Minggu, 22 Juli 2012

Kerasnya Hati Bangsa Arab Jahiliyah




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ

   

SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN

BAB 5

    Kerasnya Hati Bangsa Arab Jahiliyah

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam BAB 4 telah dikemukakan makna penganugerahan gelar Yā Sīn (Pemimpin sempurna) dan Khātaman Nabiyyīn  kepada Nabi Besar Muhammad saw., sebab beliau saw. benar-benar merupakan seorang rasul Allah yang memberikan suri teladan tersempurna (QS.3:32; QS.33:22) dalam  pengamalan syariat Islam (Al-Quran) yang merupakan syariat   terakhir dan tersempurna (QS.5:4).
Sehubungan dengan kenyataan tersebut selanjutnya Allah Swt. berfirman dalam Surah Yā Sīn:
عَلٰی صِرَاطٍ مُّسۡتَقِیۡمٍ ؕ﴿۴﴾
“Pada jalan yang lurus” (Yā Sīn [36]:5).
         Jalan --  yakni syariat --  Nabi Besar Muhammad saw. merupakan satu-satunya jalan benar dan lurus yang membawa penempuhnya kepada Allah Swt..  Ayat ini membuat perbedaan indah antara seorang nabi dengan seorang ahli filsafat. Seorang ahli filsafat memerlukan waktu panjang untuk menemukan kebenaran dan seringkali kehilangan arah dalam penyelidikannya, tetapi seorang nabi Allah menemukannya dengan jalan dan waktu yang paling singkat. Tidak seperti halnya ahli filsafat, beliau dibimbing kepada kebenaran itu secara langsung dengan perantaraan wahyu Ilahi, tanpa bertualang di tempat kesesatan gagasan khayali dan sukar dipahami.

Perbedaan Pendapat Ahli Filsafat dengan Rasul Allah
Mengenai Kebedaan Tuhan Pencipta Alam Semesta

      Pendapat para ahli filsafat tentang keberadaan Tuhan adalah bahwa hanya berupa kesimpulan yang tidak  meyakinkan, yakni: “Dengan  adanya  keteraturan hukum yang meliputi alam semesta ini maka sudah seharusnya ada Tuhan Pencipta.” Tetapi mereka sampai mati pun tidak pernah sekali pun punya pengalaman secara pribadi berhubungan (berkomunikasi) dengan Tuhan, sehingga mereka benar-benar meyakini bahwa Tuhan Pencipta alam semesta itu benar-benar ada. Tetapi seorang Rasul Allah dengan penuh keyakinan akan menyatakan bahwa: “Tuhan benar-benar ada, dan aku adalah Utusan-Nya”.
       Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
تَنۡزِیۡلَ الۡعَزِیۡزِ  الرَّحِیۡمِ ۙ﴿﴾
Inilah Al-Quran yang diturunkan oleh Tuhan Yang Maha Perkasa, Maha Penyayang, (Yā Sīn [36]:6).
     Ada pun yang dimaksud dengan “jalan lurus” lebih lanjut oleh Allah Swt. dalam ayat tersebut adalah   Al-Quran, yang diwahyukan Allah Swt. kepada Nabi Besar Muhammad saw..    Dalam ayat tersebut tidak dikatakan “diturunkan oleh Allah Swt.” melainkan dikatakan “diturunkan oleh Yang Maha Perkasa (Al-‘Azīz), Maha Penyayang (Al-Rahīm)”, sebagaimana firman-Nya  berikut ini kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
الٓرٰ ۟ کِتٰبٌ اَنۡزَلۡنٰہُ  اِلَیۡکَ لِتُخۡرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمٰتِ اِلَی النُّوۡرِ ۬ۙ بِاِذۡنِ رَبِّہِمۡ  اِلٰی صِرَاطِ الۡعَزِیۡزِ  الۡحَمِیۡدِ ۙ﴿﴾  اللّٰہِ الَّذِیۡ لَہٗ  مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ ؕ وَ وَیۡلٌ لِّلۡکٰفِرِیۡنَ مِنۡ عَذَابٍ  شَدِیۡدِۣ ۙ﴿﴾ الَّذِیۡنَ  یَسۡتَحِبُّوۡنَ الۡحَیٰوۃَ  الدُّنۡیَا عَلَی الۡاٰخِرَۃِ وَ یَصُدُّوۡنَ عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ  وَ یَبۡغُوۡنَہَا عِوَجًا ؕ اُولٰٓئِکَ فِیۡ ضَلٰلٍۭ بَعِیۡدٍ ﴿﴾
Allah Maha Mengetahui Maha Melihat.  Inilah suatu Kitab yang  Kami telah menurunkannya kepada engkau, supaya engkau dapat mengeluarkan manusia dari berbagai kegelapan kepada cahaya dengan izin Tuhan mereka  kepada jalan Tuhan Yang Maha Perkasa (Al’Azīz), Maha Terpuji (Al-Hamīd)jalan Allah, Yang kepunyaan-Nya apa pun yang ada di seluruh langit dan apa pun di bumi. Dan celakalah orang-orang kafir disebabkan oleh azab yang sangat keras, yaitu orang-orang yang lebih menyukai kehidupan dunia daripada akhirat, dan menghalang-halangi orang-orang dari jalan Allah serta berusaha membuatnya bengkok, mereka itu berada dalam kesesatan yang jauh. (Ibrahim [14]:2-4).

Al-‘Aziz (Yang Maha Perkasa)

      Pernyataan Allah Swt. dalam ayat tersebut – yakni “supaya engkau dapat mengeluarkan manusia dari berbagai kegelapan kepada cahaya dengan izin Tuhan mereka  kepada jalan Tuhan Yang Maha Perkasa (Al’Azīz), Maha Terpuji (Al-Hamīd),” senada dengan ayat Surah Yā Sīn selanjutnya:
لِتُنۡذِرَ قَوۡمًا مَّاۤ  اُنۡذِرَ اٰبَآؤُہُمۡ فَہُمۡ غٰفِلُوۡنَ ﴿﴾
Supaya engkau memberi peringatan kepada suatu kaum yang bapak-bapaknya (leluhurnya) belum pernah diberi peringatan karena itu  mereka  lalai. (Yā Sīn [36]:7).
       Salah satu hikmah mengapa dalam ayat-ayat tersebut Allah Swt. menampilkan sifat-Nya Al-‘Azīz (Yang Maha Perkasa), hal tersebut mengandung makna,  bahwa missi suci Nabi Besar Muhammad saw. akan mendapat perlawanan yang sangat keras dari kaum beliau saw. (Bani Isma’il) --  terutama kaum Quraisy Makkah.
     Keadaan tersebut terjadi   adalah karena sejak Nabi Isma’il a.s.  hingga masa Nabi Besar Muhammad saw. tidak pernah ada seorang rasul Allah pun yang dibangkitkan di kalangan Bani Isma’il (bangsa Arab), karena selama itu Allah Swt. hanya mengutus para rasul Allah dari kalangan saudara mereka, yakni dari kalangan Bani Israil yaitu keturunan Nabi Ishaq a.s.-- saudara Nabi Isma’il satu ayah (QS.14:40).
       Dengan demikian pernyataan Allah Swt. dalam ayat tersebut terkandung suatu hukum (ketentuan) Allah Swt.,  bahwa  merupakan Sunatullah apabila di kalangan suatu kaum  -- bahkan di kalangan umat beragama – Allah Swt. lama tidak membangkitan seorang rasul Allah maka mereka akan menjadi kaum yang lalai dan hati mereka menjadi keras membatu, firman-Nya:
لِتُنۡذِرَ قَوۡمًا مَّاۤ  اُنۡذِرَ اٰبَآؤُہُمۡ فَہُمۡ غٰفِلُوۡنَ ﴿﴾
Supaya engkau memberi peringatan kepada suatu kaum yang bapak-bapaknya (leluhurnya) belum pernah diberi peringatan karena itu  mereka  lalai. (Yā Sīn [36]:7).
        Kenyataan tersebut sesuai dengan “hukum alam”, yakni apabila permukaan bumi dalam waktu yang lama tidak pernah  disirami dengan air hujan maka permukaan bumi tersebut akan menjadi kering-kerontang dan keras, sebab permukaan air tanah pun menjadi semakin jauh dari permukaan bumi,  akibatnya berbagai  sumber mata air dan sungai-sungai menjadi kering sehingga  tidak ada lagi tanaman yang mampu tumbuh dipermukaan bumi tersebut.
       Ketentuan (Sunnah) Allah Swt. tersebut berlaku pula dalam dunia ruhani, yakni apabila “hujan wahyu” yang diturunkan Allah Swt. bersamaan dengan kedatangan para Rasul Allah sudah lama berhenti maka keadaan hati manusia pun akan menjadi keras membatu. Dan contoh yang paling nyata mengenai kenyataan tersebut adalah apa yang terjadi di kalangan bangsa Arab sebelum pengutusan Nabi Besar Muhammad saw., sehingga bangsa Arab disebut  sebagai “kaum jahiliyah”  karena mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata, firman-Nya:
یُسَبِّحُ  لِلّٰہِ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ الۡمَلِکِ الۡقُدُّوۡسِ الۡعَزِیۡزِ الۡحَکِیۡمِ ﴿﴾  ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾  وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿۳﴾
Menyanjung kesucian  Allah apa pun yang ada di seluruh langit dan apa pun yang ada di bumi, Yang Maha Berdaulat, Maha Suci, Maha Perkasa, Maha Bijaksana.  Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf  seorang  rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya,  mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata; (Al-Jumu’ah [62:2-3).
      Dalam ayat 2 sifat Al-‘Azīz (Maha Perkasa) Allah Swt. kembali disebut, sehubungan dengan kenyataan tersebut Allah Swt. mengenai kerasnya hati bangsa Arab jahiliyah di masa Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
اُنۡظُرۡ کَیۡفَ ضَرَبُوۡا لَکَ الۡاَمۡثَالَ فَضَلُّوۡا  فَلَا  یَسۡتَطِیۡعُوۡنَ  سَبِیۡلًا ﴿﴾  وَ قَالُوۡۤاءَ اِذَا کُنَّا عِظَامًا  وَّ  رُفَاتًاءَ اِنَّا  لَمَبۡعُوۡثُوۡنَ  خَلۡقًا جَدِیۡدًا ﴿۴۹﴾  قُلۡ  کُوۡنُوۡا  حِجَارَۃً   اَوۡ  حَدِیۡدًا ﴿ۙ﴾  اَوۡ خَلۡقًا مِّمَّا یَکۡبُرُ فِیۡ صُدُوۡرِکُمۡ ۚ فَسَیَقُوۡلُوۡنَ مَنۡ یُّعِیۡدُنَا ؕ قُلِ الَّذِیۡ فَطَرَکُمۡ   اَوَّلَ مَرَّۃٍ ۚ فَسَیُنۡغِضُوۡنَ اِلَیۡکَ رُءُوۡسَہُمۡ وَ یَقُوۡلُوۡنَ مَتٰی ہُوَ ؕ  قُلۡ  عَسٰۤی  اَنۡ  یَّکُوۡنَ  قَرِیۡبًا ﴿﴾  یَوۡمَ  یَدۡعُوۡکُمۡ فَتَسۡتَجِیۡبُوۡنَ بِحَمۡدِہٖ وَ  تَظُنُّوۡنَ   اِنۡ   لَّبِثۡتُمۡ   اِلَّا   قَلِیۡلًا  ﴿٪﴾
Perhatikanlah bagaimana mereka mengada-adakan tamsil-tamsil (perumpamaan-perumpamaan) mengenai diri engkau, maka akibatnya mereka menjadi sesat lalu mereka tidak dapat menemukan jalan.   Dan mereka berkata:  ”Apakah apabila kami telah menjadi tulang-belulang dan benda yang hancur, apakah kami benar-benar akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru?”  Katakanlah: “Jadilah kamu batu atau besi,    atau makhluk yang nampaknya terkeras  dalam pikiran kamu, kamu pasti akan dibangkitkan kembali.”  Maka pasti mereka akan mengatakan:  “Siapakah yang akan menghidupkan kami kembali?” Katakanlah: “Dia Yang telah menjadikan kamu pertama kali.” Maka pasti mereka akan menggelengkan kepalanya terhadap engkau dan berkata:  Kapankah itu akan terjadi?” Katakanlah: “Boleh jadi itu dekat.    Itu akan terjadi pada hari ketika Dia akan memanggilmu lalu kamu akan menyambut dengan memuji-Nya dan kamu akan beranggapan bahwa  kamu tidak tinggal di dunia kecuali hanya sebentar.” (Bani Israil [17]:49-53).
       Ayat 52  dapat dianggap mengatakan kepada orang-orang kafir, bahwa meskipun seandainya hati mereka menjadi keras seperti besi atau batu atau suatu benda lain semacam itu, tetapi Allah Swt.  akan menimbulkan di antara mereka perubahan segar yang kedatangannya Dia takdirkan melalui Nabi Besar Muhammad saw..
      Atau, dapat pula diartikan menjawab keragu-raguan mereka mengenai Hari Kebangkitan, seperti disebutkan dalam ayat sebelumnya, seraya berkata kepada mereka, bahwa mereka tidak dapat menghindarkan diri dari azab Ilahi, seandainya mereka akan berubah menjadi besi atau batu atau suatu benda keras yang lain.
      Pendek kata, terdapat kesejajaran antara hukum alam dengan hukum ruhani, bahwa sebagaimana halnya permukaan bumi akan menjadi kering-kerontang dan keras  membatu  jika hujan lama tidak pernah turun, demikian pulanya halnya dalam dunia keruhanian jika wahyu Ilahi   lama tidak diturunkan llah Swt. bersama dengan pengutusan para Rasul Allah (QS.7:35-37) maka hati manusia akan menjadi keras membatu,  termasuk  di kalangan  umat agama. (Bersambung).

Rujukan: The Holy Quran
Editor:    Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar”, 3 Ramadhan 2012
Ki Langlang Buana Kusuma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar