بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
SURAH YÂ SÎN
JANTUNG AL-QURAN
BAB 13
Kedatangan Kedua kali Rasul-rasul Allah
Oleh
Ki Langlang
Buana Kusuma
Dalam BAB 12 telah dijelaskan
mengenai dua kali kebangkitan (pengutusan) Nabi Besar Muhammad saw. sebagaimana
yang diisyaratkan dalam firman-Nya berikut ini:
ہُوَ الَّذِیۡ
بَعَثَ فِی الۡاُمِّیّٖنَ رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ
وَ یُزَکِّیۡہِمۡ وَ یُعَلِّمُہُمُ
الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾ وَّ اٰخَرِیۡنَ
مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ
ہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ
وَ اللّٰہُ ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Dia-lah Yang
telah membangkitkan di kalangan bangsa
yang buta huruf seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan
mereka, dan mengajarkan kepada
mereka Kitab dan Hikmah walaupun
sebelumnya mereka berada dalam kesesatan
yang nyata. Dan Dia akan mem-bangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan, Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha
Bijaksana. Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya
kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan
Allah mempunyai karunia yang besar.
(Al-Jumu’ah
[62]:3-5).
Kebangkitan (pengutusan) Nabi Besar Muhammad saw. yang
pertama terjadi di kalangan bangsa Arab
jahiliyah yang buta huruf – yakni
Bani
Isma’il – yang ribuan tahun sejak Nabi Isma’il a.s. di kalangan
bangsa tersebut Allah Swt. tidak pernah
mengutus seorang rasul Allah pun
hingga kemudian membangkitkan Nabi Besar Muhammad saw..
Kedatangan Kedua Kali Para Rasul Allah di Akhir Zaman
Ada pun
pengutusan Nabi Besar Muhammad
saw. yang kedua kali terjadi di Akhir
Zaman -- 14 abad setelah pengutusan beliau saw. yang pertama – selain sebagai misal dari kedatangan kedua kali Nabi
Isa Ibnu Mayam a.s. (QS.43:58), juga sebagai misal kedatangan kedua kali para rasul Allah yang
ditunggu-tunggu oleh berbagai umat beragama selain Islam, misalnya
umat Hindu, umat Buddha, umat Yahudi, umat Kristen, umat Nabi Zoroaster a.s. dll., firman-Nya:
وَ اِذَا الرُّسُلُ اُقِّتَتۡ ﴿ؕ﴾ لِاَیِّ یَوۡمٍ
اُجِّلَتۡ ﴿ؕ﴾
لِیَوۡمِ
الۡفَصۡلِ ﴿ۚ﴾ وَ مَاۤ اَدۡرٰىکَ
مَا یَوۡمُ الۡفَصۡلِ ﴿ؕ﴾ وَیۡلٌ یَّوۡمَئِذٍ لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿﴾ اَلَمۡ نُہۡلِکِ
الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿ؕ ﴾ ثُمَّ نُتۡبِعُہُمُ الۡاٰخِرِیۡنَ
﴿ ﴾ کَذٰلِکَ نَفۡعَلُ بِالۡمُجۡرِمِیۡنَ ﴿ ﴾ وَیۡلٌ یَّوۡمَئِذٍ لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿ ﴾
Dan apabila rasul-rasul didatangkan
pada waktu yang ditentukan. Hingga hari apakah kedatangannya ditangguhkan?
Hingga Hari Keputusan. Dan apa yang
engkau ketahui tentang Hari Keputusan
itu? Celakalah pada hari itu bagi orang-orang
yang mendustakan. Tidakkah Kami
telah membinasakan kaum-kaum dahulu? Kemudian Kami mengikutkan mereka orang-orang yang datang kemudian. Demikianlah
perlakuan Kami terhadap orang-orang
berdosa. Celakalah pada hari itu bagi orang-orang
yang mendustakan. (Al-Mursalāt [77]:12-20).
Makna kalimat “Dan apabila rasul-rasul didatangkan
pada waktu yang diten-tukan.“
adalah ketika seorang Pembaharu samawi
(Rasul Akhir Zaman) datang dengan kekuatan
dan jiwa rasul-rasul Allah serta
seolah-olah memakai jubah-jubah kenabian
mereka”.
Mengisyaratkan kepada nubuatan (kabar gaib) itu pulalah
firman-Nya mengenai kedatangan misal
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. di Akhir Zaman ini, firman-Nya:
وَ لَمَّا ضُرِبَ ابۡنُ مَرۡیَمَ مَثَلًا اِذَا قَوۡمُکَ مِنۡہُ یَصِدُّوۡنَ ﴿﴾ وَ قَالُوۡۤاءَ اٰلِہَتُنَا خَیۡرٌ اَمۡ ہُوَ ؕ مَا
ضَرَبُوۡہُ لَکَ اِلَّا جَدَلًا ؕ بَلۡ ہُمۡ قَوۡمٌ خَصِمُوۡنَ
﴿﴾ اِنۡ ہُوَ اِلَّا
عَبۡدٌ اَنۡعَمۡنَا عَلَیۡہِ وَ جَعَلۡنٰہُ مَثَلًا لِّبَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ ﴿ؕ﴾
Dan
apabila Ibnu Maryam dikemukakan
sebagai misal tiba-tiba kaum engkau meneriakkan penentangan terhadapnya, dan mereka
berkata: "Apakah tuhan-tuhan kami
lebih baik ataukah dia?" Mereka tidak menyebutkan hal itu kepada engkau melainkan perbantahan semata. Bahkan mereka adalah kaum yang biasa berbantah. Ia tidak lain melainkan seorang hamba yang telah Kami
anugerahi nikmat kepadanya, dan Kami menjadikan dia suatu perumpamaan
bagi Bani Israil. (Al-Zukhruf [43]:58-60).
Persamaan Umat Islam (Bani Isma’il) dengan
Kaum Yahudi dan Nasrani (Bani
Israil)
Kata shadda (yashuddu) dalam
ayat “tiba-tiba kaum engkau meneriakkan penentangan terhadapnya” berarti: ia
menghalangi dia dari sesuatu, dan shadda (yashiddu) berarti: ia
mengajukan sanggahan (protes) (Aqrab
–ul Mawarid).
Di kalangan Bani Israil, kedatangan Al-Masih
a.s. yang dilahirkan tanpa ayah -- 14 abad setelah Nabi Musa
a.s. – merupakan tanda bahwa orang-orang
Yahudi akan dihinakan dan direndahkan serta akan kehilangan kenabian untuk selama-lamanya
akibat kedurhakaan mereka yang
berulang kali kepada Allah Swt. dan
para rasul Allah yang dibangkitkan di
kalangan mereka (QS.2:88-89).
Itulah sebabnya rasul (nabi) terakhir
yang dibangkitkan (diutus) di kalangan Bani
Israil tidak memiliki ayah seorang laki-laki
Bani Israil, sebagaimana rasul-rasul
Allah sebelumnya, karena ibunya (Siti Maryam) merangkap sebagai
ayahnya, itulah sebabnaya Nabi Isa a.s. disebut Isa Ibnu (anak) Maryam. Seakan-akan
Allah Swt. berfirman: “Hai Bani Israil, karena tidak ada
seorang laki-laki Bani Israil
pun yang layak menjadi ayah seorang rasul Allah maka rasul Allah
terakhir yang akan dibangkitkan di kalangan kalian tidak memiliki ayah seorang laki-laki dari antara kalian, melainkan
ibunya, yakni Siti Maryam, akan merangkap
sebagai ayahnya!”
Karena matsal berarti
sesuatu yang semacam dengan atau sejenis dengan yang lain (QS.6:39), ayat
ini -- di samping arti yang diberikan dalam ayat ini -- dapat pula berarti
bahwa bila kaum Nabi Besar Muhammad saw.
— yaitu kaum Muslimin — diberitahu
bahwa seorang pengikut sejati Nabi
Besar Muhammad saw. yang seperti dan merupakan sesame (rekan) Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s. akan dibangkitkan di antara mereka untuk memperbaharui mereka dan mengembalikan kejayaan ruhani mereka yang telah hilang
(QS.32:6; QS.17:86-89; QS.61:10), maka dari bergembira
atas kabar suka itu malah mereka
berteriak mengajukan protes melakukan pendustaan dan penentangan
keras terhadapnya, persis seperti yang dilakukan para pemuka agama Yahudi terhadap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.. (Yesus
Kristus).
Misal Nabi Musa a.s. dan Misal
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
Jadi ayat QS.43:58-60 mengenai misal
Isa Ibnu Maryam a.s. dapat dianggap mengisyaratkan kepada kedatangan
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. untuk kedua
kalinya, dalam wujud Al-Masih Mau’ud a.s. – Mirza
Ghulam Ahmad a.s. – Pendiri Jemaat Ahmadiyah. sehingga
sempurnalah sabda Nabi Besar Muhammad saw. mengenai adanya persamaan seperti sepasang
sepatu antara umat beliau saw. (umat Islam/Bani Isma’il) dengan umat sebelumnya, yakni kaum Yahudi dan Kristen (Bani Israil), berikut firman-Nya kepada
Nabi Besar Muhammad saw.:
قُلۡ
اَرَءَیۡتُمۡ اِنۡ کَانَ مِنۡ
عِنۡدِ اللّٰہِ وَ کَفَرۡتُمۡ بِہٖ وَ
شَہِدَ شَاہِدٌ مِّنۡۢ بَنِیۡۤ
اِسۡرَآءِیۡلَ عَلٰی مِثۡلِہٖ فَاٰمَنَ وَ اسۡتَکۡبَرۡتُمۡ ؕ اِنَّ
اللّٰہَ لَا یَہۡدِی الۡقَوۡمَ
الظّٰلِمِیۡنَ ﴿٪ ﴾
Katakanlah:
"Terangkanlah kepadaku jika Al-Quran ini dari Allah dan kamu
tidak percaya kepadanya dan seorang
saksi dari antara Bani Israil memberi kesaksian terhadap kedatangan seseorang semisalnya, lalu ia beriman tetapi kamu berlaku sombong?" Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk
kepada kaum yang zalim. (Al-Ahqāf
[46]:11).
Saksi
dari antara Bani Israil adalah Nabi Musa a.s.. mengisyaratkan kepada nubuatan beliau berkenaan dengan
kedatangan Nabi Besar Muhammad saw.
atau “Nabi yang seperti Musa” -- itulah yang telah diisyaratkan dalam ayat ini.
Adapun nubuatan itu berbunyi sebagai
berikut: "Bahwa Aku akan menjadikan
bagi mereka itu seorang nabi dari antara segala saudaranya yang seperti engkau,
dan Aku akan memberikan segala firman-Ku dalam mulutnya dan ia pun akan
mengatakan segala yang Kusuruh akan dia. Bahwa sesungguhnya barangsiapa yang
tidak mau dengar akan segala firman-Ku yang akan dikatakan olehnya dengan
nama-Ku niscaya Aku menuntutnya kelak kepada orang itu (Ulangan 18:18-19).
Ayat 11 yang didukung oleh Ulangan
18:18 tersebut menunjuk kepada kedatangan seorang nabi Allah dari antara Bani Isma’il. Ayat yang sekarang ini
menunjuk ke tanah Arab sebagai tempat
diutusnya nabi Allah, yang akan
mempunyai persamaan dengan Nabi Musa a.s. itu – yakni misal Nabi Musa a.s. -- dan juga kepada Kitab (Al-Quran) yang akan menggenapi nubuatan-nubuatan yang terkandung di dalam Kitab Musa (Taurat) dan juga akan diunggulinya.
Nubuatan yang bersangkutan adalah sebagai
berikut: "Bahwa inilah firman akan
hal negeri Arab: Di dalam gurun Arab kamu akan bermalam, hai kafilah orang
Dedan. Datanglah mendapatkan orang yang berdahaga sambil membawa air, hai orang
isi negeri Tema! Dan unjuklah roti kepada orang-orang yang lari itu" (Yesaya 21:13-15).
Kenyataan tersebut sejalan dengan firman
Allah Swt. dalam firman-Nya berikut ini mengenai kedatangan Nabi Besar Muhammad saw. (misal
Nabi Musa a.s. – QS.46:11) yang akan diikuti oleh seorang saksi dari-Nya (misal Isa
Ibnu Maryam - QS.43:58):
اَفَمَنۡ کَانَ
عَلٰی بَیِّنَۃٍ مِّنۡ رَّبِّہٖ وَ یَتۡلُوۡہُ شَاہِدٌ مِّنۡہُ وَ مِنۡ
قَبۡلِہٖ کِتٰبُ مُوۡسٰۤی اِمَامًا
وَّ رَحۡمَۃً ؕ اُولٰٓئِکَ یُؤۡمِنُوۡنَ
بِہٖ ؕ وَ مَنۡ یَّکۡفُرۡ بِہٖ مِنَ الۡاَحۡزَابِ فَالنَّارُ مَوۡعِدُہٗ ۚ فَلَا
تَکُ فِیۡ مِرۡیَۃٍ مِّنۡہُ ٭ اِنَّہُ
الۡحَقُّ مِنۡ رَّبِّکَ وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَ
النَّاسِ لَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾
Maka apakah orang yang berdiri atas dalil yang nyata dari Tuhan-nya dan ia akan disusul pula oleh seorang saksi dari-Nya untuk membuktikan
kebenarannya, dan yang sebelumnya telah
didahului oleh Kitab Musa sebagai penyuluh dan rahmat, dapat dikatakan
seorang penipu? Mereka itu beriman kepadanya,
dan barangsiapa dari golongan itu
kafir kepadanya maka Api akan menjadi tempat yang dijanjikan
baginya. Karena
itu janganlah
engkau ragu-ragu mengenainya, sesungguhnya itu adalah haq (kebenaran) dari Tuhan
engkau tetapi kebanyakan manusia
tidak beriman. (Hud [11]:18).
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
“Pajajaran
Anyar”, 6 Ramadhan 2012
Ki
Langlang Buana Kusuma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar