بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN
BAB 2
Fadhilah Ruhani Surah Yā Sīn
oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Mayoritas umat Islam di Indonesia
adalah penganut mazhab Syafi’i, dan umumnya mereka sangat akrab dengan Surah Yā Sīn, karena Surah Al-Quran termasuk
merupakan Surah Al-Quran yang paling sering dibaca dalam berbagai acara, di
antaranya adalah dalam acara “Tahlilan” dalam acara kematian,
sehingga banyak di antara umat Islam yang hafal Surah Yā Sīn tersebut.
Dari sabda-sabda Nabi Besar Muhammad saw.
banyak sekali fadhilah (keutamaan) pembacaan Surah Yā Sīn tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa dari seluruh Surah
Al-Quran yang ayat-ayatnya cukup banyak, Surah Yā Sīn adalah Surah yang paling banyak dihapal, sekali pun
banyak di antara mereka yang tidak mengerti terjemahan ayat-ayatnya.
Atau, sekali pun mereka mengerti terjemahannya, tetapi sedikit sekali yang
memahami makna-makna mendalam yang
terkandung dalam Surah Yā Sīn
tersebut.
Ikhtisar Surah Yā Sīn
Semua ahli sependapat mengenai masalah ini,
bahwa Surah Yā Sīn
diturunkan di Makkah. Gaya bahasa dan isinya mendukung pandangan itu.
Karena pentingnya pokok pembahasan Surah ini, Nabi Besar Muhammad saw.
menyebutnya jantung Al-Quran:
“Sesungguhnya bagi segala sesuatu
ada hati, dan hati al Quran adalah “Yā Sīn”, dan barang siapa membaca “Yā Sīn”:
Allah Tabāraka wa Ta`āla menuliskan baginya dengan bacaannya itu seperti
membaca al Quran sepuluh kali.”(Turmudzi).
Surah ini mulai dengan memanggil Nabi Besar Muhammad saw. dengan sebutan Yā Sīn, Dalam paduan huruf
singkatan yā sīn, huruf sīn itu menurut Ibn’ Abbas adalah
alih-alih kata al-insan, yang artinya “manusia”, atau “manusia yang
sempurna” (insan kamil); atau alih-alih kata sayyid (kepala atau
pemimpin). Jadi ungkapan yā sīn itu akan berarti “Hai manusia sempurna!” atau “Hai pemimpin sempurna!”
Menurut kesepakatan pendapat para ulama, yang diisyaratkan di sini ialah Nabi
Besar Muhammad saw. Beliau saw. “manusia
yang sempurna” (insan kamil) itu, sebab pada wujud beliaulah dijumpai contoh terbaik dan paling sempurna bagi umat manusia (QS.33:22), dan beliau itulah “pemimpin yang sempurna,” sebab
sesudah beliau saw. diutus maka para mushlih
(reformers, pembaharu-pembaharu) dan guru-guru
jagat akan dibangkitkan hanya dari antara para pengikut beliau
saw. (QS.3:86; QS.4:70-71), karena pintu
wahyu telah ditutup bagi para pengikut semua nabi lainnya (QS.3:20, 86).
Walau pun benar bahwa kepada semua rasul-Nya
Allah Swt. telah menampakkan Wujud-Nya
-- sesuai dengan keadaan martabat
keruhanian mereka (QS.2:254) -- tetapi kepada Nabi Besar
Muhammad saw. -- yang oleh Surah ini ditetapkan sebagai Yā Sīn -- “Pemimpin yang Sempurna” atau
“Pemimpin yang Paripurna” -- Allah Swt. menampakkan Wujud-Nya dalam penjelmaan yang paling
lengkap dan sempurna (QS.53:1-19), dan menganugerahkan kepada beliau Kitab yang
paling sempurna tanpa cacat sedikit pun, dalam bentuk Al-Quran (QS.5:4).
Nabi Besar Muhammad saw. sebagai “Pemimpin
yang Sempurna,” berarti bahwa silsilah
rasul-rasul Allah sejak Nabi Adam a.s. contohnya yang sempurna terdapat dalam diri beliau saw..
Kini jalan yang ditempuh
oleh Besar Muhammad saw. merupakan satu-satunya jalan yang benar dan lurus menuju kepada Tuhan. Semua jalan
lain yang terdahulu membimbing manusia kepada Wujud Yang Maha Agung, kini telah
ditutup dan akan tetap tertutup hingga Akhir Zaman (QS.3:20; 86; QS.5:4).
Sekarang Allah Swt. akan menampakkan
Wujud-Nya kepada dunia dengan perantaraan para pengikut sejati Besar Muhammad saw., firman-Nya:
وَ مَنۡ یُّطِعِ
اللّٰہَ وَ الرَّسُوۡلَ فَاُولٰٓئِکَ مَعَ الَّذِیۡنَ اَنۡعَمَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمۡ
مِّنَ النَّبِیّٖنَ وَ الصِّدِّیۡقِیۡنَ وَ الشُّہَدَآءِ وَ الصّٰلِحِیۡنَ ۚ وَ
حَسُنَ اُولٰٓئِکَ رَفِیۡقًا ﴿ؕ ﴾ ذٰلِکَ الۡفَضۡلُ مِنَ اللّٰہِ ؕ وَ کَفٰی
بِاللّٰہِ عَلِیۡمًا ﴿٪ ﴾
Dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul ini maka mereka akan termasuk di
antara orang-orang yang
Allāh memberi nikmat kepada mereka yakni: nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syahid-syahid, dan orang-orang shalih, dan mereka itulah sahabat yang sejati. Itulah karunia dari Allāh, dan cukuplah
Allah Yang Maha Mengetahui. (Al-Nisa [4]:70-71).
Ayat ini
sangat penting sebab ia menerangkan semua jalur kemajuan ruhani yang terbuka bagi kaum Muslimin. Keempat martabat
keruhanian — nabi-nabi,
shiddiq-shiddiq,
syuhada (saksi-saksi) dan
orang-orang shalih
— kini semuanya dapat dicapai hanya dengan jalan mengikuti Nabi
Besar Muhammad saw.. Hal ini merupakan kehormatan khusus bagi
beliau saw. semata. Tidak ada nabi lain menyamai beliau
saw. dalam perolehan nikmat ini.
Kesimpulan itu lebih lanjut ditunjang oleh
ayat yang membicarakan nabi-nabi
secara umum dan mengatakan: “Dan
orang-orang yang beriman kepada Allah dan para rasul-Nya, mereka adalah orang-orang
shiddiq dan saksi-saksi (syuhada) di sisi Tuhan mereka” (QS.57: 20).Apabila
kedua ayat ini dibaca bersama-sama maka kedua ayat itu berarti bahwa, kalau
para pengikut nabi-nabi lainnya dapat
mencapai martabat shiddiq, syahid,
dan shalih dan tidak lebih tinggi
dari itu, maka pengikut Nabi Besar Muhammad saw. dapat naik ke
martabat nabi juga.
Kitab “Bahr-ul-Muhit” (jilid III, hlm. 287) menukil Al-Raghib
yang mengatakan: “Tuhan telah membagi
orang-orang beriman dalam empat golongan dalam ayat ini, dan telah
menetapkan bagi mereka empat tingkatan, sebagian di antaranya lebih rendah dari
yang lain, dan Dia telah mendorong orang-orang beriman sejati agar jangan
tertinggal dari keempat tingkatan ini.” Dan membubuhkan bahwa: “Kenabian itu ada dua macam: umum dan khusus.
Kenabian khusus, yakni kenabian yang membawa syariat, sekarang tidak dapat
dicapai lagi; tetapi kenabian yang umum masih tetap dapat dicapai.”
Bani Isma’il Sebagai “Kaum Terpilih”
Sesuai
dengan hikmah-Nya yang tidak pernah meleset, setelah Bani Israil menjadi “kaum
terpilih” pada zamannya (QS.7:35-36), selanjutnya Allah Swt. telah
memilih orang-orang Arab (Bani
Isma’il) -- yang di tengah-tengah mereka berabad-abad lamanya tidak pernah
datang seorang rasul pun (QS.2:128-130)
– sebagai “kaum terpilih” untuk mengajarkan kepada umat manusia Amanat Ilahi yang terakhir.
Tanah Arab
pada waktu itu merupakan negeri yang suram dan kering. Air wahyu Ilahi turun ke atasnya dan kini tanah itu mulai mekar
menjadi suatu tempat kehidupan ruhani
yang baru dan penuh semangat, firman-Nya, semua itu berkat doa Nabi Ibrahim
a.s.:
وَ اِذۡ
جَعَلۡنَا الۡبَیۡتَ مَثَابَۃً
لِّلنَّاسِ وَ اَمۡنًا ؕ وَ اتَّخِذُوۡا
مِنۡ مَّقَامِ اِبۡرٰہٖمَ مُصَلًّی ؕ وَ
عَہِدۡنَاۤ اِلٰۤی اِبۡرٰہٖمَ وَ اِسۡمٰعِیۡلَ اَنۡ طَہِّرَا بَیۡتِیَ لِلطَّآئِفِیۡنَ وَ الۡعٰکِفِیۡنَ وَ الرُّکَّعِ السُّجُوۡدِ ﴿ ﴾ وَ اِذۡ قَالَ اِبۡرٰہٖمُ رَبِّ اجۡعَلۡ ہٰذَا
بَلَدًا اٰمِنًا وَّ ارۡزُقۡ اَہۡلَہٗ مِنَ الثَّمَرٰتِ مَنۡ اٰمَنَ
مِنۡہُمۡ بِاللّٰہِ وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ ؕ قَالَ وَ مَنۡ
کَفَرَ فَاُمَتِّعُہٗ
قَلِیۡلًا ثُمَّ اَضۡطَرُّہٗۤ
اِلٰی عَذَابِ النَّارِ ؕ وَ
بِئۡسَ الۡمَصِیۡرُ ﴿ ﴾
Dan ingatlah ketika Kami jadikan Rumah
(Ka’bah) itu tempat berkumpul bagi
manusia dan tempat yang aman, dan jadikanlah
maqam Ibrahim sebagai tempat
shalat. Dan telah Kami memerintahkan kepada Ibrahim dan Isma'il:
“Sucikanlah Rumah-Ku itu untuk
orang-orang yang tawaf, yang ‘itikaf, yang rukuk dan yang sujud.”
Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhan-ku, jadikanlah
tempat ini kota yang aman dan berikanlah rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya dari antara mereka yang beriman kepada
Allah dan Hari Kemudian.” Dia berfirman: “Dan
orang yang kafir pun maka Aku akan memberi sedikit kesenangan
kepadanya kemudian akan Aku
paksa ia masuk ke dalam azab Api, dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.” (Al-Baqarah
[2]:126-127)
Selanjutnya Allah Swt. berfirman
mengenai doa yang dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim a.s. mengenai pengutusan rasul Allah dari kalangan Bani Isma’il:
وَ اِذۡ یَرۡفَعُ اِبۡرٰہٖمُ الۡقَوَاعِدَ مِنَ الۡبَیۡتِ
وَ اِسۡمٰعِیۡلُ ؕ رَبَّنَا تَقَبَّلۡ مِنَّا ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ
السَّمِیۡعُ الۡعَلِیۡمُ ﴿﴾ رَبَّنَا وَ اجۡعَلۡنَا مُسۡلِمَیۡنِ لَکَ وَ مِنۡ
ذُرِّیَّتِنَاۤ اُمَّۃً مُّسۡلِمَۃً لَّکَ ۪ وَ اَرِنَا
مَنَاسِکَنَا وَ تُبۡ عَلَیۡنَا ۚ
اِنَّکَ اَنۡتَ التَّوَّابُ الرَّحِیۡمُ ﴿ ﴾ رَبَّنَا وَ ابۡعَثۡ فِیۡہِمۡ رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ
یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِکَ وَ یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ
وَ الۡحِکۡمَۃَ وَ یُزَکِّیۡہِمۡ ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ
الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿ ﴾٪
Dan ingatlah ketika
Ibrahim dan Isma’il meninggikan dasar-dasar yakni
pondasi Rumah itu sambil mendoa: “Ya Tuhan kami, terimalah
amal ini dari kami, sesungguhnya Engkau benar-benar Maha
Mendengar, Maha Mengetahui. Ya Tuhan kami,
jadikanlah kami berdua orang yang berserah diri kepada Engkau, dan juga
dari antara keturunan kami jadikanlah satu umat yang berserah
diri kepada Engkau, perlihatkanlah kepada kami cara-cara ibadah kami dan
terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Penerima Taubat,
Maha Penyayang. Ya Tuhan kami, bangkitkanlah
seorang rasul di tengah-tengah mereka dari kalangan
mereka sendiri, yang akan membacakan Ayat-ayat Engkau kepada mereka, yang
meng-ajarkan Kitab dan hikmah kepada mereka serta akan
mensucikan mereka, sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Perkasa, Maha
Bijaksana.” (Al-Baqarah [2]:128-130).
Perumpamaan Suatu Kota, yakni “Kota Makkah”
Surah Yā Sīn kemudian
mengatakan lebih lanjut dalam bahasa
kiasan, betapa Allah Swt. telah menampakkan Wujud-Nya kepada manusia dengan perantaraan rasul-rasul-Nya. Diceritakannya tentang 3 orang rasul Allah yakni
Nabi Musa a.s. dan Nabi Isa a.s., dan tentang Nabi Besar Muhammad saw., yang
telah dibangkitkan tepat pada waktunya untuk memanggil umat manusia kembali
kepada Tuhan.
Kemudian Surah ini menceriterakan tentang “orang-orang laki-laki tertentu”
yang akan dibangkitkan Allah Swt. di Akhir Zaman, dari antara para pengikut Nabi Besar Muhammad saw.
di negeri yang jauh dari pusat
Islam (QS.36:21), ketika agama
kelak akan berada dalam keadaan mundur semundur-mundurnya, dan tanggapan
tentang adanya wahyu Ilahi sendiri
akan diragukan dan ditolak.
Pembaharu atau mujadid itu akan memanggil umat manusia kepada Islam. Tetapi, seperti nabi-nabi
terdahulu seruannya mula-mula tidak mendapat sambutan yang baik.
Kekuatan-kekuatan keburukan akan mencengkeram seluruh dunia. Manusia akan
menyembah tuhan-tuhan palsu dan azab Ilahi akan turun ke bumi.
Kemudian Surah ini menarik perhatian kepada hukum
alam yang telah lazim dikenal, ialah, bahwa bila bumi sudah menjadi kering-gersang
seluruhnya, maka Allah Swt. menurunkan hujan, dan tanah yang mati itu mulai menggeletar dengan kehidupan
baru dan segala tumbuh-tumbuhan dan bunga-bungaan serta berbagai jenis
buah-buahan yang beraneka-warna mulai tumbuh. Demikian pula bila jiwa manusia menjadi berkarat dan kotor,
Allah Swt. menyebabkan air ruhani
turun dari langit dalam bentuk wahyu
Ilahi.
Surah ini kemudian memberikan perumpamaan lain untuk menerangkan masalah yang
sama. Ditunjuknya hukum pergantian siang dan malam. Kemudian Surah ini menunjuk
kepada kebenaran yang terbuka, bahwa Allah Swt. telah menjadikan segala sesuatu
berpasang-pasangan, pasangan-pasangan itu bahkan terdapat pada alam nabati dan dalam
benda-benda anorganis. Perumpamaan itu menegaskan bahwa segala yang benar itu
ialah hasil dari perpaduan antara wahyu
Ilahi dan akal manusia.
Menjelang penutup, maka Surah ini menarik perhatian kita kepada hari depan Islam yang agung lagi cemerlang.
Dikatakannya bahwa menurut takdir Ilahi,
suatu kaum seperti kaum Arab yang sudah berabad-abad lamanya hidup pada taraf
yang serendah-rendahnya itu, kini akan bangkit menuju puncak ketinggian,
kebesaran dan kemuliaan ruhani maupun
duniawi. (Bersambung).
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik
Ghulam Farid
***
“Pajajaran Anyar”, 1
Ramadhan 2012
Ki Langlang Buana Kusuma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar