Sabtu, 28 Juli 2012

Tuntutan-tuntutan yang Serampangan



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


  SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN

BAB 18

Tuntutan-tuntutan yang Serampangan

                                                                     Oleh
                                                                                
Ki Langlang Buana Kusuma


Dalam BAB  17 telah dikemukakan 2 tuduhan klasik para penentang rasul Allah terhadap wujud-wujud suci tersebut  -- terutama Nabi Besar Muhammad saw. -- yakni (1) mengada-ada dusta atas nama Allah, dibantu oleh kaum lain; (2) Al-Quran adalah kumpulan kisah-kisah kaum purbakala. (QS.25:5-6), Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai tuduhan mereka itu:
وَ قَالُوۡا مَالِ ہٰذَا الرَّسُوۡلِ یَاۡکُلُ الطَّعَامَ وَ یَمۡشِیۡ  فِی الۡاَسۡوَاقِ ؕ لَوۡ لَاۤ اُنۡزِلَ اِلَیۡہِ مَلَکٌ فَیَکُوۡنَ مَعَہٗ نَذِیۡرًا ۙ﴿﴾
Dan mereka berkata: “Rasul macam apakah ini, ia makan makanan dan berjalan di pasar-pasar? Mengapa  tidak diturunkan   malaikat kepadanya supaya ia menjadi seorang pemberi peringatan bersama-sama dengannya? (Al-Furqān [25]:8).
      Orang-orang kafir mempunyai tanggapan yang sangat rendah sekali mengenai nilai-nilai kehidupan yang sebenarnya. Mereka telah membuat patokan yang mereka adakan sendiri untuk menguji kebenaran rasul-rasul Allah,  akibatnya bahwa daripada mendapatkan jalan yang lurus, malahan mereka terus meraba-raba dalam kegelapan, keraguan, dan kekafiran.
      Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai tuduhan mereka:
اَوۡ یُلۡقٰۤی اِلَیۡہِ کَنۡزٌ اَوۡ تَکُوۡنُ لَہٗ جَنَّۃٌ یَّاۡکُلُ مِنۡہَا ؕ وَ قَالَ الظّٰلِمُوۡنَ  اِنۡ تَتَّبِعُوۡنَ   اِلَّا  رَجُلًا  مَّسۡحُوۡرًا ﴿ ﴾   اُنۡظُرۡ کَیۡفَ ضَرَبُوۡا لَکَ الۡاَمۡثَالَ فَضَلُّوۡا  فَلَا  یَسۡتَطِیۡعُوۡنَ سَبِیۡلًا ﴿٪ ﴾  تَبٰرَکَ الَّذِیۡۤ  اِنۡ شَآءَ جَعَلَ لَکَ خَیۡرًا مِّنۡ ذٰلِکَ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ۙ وَ  یَجۡعَلۡ  لَّکَ  قُصُوۡرًا ﴿ ﴾
“Atau hendaknya diturunkan kepadanya khazanah  atau ada baginya kebun untuk makan darinya.” Dan  orang-orang yang zalim itu berkata:  ”Kamu tidak mengikuti melainkan seorang laki-laki yang kena sihir.”    Perhatikanlah, bagaimana mereka membuat tamsilan bagi engkau, maka mereka telah sesat dan mereka tidak dapat menemukan jalan. Maha Beberkat Dia Yang jika Dia menghendaki akan menjadikan bagi engkau yang lebih baik dari itu,  kebun-kebun yang di bawahnya me-ngalir sungai-sungai dan akan menjadikan bagi engkau istana-istana.   (Al-Furqān [25]:9-10).

Tuntutan Khazanah Duniawi

     Ayat ini mengandung arti bahwa tanggapan orang-orang kafir mengenai bagaimana seharusnya corak dan macam seorang nabi Allah adalah jauh sekali dari kenyataan, dan menampakkan kepicikan mereka tentang maksud dan tujuan kebangkitan nabi-nabi. Nabi-nabi Allah dibangkitkan -- demikian ayat ini memberitahukan -- adalah untuk membimbing manusia keluar dari kegelapan, keraguan, dan kekafiran, masuk ke dalam cahaya keyakinan dan kenikmatan ruhani,   bukan untuk menimbun kekayaan dan berfoya-foya serta bersuka-ria.
        Akan tetapi meskipun patokan yang dibuat sendiri oleh orang-orang kafir, yakni, bahwa Nabi Besar Muhammad saw.  harus memiliki harta, pangkat, kebun-kebun, dan istana-istana adalah tidak berarti apa-apa, namun untuk menyadarkan mereka tentang kepalsuan kedudukan mereka, Allah Swt. akan memberikan kepada beliau saw. serta pengikut-pengikut beliau harta yang lebih banyak, kebun-kebun, dan istana-istana yang lebih besar, lagi lebih baik dari apa-apa yang dituntut oleh orang-orang kafir. Dan sungguh-sungguh Dia telah menganugerahkan kepada pengikut-pengikut Nabi Besar Muhammad saw.  istana-istana dan kebun-kebun kepunyaan raja-raja Iran dan Bizantina (Romawi).
       Dalam Surah Bani Israil Allah Swt. mengemukakan secara rinci tuntutan duniawi yang dikemukakan orang-orang kafir Quraisy Makkah kepada Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
وَ قَالُوۡا لَنۡ نُّؤۡمِنَ لَکَ حَتّٰی تَفۡجُرَ  لَنَا مِنَ  الۡاَرۡضِ  یَنۡۢبُوۡعًا ﴿ۙ﴾   اَوۡ تَکُوۡنَ لَکَ جَنَّۃٌ  مِّنۡ نَّخِیۡلٍ وَّ عِنَبٍ فَتُفَجِّرَ  الۡاَنۡہٰرَ  خِلٰلَہَا تَفۡجِیۡرًا ﴿ۙ﴾   اَوۡ تُسۡقِطَ السَّمَآءَ کَمَا زَعَمۡتَ عَلَیۡنَا کِسَفًا اَوۡ تَاۡتِیَ بِاللّٰہِ  وَ الۡمَلٰٓئِکَۃِ  قَبِیۡلًا ﴿ۙ﴾
Dan mereka berkata: “Kami tidak akan pernah beriman kepada engkau sebelum engkau memancarkan dari bumi sebuah mata air untuk kami, atau engkau mempunyai kebun kurma dan anggur lalu engkau mengalirkan sungai-sungai yang deras alirannya di tengah-tengahnya,   atau engkau menjatuhkan kepingan-kepingan langit  atas kami sebagaimana telah engkau dakwakan, atau engkau mendatangkan Allah dan para malaikat berhadap-hadapan. (Bani Israil [17]:91-93).
      Ketika orang-orang Makkah terbungkam oleh jawaban-jawaban Al-Quran mengenai pertanyaan-pertanyaan dan keberatan-keberatan mereka tentang hakikat ruh (QQs.17:86-90),  mereka berputar-balik dan menuntut kepada Nabi Besar Muhammad saw.  bahwa jika Al-Quran meliputi segala macam ilmu, kemajuan,  beliau saw.  harus dapat memperlihatkan mukjizat-mukjizat — misalnya membuat beberapa mata air memancar keluar dari bumi, membuat kebun-kebun serta membangun rumah-rumah dari emas bagi diri beliau sendiri, dan sebagainya.
Tuntutan-tuntutan tidak masuk akal dan serampangan  yang mereka kemukakan terus berubah, firman-Nya:
اَوۡ  یَکُوۡنَ لَکَ بَیۡتٌ مِّنۡ زُخۡرُفٍ اَوۡ تَرۡقٰی فِی السَّمَآءِ ؕ وَ لَنۡ نُّؤۡمِنَ لِرُقِیِّکَ حَتّٰی تُنَزِّلَ عَلَیۡنَا کِتٰبًا نَّقۡرَؤُہٗ ؕ قُلۡ سُبۡحَانَ رَبِّیۡ  ہَلۡ کُنۡتُ  اِلَّا بَشَرًا رَّسُوۡلًا ﴿٪﴾
Atau engkau mempunyai sebuah rumah dari emas atau engkau naik ke langit, tetapi kami tidak akan pernah mempercayai kenaikan engkau ke langit hingga engkau menurunkan kepada kami sebuah kitab yang kami dapat membacanya.” Katakanlah: “Maha Suci Tuhan-ku, aku tidak lain melainkan seorang manusia  sebagai seorang rasul.” (Bani Israil [17]:94).
          Sebagai jawaban terhadap tuntutan-tuntutan mereka, yang jauh dari kesopanan itu, orang-orang kafir diberitahu, bahwa tuntutan-tuntutan itu bertalian dengan Allah Swt. atau Nabi Besar Muhammad saw.. Tuntutan yang pertama adalah asal omong dan bunyi belaka, sedang Allah Swt. adalah di atas segala hal yang serampangan semacam itu.

Rasul dari Kalangan Malaikat

       Adapun mengenai tuntutan-tuntutan mereka yang bertalian dengan Nabi Besar Muhammad saw., tuntutan-tuntutan itu bertentangan dengan kemampuan-kemampuan beliau saw. yang terbatas sebagai seorang manusia dan tidak selaras dengan tugas beliau sebagai seorang rasul Allah.
وَ مَا مَنَعَ النَّاسَ اَنۡ یُّؤۡمِنُوۡۤا اِذۡ جَآءَہُمُ الۡہُدٰۤی اِلَّاۤ  اَنۡ قَالُوۡۤا اَبَعَثَ اللّٰہُ   بَشَرًا  رَّسُوۡلًا ﴿ ﴾   قُلۡ لَّوۡ کَانَ فِی الۡاَرۡضِ مَلٰٓئِکَۃٌ یَّمۡشُوۡنَ مُطۡمَئِنِّیۡنَ لَنَزَّلۡنَا عَلَیۡہِمۡ مِّنَ  السَّمَآءِ  مَلَکًا  رَّسُوۡلًا ﴿ ﴾   قُلۡ  کَفٰی بِاللّٰہِ  شَہِیۡدًۢا  بَیۡنِیۡ وَ بَیۡنَکُمۡ ؕ اِنَّہٗ  کَانَ  بِعِبَادِہٖ  خَبِیۡرًۢا  بَصِیۡرًا ﴿ ﴾
Dan  sekali-kali tidak ada yang menghalangi manusia untuk beriman ketika petunjuk datang   kepada mereka, kecuali mereka berkata: “Apakah Allah mengutus seorang manusia sebagai rasul?”   Katakanlah: “Seandainya di bumi ini ada malaikat yang berjalan-jalan dengan aman tenteram, niscaya  Kami menurunkan seorang malaikat dari langit sebagai seorang rasul kepada mereka.”  Katakanlah:  Cukuplah Allah sebagai saksi di antara aku dan kamu, sesungguhnya Dia   Maha Mengetahui, Maha Melihat hamba-hamba-Nya.” (Bani Israil [17]:95-97).
        Ayat ini dapat mengandung dua arti: (a) Para malaikat turun kepada manusia yang mempunyai sifat-sifat serupa dengan malaikat, dan bukan kepada manusia yang mempunyai sifat-sifat berlawanan dengan malaikat; dan jika orang kafir pun mendatangkan perubahan menjadi seperti malaikat dalam hidup mereka, maka para malaikat akan turun juga kepada mereka  (QS,41:31-33); (b) Hanya wujud dari jenis yang sama dapat dijadikan contoh dan teladan bagi satu sama lain. Jadi hanya manusia yang dapat memikul amanat Tuhan bagi umat manusia, sebab hanya manusialah yang dapat menjadi contoh bagi manusia lainnya (QS.3:32; QS.33:22)
      Dengan demikian terjawab pulalah tuduhan mereka dalam  ayat Surah Al-Furqān dan Surah Ya Sin sebelum ini:
وَ قَالُوۡا مَالِ ہٰذَا الرَّسُوۡلِ یَاۡکُلُ الطَّعَامَ وَ یَمۡشِیۡ  فِی الۡاَسۡوَاقِ ؕ لَوۡ لَاۤ اُنۡزِلَ اِلَیۡہِ مَلَکٌ فَیَکُوۡنَ مَعَہٗ نَذِیۡرًا ۙ﴿﴾
Dan mereka berkata: “Rasul macam apakah ini, ia makan makanan dan berjalan di pasar-pasar? Mengapa  tidak diturunkan   malaikat kepadanya supaya ia menjadi seorang pemberi peringatan bersama-sama dengannya? (Al-Furqān [25]:8).
قَالُوۡا مَاۤ  اَنۡتُمۡ  اِلَّا بَشَرٌ مِّثۡلُنَا ۙ وَ مَاۤ اَنۡزَلَ  الرَّحۡمٰنُ  مِنۡ شَیۡءٍ ۙ اِنۡ  اَنۡتُمۡ  اِلَّا تَکۡذِبُوۡنَ ﴿﴾
Mereka berkata:  ”Kamu sekali-kali tidak lain hanya  manusia seperti kami, dan Tuhan Yang Maha Pemurah sekali-kali tidak menurunkan sesuatu, kamu tidak lain hanya berdusta belaka.”  (Yā Sīn [36]:16).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor:    Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar”, 9 Ramadhan 2012
Ki Langlang Buana Kusuma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar