بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN
Bab 92
Kisah
Monumental “Adam – Malaikat – Iblis”
Yang Senantiasa
Berulang
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Ki Langlang Buana Kusuma
Pada bagian akhir Bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai makna “syaitan-syaitan” penyebar fitnah di
jalan para Rasul Allah, firman-Nya:
وَ مَاۤ
اَرۡسَلۡنَا مِنۡ قَبۡلِکَ مِنۡ رَّسُوۡلٍ وَّ لَا نَبِیٍّ اِلَّاۤ
اِذَا تَمَنّٰۤی اَلۡقَی الشَّیۡطٰنُ فِیۡۤ اُمۡنِیَّتِہٖ ۚ فَیَنۡسَخُ
اللّٰہُ مَا یُلۡقِی الشَّیۡطٰنُ ثُمَّ یُحۡکِمُ اللّٰہُ
اٰیٰتِہٖ ؕ وَ اللّٰہُ عَلِیۡمٌ حَکِیۡمٌ ﴿ۙ ﴾
لِّیَجۡعَلَ مَا یُلۡقِی الشَّیۡطٰنُ فِتۡنَۃً لِّلَّذِیۡنَ فِیۡ
قُلُوۡبِہِمۡ مَّرَضٌ وَّ الۡقَاسِیَۃِ
قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ اِنَّ الظّٰلِمِیۡنَ لَفِیۡ شِقَاقٍۭ بَعِیۡدٍ ﴿ۙ ﴾
Dan Kami tidak pernah mengutus seorang rasul
dan tidak pula seorang nabi
melainkan apabila ia menginginkan
sesuatu maka syaitan meletakkan hambatan
pada keinginannya, tetapi Allah
melenyapkan hambatan yang diletakkan oleh syaitan, dan Allah
Maha Mengetahui, Maha
Bijaksana. Supaya Dia menjadikan rintangan yang
diletakkan oleh syaitan sebagai ujian
bagi orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit dan mereka
yang hatinya keras, dan sesungguhnya orang-orang
yang zalim itu benar-benar dalam permusuhan
yang sangat. (Al-Hajj [22]:53-54).
Para Pembuat Makar Buruk
Terhadap Rasul Allah
Dalam firman-Nya berikut ini Allah Swt. lebih memperjelas lagi mengenai
“syaitan-syaitan” dari kalangan manusia tersebut, Dia berfirman:
اَوَ مَنۡ کَانَ مَیۡتًا فَاَحۡیَیۡنٰہُ وَ جَعَلۡنَا
لَہٗ نُوۡرًا یَّمۡشِیۡ بِہٖ فِی النَّاسِ کَمَنۡ مَّثَلُہٗ فِی الظُّلُمٰتِ لَیۡسَ بِخَارِجٍ مِّنۡہَا ؕ کَذٰلِکَ زُیِّنَ لِلۡکٰفِرِیۡنَ مَا کَانُوۡا یَعۡمَلُوۡنَ ﴿ ﴾ وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنَا فِیۡ کُلِّ قَرۡیَۃٍ اَکٰبِرَ مُجۡرِمِیۡہَا لِیَمۡکُرُوۡا فِیۡہَا ؕ وَ مَا یَمۡکُرُوۡنَ اِلَّا بِاَنۡفُسِہِمۡ وَ مَا یَشۡعُرُوۡنَ ﴿ ﴾
Dan
apakah orang yang telah mati lalu Kami menghidupkannya dan Kami menjadikan baginya cahaya dan
ia berjalan dengan cahaya
itu di tengah-tengah manusia, sama
seperti keadaan orang
yang berada di dalam berbagai macam kegelapan dan ia
sekali-kali tidak dapat keluar darinya? Demikianlah telah ditam-pakkan indah bagi orang-orang kafir apa yang senantiasa
mereka kerjakan. Dan
demikianlah Kami menjadikan di dalam tiap negeri
pendosa-pendosa besarnya, supaya mereka melakukan makar di dalam negeri itu, tetapi sekali-kali tidak ada yang terkena makar mereka kecuali dirinya sendiri tetapi mereka tidak menya-darinya. (Al-An’ām
[6]:123-124).
Dalam ayat selanjutnya Allah Swt.
menerangkan ketakaburan dan kedegilan hati mereka, firman-Nya:
وَ اِذَا جَآءَتۡہُمۡ اٰیَۃٌ قَالُوۡا لَنۡ نُّؤۡمِنَ حَتّٰی نُؤۡتٰی مِثۡلَ مَاۤ اُوۡتِیَ رُسُلُ اللّٰہِ
ؕۘؔ اَللّٰہُ اَعۡلَمُ حَیۡثُ یَجۡعَلُ رِسَالَتَہٗ ؕ سَیُصِیۡبُ الَّذِیۡنَ اَجۡرَمُوۡا صَغَارٌ عِنۡدَ اللّٰہِ وَ عَذَابٌ
شَدِیۡدٌۢ بِمَا کَانُوۡا یَمۡکُرُوۡنَ ﴿﴾
Dan apabila datang kepada mereka
suatu Tanda, mereka berkata: ”Kami tidak akan pernah beriman
sehingga (sebelum) kami diberi seperti apa yang telah diberikan kepada rasul-rasul Allah.”
Allah Maha Mengetahui di mana Dia akan
menempatkan risalah-Nya. yakni tugas kerasulan, kehinaan di sisi Allah dan azab yang keras segera akan ditimpakan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan karena mereka senantiasa
melakukan makar. (Al-An’ām [6]:125).
Allah Swt. mengetahui benar siapa yang cocok
dan layak menjadi utusan-Nya
(rasul-Nya) dan siapa yang tidak, itulah makna kalimat “Allah Maha Mengetahui di mana
Dia akan menempatkan risalah-Nya.“ Selanjutnya Dia berfirman:
فَمَنۡ یُّرِدِ اللّٰہُ اَنۡ یَّہۡدِیَہٗ یَشۡرَحۡ صَدۡرَہٗ لِلۡاِسۡلَامِ ۚ وَ مَنۡ یُّرِدۡ اَنۡ یُّضِلَّہٗ یَجۡعَلۡ صَدۡرَہٗ ضَیِّقًا حَرَجًا کَاَنَّمَا یَصَّعَّدُ فِی السَّمَآءِ ؕ کَذٰلِکَ یَجۡعَلُ اللّٰہُ
الرِّجۡسَ عَلَی الَّذِیۡنَ لَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿ ﴾
Maka barangsiapa yang Allah
menghendaki akan memberi petunjuk
kepadanya, Dia akan melapangkan
dadanya untuk Islam, sedangkan barangsiapa yang Dia hendak menyesatkannya, Dia menjadikan dadanya sesak lagi sempit
seakan-akan ia sedang naik ke langit. Seperti itulah Allah menimpakan siksaan kepada orang-orang
yang tidak beriman. (Al-An’ām [6]:126).
Makna
kalimat “Dia menjadikan dadanya
sesak lagi sempit seakan-akan ia sedang naik ke langit“ yaitu
orang itu menganggap perintah-perintah
Ilahi sebagai beban dan
dihadapkan kepada kesukaran jasmani serta
kesulitan mental dalam melaksanakannya,
seolah-olah dadanya menyempit seperti orang sedang menaiki pendakian terjal.
“Syaitan” dari golongan “Jin”
dan “Ins (Manusia)
Firman Allah Swt. berikut ini lebih menegaskan lagi mengenai ketakaburan dan kedegilan hati para penentang
rasul Allah di setiap zaman
(QS.7:35-37), sehingga Allah Swt. menyebut mereka syaitan, dalam QS.2:15 Allah Swt. menyebut para pemimpin orang-orang kafir dengan sebutan "syaitan-syaitan":
وَ لَوۡ اَنَّنَا نَزَّلۡنَاۤ اِلَیۡہِمُ الۡمَلٰٓئِکَۃَ وَ کَلَّمَہُمُ الۡمَوۡتٰی وَ حَشَرۡنَا عَلَیۡہِمۡ کُلَّ شَیۡءٍ
قُبُلًا مَّا کَانُوۡا لِیُؤۡمِنُوۡۤا اِلَّاۤ اَنۡ یَّشَآءَ اللّٰہُ وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَہُمۡ یَجۡہَلُوۡنَ ﴿ ﴾
Dan seandainya pun Kami benar-benar menurunkan
malaikat-malaikat kepada mereka, orang-orang
yang telah mati berbicara
dengan mereka, dan Kami mengumpulkan
segala sesuatu berhadap-hadapan di depan mereka, mereka sekali-kali tidak akan beriman, kecuali jika Allah
menghendaki, tetapi kebanyak-an
mereka berlaku jahil. (Al-An’ām
[6]:112).
Salah satu tugas malaikat-malaikat adalah membisikkan kepada manusia pikiran-pikiran baik untuk mengajak
mereka kepada kebenaran (QS.41:32,
33). Kadangkala mereka melaksanakan tugas-tugas ini melalui mimpi-mimpi dan kasyaf-kasyaf.
Orang-orang bertakwa yang sudah
meninggal dunia nampak kepada manusia dalam mimpi
untuk membenarkan pendakwaan nabi-nabi. Ada satu cara lain yaitu “orang-orang
yang sudah mati bercakap-cakap kepada manusia”. Bila suatu umat yang secara ruhani sudah mati mereka dihidupkan kembali untuk memperoleh
kehidupan ruhani baru oleh ajaran nabi mereka, maka kelahiran-baru ruhani mereka itu
seakan-akan berbicara kepada orang-orang kafir dan memberikan kesaksian terhadap kebenaran pendakwaannya itu.
Kata-kata “Kami mengumpulkan segala sesuatu
berhadap-hadapan di depan mereka” menunjuk kepada kesaksian dari berbagai-bagai benda
alam yang memberi kesaksian
terhadap kebenaran seorang nabi dalam
bentuk gempa, wabah, kelaparan, peperangan, dan azab-azab lainnya. Dengan
demikian alam sendiri nampaknya gusar terhadap orang-orang yang ingkar; unsur-unsur alam itu sendiri memerangi mereka. Selanjutnya Allah Swt.
berfirman:
وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنَا لِکُلِّ نَبِیٍّ عَدُوًّا شَیٰطِیۡنَ الۡاِنۡسِ وَ الۡجِنِّ یُوۡحِیۡ بَعۡضُہُمۡ اِلٰی بَعۡضٍ زُخۡرُفَ
الۡقَوۡلِ غُرُوۡرًا ؕ وَ لَوۡ شَآءَ رَبُّکَ مَا فَعَلُوۡہُ فَذَرۡہُمۡ وَ مَا یَفۡتَرُوۡنَ ﴿ ﴾
Dan dengan cara demikian Kami telah menjadikan musuh bagi setiap
nabi yaitu syaitan-syaitan di
antara manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian lainnya kata-kata in-dah untuk mengelabui,
dan jika Tuhan engkau menghendaki mereka tidak akan mengerjakannya, maka biarkanlah mereka dengan apa-apa yang
mereka ada-adakan. (Al-An’ām [6]:113).
Kata-kata manusia dan jin yang terdapat
pada banyak tempat dalam ayat-ayat Al-Quran bukan berarti ada dua jenis makhluk Allah yang berlainan
melainkan dua golongan makhluk
manusia, ins (manusia) mengisyaratkan kepada orang-orang awam atau rakyat
jelata, sedangkan jin dikatakan kepada orang-orang besar yang biasa hidup memisahkan diri dari rakyat
jelata dan tidak berbaur dengan mereka, boleh dikatakan tinggal tersembunyi dari penglihatan umum.
Tidak Beriman kepada Akhirat
Selanjutnya Allah Swt. berfirman
mengenai para penentang rasul Allah yang takabur
dan berhati degil tersebut:
وَ لِتَصۡغٰۤی اِلَیۡہِ اَفۡـِٕدَۃُ الَّذِیۡنَ لَا یُؤۡمِنُوۡنَ بِالۡاٰخِرَۃِ وَ لِیَرۡضَوۡہُ وَ لِیَقۡتَرِفُوۡا مَا ہُمۡ مُّقۡتَرِفُوۡنَ ﴿ ﴾ اَفَغَیۡرَ اللّٰہِ اَبۡتَغِیۡ حَکَمًا وَّ ہُوَ الَّذِیۡۤ اَنۡزَلَ اِلَیۡکُمُ الۡکِتٰبَ مُفَصَّلًا ؕ وَ الَّذِیۡنَ اٰتَیۡنٰہُمُ الۡکِتٰبَ یَعۡلَمُوۡنَ اَنَّہٗ مُنَزَّلٌ مِّنۡ رَّبِّکَ بِالۡحَقِّ
فَلَا تَکُوۡنَنَّ مِنَ الۡمُمۡتَرِیۡنَ ﴿ ﴾
Dan supaya hati orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat cenderung kepada
bisikan itu, mereka menyukainya dan supaya mereka
mengusahakan apa yang sedang mereka
usahakan. (Al-An’ām [6]:113).
Makna akhirat
dalam ayat tersebut bukan mengisyaratkan kepada “alam akhirat” yang akan dimasuki setelah manusia mati, sebab umumnya para pemeluk agama-agama yang
diturunkan sebelum agama Islam
(Al-Quran) pun mereka mempercayai adanya “alam
akhirat” tersebut, melainkan kata “akhirat” tersebut mengisyaratkan kepada adanya “kebangkitan ruhani baru” di
dunia ini melalui pengutusan para rasul Allah (QS.7:35:37; QS.62:3-4).
Mereka yang tidak percaya
kepada makna “akhirat” tersebut akan terus
bertahan dalam jalan kejahatan mereka. Kata-kata itu berarti pula bahwa mereka
mengalami akibat-akibat buruk dari apa yang dikerjakan mereka, sebab Kisah
Monumental “Adam, Malaikat, Iblis”
dalam Al-Quran akan senantiasa terulang pada zaman-zaman
yang ditentukan oleh Allah Swt. (QS.7:35-37) dengan para pemeran yang berbeda, termasuk yang memerankan “iblis” dan “syaitan” yang menolak “sujud”
kepada Adam (Khalifah Allah – QS.2:31-35)
ketika diperintahkan oleh Allah Swt.
Kembali kepada firman Allah Swt. sebelum ini , benarlah peringatan
Allah Swt. kepada Bani Adam untuk tidak “menyembah syaitan”:
وَ امۡتَازُوا الۡیَوۡمَ اَیُّہَا الۡمُجۡرِمُوۡنَ ﴿ ﴾ اَلَمۡ اَعۡہَدۡ
اِلَیۡکُمۡ یٰبَنِیۡۤ اٰدَمَ
اَنۡ لَّا تَعۡبُدُوا الشَّیۡطٰنَ ۚ
اِنَّہٗ لَکُمۡ عَدُوٌّ مُّبِیۡنٌ ﴿ۙ ﴾ وَّ اَنِ
اعۡبُدُوۡنِیۡ ؕؔ ہٰذَا صِرَاطٌ
مُّسۡتَقِیۡمٌ ﴿ ﴾ وَ لَقَدۡ اَضَلَّ مِنۡکُمۡ جِبِلًّا کَثِیۡرًا ؕ اَفَلَمۡ تَکُوۡنُوۡا تَعۡقِلُوۡنَ ﴿ ﴾ ہٰذِہٖ جَہَنَّمُ الَّتِیۡ کُنۡتُمۡ تُوۡعَدُوۡنَ ﴿
﴾ اِصۡلَوۡہَا الۡیَوۡمَ بِمَا
کُنۡتُمۡ تَکۡفُرُوۡنَ ﴿ ﴾
“Dan pisahkanlah diri kamu pada hari ini, hai orang-orang yang berdosa.
Bukankah Aku telah memerintahkan kepada kamu hai Bani Adam, bahwa janganlah kamu menyembah syaitan
sesungguhnya ia bagimu adalah musuh yang nyata. Dan hendaknya kamu menyembah-Ku, inilah jalan yang lurus. Dan
sungguh syaitan benar-benar
telah menyesatkan sebagian besar
dari antara kamu, maka apakah ka-mu tidak
mau berpikir? Inilah Jahannam yang
telah dijanjikan kepada kamu. Masukilah itu pada hari ini, disebabkan kamu
dahulu selalu mengingkari.” (Yā Sīn [36]:60-65).
(Bersambung).
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam
Farid
***
“Pajajaran Anyar”, 1 Oktober 2012
Ki Langlang Buana Kusuma