Minggu, 22 Juli 2012

Kerasnya Hati Bani Israil & Umat Beragama



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ

   

SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN

BAB 6

    Kerasnya Hati  Bani Israil &
Umat Beragama 

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


Sehubungan dengan Sifat Allah Swt. Al-‘Azīz (Yang Maha Perkasa), dalam BAB  5 sebelumnya telah dikemukakan kerasnya hati bangsa Arab jahiliyah di masa diutus-Nya Nabi Besar Muhammad saw., akibat  selama ribuan tahun sejak Nabi Isma’il a.s., di kalangan bangsa Arab (Bani Isma’il) tidak pernah ada seorang rasul Allah pun yang dibangkitkan di kalangan mereka hingga masa Nabi Besar Muhammad saw..
Demikian pula mengerasnya hati manusia tersebut terjadi pula sebelumnya di kalangan Bani Israil, terutama kaum Yahudi, padahal Allah Swt. banyak membangkitkan para rasul Allah di kalangan mereka setelah Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s..

Penyaliban Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.

Puncak kerasnya hati mereka terjadi di masa pengutusan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili – yang kedatangannya sebagai Al-Masih (Mesiah/Kristus) telah dijanjikan kepada mereka (Yohanes I:19-28), dimana mereka berusaha membunuh beliau melalui penyaliban guna membuktikan kepada masyarakat luas bahwa beliau bukan  Al-Masih (Mesiah) yang kedatangannya sedang mereka tunggu-tunggu, melainkan  seorang yang terkutuk, karena menurut hukum Taurat barangsiapa yang mati tergantung di tiang salib maka merupakan kutuk baginya (Ulangan 21:23), sebab menurut mereka bagaimana mungkin seorang rasul Allah tidak memiliki  ayah seorang laki-laki sebagaimana para rasul Allah yang diutus sebelumnya di kalangan Bani Israil.
Batu sandungan lainnya yang membuat para pemuka agama Yahudi berusaha membunuh Nabi Isa Ibn u Maryam a.s. melalui penyaliban, adalah karena menurut Kitab Maleakhi sebelum datang Kristus  (Mesias/Mesiah) harus terlebih dulu  Nabi Elia a.s.  turun kedua kali dari langit (Malakhi 4:5-6), karena sebelumnya beliau telah naik ke langit mengendarai kereta berapi dan kuda berapi  (II Raja-raja 2:11-12), padahal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. telah menjelaskan kepada mereka bahwa yang dimaksud dengan "kedatangan kedua kali Nabi Elia a.s."  adalah kedatangan Nabi Yahya a.s.  atau Yohanes Pembaptis (Matius 11:7-15).
 Namun para pemuka Yahudi tersebut  tidak mau mendengar penjelasan dari Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., karena itu Nabi Yahya a.s. (Yohanes Pembaptis) pun akhirnya dibunuh  atas perintah Harodes, dan mereka berusaha membunuh Nabi Isa Ibnu  Maryam a.s. melalui penyaliban,   firman-Nya:
وَ لَقَدۡ اٰتَیۡنَا مُوۡسَی الۡکِتٰبَ وَ قَفَّیۡنَا مِنۡۢ بَعۡدِہٖ بِالرُّسُلِ ۫ وَ اٰتَیۡنَا عِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ الۡبَیِّنٰتِ وَ اَیَّدۡنٰہُ بِرُوۡحِ الۡقُدُسِ ؕ اَفَکُلَّمَا جَآءَکُمۡ رَسُوۡلٌۢ بِمَا لَا تَہۡوٰۤی اَنۡفُسُکُمُ اسۡتَکۡبَرۡتُمۡ ۚ  فَفَرِیۡقًا کَذَّبۡتُمۡ  ۫ وَ فَرِیۡقًا تَقۡتُلُوۡنَ ﴿﴾  وَ قَالُوۡا قُلُوۡبُنَا غُلۡفٌ ؕ بَلۡ لَّعَنَہُمُ اللّٰہُ بِکُفۡرِہِمۡ  فَقَلِیۡلًا مَّا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾
Dan  sungguh  Kami benar-benar telah  memberikan Alkitab kepada Musa dan Kami mengikutkan rasul-rasul di belakangnya, Kami  memberikan kepada Isa Ibnu Maryam Tanda-tanda yang nyata, dan juga Kami memperkuatnya dengan  Ruhulqudus.  Maka apakah patut setiap datang kepada kamu seorang rasul dengan membawa apa yang tidak disukai oleh dirimu  kamu berlaku takabur, lalu  sebagian kamu dustakan dan sebagian lainnya kamu bunuh?  Dan mereka berkata:  Hati kami tertutup.” Tidak,  bahkan Allah telah mengutuk mereka karena kekafiran mereka  maka sedikit sekali apa yang mereka imani.  (Al-Baqarah [2]:88-89). 
 Mengenai semakin kerasnya hati di kalangan Bani Israil – khususnya kaum Yahudi – selanjutnya dijelaskan Allah Swt. dalam Al-Quran:
وَ اِذۡ قَتَلۡتُمۡ نَفۡسًا فَادّٰرَءۡتُمۡ فِیۡہَا ؕ وَ اللّٰہُ مُخۡرِجٌ مَّا کُنۡتُمۡ تَکۡتُمُوۡنَ ﴿ۚ﴾  فَقُلۡنَا اضۡرِبُوۡہُ بِبَعۡضِہَا ؕ کَذٰلِکَ یُحۡیِ اللّٰہُ  الۡمَوۡتٰی ۙ وَ یُرِیۡکُمۡ اٰیٰتِہٖ  لَعَلَّکُمۡ تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾  ثُمَّ قَسَتۡ قُلُوۡبُکُمۡ مِّنۡۢ بَعۡدِ ذٰلِکَ فَہِیَ کَالۡحِجَارَۃِ اَوۡ اَشَدُّ قَسۡوَۃً ؕ وَ  اِنَّ مِنَ الۡحِجَارَۃِ لَمَا یَتَفَجَّرُ  مِنۡہُ الۡاَنۡہٰرُ ؕ وَ اِنَّ مِنۡہَا لَمَا یَشَّقَّقُ فَیَخۡرُجُ مِنۡہُ الۡمَآءُ ؕ وَ اِنَّ مِنۡہَا لَمَا یَہۡبِطُ مِنۡ خَشۡیَۃِ اللّٰہِ  ؕوَ مَا اللّٰہُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika kamu  berusaha membunuh seseorang  lalu kamu berselisih mengenai hal itu, padahal Allah akan menyingkapkan apa yang selalu kamu sembunyikan.  Maka Kami berfirman: “Bandingkanlah peristiwa ini dengan beberapa peristiwa semacamnya, barulah akan kamu ketahui hakikatnya.” Demikianlah Allah menghidupkan yang mati  dan memperlihatkan Tanda-tanda-Nya kepada kamu supaya kamu mengerti.    Lalu  hati kamu menjadi keras sesudah itu hingga seperti batu-batu atau lebih keras lagi, dan sesungguhnya di antara batu-batu  pun benar-benar ada yang darinya memancar sungai-sungai, dan sesungguhnya di antaranya benar-benar ada yang terbelah lalu keluar air darinya. Dan sesungguhnya di antaranya benar-benar ada yang jatuh menyungkur karena takut kepada Allah, dan Allah sekali-kali tidak lalai terhadap apa yang kamu kerjakan. (Al-Baqarah [2]:73-75).
        Qataltum  berarti:  “kamu mencoba, berupaya, mengakui atau mengambil keputusan untuk membunuh” (QS.40:29), atau “kamu membuat dia nampak seakan-akan mati; kamu hampir membunuhnya”. Orang mengatakan Qatala-hu, artinya ia menjadikan dia seakan-akan telah dibunuh raganya atau moralnya (Lexicon Lane) Perkataan terkenal dari  Umar bin Khaththab r.a., yaituUqtulu Sa’dan” telah dianggap berarti  membuat Sa’ad kelihatannya seperti orang yang sungguh-sungguh telah mati.

Selamat dari Kematian Terkutuk di Tiang  Salib

  Dharb berarti yang mirip sesuatu (Lexicon Lane), kata kerja dharaba dipakai dalam bentuk-bentuk yang berlain-lainan dalam QS.13:18; QS.16:75 dan QS.43:58 dan mengandung arti “perbandingan.” Maka ungkapan idribu-hu biba’dhi-ha dapat ditafsirkan seperti berikut: “bandingkanlah keadaan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  ketika beliau diturunkan dari salib dalam keadaan hampir seperti mati dengan keadaan orang-orang yang dianggap mati, padahal sesungguhnya tidak mati, tetapi hanya tampak seperti mati, dan kamu akan menjumpai hakikat yang sebenarnya  mengenai Nabi Isa  Ibnu Maryam a.s. yang disangka mati itu.”
      Anak kalimat ini dapat diartikan: "Beginilah cara Allah  memberi harapan hidup lagi kepada Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. setelah beliau hampir wafat". Mauta itu jamak dari mait,  yang berarti  orang bagaikan mati atau hampir mati (Lexicon Lane). Di sini kata mauta harus diambil dalam artian tersebut, karena  menurut Al-Quran  orang-orang  yang sungguh-sungguh telah mati tidak akan hidup kembali (QS.21: 96 dan QS.23:101).
    Nafsan (seorang) dipakai sebagai ism nakirah yaitu dalam bentuk tak tertentu, menurut tata bahasa Arab dapat tertuju kepada seorang tokoh sangat penting  (Muthawwal). Dalam ayat-ayat sebelumnya beberapa kelakuan  buruk dan kejahatan-kejahatan orang-orang Yahudi telah disebut. Ayat ini menunjuk kepada dosa mereka terbesar yaitu mereka berusaha membunuh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.   di atas salib dan dengan demikian hendak membuktikan bahwa menurut Bible  beliau adalah nabi palsu (Ulangan 21:23).
Dalam usaha keji dan kejam itu mereka sama sekali gagal. Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. diturunkan dari salib dalam keadaan hidup tetapi nampak  seperti orang mati yakni mati suri. Anak kalimat “Demikianlah Allah menghidupkan yang mati  dan memperlihatkan Tanda-tanda-Nya kepada kamu supaya kamu mengerti.” berarti bahwa suatu waktu akan datang bila kebenaran mengenai wafat Nabi Isa a.s. akan terbuka dan kedok kedustaan yang sekian lama telah menyelubungi peristiwa itu akan disingkap.

Memutar-balikkan Makna Ayat-ayat Kitab Suci &
Peringatan Allah Swt. Kepada Umat Islam

Jika dalam kenyataannya para rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan Bani Israil pun senantiasa mereka dustakan dan bahkan berusaha untuk membunuhnya – termasuk terhadap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. – maka terlebih lagi terhadap Nabi Besar Muhammad saw. yang dibangkitkan di kalangan Bani Isma’il (bangsa Arab), firman-Nya:
اَفَتَطۡمَعُوۡنَ اَنۡ یُّؤۡمِنُوۡا لَکُمۡ وَ قَدۡ کَانَ فَرِیۡقٌ مِّنۡہُمۡ یَسۡمَعُوۡنَ کَلٰمَ اللّٰہِ ثُمَّ یُحَرِّفُوۡنَہٗ مِنۡۢ بَعۡدِ مَا عَقَلُوۡہُ وَ ہُمۡ یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Apakah kamu mengharapkan bahwa mereka akan percaya kepadamu, padahal sungguh senantiasa ada satu golongan di antara mereka yang mendengar firman Allah lalu mereka menyimpangkan maknanya sesudah memahaminya, padahal mereka mengetahui?  (Al-Baqarah [2]:76).
      Pernyataan “Lalu  hati kamu menjadi keras sesudah itu hingga seperti batu-batu atau lebih keras lagi” tidak mengena kepada seluruh bangsa Yahudi, sebab tidak syak lagi ada beberapa orang Yahudi yang hatinya dicekam oleh rasa takut kepada Allah Swt.. Mengenai orang-orang itu Al-Quran mengatakan: di antaranya (yaitu di antara hati) ada yang  jatuh menyungkur  karena takut kepada Allah, kata ganti ha di sini pengganti qulub (hati) dan bukan sebagai ganti hajar (batu). Al-Quran mengandung beberapa contoh dari apa yang disebut intisyar al-dama’ir, yaitu kata-kata ganti serupa yang terdapat dalam ayat itu menggantikan berbagai kata benda (QS.48:10).
      Sehubungan dengan kerasnya hati orang-orang Yahudi (Ahli Kitab) tersebut, Allah Swt. telah memperingatkan umat Islam mengenai kemungkinan terjadinya hal yang sama di kalangan mereka sepeninggal  Nabi Besar Muhammad saw., selanjutnya Allah Swt. berfirman:
اَلَمۡ یَاۡنِ  لِلَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا  اَنۡ  تَخۡشَعَ قُلُوۡبُہُمۡ  لِذِکۡرِ اللّٰہِ  وَ مَا  نَزَلَ مِنَ الۡحَقِّ  ۙ  وَ لَا یَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ فَطَالَ  عَلَیۡہِمُ  الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ کَثِیۡرٌ  مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ ﴿۱۶﴾  اِعۡلَمُوۡۤا  اَنَّ اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِہَا ؕ قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ  تَعۡقِلُوۡنَ ﴿۱۷﴾
Apakah belum sampai waktu bagi orang-orang yang beriman, bahwa hati mereka tunduk untuk mengingat Allah dan mengingat  kebenaran yang telah turun kepada mereka, dan mereka tidak  menjadi seperti orang-orang yang diberi kitab sebelumnya, maka zaman kesejahteraan menjadi panjang atas mereka lalu   hati mereka menjadi keras, dan kebanyakan dari mereka menjadi durhaka?  Ketahuilah, bahwasanya  Allah  menghidupkan bumi sesudah matinya. Sungguh Kami telah menjelaskan Tanda-tanda kepadamu supaya kamu mengerti.  (Al-Hadid [57:17-18).
       Jadi, merupakan Sunnatullah jika suatu kaum  atau umat beragama telah jauh dari masa kenabian yang penuh berkat, atau wahyu Ilahi telah lama tidak turun lagi kepada mereka melalui rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan Allah Swt. kepada mereka (QS.7:35-37) maka  hati mereka akan menjadi keras dan kebanyakan mereka akan menjadi orang-orang yang durhaka kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya, dan akan menjadi penentang  yang paling keras terhadap rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan kepada mereka.
     Dengan demikian benarlah pernyataan Allah Swt. dalam Surah Ya Sin sebelum ini mengenai Sunnah-Nya:
لِتُنۡذِرَ قَوۡمًا مَّاۤ  اُنۡذِرَ اٰبَآؤُہُمۡ فَہُمۡ غٰفِلُوۡنَ ﴿﴾
Supaya engkau memberi peringatan kepada suatu kaum yang bapak-bapaknya (leluhurnya) belum pernah diberi peringatan karena itu  mereka  lalai. (Yā Sīn [36]:7).
(Bersambung).


Rujukan: The Holy Quran
Editor:    Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar”, 3 Ramadhan 2012
Ki Langlang Buana Kusuma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar