Rabu, 25 Juli 2012

Makna "Beriman kepada Yang Gaib"





بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ

  

SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN

BAB 12

    Makna “Beriman kepada Yang Gaib”  

 Oleh

 Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam BAB 11 telah dijelaskan firman Allah Swt. berkenaan beberapa tanda-tanda  utama orang yang  bertakwa, firman-Nya:
الَّذِیۡنَ یُؤۡمِنُوۡنَ بِالۡغَیۡبِ وَ یُقِیۡمُوۡنَ الصَّلٰوۃَ وَ  مِمَّا رَزَقۡنٰہُمۡ  یُنۡفِقُوۡنَ ۙ﴿﴾
Yaitu orang-orang yang beriman kepada yang gaib,  mendirikan shalat  dan mereka membelanjakan sebagian dari apa  yang Kami rezekikan  kepada mereka. (Al-Baqarah [2]:4).
Kemudian Allah Swt. berfirman:
وَ الَّذِیۡنَ یُؤۡمِنُوۡنَ بِمَاۤ  اُنۡزِلَ اِلَیۡکَ وَ مَاۤ اُنۡزِلَ مِنۡ قَبۡلِکَ ۚ وَ بِالۡاٰخِرَۃِ ہُمۡ یُوۡقِنُوۡنَ ؕ﴿﴾
Dan orang-orang  yang beriman kepada apa yang diturunkan kepada engkau, juga kepada apa yang telah diturunkan sebelum engkau dan kepada  akhirat   pun me-reka yakin.   Mereka itulah orang-orang yang  berada di atas  petunjuk dari Tuhannya  dan mereka itulah orang-orang yang  berhasil. (Al-Baqarah [2]:5).

Arti Lain “Akhirat”

      Ajaran Islam (Al-Quran)  mewajibkan para pengikutnya beriman bahwa ajaran semua nabi Allah yang terdahulu bersumber dari Allah Swt. sebab Allah Swt.  mengutus utusan-utusan-Nya kepada semua kaum (QS.13:8; QS.35:25).  Ada pun kata akhirat dalam kalimat “Dan kepada akhirat pun mereka yakin”,   al-ākhirah (akhirat) berarti: (a) tempat tinggal ukhrawi, yaitu  kehidupan di hari kemudian; (b) al-akhirah dapat juga berarti wahyu yang akan datang.
      Arti kedua kata akhirat itu lebih lanjut diuraikan dalam QS.62:3-4; di sana Al-Quran menyebut dua kebangkitan  (pengutusan) Nabi Besar Muhammad saw..  Kedatangan beliau saw.  untuk pertama kali terjadi di tengah orang-orang Arab dalam abad ke-7 Masehi, ketika Al-Quran diwahyukan kepada beliau saw., dan yang kedua terjadi di Akhir Zaman dalam wujud seorang dari antara para pengikut beliau saw.. Nubuatan ini menjadi sempurna dalam wujud  Mirza Ghulam Ahmad a.s.  yakni Al-Masih Mau’ud a.s. (Al-Masih yang dijanjikan),  Pendiri Jemaat Ahmadiyah, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾  وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾  ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf seorang  rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nyamensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah  walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata. Dan Dia akan mem-bangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan, Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.  Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah [62]:3-5).

Missi Suci Universal Nabi Besar Muhammad saw.

   Tugas suci Nabi Besar Muhammad saw. sebagai Yā Sīn  (Pemimpin yang sempurna) meliputi penunaian keempat macam kewajiban mulia yang disebut dalam ayat ini. Tugas agung dan mulia itulah yang dipercayakan kepada beliau saw., sebab untuk kedatangan beliau saw. di tengah-tengah orang-orang Arab yang buta huruf  serta jahiliyah itu,  leluhur beliau, Nabi Ibrahim a.s., telah memanjatkan doa beberapa ribu tahun yang lampau ketika dengan disertai putranya, Nabi Isma’il a.s., beliau mendirikan dasar (pondasi) Ka’bah (QS.2:128-130).
   Pada hakikatnya tidak ada Pembaharu dapat benar-benar berhasil dalam misinya bila ia tidak menyiapkan -- dengan contoh mulia dan quat-qudsiahnya (daya pensuciannya – QS.33:22; QS.69:2-5) -- suatu jemaat yang pengikut-pengikutnya terdiri dari orang-orang mukhlis, patuh, dan bertakwa, yang kepada mereka itu mula-mula mengajarkan cita-cita dan asas-asas ajarannya serta mengajarkan falsafah, arti, dan kepentingan cita-cita dan asas-asas ajarannya itu,  kemudian mengirimkan pengikut-pengikutnya ke luar negeri untuk mendakwahkan ajaran itu kepada bangsa lain.
   Didikan (tarbiyat) yang Nabi Besar Muhammad saw. berikan kepada para pengikut beliau saw. memperluas dan mempertajam kecerdasan mereka, dan falsafah ajaran beliau saw. menimbulkan dalam diri mereka keyakinan iman, dan contoh mulia beliau saw. menciptakan di dalam diri mereka kesucian hati. Kenyataan-dasar agama itulah yang diisyaratkan oleh ayat ini  (Al-Jumu’ah [62]:3).

“Kaum Lain” di Kalangan Umat Islam

  Dalam ayat selanjut Allah Swt. berfirman:
وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾
“Dan Dia akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan, Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.  (Al-Jumu’ah [62]:4).
    Ajaran Nabi Besar Muhammad saw. ditujukan bukan kepada bangsa Arab belaka, -- yang di tengah-tengah bangsa itu beliau saw.  dibangkitkan -- melainkan kepada seluruh bangsa bukan-Arab juga, dan bukan hanya kepada orang-orang sezaman beliau saw., melainkan juga kepada generasi demi generasi  manusia yang akan datang hingga kiamat.
   Atau ayat ini dapat juga berarti bahwa Nabi Besar Muhammad saw.   akan dibangkitkan di antara kaum yang belum pernah tergabung dalam para pengikut (umat Islam) semasa hidup beliau saw.. Isyarat di dalam ayat ini dan di dalam hadits Nabi saw. yang termasyhur, tertuju kepada pengutusan Nabi Besar Muhammad saw.   untuk kedua kali dalam wujud  Al-Masih Mau’ud a.s. di Akhir zaman.
    Abu Hurairah r.a. berkata: “Pada suatu hari kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullāh saw., ketika Surah Jumu’ah diturunkan. Saya minta keterangan kepada Rasulullah saw.: “Siapakah yang diisyaratkan oleh kata-kata Dan Dia akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka yang belum bertemu dengan mereka?” – Salman al-Farsi (Salman asal Parsi) sedang duduk di antara kami. Setelah saya berulang-ulang mengajukan pertanyaan itu,  Nabi Besar Muhammad saw.  meletakkan tangan beliau pada Salman dan bersabda: “Bila iman telah terbang ke Bintang Tsuraya, seorang lelaki dari mereka ini pasti akan menemukannya.” (Bukhari).
     Hadits Nabi saw. ini menunjukkan bahwa ayat ini dikenakan kepada seorang lelaki dari keturunan Parsi.  Al-Masih Mau’ud a.s. – Mirza Ghulam Ahmad a.s. --  pendiri Jemaat Ahmadiyah, adalah dari keturunan Parsi. Hadits Nabi saw. lainnya menyebutkan kedatangan Al-Masih pada saat ketika “tidak ada yang tertinggal di dalam Al-Quran kecuali kata-katanya, dan tidak ada yang tertinggal di dalam Islam selain namanya, yaitu, jiwa ajaran Islam yang sejati akan lenyap” (Baihaqi). Jadi, Al-Quran dan hadits kedua-duanya sepakat bahwa ayat ini menunjuk kepada kedatangan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw.   dalam wujud Al-Masih Mau’ud a.s..
      Jadi, kembali kepada berbagai tanda-tanda orang yang bertakwa, di antaranya  adalah  “beriman kepada yang gaib”  dan “kepada akhirat pun  mereka yakin” – dimana pada hakikatnya akhirat pun adalah suatu alam yang gaib pula karena manusia akan dapat memasukinya  setelah mengalami kematian  -- merujuk kepada orang-orang bertakwa seperti itulah  Allah Swt. telah berfirman dalam ayat Surah Yā Sīn selanjutnya:
اِنَّمَا تُنۡذِرُ مَنِ اتَّبَعَ  الذِّکۡرَ  وَ خَشِیَ الرَّحۡمٰنَ بِالۡغَیۡبِ ۚ فَبَشِّرۡہُ  بِمَغۡفِرَۃٍ وَّ اَجۡرٍ  کَرِیۡمٍ ﴿﴾
Sesungguhnya engkau hanya dapat menasihati orang yang mengikuti peringatan itu dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dalam keadaan tidak tampak, (gaib) maka berilah dia kabar gembira  mengenai ampunan dan ganjaran yang mulia. (Yā Sīn [36]:12). 

 (Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor:    Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar”, 5 Ramadhan 2012
Ki Langlang Buana Kusuma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar