Jumat, 27 Juli 2012

Sunatullah yang Berulang di Akhir Zaman



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


  SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN

BAB 15

Sunnatullah yang Berulang 
di Akhir Zaman




   Oleh
                                                                                
Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam BAB-BAB sebelumnya telah dibahas mengenai   Surah   Yā Sīn  rukuk pertama, ayat2 sampai dengan ayat 14, dan kesimpulan dari ayat-ayat tersebut antara lain:
    (1) Nabi Besar Muhammad saw. adalah Yā Sīn   yakni “insal kamil" (manusia sempurna) atau “Pemimpin yang sempurna”.
            (2) Dalil yang mendukung kenyataan itu adalah kesempurnaan Kitab suci Al-Quran sebagai kitab suci terakhir dan  tersempurna (QS.5:4).
      (3) Kenyataan yang sangat sempurna mengenai Nabi Besar Muhammad saw. tersebut membuktikan bahwa beliau saw. adalah  termasuk para rasul Allah yang kedatangannya telah dijanjikan oleh Allah  Swt. (QS.7:35-37), bahkan merupakan Rasul Allah yang paling mulia kedudukan akhlak dan ruhaninya, yakni sebagai “Khātaman Nabiyyīn” (QS.33:41).
        (4) Karena itu sejak Allah Swt. mengutus Nabi Besar Muhammad saw. dengan membawa wahyu syariat terakhir dan tersempurna maka kedudukan  agama-agama dan kitab-kitab suci sebelumnya telah menjadi batal (mansukh - QS.3:86), karena semua kebenaran ajarannya telah terkandung dalam Al-Quran dalam kuantitas dan kualitasnya yang paling sempurna (QS.2:107), sehingga satu-satunya “jalan lurus” yang dapat menyampaikan manusia kepada Allah Swt. hanyalah mengikuti petunjuk Al-Quran sebagaimana yang difahami dan diamalkan oleh Nabi Besar Muhammad saw. (QS.3:32).
       (5) Sumber wahyu Al-Quran adalah  Allah  Swt,  yang juga sebagai Sumber wahyu-wahyu Ilahi sebelumnya yang diturunkan kepada para rasul Allah yang diutus sebelum Nabi Besar Muhammad saw., namun karena wahyu-wahyu Ilahi sebelumnya bersifat sementara dan belum mencapai kesempurnaan karena itu  kitab-kitab suci sebelum Al-Quran tidak mendapat jaminan  pemeliharaan Allah Swt. seperti terhadap Al-Quran (QS.15:10).
      (6)  Missi utama Nabi Besar Muhammad saw. dan Al-Quran adalah untuk memperingatkan kepada kaum-kaum – baik kaum yang tidak   memeiliki kitab suci, seperti contohnya bangsa Arab jahiliyah (Bani Isma’il) maupun umat-umat beragama  yang telah jauh dari masa kenabian yang pernuh berkat – sehingga mereka menjadi kaum yang lalai, karena hati mereka telah menjadi keras membatu (QS.2:73-75; QS. 17:50-53; QS.57:17-18).
           (7)  Namun sudah menjadi Sunnatullah, bahwa sebagaimana  para rasul Allah yang diutus sebelumnya – mulai dari Nabi Adam a.s. hingga Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. – telah didustakan dan ditentang keras oleh kaum mereka masing-masing, demikian juga missi suci  Nabi Besar Muhammadf saw. pun mendapat  penentangan keras dari  bangsa Arab jahiliyah (orang-orang musyrik) mau pun dari kalangan Ahli Kitab dan kaum Shabi (QS. 98:1-9) -- bahkan penentang tersebut lebih hebat dari penentangan kaum-kaum terdahulu terhadap para rasul Allah yang diutus kepada mereka.
          (8) Ada pun penyebab keingkaran mereka kepada Nabi Besar Muhammad saw. adalah karena mereka telah terbelenggu dan terikat rantai  adat-istiadat mereka yang sesat (jahiliyah) serta berbagai pemahaman keagamaan mereka yang  juga telah sesat akibat telah mengerasnya hati mereka, sehingga mereka bukan saja telah memutar-balikkan makna-makna yang benar dari Kitab suci mereka, bahkan mereka yang menambah-nambah  serta menguranginya sesuai dengan keinginan hawa-nafsu mereka. (QS.3:41-45 &  80-81).
          (9) Akibat kekafiran mereka itu maka seluruh indera-indera ruhani mereka menjadi lumpuh   karena mereka telah  tertutup oleh berbagai bentuk “penghalang” (tutupan kekafiran),  sehingga mereka tidak mampu melihat  “jalan keluar” dari kesesatan mereka, sebab akan menolak dengan keras kebenaran apa pun yang disampaikan oleh Nabi Besar Muhammad saw. dari Al-Quran, sekali pun berbagai Tanda dan mukjizat yang sangat jelas mereka saksikan (QS.6:112-114).
            (10) Namun karena Nabi Besar Muhammad saw. adalah “Yā Sīn” (Insan kamil  dan Pemimpin  yang hakiki) maka pada akhirnya  bangsa Arab jahiliyah yang keadaan hati (jiwa) mereka bagaikan keadaan gurun pasir jazirah Arab hanya dalam waktu 23 tahun saja  akan berubah menjadi bagaikan “tempat yang subur” yang penuh dengan berbagai pepohonan dan tumbuhan-tumbuhan yang bermanfaat serta akan mengalir berbagai sumber-sumber mata air pengetahuan ruhani,  dimana  hal seperti itu tidak pernah  terjadi  di kalangan para pengikut para rasul Allah sebelumnya, termasuk di kalangan Bani Israil, sekali pun di kalangan mereka Allah Swt. banyak sekali membangkitkan rasul Allah (QS.2:88-89).
            (11)  Karena missi kenabian Nabi Besar Muhammad saw.  dan juga Al-Quran bukan hanya  untuk bangsa Arab (Bani Isma’il) yang hidup   sejaman dengan beliau saw. saja,   tetapi benar-benar untuk seluruh umat manusia sampai  berakhirnya kehidupan umat manusia di dunia ini (QS.7:159; QS.21:108; QS.25:2; QS.34:29) maka Allah Swt. telah menetapkan bahwa  para pembaharu ruhani (mushlih rabbani/mujaddid) yang akan menjaga kelestarian agama Islam (Al-Quran)  serta akan mengeluarkan khazanah-khazanah ruhani Al-Quran yang baru sampai Akhir Zaman hanya akan muncul dari kalangan para pengikut sejati beliau saw. saja (QS.3:32).
          Salah seorang di antaranya bahkan akan meraih martabat “kenabian” (QS.4:70-71), dimana kedatangannya tersebut pada hakikatnya merupakan kedatangan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. (QS.62:3-4) -- selain  sebagai kedatangan kedua kali para rasul Allah yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh umat-umat beragama lainnya (QS.77:12-19) – guna mewujudkan  keunggulan agama Islam  dan umat Islam (Al-Quran) kedua kali di Akhir Zaman ini (QS.61:10).
       Demikianlah beberapa point penting yang dapat dikemukakan dari Surah Yā Sīn ayat 1-14 (rukuk I) yang harus dimengerti oleh umat Islam, karena hal tersebut merupakan Sunnatullah yang telah ditetapkan Allah  Swt. di dalam Al-Quran, sebagai Kitab suci terakhir dan tersempurna (QS.5:4).
    Pada hakikatnya apa yang terjadi saat ini mengenai sikap pendustaan dan penentangan umumnya umat  beragama  -- termasuk umumnya umat Islam -- terhadap Rasul Akhir Zaman   yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s.  adalah merupakan pengulangan Sunatullah tersebut.  
        Karena pengutusan Rasul Akhir Zaman -- Mirza Ghulam Ahmad a.s. --  pada hakikatnya merupakan kedatangan kedua kali para rasul Allah -- terutama kedatangan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw.,  sebagai Rasul Allah yang kenabiannya bersifat abadi  (QS.62:3-4)  --  maka penolakan terebut berarti menolak Nabi Besar Muhammad saw..
       Dengan demikian benarlah pendapat bahwa ada masa jahiliyah   pertama di masa pengutusan Nabi Besar Muhmmad saw. 14 abad yang silam, dan  ada masa jahiliyah kedua di Akhir Zaman, untuk itulah maka Allah Swt. telah memperingatkan umat Islam dalam Surah Al-Fatihah  ayat 7 agar  tidak menjadi golongan "maghdūbi 'alayhim wa lādh- dhāllīn" (mereka yang dimurkai dan  yang sesat), melain agar termasuk menjadi "orang-orang yang mendapat nikmat" (QS.4:70-71).   Wallāhu ‘alam.

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor:    Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar”, 8 Ramadhan 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar