Kamis, 26 Juli 2012

"Roh Kebenaran" & "Emeth" atau "Ahmad"



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


  SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN

BAB 14

“Roh Kebenaran” & Emeth atau Ahmad

oleh
                                                                          
      Ki Langlang Buana Kusuma


Dalam akhir uraian sebelumnya (BAB 13) telah dikemukakan firman Allah Swt.  berikut ini mengenai kedatangan Nabi Besar Muhammad saw.  (misal Nabi Musa a.s. – QS.46:11) yang akan diikuti oleh seorang saksi dari-Nya (misal Isa Ibnu Maryam  - QS.43:58), firman-Nya:
 اَفَمَنۡ کَانَ عَلٰی بَیِّنَۃٍ مِّنۡ رَّبِّہٖ وَ یَتۡلُوۡہُ شَاہِدٌ مِّنۡہُ وَ مِنۡ قَبۡلِہٖ  کِتٰبُ مُوۡسٰۤی اِمَامًا وَّ  رَحۡمَۃً ؕ اُولٰٓئِکَ یُؤۡمِنُوۡنَ بِہٖ ؕ وَ مَنۡ یَّکۡفُرۡ بِہٖ مِنَ الۡاَحۡزَابِ فَالنَّارُ مَوۡعِدُہٗ ۚ فَلَا تَکُ فِیۡ مِرۡیَۃٍ  مِّنۡہُ ٭ اِنَّہُ الۡحَقُّ مِنۡ رَّبِّکَ وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَ  النَّاسِ لَا  یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾
Maka  apakah orang yang berdiri atas dalil yang nyata dari Tuhan-nya dan  ia akan disusul pula oleh seorang saksi dari-Nya untuk membuktikan kebenarannya, dan yang sebelumnya telah didahului oleh Kitab Musa sebagai penyuluh dan rahmat, dapat dikatakan seorang penipu?  Mereka itu beriman kepadanya, dan barangsiapa dari golongan  itu kafir kepadanya maka Api akan menjadi tempat yang dijanjikan baginya.  Karena itu  janganlah engkau ragu-ragu mengenainya, sesungguhnya itu adalah haq (kebenaran) dari Tuhan engkau  tetapi kebanyakan manusia tidak beriman. (Hud [11]:18).

Dalil-dalil Kebenaran Pendakwaan
Nabi Besar Muhammad Saw.

    Tiga dalil telah dikemukakan dalam ayat ini untuk mendukung kebenaran pendakwaan Nabi Besar Muhammad saw. sebagai Rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan saudara Bani Israil – yakni Bani Isma’il, yaitu sebagai misal Nabi Musa a.s.  --   dengan kata-kata:   (a) “Yang berdiri atas dalil yang nyata dari Tuhan-nya, (b) “Ia akan disusul pula oleh seorang saksi dari-Nya untuk membuktikan kebenarannya”, dan (c)Yang sebelumnya didahului oleh Kitab Musa”.
       “Dalil yang nyata dari Tuhan-nya” ialah revolusi besar dalam akhlak dan ruhani  yang telah diadakan ole Nabi Besar Muhammad saw.    dalam kehidupan kaumnya (Bani Ismail/bangsa Arab) yang sebelum itu bobrok dan mundur keadaannya, dan saksi-saksi yang membuktikan kebenarannya ialah imam-imam rabbani – yakni para mujaddid dan wali Allah -- dari antara pengikut beliau saw., yang dengan ajaran dan perbuatannya akan menegakkan kebenaran Islam dan Al-Quran di tiap-tiap abad, dan saksi yang paling sempurna ialah  Al-Masih Mau’ud a.s., yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s.,  Pendiri Jemaat Ahmadiyah; dan kata-kata “yang sebelumnya didahului oleh Kitab Musa” menunjuk kepada nubuatan-nubuatan yang terdapat dalam Bible tentang  Nabi Besar Muhammad saw., -- yang dalam nubuatan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. disebut Ahmad --  firman-Nya:
وَ اِذۡ قَالَ عِیۡسَی ابۡنُ  مَرۡیَمَ یٰبَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ  اِنِّیۡ  رَسُوۡلُ  اللّٰہِ  اِلَیۡکُمۡ مُّصَدِّقًا  لِّمَا بَیۡنَ  یَدَیَّ  مِنَ  التَّوۡرٰىۃِ وَ مُبَشِّرًۢا  بِرَسُوۡلٍ یَّاۡتِیۡ  مِنۡۢ  بَعۡدِی اسۡمُہٗۤ  اَحۡمَدُ ؕ فَلَمَّا جَآءَہُمۡ  بِالۡبَیِّنٰتِ قَالُوۡا ہٰذَا  سِحۡرٌ  مُّبِیۡنٌ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Isa ibnu Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku Rasul Allah kepada kamu menggenapi apa yang ada sebelumku yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira mengenai seorang rasul yang akan datang sesudahku namanya Ahmad.” Maka tatkala ia datang kepada mereka dengan bukti-bukti yang jelas mereka berkata: “Ini adalah  sihir yang nyata.” (Al-Shaf [61]7).

“Roh Kebenaran”

   Mengenai  nubuatan Nabi Isa a.s. tentang kedatangan Paraklit (Paraclete) atau Penolong atau Roh Kebenaran, lihat Injil Yahya 12:13; 14:16-17; 15:26; 16:17; yang dari situ kesimpulan berikut dengan jelas dapat diambil:
   (a) Paraklit (Paraclete) atau Penolong atau Roh Kebenaran tidak dapat datang sebelum Nabi Isa a.s. berangkat dari dunia ini.
  (b) Beliau akan tinggal di dunia untuk selama-lamanya, akan mengatakan banyak hal yang Nabi Isa sendiri tidak dapat mengatakannya karena dunia belum dapat menanggungnya pada waktu itu.
  (c) Beliau akan memimpin umat manusia kepada segala kebenaran. (d) Beliau tidak akan bicara atas kehendak sendiri, tetapi apa pun yang didengar oleh beliau, itu pulalah yang akan diucapkan oleh beliau.
 (e) Beliau akan memuliakan Nabi Isa a.s. dan memberikan kesaksian atas kebenarannya.
   Lukisan mengenai Paraklit (Paraclete) atau Penolong atau Roh Kebenaran itu serasi benar dengan kedudukan dan tugas Nabi Besar Muhammad saw.  sebagaimana diterangkan dalam Al-Quran Nabi Besar Muhammad saw.  . datang sesudah Nabi Isa a.s. meninggalkan dunia ini, beliau saw. adalah nabi pembawa syariat terakhir dan Al-Quran merupakan syariat suci terakhir, diwahyukan untuk seluruh umat manusia hingga Hari Kiamat (QS.5:4).
   Beliau tidak berkata atas kehendak sendiri, melainkan apa pun yang didengar beliau dari Tuhan, itu pulalah yang diucapkan beliau (QS.53:4). Beliau memuliakan Nabi Isa (QS.2:254; QS.3:56). Nubuatan dalam Injil Yahya di atas adalah sesuai dengan nubuatan yang disebut dalam ayat yang sedang dibahas kecuali bahwa bukan nama Ahmad yang tercantum di situ melainkan Paraklit (Paraclete).
   Para penulis Kristen menantang ketepatan versi (anggapan) Al-Quran mengenai nubuatan itu, sambil mendasarkan pernyataan-pernyataan mereka pada perbedaan kedua nama itu, dengan tidak memperhatikan kesamaan sifat-sifat yang dituturkan oleh Bible dan Al-Quran.
    Pada hakikatnya, Nabi Isa a.s. memakai bahasa Arami dan Ibrani. Bahasa Arami adalah bahasa ibu beliau dan bahasa Ibrani adalah bahasa agama beliau. Versi Bible sekarang adalah terjemahan dari bahasa Arami dan bahasa Ibrani ke dalam bahasa Yunani. Suatu terjemahan dengan sendirinya tidak dapat membawakan sepenuh keindahan gubahan aslinya. Bahasa-bahasa mempunyai batas-batasnya masing-masing. Demikian pula mengenai kaum yang mempergunakan bahasa itu. Batas-batas mereka itu nampak pula dalam karya-karya mereka.

Emeth atau Ahmad

  Bahasa Yunani mempunyai penggunaan kata lain, ialah, Periklutos, yang mempunyai persamaan arti dengan Ahmad dalam bahasa Arab. Jack Finegan, seorang ahli ilmu agama Kristen kenamaan, mengatakan di dalam kitabnya bernama, “Archaeology of World Religions,” berkata, “Kalau dalam bahasa Yunani kata Paracletos (Penghibur) sangat cocok dengan kata Periclutos (termasyhur), maka kata itu berarti nama-nama Ahmad dan Muhammad”. Lebih-lebih, “The Damascus Document” (Dokumen atau Naskah asal Damaskus), suatu naskah yang ditemukan menjelang akhir abad ke-19 dalam gereja Yahudi di Ezra, Mesir Kuno (halaman 2) melukiskan bahwa Yesus telah menubuatkan kedatangan “Ruh Suci” dengan nama Emeth: Dan dengan Almasih-Nya Dia memberitahukan kepada mereka Rohulkudus-Nya. Sebab dialah Emeth ialah, Al-Amin (Si Jujur), dan sesuai dengan nama-Nya demikian pula  nama mereka ..... Emeth” dalam bahasa Ibrani berarti “Kebenaran” atau Si Jujur (Al-Amin) dan orang yang kebaikannya dawam” (Strahan’s Fourth Gospel, 141).
   Kata ini ditafsirkan oleh orang-orang Yahudi, “Cap (meterai) Tuhan.” Dengan sendirinya, meskipun Nabi Isa a.s. mungkin telah mempergunakan nama Ahmad, persamaan bunyi lafal antara kedua kata (Ahmad dan Emeth) itu telah membuat para penulis di kemudian hari menulis kata Emeth sebagai alih-alih kata “Ahmad” yang adalah persamaan kosa-kata dalam bahasa Ibrani.
   Jadi, nubuatan yang disebut dalam ayat ini ditujukan kepada Nabi Besar Muhammad saw;  tetapi sebagai kesimpulan dapat pula dikenakan kepada misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58) yaitu Al-Masih Mau’ud a.s. -- Mirza Ghulam Ahmad a.s. -- Pendiri Jemaat Ahmadiyah, sebab beliau telah dipanggil dengan nama Ahmad di dalam wahyu Ilahi   kepada beliau  (Barahin Ahmadiyah), dan oleh karena dalam diri beliau terwujud kedatangan kedua atau diutusnya yang kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. telah pula dinyatakan dengan jelas dalam Injil Barnabas, yang dianggap oleh kaum gerejani tidak sah, tetapi pada pihak lain mereka  enganggapnya otentik (dapat dipercaya), seotentik setiap dari keempat Injil.

Kesimpulan

      Kembali kepada masalah tanda-tanda orang yang bertakwa (QS.2:3), di antaranya adalah “beriman kepada yang gaib” (QS.2:4) dan  “yakin akan kebenaran akhirat” (QS.2:5), mereka itulah yang mendapat peringatan dari Allah Swt. melalui para rasul-Nya – khususnya Nabi Besar Muhammad saw. atau Yā Sīn (Pemimpin yang sempurna) --  firman-Nya:
اِنَّمَا تُنۡذِرُ مَنِ اتَّبَعَ  الذِّکۡرَ  وَ خَشِیَ الرَّحۡمٰنَ بِالۡغَیۡبِ ۚ فَبَشِّرۡہُ  بِمَغۡفِرَۃٍ وَّ اَجۡرٍ  کَرِیۡمٍ ﴿﴾
Sesungguhnya engkau hanya dapat menasihati orang yang mengikuti peringatan itu dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dalam keadaan tidak tampak, (gaib) maka berilah dia kabar gembira  mengenai ampunan dan ganjaran yang mulia. (Yā Sīn [36]:12). 
       Rukuk pertama Surah Yā Sīn   diakhiri dengan firman-Nya:
اِنَّا نَحۡنُ نُحۡیِ الۡمَوۡتٰی وَ نَکۡتُبُ مَا قَدَّمُوۡا وَ اٰثَارَہُمۡ ؕؑ وَ کُلَّ شَیۡءٍ اَحۡصَیۡنٰہُ  فِیۡۤ   اِمَامٍ  مُّبِیۡنٍ ﴿٪﴾
Sesungguhnya Kami menghidupkan yang telah mati dan Kami mencatat apa yang telah  mereka dahulukan serta bekas-bekas mereka, dan segala sesuatu  Kami menghitungnya dalam Kitab yang nyata  (Yā Sīn [36]:13).
      Sebelumnya telah dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan “Kami menghidupkan yang telah mati“, jika yang dimaksudkan adalah permukaan bumi yang kering-kerontang -- akibat musim kemarau yang panjang -- menjadi kembali subur dan menghijau dengan berbagai jenis  pohon dan   tumbuh-tumbuhan lainnya  adalah dengan perantaan turunnya air hujan,  tetapi jika  yang dimaksudkan adalah keadaan hati manusia  yang  telah keras membatu karena telah jauh dari masa kenabian yang penuh berkat maka cara Allah Swt menghidupkan hati (ruhani) manusia yang telah mati tersebut adalah dengan mengutus rasul Allah yang telah dijanjikan  kedatangannya (QS.7:35-17).   
       Demikian pula halnya ketika umat Islam di Akhir Zaman ini telah terpisah jauh dari masa  Nabi Besar Muhammad saw. yang penuh berkat – yakni terpisah selama 14 abad lebih – oleh karena hendaknya umat Islam memperhatikan peringatan Allah Swt.  yang dikemukakan oleh firman-Nya berikut ini:
اَلَمۡ یَاۡنِ  لِلَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا  اَنۡ  تَخۡشَعَ قُلُوۡبُہُمۡ  لِذِکۡرِ اللّٰہِ  وَ مَا  نَزَلَ مِنَ الۡحَقِّ  ۙ  وَ لَا یَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ فَطَالَ  عَلَیۡہِمُ  الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ کَثِیۡرٌ  مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ ﴿۱۶﴾  اِعۡلَمُوۡۤا  اَنَّ اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِہَا ؕ قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ  تَعۡقِلُوۡنَ ﴿۱۷﴾
Apakah belum sampai waktu bagi orang-orang yang beriman, bahwa hati mereka tunduk untuk mengingat Allah dan mengingat  kebenaran yang telah turun kepada mereka, dan mereka tidak  menjadi seperti orang-orang yang diberi kitab sebelumnya, maka zaman kesejahteraan menjadi panjang atas mereka lalu   hati mereka menjadi keras, dan kebanyakan dari mereka menjadi durhaka?  Ketahuilah, bahwasanya  Allah  menghidupkan bumi sesudah matinya. Sungguh Kami telah menjelaskan Tanda-tanda kepadamu supaya kamu mengerti.  (Al-Hadid [57:17-18).
        Dengan demikian terjawablah pertanyaan: “Mengapa  saat ini   di kalangan umat Islam tindak kekerasan  dan korupsi   telah  menghapus citra Rahmatan lil ‘alamin  Nabi Besar Muhammad saw. (QS.21:108) dan gelar “umat terbaik” yang dibangkitkan untuk manfaat seluruh  alam (QS.:2:144; QS.3:111)?”
        Jadi, benarlah pernyataan Allah Swt. dalam Surah Yā Sīn sebelum ini kepada Nabi Besar Muhammad saw. mengenai Sunnah-Nya:
لِتُنۡذِرَ قَوۡمًا مَّاۤ  اُنۡذِرَ اٰبَآؤُہُمۡ فَہُمۡ غٰفِلُوۡنَ ﴿﴾
Supaya engkau memberi peringatan kepada suatu kaum yang bapak-bapaknya (leluhurnya) belum pernah diberi peringatan karena itu  mereka  lalai. (Yā Sīn [36]:7).


(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor:    Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar”, 6 Ramadhan 2012
Ki Langlang Buana Kusuma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar