بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
SURAH YÂ SÎN
JANTUNG AL-QURAN
BAB 14
“Roh Kebenaran” & Emeth atau
Ahmad
oleh
Ki Langlang
Buana Kusuma
Dalam akhir
uraian sebelumnya (BAB 13) telah dikemukakan firman Allah Swt. berikut
ini mengenai kedatangan Nabi Besar
Muhammad saw. (misal Nabi Musa a.s. – QS.46:11) yang akan diikuti oleh seorang saksi dari-Nya (misal Isa Ibnu Maryam -
QS.43:58), firman-Nya:
اَفَمَنۡ کَانَ
عَلٰی بَیِّنَۃٍ مِّنۡ رَّبِّہٖ وَ یَتۡلُوۡہُ شَاہِدٌ مِّنۡہُ وَ مِنۡ
قَبۡلِہٖ کِتٰبُ مُوۡسٰۤی اِمَامًا
وَّ رَحۡمَۃً ؕ اُولٰٓئِکَ یُؤۡمِنُوۡنَ
بِہٖ ؕ وَ مَنۡ یَّکۡفُرۡ بِہٖ مِنَ الۡاَحۡزَابِ فَالنَّارُ مَوۡعِدُہٗ ۚ فَلَا
تَکُ فِیۡ مِرۡیَۃٍ مِّنۡہُ ٭ اِنَّہُ
الۡحَقُّ مِنۡ رَّبِّکَ وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَ
النَّاسِ لَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾
Maka apakah orang yang berdiri atas dalil yang nyata dari Tuhan-nya dan ia akan disusul pula oleh seorang saksi dari-Nya untuk membuktikan
kebenarannya, dan yang sebelumnya telah
didahului oleh Kitab Musa sebagai penyuluh dan rahmat, dapat dikatakan
seorang penipu? Mereka itu beriman kepadanya,
dan barangsiapa dari golongan itu
kafir kepadanya maka Api akan menjadi tempat yang dijanjikan
baginya. Karena
itu janganlah
engkau ragu-ragu mengenainya, sesungguhnya itu adalah haq (kebenaran) dari Tuhan
engkau tetapi kebanyakan manusia
tidak beriman. (Hud [11]:18).
Dalil-dalil Kebenaran Pendakwaan
Nabi Besar Muhammad Saw.
Tiga dalil telah dikemukakan dalam ayat ini
untuk mendukung kebenaran pendakwaan Nabi Besar Muhammad saw. sebagai Rasul Allah yang dibangkitkan di
kalangan saudara Bani Israil – yakni Bani Isma’il, yaitu sebagai misal Nabi Musa a.s. -- dengan kata-kata: (a) “Yang berdiri atas dalil yang
nyata dari Tuhan-nya, (b) “Ia akan disusul pula oleh seorang saksi dari-Nya untuk membuktikan
kebenarannya”, dan (c) “Yang
sebelumnya didahului oleh Kitab Musa”.
“Dalil
yang nyata dari Tuhan-nya” ialah revolusi
besar dalam akhlak dan ruhani yang telah diadakan ole Nabi Besar Muhammad saw. dalam kehidupan kaumnya (Bani Ismail/bangsa Arab) yang sebelum itu bobrok dan
mundur keadaannya, dan saksi-saksi
yang membuktikan kebenarannya ialah imam-imam
rabbani – yakni para mujaddid dan
wali Allah -- dari antara pengikut
beliau saw., yang dengan ajaran dan perbuatannya akan menegakkan kebenaran Islam dan Al-Quran di tiap-tiap abad, dan saksi yang paling
sempurna ialah Al-Masih Mau’ud a.s.,
yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s., Pendiri Jemaat Ahmadiyah; dan kata-kata “yang sebelumnya didahului oleh Kitab Musa”
menunjuk kepada nubuatan-nubuatan
yang terdapat dalam Bible tentang Nabi
Besar Muhammad saw., -- yang dalam nubuatan
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. disebut Ahmad -- firman-Nya:
وَ اِذۡ قَالَ عِیۡسَی ابۡنُ مَرۡیَمَ یٰبَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ اِنِّیۡ
رَسُوۡلُ اللّٰہِ اِلَیۡکُمۡ مُّصَدِّقًا لِّمَا بَیۡنَ یَدَیَّ
مِنَ التَّوۡرٰىۃِ وَ
مُبَشِّرًۢا بِرَسُوۡلٍ یَّاۡتِیۡ مِنۡۢ
بَعۡدِی اسۡمُہٗۤ اَحۡمَدُ ؕ
فَلَمَّا جَآءَہُمۡ بِالۡبَیِّنٰتِ
قَالُوۡا ہٰذَا سِحۡرٌ مُّبِیۡنٌ ﴿﴾
Dan ingatlah
ketika Isa ibnu Maryam berkata:
“Hai Bani Israil, sesungguhnya aku Rasul Allah kepada kamu menggenapi apa yang ada sebelumku yaitu
Taurat, dan memberi kabar gembira mengenai seorang rasul yang akan datang
sesudahku namanya Ahmad.” Maka
tatkala ia datang kepada mereka
dengan bukti-bukti yang jelas mereka
berkata: “Ini adalah sihir yang nyata.” (Al-Shaf [61]7).
“Roh Kebenaran”
Mengenai nubuatan
Nabi Isa a.s. tentang kedatangan Paraklit
(Paraclete) atau Penolong atau Roh Kebenaran, lihat Injil Yahya 12:13; 14:16-17; 15:26;
16:17; yang dari situ kesimpulan berikut dengan jelas dapat diambil:
(a) Paraklit (Paraclete) atau Penolong
atau Roh Kebenaran tidak dapat datang
sebelum Nabi Isa a.s. berangkat dari dunia ini.
(b) Beliau akan tinggal
di dunia untuk selama-lamanya, akan mengatakan banyak hal yang Nabi Isa sendiri
tidak dapat mengatakannya karena dunia belum dapat menanggungnya pada waktu
itu.
(c) Beliau akan memimpin
umat manusia kepada segala kebenaran. (d) Beliau tidak akan bicara atas
kehendak sendiri, tetapi apa pun yang didengar oleh beliau, itu pulalah yang
akan diucapkan oleh beliau.
(e) Beliau akan
memuliakan Nabi Isa a.s. dan memberikan kesaksian atas kebenarannya.
Lukisan mengenai Paraklit (Paraclete) atau Penolong atau Roh Kebenaran itu serasi benar dengan kedudukan dan tugas Nabi Besar Muhammad saw. sebagaimana diterangkan dalam Al-Quran Nabi Besar Muhammad saw. . datang sesudah Nabi Isa a.s. meninggalkan
dunia ini, beliau saw. adalah nabi pembawa
syariat terakhir dan Al-Quran
merupakan syariat suci terakhir,
diwahyukan untuk seluruh umat manusia hingga Hari Kiamat (QS.5:4).
Beliau tidak berkata atas
kehendak sendiri, melainkan apa pun yang didengar beliau dari Tuhan, itu
pulalah yang diucapkan beliau (QS.53:4). Beliau memuliakan Nabi Isa (QS.2:254;
QS.3:56). Nubuatan dalam Injil Yahya
di atas adalah sesuai dengan nubuatan
yang disebut dalam ayat yang sedang dibahas kecuali bahwa bukan nama Ahmad
yang tercantum di situ melainkan Paraklit
(Paraclete).
Para penulis Kristen menantang ketepatan versi (anggapan) Al-Quran
mengenai nubuatan itu, sambil
mendasarkan pernyataan-pernyataan mereka pada perbedaan kedua nama itu, dengan
tidak memperhatikan kesamaan sifat-sifat
yang dituturkan oleh Bible dan Al-Quran.
Pada hakikatnya, Nabi
Isa a.s. memakai bahasa Arami dan Ibrani. Bahasa Arami adalah bahasa ibu
beliau dan bahasa Ibrani adalah bahasa agama beliau. Versi Bible sekarang
adalah terjemahan dari bahasa Arami dan bahasa Ibrani ke dalam bahasa Yunani.
Suatu terjemahan dengan sendirinya tidak dapat membawakan sepenuh keindahan
gubahan aslinya. Bahasa-bahasa mempunyai batas-batasnya masing-masing. Demikian
pula mengenai kaum yang mempergunakan bahasa itu. Batas-batas mereka itu nampak
pula dalam karya-karya mereka.
Emeth atau Ahmad
Bahasa Yunani mempunyai
penggunaan kata lain, ialah, Periklutos,
yang mempunyai persamaan arti dengan Ahmad dalam bahasa Arab. Jack
Finegan, seorang ahli ilmu agama Kristen kenamaan, mengatakan di dalam kitabnya
bernama, “Archaeology of World Religions,” berkata, “Kalau dalam bahasa
Yunani kata Paracletos (Penghibur)
sangat cocok dengan kata Periclutos
(termasyhur), maka kata itu berarti nama-nama Ahmad dan Muhammad”. Lebih-lebih,
“The
Damascus Document” (Dokumen atau Naskah asal Damaskus), suatu naskah
yang ditemukan menjelang akhir abad ke-19 dalam gereja Yahudi di Ezra, Mesir
Kuno (halaman 2) melukiskan bahwa Yesus telah menubuatkan kedatangan “Ruh Suci”
dengan nama Emeth: Dan dengan
Almasih-Nya Dia memberitahukan kepada mereka Rohulkudus-Nya. Sebab dialah Emeth
ialah, Al-Amin (Si Jujur), dan sesuai dengan nama-Nya demikian pula nama mereka ..... Emeth” dalam bahasa
Ibrani berarti “Kebenaran” atau Si Jujur (Al-Amin) dan orang yang
kebaikannya dawam” (Strahan’s Fourth
Gospel, 141).
Kata ini ditafsirkan oleh
orang-orang Yahudi, “Cap (meterai) Tuhan.”
Dengan sendirinya, meskipun Nabi Isa a.s. mungkin telah mempergunakan nama Ahmad,
persamaan bunyi lafal antara kedua kata (Ahmad
dan Emeth) itu telah membuat para
penulis di kemudian hari menulis kata Emeth sebagai alih-alih kata “Ahmad”
yang adalah persamaan kosa-kata dalam bahasa Ibrani.
Jadi, nubuatan yang disebut dalam ayat ini
ditujukan kepada Nabi Besar Muhammad saw; tetapi sebagai kesimpulan dapat pula dikenakan kepada misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58) yaitu Al-Masih
Mau’ud a.s. -- Mirza Ghulam Ahmad a.s. -- Pendiri Jemaat Ahmadiyah,
sebab beliau telah dipanggil dengan nama Ahmad di dalam wahyu Ilahi kepada beliau (Barahin Ahmadiyah), dan oleh karena
dalam diri beliau terwujud kedatangan
kedua atau diutusnya yang kedua kali
Nabi
Besar Muhammad saw. telah pula dinyatakan dengan jelas dalam Injil
Barnabas, yang dianggap oleh kaum gerejani tidak sah, tetapi pada pihak
lain mereka enganggapnya otentik (dapat
dipercaya), seotentik setiap dari keempat Injil.
Kesimpulan
Kembali kepada masalah tanda-tanda orang yang bertakwa
(QS.2:3), di antaranya adalah “beriman
kepada yang gaib” (QS.2:4) dan “yakin akan kebenaran akhirat” (QS.2:5),
mereka itulah yang mendapat peringatan
dari Allah Swt. melalui para rasul-Nya
– khususnya Nabi Besar Muhammad saw.
atau Yā Sīn (Pemimpin yang sempurna)
-- firman-Nya:
اِنَّمَا تُنۡذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّکۡرَ وَ خَشِیَ
الرَّحۡمٰنَ بِالۡغَیۡبِ ۚ فَبَشِّرۡہُ
بِمَغۡفِرَۃٍ وَّ اَجۡرٍ کَرِیۡمٍ ﴿﴾
Sesungguhnya engkau hanya dapat menasihati orang yang mengikuti peringatan itu dan
yang takut kepada Tuhan Yang Maha
Pemurah dalam keadaan tidak tampak,
(gaib) maka berilah dia kabar gembira mengenai ampunan dan ganjaran yang
mulia. (Yā Sīn [36]:12).
Rukuk pertama Surah Yā Sīn diakhiri dengan firman-Nya:
اِنَّا نَحۡنُ نُحۡیِ الۡمَوۡتٰی وَ نَکۡتُبُ مَا
قَدَّمُوۡا وَ اٰثَارَہُمۡ ؕؑ وَ کُلَّ شَیۡءٍ اَحۡصَیۡنٰہُ فِیۡۤ اِمَامٍ مُّبِیۡنٍ ﴿٪﴾
Sesungguhnya Kami
menghidupkan yang telah mati dan Kami
mencatat apa yang telah mereka dahulukan
serta bekas-bekas mereka, dan segala
sesuatu Kami menghitungnya dalam Kitab
yang nyata (Yā Sīn [36]:13).
Sebelumnya telah
dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan “Kami menghidupkan yang telah mati“,
jika yang dimaksudkan adalah permukaan
bumi yang kering-kerontang -- akibat
musim kemarau yang panjang -- menjadi
kembali subur dan menghijau dengan berbagai jenis pohon dan tumbuh-tumbuhan
lainnya adalah dengan perantaan turunnya
air hujan, tetapi jika
yang dimaksudkan adalah keadaan hati
manusia yang telah keras
membatu karena telah jauh dari masa kenabian
yang penuh berkat maka cara Allah Swt menghidupkan
hati (ruhani) manusia yang telah mati
tersebut adalah dengan mengutus rasul Allah yang telah dijanjikan kedatangannya (QS.7:35-17).
Demikian pula halnya ketika umat
Islam di Akhir Zaman ini telah terpisah jauh dari masa Nabi Besar Muhammad
saw. yang penuh berkat – yakni
terpisah selama 14 abad lebih – oleh
karena hendaknya umat Islam memperhatikan peringatan
Allah Swt. yang dikemukakan oleh
firman-Nya berikut ini:
اَلَمۡ
یَاۡنِ لِلَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَنۡ
تَخۡشَعَ قُلُوۡبُہُمۡ لِذِکۡرِ
اللّٰہِ وَ مَا نَزَلَ مِنَ الۡحَقِّ ۙ وَ
لَا یَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ فَطَالَ عَلَیۡہِمُ
الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ کَثِیۡرٌ مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ ﴿۱۶﴾ اِعۡلَمُوۡۤا
اَنَّ اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِہَا ؕ قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ
الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ تَعۡقِلُوۡنَ ﴿۱۷﴾
Apakah belum
sampai waktu bagi orang-orang yang beriman, bahwa hati mereka tunduk untuk mengingat Allah
dan mengingat kebenaran yang telah turun kepada mereka,
dan mereka tidak menjadi seperti orang-orang yang diberi kitab
sebelumnya, maka zaman kesejahteraan
menjadi panjang atas mereka lalu hati
mereka menjadi keras, dan kebanyakan
dari mereka menjadi durhaka?
Ketahuilah, bahwasanya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya.
Sungguh Kami telah menjelaskan
Tanda-tanda kepadamu supaya kamu mengerti. (Al-Hadid [57:17-18).
Dengan demikian terjawablah pertanyaan:
“Mengapa saat ini di kalangan umat Islam tindak kekerasan dan korupsi
telah menghapus citra Rahmatan lil ‘alamin Nabi Besar Muhammad saw. (QS.21:108) dan
gelar “umat terbaik” yang
dibangkitkan untuk manfaat seluruh alam
(QS.:2:144; QS.3:111)?”
Jadi, benarlah pernyataan Allah Swt. dalam Surah Yā Sīn sebelum ini kepada Nabi Besar Muhammad saw. mengenai Sunnah-Nya:
لِتُنۡذِرَ قَوۡمًا مَّاۤ اُنۡذِرَ اٰبَآؤُہُمۡ فَہُمۡ غٰفِلُوۡنَ ﴿﴾
Supaya engkau memberi peringatan kepada suatu kaum yang bapak-bapaknya (leluhurnya) belum
pernah diberi peringatan karena itu mereka
lalai. (Yā Sīn [36]:7).
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
“Pajajaran
Anyar”, 6 Ramadhan 2012
Ki Langlang Buana Kusuma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar