Senin, 10 September 2012

"Bintang-bintang Berjatuhan" & "Gunung-gunung Digerakkan"




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


  SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN

Bab 69

"Bintang-bintang Berjatuhan" &
"Gunung-gunung Digerakkan"


 Oleh
                                                                                
Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam bagian akhir Bab sebelum ini telah dijelaskan mengenai masalah ruh manusia, firman-Nya:
وَ یَسۡـَٔلُوۡنَکَ عَنِ الرُّوۡحِ ؕ قُلِ الرُّوۡحُ مِنۡ  اَمۡرِ رَبِّیۡ وَ مَاۤ  اُوۡتِیۡتُمۡ مِّنَ الۡعِلۡمِ اِلَّا  قَلِیۡلًا ﴿﴾
Dan mereka bertanya kepada engkau mengenai ruh, katakanlah: “Ruh telah diciptakan atas perintah Tuhan-ku, dan kamu sama sekali  tidak  diberi ilmu tentang itu melainkan sedikit.” (Bani Israil [17]:86).
       Setelah menyinggung masalah  ruh  manusia, selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai pencabutan ruh  Al-Quran setelah  3 abad masa kejayaan umat Islam yang pertama (QS.32:6):
وَ لَئِنۡ شِئۡنَا لَنَذۡہَبَنَّ بِالَّذِیۡۤ  اَوۡحَیۡنَاۤ اِلَیۡکَ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَکَ بِہٖ عَلَیۡنَا  وَکِیۡلًا ﴿ۙ ﴾   اِلَّا رَحۡمَۃً  مِّنۡ رَّبِّکَ ؕ اِنَّ  فَضۡلَہٗ  کَانَ عَلَیۡکَ  کَبِیۡرًا﴿ ﴾    قُلۡ لَّئِنِ اجۡتَمَعَتِ الۡاِنۡسُ وَ الۡجِنُّ عَلٰۤی اَنۡ یَّاۡتُوۡا بِمِثۡلِ ہٰذَا الۡقُرۡاٰنِ لَا یَاۡتُوۡنَ بِمِثۡلِہٖ وَ لَوۡ کَانَ بَعۡضُہُمۡ لِبَعۡضٍ  ظَہِیۡرًا ﴿ ﴾
Dan jika   Kami benar-benar  menghendaki, niscaya Kami mengambil kembali  apa yang telah Kami wahyukan kepada engkau dan kemudian engkau tidak akan memperoleh penjaga baginya terhadap Kami dalam hal itu.    Kecuali karena rahmat dari Tuhan engkau, sesungguhnya karunia-Nya sangat besar kepada engkau. Katakanlah: “Jika  manusia dan jin benar-benar berhimpun  untuk mendatangkan yang semisal Al-Quran ini, mereka tidak akan sanggup mendatangkan yang sama seperti ini, walaupun  sebagian mereka membantu sebagian yang lain.” (Bani Israil [17]:87-89).

“Matahari Digulung” &
“Bintang-bintang Menjadi Suram”

       Ayat 87  --  niscaya Kami mengambil kembali  apa yang telah Kami wahyukan kepada engkau  --  nampaknya mengandung nubuatan bahwa akan datang suatu saat ketika ilmu Al-Quran akan lenyap dari bumi atau dari umat Islam. Nubuatan Nabi Besar Muhammad saw. serupa itu telah diriwayatkan oleh Mardawaih, Baihaqi, dan Ibn Majah, ketika ruh dan jiwa ajaran Al-Quran akan hilang lenyap dari bumi, dan semua  orang yang dikenal sebagai ahli-ahli mistik dan para sufi yang mengakui memiliki kekuatan batin istimewa — seperti pula diakui oleh segolongan orang-orang Yahudi dahulu kala yang sifatnya serupa dengan mereka — tidak akan berhasil mengembalikan jiwa ajaran Al-Quran dengan usaha mereka bersama-sama.
      Masa itulah yang dimaksud dengan Tanda-tanda Akhir Zaman  apabila matahari digulung”, dan pengembalian   cahaya matahari” Al-Quran oleh Al-Masih Akhir Zaman, yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s., firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾  اِذَا  الشَّمۡسُ کُوِّرَتۡ ۪ۙ﴿﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Apabila matahari digulung,  (Al-Takwir [81]:1-2).
      Tanda Akhir Zaman   kedua yang dikemukakan Allah Swt.   dalam Surah Al-Takwir adalah:
وَ  اِذَا  النُّجُوۡمُ  انۡکَدَرَتۡ ۪ۙ﴿﴾
Dan apabila bintang-bintang menjadi suram. (Al-Takwir [81]:3).
      An-nujūm (bintang-bintang) berarti para ulama. Arti ini didukung oleh sebuah hadits termasyhur: “Sahabat-sahabat adalah laksana bintang-bintang, siapa pun dari antara mereka kamu ikuti, kamu akan mendapat pertunjuk yang benar” (Baihaqi). Maka, ayat itu dapat berarti  ketika para pemimpin agama akan menjadi rusak dan kehilangan segala pengaruhnya.
         Hal tersebut erat kaitannya dengan sabda Nabi Besar Muhammad saw.  pada saat “ruh Al-Quran” (Islam) secara bertahap dalam masa 1000 tahun ditarik kembali oleh Allah Swt. kepada-Nya, firman-Nya:
یُدَبِّرُ الۡاَمۡرَ مِنَ السَّمَآءِ  اِلَی الۡاَرۡضِ ثُمَّ یَعۡرُجُ  اِلَیۡہِ  فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ مِقۡدَارُہٗۤ اَلۡفَ سَنَۃٍ  مِّمَّا تَعُدُّوۡنَ ﴿﴾
Dia mengatur perintah dari langit sampai bumi, kemudian perintah itu akan naik kepada-Nya dalam satu hari, yang hitungan lamanya seribu tahun dari apa yang kamu hitung.  (Al-Sajdah [32]:6).

‘Ulama-uhum (Ulama Mereka)

      Dalam Surah Al-Infithar Allah Swt. berfirman lagi mengenai “bintang-bintang” (kawākib):
وَ  اِذَا الۡکَوَاکِبُ انۡتَثَرَتۡ ۙ﴿﴾
Dan apabila bintang-bintang jatuh  berserakan   (Al-Infithar [82]:3)
  Berbicara dalam bahasa kiasan, ayat ini berarti bahwa di Akhir Zaman orang-orang yang memiliki ilmu dan tuntunan ruhani sejati akan hilang atau akan menjadi langka. Dalam firman-Nya berikut ini Allah Swt. menyatakan bahwa salah satu fungsi kedudukan bintang-bintang di langit malam adalah sebagai petunjuk untuk mengetahui arah yang benar terutama   bagi  orang-orang yang berlayar di lautan  mau pun yang melakukan perjalanan di gurun pasir yang luas, firman-Nya:
وَ اَلۡقٰی فِی الۡاَرۡضِ رَوَاسِیَ اَنۡ  تَمِیۡدَ بِکُمۡ  وَ اَنۡہٰرًا وَّ سُبُلًا  لَّعَلَّکُمۡ تَہۡتَدُوۡنَ ﴿ۙ ﴾  وَ  عَلٰمٰتٍ ؕ وَ  بِالنَّجۡمِ  ہُمۡ  یَہۡتَدُوۡنَ ﴿ ﴾
Dan Dia telah meletakkan gunung-gunung di bumi, supaya jangan sampai berguncang bersama kamu, dan sungai-sungai serta jalan-jalan,  supaya kamu mendapat petunjuk.   Dan Dia telah menciptakan tanda-tanda yang lain, dan dengan bintang-bintang itu mereka dapat mengikuti petunjuk arah yang benar. (Al-Nahl [16]:16-17)
     Ilmu tanah (geologi) telah membuktikan bahwa gunung-gunung sangat besar peranannya dalam menjaga bumi ini dari gangguan gempa bumi.   Kata subul (jalan-jalan) di sini tidak berarti jalan-jalan buatan yang dikerjakan oleh tangan manusia, melainkan jalan-jalan alam yang dibentuk oleh celah-celah gunung, sungai-sungai, dan lembah-lembah, yang telah dimanfaatkan sebagai jalan raya sepanjang masa.
      Ayat-ayat ini mengandung arti, bahwa sekiranya bumi ini permukaannya datar seluruhnya dan tidak ada pendakian dan penurunan, tidak ada lembah-lembah, gunung-gunung atau sungai-sungai, maka boleh dikata hampir tidak mungkin bagi manusia untuk mencari jalan dari satu tempat ke tempat lain.
Ciri-ciri khas yang berbeda-beda pada permukaan bumi menolong manusia untuk mengetahui jalan mereka. Zaman sekarang, sempadan-sempadan (tanda-tanda batas) alami telah terbukti merupakan penolong besar untuk penerbangan. Bintang-bintang pun menolong kaum musafir kelana menemukan jalan mereka di daratan dan di lautan, terutama di malam hari.
        Isyarat “Dan apabila bintang-bintang menjadi suram   dapat pula ditujukan kepada jatuhnya bintang-bintang  (gejala meteorik) dalam jumlah luar biasa besarnya, pada masa ketika seorang mushlih rabbani (pembaharu ruhani) atau rasul Allah datang.
         Apabila  para ulama  telah kehilangan “cahaya ruhaninya” atau mereka jatuh  dari kedudukannya yang mulia  sebagai “bintang-bintang ruhani di langit”   maka mereka tidak layak lagi disebut sebagai “ulama pewaris nabi”, sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi Besar Muhammad saw., melainkan akan menjadi “’ulama-uhum – ulama mereka” -- yang tidak termasuk ke dalam katagori sabda beliau saw. sebagai  ulama umatku” – beliau saw. bersabda:
Akan zaman dimana Islam tinggal namanya, Al-Quran tinggal  hurufnya, mesjid-mesjid bagus-bagus dan ramai tetapi kosong  dari petunjuk, ulama-ulama mereka sejahat-jahat makhluk di kolong langit, dario mulut mereka keluar fitnah-fitnah, yang kembali kepada diri mereka.”  (H.R. Baihaqi dan Ibnu Adi dari Ali ra.; Kanz ‘al-‘Ummāl, jilid XI, hadits no 31136.)

“Gunung-gunung Digerakkan”

      Mengenai Tanda Akhir Zaman selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai  gunung-gunung:
وَ  اِذَا  الۡجِبَالُ سُیِّرَتۡ ۪ۙ﴿۳﴾
Dan  apabila gunung-gunung digerakkan (Al-Takwir [81]:4).
   Ketika gunung-gunung akan dihancurkan dengan dinamit dan jalan-jalan akan dibuat menembus gunung-gunung; atau secara kiasan, ketika kekuasaan para penguasa akan terkikis, kata jabal berarti pula kepala suatu kaum (Lexicon Lane), sehubungan dengan hal tersebut Allah Swt. berfirman:
وَّ  سُیِّرَتِ الۡجِبَالُ فَکَانَتۡ  سَرَابًا ﴿ؕ﴾
Dan gunung-gunung akan digerakkan  maka ia menjadi seperti fatamorgana  (Al-Nabā [78]:21).
   Ayat ini berarti (1) mereka yang mempunyai kekuasaan dan kedudukan akan kehilangan kekuasaan dan pengaruh mereka; (2) oleh gencarnya gempuran lasykar Islam, kerajaan-kerajaan besar dan kokoh kuat  -- Rumawi dan Persia -- akan runtuh laksana bukit-bukit pasir longsor dan lenyap demikian rupa sehingga wujud mereka yang dahulu nampak hanya suatu pemandangan khayal belaka.
  Masih sehubungan dengan "gunung-gunung" dalam Surah Al-Quran lainnya Allah Swt. berfirman:
وَ یَوۡمَ نُسَیِّرُ الۡجِبَالَ وَ تَرَی الۡاَرۡضَ بَارِزَۃً ۙ وَّ حَشَرۡنٰہُمۡ  فَلَمۡ  نُغَادِرۡ  مِنۡہُمۡ اَحَدًا ﴿ۚ﴾
Dan pada hari ketika  Kami akan menggerakkan  gunung-gunung dan engkau akan melihat bangsa-bangsa di bumi akan berhadapan untuk berperang,  dan Kami akan  menghimpun mereka semuanya,  maka seorang pun tidak ada yang Kami tinggalkan di antara mereka. (Al-Kahf [18]:48). Lihat pula QS.52:11.
   Oleh karena jibal (gunung-gunung) berarti pula pembesar-pembesar (Lexicon Lane), maka ayat ini dapat berarti bahwa nubuatan mengenai kehancuran mutlak kekuatan-kekuatan keburukan — Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog) — yang telah disebut dalam beberapa ayat mendahuluinya akan terpenuhi, bila menurut kata-kata Bible "bangsa akan berbangkit melawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan, maka akan jadi bala kelaparan dan gempa bumi sini­-sana" (Matius 24:7). Ungkapan hasyarnā-hum berarti bahwa mereka akan dihimpunkan di medan perang saling berhadapan dan akan bertarung mati-matian.
 Semua tafsir mengenai “gunung-gunung” tersebut sudah terbukti kebenarannya di Akhir Zaman ini.


(Bersambung). 

Rujukan: The Holy Quran
Editor:    Malik Ghulam Farid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar