بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN
Bab 76
“Makar Buruk” yang Berulang
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam bagian
akhir Bab sebelum ini telah dijelaskan mengenai
pendapat para penentang rasul
Allah dari zaman ke zaman bahwa missi suci
para rasul Allah tersebut
merusak “tatanan kehidupan” yang telah mapan,
demikian juga halnya dengan pengutusan
Nabi Besar Muhammad saw. dengan membawa ajaran
Islam (Al-Quran).
Menurut
Abu Jahal dkk. ajaran Al-Quran yang dibawa oleh Nabi
Besar Muhammad saw. telah memutuskan silaturahmi kaumnya, karena telah memisahkan ayah dari anak, memisahkan suami dari istrinya serta memisahkan
saudara dari saudaranya dll (QS.3:29; 4:145; QS.9:16 &23; QS.58:23). Itulah sebabnya Abu Jahal telah memanjatkan doa buruk berikut ini pada Perang Badar,
firman-Nya:
وَ اِذۡ قَالُوا اللّٰہُمَّ اِنۡ کَانَ ہٰذَا ہُوَ الۡحَقَّ مِنۡ عِنۡدِکَ
فَاَمۡطِرۡ عَلَیۡنَا حِجَارَۃً مِّنَ السَّمَآءِ اَوِ ائۡتِنَا بِعَذَابٍ
اَلِیۡمٍ ﴿﴾
وَ
مَا کَانَ اللّٰہُ لِیُعَذِّبَہُمۡ وَ اَنۡتَ فِیۡہِمۡ ؕ وَ مَا کَانَ اللّٰہُ
مُعَذِّبَہُمۡ وَ ہُمۡ یَسۡتَغۡفِرُوۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah
ketika mereka berkata: “Ya Allah,
jika Al-Quran ini benar-benar kebenaran dari Engkau maka hujanilah kami dengan batu dari
langit atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.” Tetapi Allah sekali-kali tidak akan mengazab
mereka selama engkau berada di tengah-tengah mereka, dan Allah
sekali-kali tidak akan mengazab mereka sedangkan mereka meminta ampun. (Al-Anfāl [9]:33).
Rasul Allah Merupakan Benteng
Perlindungan dari Azab Ilahi
Kira-kira seperti kata-kata itu jugalah Abu
Jahal mendoa di medan perang Badar (Bukhari
— Kitab Tafsir). Doa itu dikabulkan secara harfiah. Abu Jahal bersama beberapa
pemimpin Quraisy yang lain, terbunuh dan mayat-mayat mereka dilemparkan ke dalam sebuah
lubang.
Perhatikan doa yang dipanjatkan oleh Abu Jahal yang penuh ketakaburan
tersebut, seharusnya ia memohon rahmat
dan karunia Allah, atau memaohon ampunan Allah Swt. bukannya memohon agar ditimpa
azab Ilahi karena Allah Swt. telah berfirman “Allah sekali-kali tidak akan
mengazab mereka sedangkan mereka meminta ampun.”
Orang-orang Makkah mendapat hukuman setelah Nabi Besar Muhammad saw.
terpaksa hijrah meninggalkan Makkah, karena Abu Jahal dkk merencanakan makar buruk dan hendak membunuh
beliau saw. (QS.8:31). Rasul-rasul Allah
berfungsi semacam perisai terhadap hukuman-hukuman (azab) dari langit.
Berikut firman Allah Swt.
mengenai makar-buruk yang dirancang
oleh Abu Jahal dan kawan-kawannya, sehingga Nabi Besar Muhammad saw. hijrah dari Makkah ke Madinah, dan
dengan hijrahnya beliau saw. tersebut
tidak ada alasan lagi bagi Allah
untuk tidak mengazab para penentang
Nabi Besar Muhammad saw. terutama sekali Abu Jahal dan kawan-kawannya:
وَ اِذۡ یَمۡکُرُ بِکَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا
لِیُثۡبِتُوۡکَ اَوۡ یَقۡتُلُوۡکَ اَوۡ یُخۡرِجُوۡکَ ؕ وَ یَمۡکُرُوۡنَ وَ یَمۡکُرُ
اللّٰہُ
ؕ وَ اللّٰہُ خَیۡرُ الۡمٰکِرِیۡنَ ﴿ ﴾
Dan ingatlah
ketika orang-orang kafir merancang
makar terhadap engkau, supaya mereka dapat menangkap engkau atau membunuh engkau atau mengusir engkau. Mereka merancang makar buruk, dan Allah pun merancang makar
tandingan, dan Allah
sebaik-baik Perancang makar. (Al-Anfāl
[8]:31).
Ayat ini mengisyaratkan kepada musyawarah rahasia yang diadakan di Darun
Nadwah (Balai Permusyawaratan) di Makkah. Ketika mereka melihat bahwa semua
usaha mereka mencegah berkembangnya aliran kepercayaan baru ini gagal, dan
bahwa kebanyakan orang-orang Muslim yang mampu meninggalkan Makkah telah hijrah
ke Medinah dan mereka sudah jauh dari bahaya, maka orang-orang terkemuka warga
kota berkumpul di Darun Nadwah untuk
membuat rencana ke arah usaha terakhir guna menghabisi Islam.
Sesudah diadakan pertimbangan mendalam,
terpikir oleh mereka satu rencana, ialah sejumlah orang-orang muda dari
berbagai kabilah Quraisy harus secara serempak menyergap Nabi Besar
Muhammad saw. lalu membunuh beliau saw.. Namun tanpa setahu
orang beliau saw. dengan pertolongan Allah Swt. meninggalkan rumah tengah malam
buta, ketika para penjaga dikuasai oleh kantuk, lalu untuk menghindari para pengejar beliau saw. berlindung
di Gua Tsur bersama-sama Abubakar
Shiddiq r.a. (QS.9:40), sahabat beliau saw.
yang setia, dan akhirnya sampai di Madinah dengan selamat.
Makar Buruk yang Berulang
Dari Al-Quran diketahui, bahwa ternyata makar-buruk
yang dilakukan oleh Abu Jahal dan 8
orang para pemuka kaum kafir Quraisy tersebut telah pula dilakukan oleh para
penentang Nabi Shaleh a.s., karena
mereka pun beranggapan bahwa kedatangan rasul
Allah tersebut telah menyebabkan
terjadinya berbagai kemalangan dan musibah
kepada mereka, berikut firman-Nya mengenai hal tersebut:
وَ لَقَدۡ
اَرۡسَلۡنَاۤ اِلٰی ثَمُوۡدَ اَخَاہُمۡ
صٰلِحًا اَنِ اعۡبُدُوا اللّٰہَ
فَاِذَا ہُمۡ فَرِیۡقٰنِ یَخۡتَصِمُوۡنَ ﴿﴾ قَالَ یٰقَوۡمِ لِمَ تَسۡتَعۡجِلُوۡنَ
بِالسَّیِّئَۃِ قَبۡلَ الۡحَسَنَۃِ ۚ لَوۡ لَا تَسۡتَغۡفِرُوۡنَ اللّٰہَ
لَعَلَّکُمۡ تُرۡحَمُوۡنَ ﴿﴾ قَالُوا اطَّیَّرۡنَا بِکَ وَ بِمَنۡ مَّعَکَ ؕ قَالَ طٰٓئِرُکُمۡ
عِنۡدَ اللّٰہِ بَلۡ اَنۡتُمۡ قَوۡمٌ تُفۡتَنُوۡنَ ﴿﴾ وَ کَانَ فِی
الۡمَدِیۡنَۃِ تِسۡعَۃُ رَہۡطٍ یُّفۡسِدُوۡنَ فِی الۡاَرۡضِ وَ لَا
یُصۡلِحُوۡنَ ﴿﴾ قَالُوۡا تَقَاسَمُوۡا بِاللّٰہِ لَنُبَیِّتَنَّہٗ وَ اَہۡلَہٗ ثُمَّ
لَنَقُوۡلَنَّ لِوَلِیِّہٖ مَا شَہِدۡنَا مَہۡلِکَ اَہۡلِہٖ
وَ اِنَّا لَصٰدِقُوۡنَ ﴿﴾ وَ مَکَرُوۡا مَکۡرًا وَّ مَکَرۡنَا مَکۡرًا وَّ ہُمۡ لَا
یَشۡعُرُوۡنَ ﴿﴾ فَانۡظُرۡ کَیۡفَ کَانَ عَاقِبَۃُ مَکۡرِہِمۡ ۙ اَنَّا
دَمَّرۡنٰہُمۡ وَ قَوۡمَہُمۡ
اَجۡمَعِیۡنَ ﴿﴾ فَتِلۡکَ بُیُوۡتُہُمۡ خَاوِیَۃًۢ بِمَا ظَلَمُوۡا ؕ اِنَّ فِیۡ
ذٰلِکَ لَاٰیَۃً لِّقَوۡمٍ یَّعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾ وَ
اَنۡجَیۡنَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ کَانُوۡا یَتَّقُوۡنَ ﴿﴾
Dan sungguh
Kami benar-benar telah mengutus kepada kaum
Tsamud
saudara mereka Shalih yang
berkata: “Sembahlah Allah” maka
tiba-tiba mereka menjadi dua golongan
yang saling berbantah. Ia, Shalih, berkata: “Hai kaumku, mengapakah kamu minta disegerakan keburukan
sebelum datang kebaikan? Mengapakah
kamu tidak memohon ampun kepada Allah,
supaya kamu dikasihani?” Mereka
berkata: “Hai Shalih, kami telah
mendapatkan nasib malang disebabkan
engkau dan orang yang beserta engkau.”
Ia, Shalih, berkata: “Nasib buruk
kamu ada di sisi Allah, bahkan kamu kaum yang diuji.” Dan dalam kota itu ada sembilan orang yang berbuat kerusakan di bumi dan tidak
mau mengadakan perbaikan. Mereka berkata: “Hendaklah kamu sekalian bersumpah dengan nama Allah
bahwa niscaya kami akan menyerbu pada malam hari kepada dia dan
keluarganya, kemudian kami niscaya akan berkata kepada pelindung-nya: “Kami sekali-kali tidak menyaksikan
keluarganya menjadi binasa dan sesungguhnya
kami adalah orang-orang yang benar.”
Dan mereka
membuat makar buruk dan Kami pun membuat makar tandingan,
tetapi mereka tidak menyadari. Maka perhatikanlah bagaimana buruknya
akibat makar buruk mereka,
sesungguhnya Kami memus-nahkan mereka
dan kaumnya semua. Maka itulah rumah-rumah mereka yang telah runtuh karena mereka
berbuat zalim. Sesungguhnya dalam yang demikian itu benar-benar ada Tanda untuk kaum
yang mengetahui. Dan Kami
menyelamatkan orang-orang yang beriman dan
bertakwa. (Al-Nahl [27]:48-54).
Dengan sendirinya yang diisyaratkan dalam ayat – “Dan dalam kota itu ada sembilan orang yang berbuat kerusakan di bumi dan tidak
mau mengadakan perbaikan -- ini
adalah kesembilan musuh Nabi Besar
Muhammad saw. saw. terkemuka. Delapan di
antaranya terbunuh dalam pertempuran Badar dan yang kesembilan, Abu Lahab, yang
terkenal keburukannya itu, mati di Makkah ketika sampai ke telinganya kabar
tentang kekalahan di Badar.
Kedelapan orang itu adalah Abu
Jahal, Muthim bin Adiy, Syaibah bin Rabiah, Utbah bin Rabiah, Walid bin Utbah,
Umayah bin Khalf, Nadhr bin Harts, dan
Aqbah bin Abi Mu’aith. Mereka bersekongkol untuk membunuh Nabi Besar Muhammad saw..
Rencana sebenarnya ialah memilih seorang dari tiap-tiap kabilah kaum Quraisy,
dan kemudian mengadakan serangan pembunuhan yang berencana atas beliau saw.,
sehingga tidak ada kabilah tertentu dapat dianggap bertanggung-jawab atas
pembunuhan terhadap beliau itu. Rencana itu datang dari Abu Jahal, pemimpin
kelompok jahat itu.
Waliy
berarti: ahli waris; seseorang yang menuntut balas atas pembunuhan; seorang
pembalas dendam atas pembunuhan (Lexicon Lane). Akibat makar buruk tersebut (QS.8:31) Nabi
Besar Muhammad saw. terpaksa hijrah
dari Makkah, tetapi hijrahnya itu
akhirnya mengakibatkan kehancuran
kekuatan kaum Quraisy yang tidak menyadari, bahwa dengan memaksa beliau saw.
hijrah dari Makkah, mereka meletakkan
dasar kehancuran bagi mereka sendiri.
(Bersambung).
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam
Farid
***
“Pajajaran Anyar”, 17 September 2012
Ki Langlang Buana Kusuma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar