بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
SURAH YÂ SÎN
JANTUNG AL-QURAN
BAB 15
Sunnatullah yang Berulang
di Akhir Zaman
Oleh
Ki Langlang
Buana Kusuma
Dalam BAB-BAB sebelumnya telah
dibahas mengenai Surah Yā Sīn rukuk
pertama, ayat2 sampai dengan ayat 14, dan kesimpulan dari ayat-ayat tersebut
antara lain:
(1) Nabi Besar Muhammad saw. adalah Yā Sīn yakni “insal kamil" (manusia sempurna) atau “Pemimpin yang sempurna”.
(1) Nabi Besar Muhammad saw. adalah Yā Sīn yakni “insal kamil" (manusia sempurna) atau “Pemimpin yang sempurna”.
(2) Dalil yang mendukung kenyataan itu adalah
kesempurnaan Kitab suci Al-Quran sebagai kitab suci terakhir dan tersempurna (QS.5:4).
(3) Kenyataan yang sangat sempurna mengenai Nabi Besar Muhammad saw. tersebut membuktikan bahwa beliau saw. adalah termasuk para rasul Allah yang kedatangannya telah dijanjikan oleh Allah Swt. (QS.7:35-37), bahkan merupakan Rasul Allah yang paling mulia kedudukan akhlak dan ruhaninya, yakni sebagai “Khātaman Nabiyyīn” (QS.33:41).
(4) Karena itu sejak Allah Swt. mengutus Nabi Besar Muhammad saw. dengan membawa wahyu syariat terakhir dan tersempurna maka kedudukan agama-agama dan kitab-kitab suci sebelumnya telah menjadi batal (mansukh - QS.3:86), karena semua kebenaran ajarannya telah terkandung dalam Al-Quran dalam kuantitas dan kualitasnya yang paling sempurna (QS.2:107), sehingga satu-satunya “jalan lurus” yang dapat menyampaikan manusia kepada Allah Swt. hanyalah mengikuti petunjuk Al-Quran sebagaimana yang difahami dan diamalkan oleh Nabi Besar Muhammad saw. (QS.3:32).
(5) Sumber wahyu Al-Quran adalah Allah Swt, yang juga sebagai Sumber wahyu-wahyu Ilahi sebelumnya yang diturunkan kepada para rasul Allah yang diutus sebelum Nabi Besar Muhammad saw., namun karena wahyu-wahyu Ilahi sebelumnya bersifat sementara dan belum mencapai kesempurnaan karena itu kitab-kitab suci sebelum Al-Quran tidak mendapat jaminan pemeliharaan Allah Swt. seperti terhadap Al-Quran (QS.15:10).
(6) Missi utama Nabi Besar Muhammad saw. dan Al-Quran adalah untuk memperingatkan kepada kaum-kaum – baik kaum yang tidak memeiliki kitab suci, seperti contohnya bangsa Arab jahiliyah (Bani Isma’il) maupun umat-umat beragama yang telah jauh dari masa kenabian yang pernuh berkat – sehingga mereka menjadi kaum yang lalai, karena hati mereka telah menjadi keras membatu (QS.2:73-75; QS. 17:50-53; QS.57:17-18).
(7) Namun sudah menjadi Sunnatullah, bahwa sebagaimana para rasul Allah yang diutus sebelumnya – mulai dari Nabi Adam a.s. hingga Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. – telah didustakan dan ditentang keras oleh kaum mereka masing-masing, demikian juga missi suci Nabi Besar Muhammadf saw. pun mendapat penentangan keras dari bangsa Arab jahiliyah (orang-orang musyrik) mau pun dari kalangan Ahli Kitab dan kaum Shabi (QS. 98:1-9) -- bahkan penentang tersebut lebih hebat dari penentangan kaum-kaum terdahulu terhadap para rasul Allah yang diutus kepada mereka.
(8) Ada pun penyebab keingkaran mereka kepada Nabi Besar Muhammad saw. adalah karena mereka telah terbelenggu dan terikat rantai adat-istiadat mereka yang sesat (jahiliyah) serta berbagai pemahaman keagamaan mereka yang juga telah sesat akibat telah mengerasnya hati mereka, sehingga mereka bukan saja telah memutar-balikkan makna-makna yang benar dari Kitab suci mereka, bahkan mereka yang menambah-nambah serta menguranginya sesuai dengan keinginan hawa-nafsu mereka. (QS.3:41-45 & 80-81).
(9) Akibat kekafiran mereka itu maka seluruh indera-indera ruhani mereka menjadi lumpuh karena mereka telah tertutup oleh berbagai bentuk “penghalang” (tutupan kekafiran), sehingga mereka tidak mampu melihat “jalan keluar” dari kesesatan mereka, sebab akan menolak dengan keras kebenaran apa pun yang disampaikan oleh Nabi Besar Muhammad saw. dari Al-Quran, sekali pun berbagai Tanda dan mukjizat yang sangat jelas mereka saksikan (QS.6:112-114).
(10) Namun karena Nabi Besar Muhammad saw. adalah “Yā Sīn” (Insan kamil dan Pemimpin yang hakiki) maka pada akhirnya bangsa Arab jahiliyah yang keadaan hati (jiwa) mereka bagaikan keadaan gurun pasir jazirah Arab hanya dalam waktu 23 tahun saja akan berubah menjadi bagaikan “tempat yang subur” yang penuh dengan berbagai pepohonan dan tumbuhan-tumbuhan yang bermanfaat serta akan mengalir berbagai sumber-sumber mata air pengetahuan ruhani, dimana hal seperti itu tidak pernah terjadi di kalangan para pengikut para rasul Allah sebelumnya, termasuk di kalangan Bani Israil, sekali pun di kalangan mereka Allah Swt. banyak sekali membangkitkan rasul Allah (QS.2:88-89).
(11) Karena missi kenabian Nabi Besar Muhammad saw. dan juga Al-Quran bukan hanya untuk bangsa Arab (Bani Isma’il) yang hidup sejaman dengan beliau saw. saja, tetapi benar-benar untuk seluruh umat manusia sampai berakhirnya kehidupan umat manusia di dunia ini (QS.7:159; QS.21:108; QS.25:2; QS.34:29) maka Allah Swt. telah menetapkan bahwa para pembaharu ruhani (mushlih rabbani/mujaddid) yang akan menjaga kelestarian agama Islam (Al-Quran) serta akan mengeluarkan khazanah-khazanah ruhani Al-Quran yang baru sampai Akhir Zaman hanya akan muncul dari kalangan para pengikut sejati beliau saw. saja (QS.3:32).
(3) Kenyataan yang sangat sempurna mengenai Nabi Besar Muhammad saw. tersebut membuktikan bahwa beliau saw. adalah termasuk para rasul Allah yang kedatangannya telah dijanjikan oleh Allah Swt. (QS.7:35-37), bahkan merupakan Rasul Allah yang paling mulia kedudukan akhlak dan ruhaninya, yakni sebagai “Khātaman Nabiyyīn” (QS.33:41).
(4) Karena itu sejak Allah Swt. mengutus Nabi Besar Muhammad saw. dengan membawa wahyu syariat terakhir dan tersempurna maka kedudukan agama-agama dan kitab-kitab suci sebelumnya telah menjadi batal (mansukh - QS.3:86), karena semua kebenaran ajarannya telah terkandung dalam Al-Quran dalam kuantitas dan kualitasnya yang paling sempurna (QS.2:107), sehingga satu-satunya “jalan lurus” yang dapat menyampaikan manusia kepada Allah Swt. hanyalah mengikuti petunjuk Al-Quran sebagaimana yang difahami dan diamalkan oleh Nabi Besar Muhammad saw. (QS.3:32).
(5) Sumber wahyu Al-Quran adalah Allah Swt, yang juga sebagai Sumber wahyu-wahyu Ilahi sebelumnya yang diturunkan kepada para rasul Allah yang diutus sebelum Nabi Besar Muhammad saw., namun karena wahyu-wahyu Ilahi sebelumnya bersifat sementara dan belum mencapai kesempurnaan karena itu kitab-kitab suci sebelum Al-Quran tidak mendapat jaminan pemeliharaan Allah Swt. seperti terhadap Al-Quran (QS.15:10).
(6) Missi utama Nabi Besar Muhammad saw. dan Al-Quran adalah untuk memperingatkan kepada kaum-kaum – baik kaum yang tidak memeiliki kitab suci, seperti contohnya bangsa Arab jahiliyah (Bani Isma’il) maupun umat-umat beragama yang telah jauh dari masa kenabian yang pernuh berkat – sehingga mereka menjadi kaum yang lalai, karena hati mereka telah menjadi keras membatu (QS.2:73-75; QS. 17:50-53; QS.57:17-18).
(7) Namun sudah menjadi Sunnatullah, bahwa sebagaimana para rasul Allah yang diutus sebelumnya – mulai dari Nabi Adam a.s. hingga Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. – telah didustakan dan ditentang keras oleh kaum mereka masing-masing, demikian juga missi suci Nabi Besar Muhammadf saw. pun mendapat penentangan keras dari bangsa Arab jahiliyah (orang-orang musyrik) mau pun dari kalangan Ahli Kitab dan kaum Shabi (QS. 98:1-9) -- bahkan penentang tersebut lebih hebat dari penentangan kaum-kaum terdahulu terhadap para rasul Allah yang diutus kepada mereka.
(8) Ada pun penyebab keingkaran mereka kepada Nabi Besar Muhammad saw. adalah karena mereka telah terbelenggu dan terikat rantai adat-istiadat mereka yang sesat (jahiliyah) serta berbagai pemahaman keagamaan mereka yang juga telah sesat akibat telah mengerasnya hati mereka, sehingga mereka bukan saja telah memutar-balikkan makna-makna yang benar dari Kitab suci mereka, bahkan mereka yang menambah-nambah serta menguranginya sesuai dengan keinginan hawa-nafsu mereka. (QS.3:41-45 & 80-81).
(9) Akibat kekafiran mereka itu maka seluruh indera-indera ruhani mereka menjadi lumpuh karena mereka telah tertutup oleh berbagai bentuk “penghalang” (tutupan kekafiran), sehingga mereka tidak mampu melihat “jalan keluar” dari kesesatan mereka, sebab akan menolak dengan keras kebenaran apa pun yang disampaikan oleh Nabi Besar Muhammad saw. dari Al-Quran, sekali pun berbagai Tanda dan mukjizat yang sangat jelas mereka saksikan (QS.6:112-114).
(10) Namun karena Nabi Besar Muhammad saw. adalah “Yā Sīn” (Insan kamil dan Pemimpin yang hakiki) maka pada akhirnya bangsa Arab jahiliyah yang keadaan hati (jiwa) mereka bagaikan keadaan gurun pasir jazirah Arab hanya dalam waktu 23 tahun saja akan berubah menjadi bagaikan “tempat yang subur” yang penuh dengan berbagai pepohonan dan tumbuhan-tumbuhan yang bermanfaat serta akan mengalir berbagai sumber-sumber mata air pengetahuan ruhani, dimana hal seperti itu tidak pernah terjadi di kalangan para pengikut para rasul Allah sebelumnya, termasuk di kalangan Bani Israil, sekali pun di kalangan mereka Allah Swt. banyak sekali membangkitkan rasul Allah (QS.2:88-89).
(11) Karena missi kenabian Nabi Besar Muhammad saw. dan juga Al-Quran bukan hanya untuk bangsa Arab (Bani Isma’il) yang hidup sejaman dengan beliau saw. saja, tetapi benar-benar untuk seluruh umat manusia sampai berakhirnya kehidupan umat manusia di dunia ini (QS.7:159; QS.21:108; QS.25:2; QS.34:29) maka Allah Swt. telah menetapkan bahwa para pembaharu ruhani (mushlih rabbani/mujaddid) yang akan menjaga kelestarian agama Islam (Al-Quran) serta akan mengeluarkan khazanah-khazanah ruhani Al-Quran yang baru sampai Akhir Zaman hanya akan muncul dari kalangan para pengikut sejati beliau saw. saja (QS.3:32).
Salah seorang di antaranya bahkan akan meraih martabat “kenabian” (QS.4:70-71), dimana kedatangannya tersebut
pada hakikatnya merupakan kedatangan
kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. (QS.62:3-4) -- selain sebagai kedatangan
kedua kali para rasul Allah yang
kedatangannya ditunggu-tunggu oleh umat-umat beragama lainnya (QS.77:12-19) –
guna mewujudkan keunggulan agama Islam dan umat Islam (Al-Quran) kedua kali di Akhir Zaman ini (QS.61:10).
Demikianlah beberapa point penting yang
dapat dikemukakan dari Surah Yā Sīn ayat
1-14 (rukuk I) yang harus dimengerti oleh umat
Islam, karena hal tersebut merupakan Sunnatullah
yang telah ditetapkan Allah Swt. di
dalam Al-Quran, sebagai Kitab suci
terakhir dan tersempurna (QS.5:4).
Pada hakikatnya apa yang terjadi saat ini mengenai sikap
pendustaan dan penentangan umumnya umat beragama -- termasuk umumnya umat Islam -- terhadap Rasul Akhir Zaman yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s. adalah merupakan pengulangan Sunatullah tersebut.
Karena pengutusan Rasul Akhir Zaman -- Mirza Ghulam Ahmad a.s. -- pada hakikatnya merupakan kedatangan kedua kali para rasul Allah -- terutama kedatangan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw., sebagai Rasul Allah yang kenabiannya bersifat abadi (QS.62:3-4) -- maka penolakan terebut berarti menolak Nabi Besar Muhammad saw..
Dengan demikian benarlah pendapat bahwa ada masa jahiliyah pertama di masa pengutusan Nabi Besar Muhmmad saw. 14 abad yang silam, dan ada masa jahiliyah kedua di Akhir Zaman, untuk itulah maka Allah Swt. telah memperingatkan umat Islam dalam Surah Al-Fatihah ayat 7 agar tidak menjadi golongan "maghdūbi 'alayhim wa lādh- dhāllīn" (mereka yang dimurkai dan yang sesat), melain agar termasuk menjadi "orang-orang yang mendapat nikmat" (QS.4:70-71). Wallāhu ‘alam.
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
“Pajajaran
Anyar”, 8 Ramadhan 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar