Minggu, 30 September 2012

Kisah Monumental "Adam - Malaikat - Iblis" yang Senantiasa Berulang





بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


  SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN


Bab 92
    
Kisah Monumental “Adam – Malaikat – Iblis
Yang Senantiasa   Berulang

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


Pada bagian akhir Bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai  makna “syaitan-syaitan” penyebar fitnah di jalan para Rasul Allah, firman-Nya:
وَ مَاۤ  اَرۡسَلۡنَا مِنۡ قَبۡلِکَ مِنۡ رَّسُوۡلٍ وَّ لَا نَبِیٍّ  اِلَّاۤ  اِذَا تَمَنّٰۤی اَلۡقَی الشَّیۡطٰنُ فِیۡۤ اُمۡنِیَّتِہٖ ۚ فَیَنۡسَخُ اللّٰہُ مَا یُلۡقِی الشَّیۡطٰنُ ثُمَّ  یُحۡکِمُ  اللّٰہُ  اٰیٰتِہٖ ؕ وَ  اللّٰہُ عَلِیۡمٌ  حَکِیۡمٌ  ﴿ۙ ﴾  لِّیَجۡعَلَ مَا یُلۡقِی الشَّیۡطٰنُ فِتۡنَۃً لِّلَّذِیۡنَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمۡ مَّرَضٌ وَّ الۡقَاسِیَۃِ  قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ اِنَّ الظّٰلِمِیۡنَ لَفِیۡ شِقَاقٍۭ بَعِیۡدٍ ﴿ۙ ﴾
Dan Kami tidak pernah mengutus seorang rasul dan tidak pula seorang nabi melainkan apabila ia menginginkan sesuatu maka syaitan meletakkan hambatan pada keinginannya, tetapi Allah melenyapkan hambatan yang diletakkan oleh syaitan, dan Allah  Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.   Supaya Dia menjadikan rintangan yang diletakkan oleh syaitan sebagai ujian bagi orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit  dan mereka yang hatinya keras, dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu benar-benar dalam permusuhan yang sangat. (Al-Hajj [22]:53-54).

Para Pembuat Makar Buruk
Terhadap Rasul Allah

       Dalam firman-Nya berikut ini Allah Swt. lebih memperjelas lagi mengenai “syaitan-syaitan” dari kalangan manusia tersebut, Dia berfirman:
اَوَ مَنۡ کَانَ مَیۡتًا فَاَحۡیَیۡنٰہُ وَ جَعَلۡنَا لَہٗ نُوۡرًا یَّمۡشِیۡ بِہٖ فِی النَّاسِ کَمَنۡ مَّثَلُہٗ فِی الظُّلُمٰتِ لَیۡسَ بِخَارِجٍ مِّنۡہَا ؕ کَذٰلِکَ زُیِّنَ لِلۡکٰفِرِیۡنَ مَا کَانُوۡا یَعۡمَلُوۡنَ ﴿ ﴾   وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنَا فِیۡ کُلِّ قَرۡیَۃٍ اَکٰبِرَ مُجۡرِمِیۡہَا لِیَمۡکُرُوۡا فِیۡہَا ؕ وَ مَا یَمۡکُرُوۡنَ  اِلَّا بِاَنۡفُسِہِمۡ وَ مَا یَشۡعُرُوۡنَ ﴿ ﴾
Dan apakah  orang yang telah mati lalu Kami menghidupkannya dan Kami menjadikan baginya cahaya dan ia berjalan dengan cahaya itu  di tengah-tengah manusia, sama  seperti keadaan  orang yang berada di dalam berbagai macam kegelapan  dan ia  sekali-kali tidak  dapat keluar darinya?  Demikianlah telah ditam-pakkan indah bagi orang-orang kafir apa yang senantiasa mereka kerjakan.   Dan demikianlah Kami  menjadikan di dalam tiap negeri pendosa-pendosa besarnya, supaya mereka melakukan makar di dalam negeri itu, tetapi sekali-kali tidak ada yang terkena makar mereka kecuali dirinya sendiri tetapi mereka tidak menya-darinya. (Al-An’ām [6]:123-124).
       Dalam ayat selanjutnya Allah Swt. menerangkan ketakaburan dan kedegilan hati mereka, firman-Nya:
وَ اِذَا جَآءَتۡہُمۡ اٰیَۃٌ  قَالُوۡا لَنۡ نُّؤۡمِنَ حَتّٰی نُؤۡتٰی مِثۡلَ مَاۤ اُوۡتِیَ رُسُلُ اللّٰہِ ؕۘؔ اَللّٰہُ اَعۡلَمُ حَیۡثُ یَجۡعَلُ رِسَالَتَہٗ ؕ سَیُصِیۡبُ الَّذِیۡنَ اَجۡرَمُوۡا صَغَارٌ عِنۡدَ اللّٰہِ وَ عَذَابٌ شَدِیۡدٌۢ بِمَا کَانُوۡا یَمۡکُرُوۡنَ ﴿﴾
Dan apabila datang kepada mereka suatu Tanda, mereka berkata:  Kami   tidak akan pernah beriman  sehingga (sebelum) kami diberi seperti apa yang telah diberikan kepada rasul-rasul Allah.” Allah Maha Mengetahui di mana Dia akan menempatkan risalah-Nya. yakni tugas kerasulan, kehinaan di sisi Allah dan azab yang keras segera akan ditimpakan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan karena mereka senantiasa melakukan makar.  (Al-An’ām [6]:125).
  Allah Swt. mengetahui benar siapa yang cocok dan layak menjadi utusan-Nya (rasul-Nya) dan siapa yang tidak, itulah makna kalimat “Allah Maha Mengetahui di mana Dia akan menempatkan risalah-Nya.“ Selanjutnya Dia berfirman:
فَمَنۡ یُّرِدِ اللّٰہُ اَنۡ یَّہۡدِیَہٗ یَشۡرَحۡ صَدۡرَہٗ لِلۡاِسۡلَامِ ۚ وَ مَنۡ یُّرِدۡ  اَنۡ یُّضِلَّہٗ یَجۡعَلۡ صَدۡرَہٗ ضَیِّقًا حَرَجًا کَاَنَّمَا یَصَّعَّدُ فِی السَّمَآءِ ؕ کَذٰلِکَ یَجۡعَلُ اللّٰہُ الرِّجۡسَ عَلَی الَّذِیۡنَ لَا  یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿ ﴾
Maka barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberi petunjuk kepadanya, Dia akan melapangkan dadanya untuk Islam, sedangkan barangsiapa yang Dia hendak menyesatkannya, Dia menjadikan dadanya  sesak lagi sempit seakan-akan ia sedang naik ke langit.  Seperti itulah  Allah menimpakan siksaan kepada orang-orang yang tidak beriman. (Al-An’ām [6]:126).
 Makna kalimat “Dia menjadikan dadanya  sesak lagi sempit seakan-akan ia sedang naik ke langit yaitu  orang itu menganggap perintah-perintah Ilahi sebagai beban dan dihadapkan kepada kesukaran jasmani serta kesulitan mental dalam melaksanakannya,  seolah-olah dadanya menyempit seperti orang sedang menaiki pendakian terjal.

 “Syaitan” dari golongan  “Jin” dan “Ins (Manusia)

Firman Allah Swt. berikut ini lebih menegaskan lagi mengenai ketakaburan dan kedegilan hati para penentang rasul Allah  di setiap zaman (QS.7:35-37), sehingga Allah Swt.  menyebut mereka  syaitan,  dalam  QS.2:15 Allah Swt. menyebut para pemimpin orang-orang kafir dengan sebutan "syaitan-syaitan":
وَ لَوۡ اَنَّنَا نَزَّلۡنَاۤ  اِلَیۡہِمُ الۡمَلٰٓئِکَۃَ وَ کَلَّمَہُمُ الۡمَوۡتٰی وَ حَشَرۡنَا عَلَیۡہِمۡ کُلَّ شَیۡءٍ قُبُلًا مَّا کَانُوۡا لِیُؤۡمِنُوۡۤا اِلَّاۤ  اَنۡ یَّشَآءَ اللّٰہُ وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَہُمۡ یَجۡہَلُوۡنَ ﴿ ﴾
Dan seandainya pun  Kami benar-benar menurunkan malaikat-malaikat kepada mereka, orang-orang yang telah mati  berbicara dengan mereka, dan Kami mengumpulkan segala sesuatu berhadap-hadapan   di depan mereka, mereka sekali-kali tidak akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki, tetapi kebanyak-an mereka  berlaku jahil. (Al-An’ām [6]:112).
  Salah satu tugas malaikat-malaikat  adalah membisikkan kepada manusia pikiran-pikiran baik untuk mengajak mereka kepada kebenaran (QS.41:32, 33). Kadangkala mereka melaksanakan tugas-tugas ini melalui mimpi-mimpi dan kasyaf-kasyaf.  
   Orang-orang bertakwa  yang sudah meninggal dunia nampak kepada manusia dalam mimpi untuk membenarkan pendakwaan nabi-nabi. Ada satu cara lain yaitu “orang-orang yang sudah mati bercakap-cakap kepada manusia”. Bila suatu umat yang secara ruhani sudah mati mereka dihidupkan kembali untuk memperoleh kehidupan ruhani baru oleh ajaran nabi mereka, maka kelahiran-baru ruhani mereka itu seakan-akan berbicara kepada orang-orang kafir dan memberikan kesaksian terhadap kebenaran pendakwaannya  itu.
   Kata-kata “Kami mengumpulkan segala sesuatu berhadap-hadapan   di depan mereka  menunjuk kepada kesaksian dari berbagai-bagai benda alam yang memberi kesaksian terhadap kebenaran seorang nabi dalam bentuk gempa, wabah, kelaparan, peperangan, dan azab-azab lainnya. Dengan demikian alam sendiri nampaknya gusar terhadap orang-orang yang ingkar; unsur-unsur alam itu sendiri memerangi mereka. Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
 وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنَا لِکُلِّ نَبِیٍّ عَدُوًّا شَیٰطِیۡنَ الۡاِنۡسِ وَ  الۡجِنِّ  یُوۡحِیۡ بَعۡضُہُمۡ اِلٰی بَعۡضٍ زُخۡرُفَ الۡقَوۡلِ غُرُوۡرًا ؕ وَ لَوۡ شَآءَ رَبُّکَ مَا فَعَلُوۡہُ فَذَرۡہُمۡ وَ مَا یَفۡتَرُوۡنَ ﴿ ﴾      
Dan  dengan cara demikian Kami telah menjadikan musuh bagi setiap nabi yaitu syaitan-syaitan di antara manusia dan jin,  sebagian mereka membisikkan kepada sebagian lainnya kata-kata in-dah untuk mengelabui, dan jika Tuhan engkau menghendaki mereka tidak akan mengerjakannya, maka biarkanlah mereka dengan apa-apa yang mereka ada-adakan. (Al-An’ām [6]:113).
  Kata-kata manusia dan jin yang terdapat pada banyak tempat dalam ayat-ayat Al-Quran bukan berarti ada dua jenis makhluk Allah yang berlainan melainkan dua golongan makhluk manusia, ins (manusia)  mengisyaratkan kepada orang-orang awam atau rakyat jelata, sedangkan  jin  dikatakan kepada orang-orang besar yang biasa hidup memisahkan diri dari rakyat jelata dan tidak berbaur dengan mereka, boleh dikatakan tinggal tersembunyi dari penglihatan umum.  

Tidak Beriman kepada Akhirat

  Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai para penentang rasul Allah  yang takabur dan berhati degil tersebut:
 وَ لِتَصۡغٰۤی اِلَیۡہِ اَفۡـِٕدَۃُ الَّذِیۡنَ لَا یُؤۡمِنُوۡنَ بِالۡاٰخِرَۃِ وَ لِیَرۡضَوۡہُ وَ لِیَقۡتَرِفُوۡا  مَا  ہُمۡ  مُّقۡتَرِفُوۡنَ ﴿ ﴾  اَفَغَیۡرَ اللّٰہِ اَبۡتَغِیۡ حَکَمًا وَّ ہُوَ الَّذِیۡۤ اَنۡزَلَ  اِلَیۡکُمُ الۡکِتٰبَ مُفَصَّلًا ؕ وَ الَّذِیۡنَ اٰتَیۡنٰہُمُ الۡکِتٰبَ یَعۡلَمُوۡنَ اَنَّہٗ مُنَزَّلٌ مِّنۡ رَّبِّکَ بِالۡحَقِّ فَلَا تَکُوۡنَنَّ  مِنَ الۡمُمۡتَرِیۡنَ ﴿ ﴾
Dan supaya hati orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat cenderung kepada bisikan itu, mereka menyukainya dan supaya mereka mengusahakan apa yang sedang mereka usahakan. (Al-An’ām [6]:113).
       Makna  akhirat  dalam ayat tersebut bukan mengisyaratkan kepada “alam akhirat” yang akan dimasuki setelah manusia mati, sebab  umumnya para pemeluk agama-agama yang diturunkan sebelum agama Islam (Al-Quran) pun mereka mempercayai adanya “alam akhirat” tersebut, melainkan kata “akhirat” tersebut mengisyaratkan  kepada adanya “kebangkitan ruhani baru   di dunia ini  melalui pengutusan para rasul Allah  (QS.7:35:37; QS.62:3-4).
   Mereka yang tidak percaya kepada makna “akhirat” tersebut  akan terus bertahan dalam jalan kejahatan mereka. Kata-kata itu berarti pula bahwa mereka mengalami akibat-akibat buruk  dari apa yang dikerjakan mereka, sebab Kisah Monumental “Adam, Malaikat, Iblis” dalam Al-Quran akan senantiasa terulang  pada zaman-zaman yang ditentukan oleh Allah Swt. (QS.7:35-37) dengan para pemeran yang berbeda, termasuk yang memerankan “iblis” dan “syaitan” yang menolak “sujud” kepada Adam (Khalifah Allah – QS.2:31-35) ketika diperintahkan oleh Allah Swt. 
        Kembali kepada  firman Allah Swt.   sebelum ini ,  benarlah peringatan Allah Swt. kepada Bani Adam  untuk tidak “menyembah syaitan”:
وَ امۡتَازُوا الۡیَوۡمَ اَیُّہَا الۡمُجۡرِمُوۡنَ ﴿ ﴾   اَلَمۡ  اَعۡہَدۡ  اِلَیۡکُمۡ یٰبَنِیۡۤ  اٰدَمَ اَنۡ  لَّا تَعۡبُدُوا الشَّیۡطٰنَ ۚ اِنَّہٗ  لَکُمۡ  عَدُوٌّ مُّبِیۡنٌ ﴿ۙ ﴾   وَّ  اَنِ اعۡبُدُوۡنِیۡ ؕؔ ہٰذَا  صِرَاطٌ مُّسۡتَقِیۡمٌ ﴿ ﴾   وَ لَقَدۡ اَضَلَّ  مِنۡکُمۡ  جِبِلًّا کَثِیۡرًا ؕ اَفَلَمۡ  تَکُوۡنُوۡا تَعۡقِلُوۡنَ ﴿ ﴾  ہٰذِہٖ  جَہَنَّمُ  الَّتِیۡ  کُنۡتُمۡ  تُوۡعَدُوۡنَ ﴿    اِصۡلَوۡہَا الۡیَوۡمَ بِمَا کُنۡتُمۡ تَکۡفُرُوۡنَ ﴿ ﴾
“Dan pisahkanlah diri kamu pada hari ini, hai orang-orang yang berdosa.  Bukankah  Aku telah memerintahkan kepada kamu hai Bani Adam, bahwa  janganlah kamu menyembah syaitan sesungguhnya ia bagimu adalah  musuh yang nyata. Dan hendaknya kamu menyembah-Ku, inilah jalan yang lurus.   Dan  sungguh  syaitan benar-benar telah menyesatkan sebagian besar dari antara kamu, maka apakah ka-mu tidak mau berpikir? Inilah Jahannam yang telah dijanjikan kepada kamu.    Masukilah itu pada hari ini, disebabkan kamu dahulu selalu  mengingkari.”  (Yā Sīn [36]:60-65).
  
(Bersambung). 
Rujukan: The Holy Quran
Editor:    Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar”, 1 Oktober  2012
Ki Langlang Buana Kusuma