu, dan aku sekali-kali bukanlah orang-orang yang berpura-pura. (Shad [38]:87).
“Kemusyrikan” di Akhir Zaman &
Tersebarnya Kembali Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog)
Tersebarnya Kembali Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog)
Selanjutnya Allah Swt. menjelaskan mengenai seruan yang disampaikan
oleh “laki-laki yang datang berlari-lari dari bagian terjauh kota itu”,
firman-Nya:
وَ مَا لِیَ لَاۤ
اَعۡبُدُ الَّذِیۡ فَطَرَنِیۡ وَ اِلَیۡہِ تُرۡجَعُوۡنَ ﴿﴾ ءَاَتَّخِذُ مِنۡ دُوۡنِہٖۤ اٰلِہَۃً اِنۡ یُّرِدۡنِ الرَّحۡمٰنُ بِضُرٍّ
لَّا تُغۡنِ عَنِّیۡ شَفَاعَتُہُمۡ شَیۡئًا وَّ لَا یُنۡقِذُوۡنِ ﴿ۚ﴾ اِنِّیۡۤ اِذًا لَّفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ
﴿﴾ اِنِّیۡۤ اٰمَنۡتُ بِرَبِّکُمۡ فَاسۡمَعُوۡنِ
﴿ؕ﴾
“Dan
mengapakah aku tidak menyembah Tuhan
Yang menciptakan diriku dan Yang kepada-Nya kamu akan dikembalikan? Apakah aku akan mengambil selain Dia sebagai sembahan-sembahan, padahal
jika Tuhan Yang Maha
Pemurah menghendaki sesuatu kemudaratan bagiku syafaat
mereka itu tidak akan bermanfaat bagiku
sedikit pun, dan mereka tidak dapat
menyelamatkanku? Sesungguhnya jika
aku berbuat demikian niscaya berada
dalam kesesatan yang nyata. Sesungguhnya
aku beriman kepada Tuhan kamu maka dengarlah
aku.” (Yā Sīn [33]:23-26).
Menurut firman Allah Swt. tersebut makna kalimat “Apakah aku akan mengambil selain Dia sebagai
sembahan-sembahan” (ayat 24), pada masa Al-Masih
Mau’ud a.s. atau Rasul Akhir Zaman diutus, orang-orang
akan menyembah
berbagai berhala yaitu: Mammon, kekuasaan
kebendaan, filsafat politik yang palsu, dan teori ekonomi yang tidak
terpraktekkan, dan sebagainya. Mereka
telah melupakan pentingnya peran
dan bantuan Allah Swt. dan mereka
telah mempertuhankan upaya-upaya
duniawi (materialisme).
Hal itu terjadi sebagai akibat merajalelanya
kembali “Ya’juj (Gog) dan Ma’juj” (Magog), setelah masa pemenjaraannya selama 1000 tahun berakhir (Kitab Wahyu 20:7-10) – yakni
menyebarnya kekuasaan dan pengaruh bangsa-bangsa
Kristen dari Barat yang menyebar
luas ke seluruh dunia, termasuk ke wilayah-wilayah kaum Muslim di Nusantara,
firman-Nya:
وَ حَرٰمٌ عَلٰی
قَرۡیَۃٍ اَہۡلَکۡنٰہَاۤ اَنَّہُمۡ لَا یَرۡجِعُوۡنَ ﴿ ﴾ حَتّٰۤی اِذَا فُتِحَتۡ
یَاۡجُوۡجُ وَ مَاۡجُوۡجُ وَ ہُمۡ مِّنۡ کُلِّ حَدَبٍ
یَّنۡسِلُوۡنَ ﴿ ﴾
Dan diharamkan (terlarang) bagi penduduk
suatu negeri yang telah Kami binasakan
bahwa sesungguhnya mereka itu tidak mungkin akan kembali. Hingga apabila dibukakan pintu pemenjaraan Ya’juj
dan Ma’-juj dan mereka
turun dengan cepat dari setiap ketinggian. (Al-Anbiyā
[21]:96-97).
Orang mati sekali-kali tidak akan dikembalikan
lagi ke dunia, merupakan hukum Ilahi yang
tidak dapat dielakkan dan dihindarkan. Mereka yang meninggalkan dunia ini
meninggalkannya untuk selama-lamanya (QS.23:100-101).
Jika ayat 101 dibaca bersama-sama dengan ayat
yang mendahuluinya maka maksud ayat ini ialah bahwa hukum alam bekerja demikian rupa, sehingga sekali bila suatu kaum (bangsa) — sesudah mencapai puncak
kejayaan dan kemuliaannya — akan mengalami kebinasaan dan kehancuran mereka,
maka kaum (bangsa) tersebut tidak
mendapatkan kembali kejayaan mereka
yang hilang itu.
Demikian pula halnya bangsa-bangsa yang disebut Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog) pun -- beserta kejayaan
dan kemuliaan besar dalam kebendaan (material)
-- tidak dapat mengelakkan diri dari hukum
alam tersebut. Mereka akan jatuh dan tidak akan bangkit kembali untuk
selama-lamanya.
Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog) atau bangsa-bangsa Kristen barat telah mencapai segala puncak kekuasaan politik dan telah menyebar ke
seluruh dunia. Ungkapan Al-Quran berarti, bahwa mereka akan menempati setiap
ujung yang membawa keuntungan dan akan menguasai seluruh dunia.
(Bersambung).
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
“Pajajaran
Anyar”, 11 Ramadhan 2012
Ki Langlang Buana Kusuma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar