بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN
Bab 69
"Bintang-bintang Berjatuhan" &
"Bintang-bintang Berjatuhan" &
"Gunung-gunung Digerakkan"
Oleh
Ki
Langlang Buana Kusuma
Dalam bagian
akhir Bab sebelum ini telah dijelaskan mengenai masalah ruh manusia, firman-Nya:
وَ یَسۡـَٔلُوۡنَکَ عَنِ الرُّوۡحِ ؕ قُلِ الرُّوۡحُ
مِنۡ اَمۡرِ رَبِّیۡ وَ مَاۤ اُوۡتِیۡتُمۡ مِّنَ الۡعِلۡمِ اِلَّا قَلِیۡلًا ﴿﴾
Dan mereka bertanya kepada
engkau mengenai ruh, katakanlah:
“Ruh telah diciptakan atas perintah Tuhan-ku, dan kamu sama sekali tidak
diberi ilmu tentang itu melainkan sedikit.” (Bani Israil [17]:86).
Setelah menyinggung masalah ruh
manusia, selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai pencabutan ruh Al-Quran setelah 3 abad
masa kejayaan umat Islam yang pertama
(QS.32:6):
وَ
لَئِنۡ شِئۡنَا لَنَذۡہَبَنَّ بِالَّذِیۡۤ
اَوۡحَیۡنَاۤ اِلَیۡکَ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَکَ بِہٖ عَلَیۡنَا وَکِیۡلًا ﴿ۙ ﴾ اِلَّا رَحۡمَۃً
مِّنۡ رَّبِّکَ ؕ اِنَّ
فَضۡلَہٗ کَانَ عَلَیۡکَ کَبِیۡرًا﴿ ﴾ قُلۡ لَّئِنِ اجۡتَمَعَتِ الۡاِنۡسُ وَ الۡجِنُّ
عَلٰۤی اَنۡ یَّاۡتُوۡا بِمِثۡلِ ہٰذَا الۡقُرۡاٰنِ لَا یَاۡتُوۡنَ بِمِثۡلِہٖ وَ
لَوۡ کَانَ بَعۡضُہُمۡ لِبَعۡضٍ ظَہِیۡرًا
﴿ ﴾
Dan jika Kami benar-benar menghendaki, niscaya Kami mengambil kembali apa yang telah Kami wahyukan kepada engkau
dan kemudian engkau tidak akan memperoleh penjaga baginya terhadap Kami dalam hal itu. Kecuali karena rahmat dari Tuhan engkau, sesungguhnya karunia-Nya sangat besar kepada engkau.
Katakanlah: “Jika manusia dan jin
benar-benar berhimpun untuk mendatangkan yang semisal Al-Quran
ini, mereka tidak akan sanggup
mendatangkan yang sama seperti ini, walaupun sebagian
mereka membantu sebagian yang lain.” (Bani Israil [17]:87-89).
“Matahari
Digulung” &
“Bintang-bintang
Menjadi Suram”
Ayat 87
-- “niscaya Kami mengambil kembali
apa yang telah Kami wahyukan
kepada engkau” --
nampaknya mengandung nubuatan
bahwa akan datang suatu saat ketika ilmu
Al-Quran akan lenyap dari bumi
atau dari umat Islam. Nubuatan Nabi
Besar Muhammad saw. serupa itu telah diriwayatkan oleh Mardawaih, Baihaqi, dan
Ibn Majah, ketika ruh dan jiwa ajaran Al-Quran akan hilang lenyap dari bumi, dan semua orang yang dikenal sebagai ahli-ahli mistik dan para sufi yang mengakui memiliki kekuatan batin istimewa — seperti pula
diakui oleh segolongan orang-orang Yahudi
dahulu kala yang sifatnya serupa dengan mereka — tidak akan berhasil
mengembalikan jiwa ajaran Al-Quran
dengan usaha mereka bersama-sama.
Masa itulah yang
dimaksud dengan Tanda-tanda Akhir Zaman “apabila matahari digulung”, dan
pengembalian “cahaya
matahari” Al-Quran oleh Al-Masih
Akhir Zaman, yakni Mirza Ghulam Ahmad
a.s., firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ
الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ اِذَا الشَّمۡسُ کُوِّرَتۡ ۪ۙ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah,
Maha Penyayang. Apabila matahari
digulung, (Al-Takwir [81]:1-2).
Tanda Akhir Zaman kedua yang dikemukakan Allah Swt. dalam Surah Al-Takwir adalah:
وَ اِذَا النُّجُوۡمُ انۡکَدَرَتۡ ۪ۙ﴿﴾
Dan apabila bintang-bintang menjadi suram. (Al-Takwir [81]:3).
An-nujūm (bintang-bintang) berarti para ulama. Arti ini didukung oleh sebuah
hadits termasyhur: “Sahabat-sahabat
adalah laksana bintang-bintang, siapa pun dari antara mereka kamu ikuti, kamu
akan mendapat pertunjuk yang benar” (Baihaqi). Maka, ayat itu dapat
berarti ketika para pemimpin agama akan menjadi rusak dan kehilangan segala pengaruhnya.
Hal tersebut erat kaitannya dengan sabda
Nabi Besar Muhammad saw. pada saat “ruh
Al-Quran” (Islam) secara bertahap dalam masa 1000 tahun ditarik kembali oleh
Allah Swt. kepada-Nya, firman-Nya:
یُدَبِّرُ الۡاَمۡرَ مِنَ السَّمَآءِ اِلَی الۡاَرۡضِ ثُمَّ یَعۡرُجُ اِلَیۡہِ
فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ مِقۡدَارُہٗۤ اَلۡفَ سَنَۃٍ مِّمَّا تَعُدُّوۡنَ ﴿﴾
Dia mengatur perintah dari langit
sampai bumi, kemudian perintah itu
akan naik kepada-Nya dalam satu hari, yang hitungan lamanya seribu tahun
dari apa yang kamu hitung. (Al-Sajdah [32]:6).
‘Ulama-uhum (Ulama Mereka)
Dalam Surah Al-Infithar Allah Swt. berfirman lagi mengenai “bintang-bintang”
(kawākib):
وَ اِذَا
الۡکَوَاکِبُ انۡتَثَرَتۡ ۙ﴿﴾
Dan apabila bintang-bintang
jatuh berserakan (Al-Infithar [82]:3)
Berbicara dalam bahasa kiasan, ayat ini berarti bahwa di Akhir Zaman orang-orang yang memiliki ilmu dan tuntunan ruhani sejati akan hilang atau akan menjadi langka. Dalam
firman-Nya berikut ini Allah Swt. menyatakan bahwa salah satu fungsi kedudukan bintang-bintang di langit malam adalah
sebagai petunjuk untuk mengetahui arah yang benar terutama bagi
orang-orang yang berlayar di lautan mau pun yang melakukan perjalanan di gurun pasir yang luas, firman-Nya:
وَ اَلۡقٰی فِی الۡاَرۡضِ رَوَاسِیَ اَنۡ تَمِیۡدَ بِکُمۡ وَ اَنۡہٰرًا وَّ سُبُلًا لَّعَلَّکُمۡ تَہۡتَدُوۡنَ ﴿ۙ ﴾ وَ عَلٰمٰتٍ
ؕ وَ بِالنَّجۡمِ ہُمۡ یَہۡتَدُوۡنَ ﴿ ﴾
Dan Dia telah meletakkan gunung-gunung di bumi,
supaya jangan sampai berguncang bersama
kamu, dan sungai-sungai serta jalan-jalan, supaya kamu mendapat petunjuk. Dan Dia telah menciptakan tanda-tanda yang lain, dan
dengan bintang-bintang itu mereka
dapat mengikuti petunjuk arah
yang benar. (Al-Nahl [16]:16-17)
Ilmu tanah (geologi) telah membuktikan bahwa gunung-gunung sangat besar peranannya
dalam menjaga bumi ini dari gangguan gempa
bumi. Kata subul (jalan-jalan) di sini tidak
berarti jalan-jalan buatan yang
dikerjakan oleh tangan manusia, melainkan jalan-jalan
alam yang dibentuk oleh celah-celah gunung, sungai-sungai, dan
lembah-lembah, yang telah dimanfaatkan sebagai jalan raya sepanjang masa.
Ayat-ayat
ini mengandung arti, bahwa sekiranya bumi ini permukaannya datar seluruhnya dan tidak ada pendakian dan penurunan, tidak
ada lembah-lembah, gunung-gunung atau sungai-sungai, maka boleh dikata hampir tidak mungkin bagi manusia
untuk mencari jalan dari satu tempat
ke tempat lain.
Ciri-ciri khas yang berbeda-beda pada permukaan bumi menolong manusia untuk mengetahui jalan mereka. Zaman sekarang,
sempadan-sempadan (tanda-tanda batas) alami telah terbukti merupakan penolong
besar untuk penerbangan. Bintang-bintang
pun menolong kaum musafir kelana menemukan jalan mereka di daratan dan di
lautan, terutama di malam hari.
Isyarat “Dan
apabila bintang-bintang menjadi suram” dapat
pula ditujukan kepada jatuhnya bintang-bintang
(gejala meteorik) dalam jumlah luar
biasa besarnya, pada masa ketika seorang mushlih
rabbani (pembaharu ruhani) atau rasul
Allah datang.
Apabila
para ulama telah kehilangan “cahaya ruhaninya” atau
mereka jatuh dari kedudukannya yang mulia sebagai “bintang-bintang ruhani di langit” maka
mereka tidak layak lagi disebut sebagai “ulama
pewaris nabi”, sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi Besar Muhammad saw.,
melainkan akan menjadi “’ulama-uhum – ulama
mereka” -- yang tidak termasuk ke dalam katagori sabda beliau saw. sebagai “ulama
umatku” – beliau saw. bersabda:
“Akan zaman dimana Islam
tinggal namanya, Al-Quran
tinggal hurufnya, mesjid-mesjid bagus-bagus dan ramai tetapi kosong dari petunjuk, ulama-ulama mereka sejahat-jahat makhluk di
kolong langit, dario mulut mereka keluar fitnah-fitnah, yang kembali kepada diri mereka.” (H.R. Baihaqi dan Ibnu Adi dari Ali ra.; Kanz ‘al-‘Ummāl, jilid XI, hadits no 31136.)
“Gunung-gunung Digerakkan”
Mengenai Tanda Akhir Zaman selanjutnya Allah Swt.
berfirman mengenai gunung-gunung:
وَ اِذَا الۡجِبَالُ سُیِّرَتۡ ۪ۙ﴿۳﴾
Dan apabila gunung-gunung digerakkan (Al-Takwir [81]:4).
Ketika gunung-gunung akan dihancurkan dengan
dinamit dan jalan-jalan akan dibuat menembus gunung-gunung; atau secara kiasan,
ketika kekuasaan para penguasa akan terkikis, kata jabal berarti
pula kepala suatu kaum (Lexicon Lane),
sehubungan dengan hal tersebut Allah Swt. berfirman:
وَّ سُیِّرَتِ
الۡجِبَالُ فَکَانَتۡ سَرَابًا ﴿ؕ﴾
Dan gunung-gunung akan digerakkan maka ia menjadi seperti fatamorgana
(Al-Nabā [78]:21).
Ayat ini berarti (1) mereka yang mempunyai
kekuasaan dan kedudukan akan kehilangan kekuasaan dan pengaruh mereka; (2) oleh
gencarnya gempuran lasykar Islam, kerajaan-kerajaan
besar dan kokoh kuat -- Rumawi dan
Persia -- akan runtuh laksana bukit-bukit pasir longsor dan lenyap demikian
rupa sehingga wujud mereka yang dahulu nampak hanya suatu pemandangan khayal
belaka.
Masih sehubungan dengan "gunung-gunung" dalam Surah
Al-Quran lainnya Allah Swt. berfirman:
وَ یَوۡمَ
نُسَیِّرُ الۡجِبَالَ وَ تَرَی الۡاَرۡضَ
بَارِزَۃً ۙ وَّ حَشَرۡنٰہُمۡ
فَلَمۡ نُغَادِرۡ مِنۡہُمۡ اَحَدًا ﴿ۚ﴾
Dan pada hari ketika Kami akan menggerakkan gunung-gunung dan engkau akan melihat bangsa-bangsa di bumi akan berhadapan untuk
berperang, dan Kami akan menghimpun mereka
semuanya, maka seorang
pun tidak ada yang Kami tinggalkan di antara mereka. (Al-Kahf [18]:48). Lihat
pula QS.52:11.
Oleh
karena jibal (gunung-gunung) berarti pula pembesar-pembesar (Lexicon Lane), maka ayat ini
dapat berarti bahwa nubuatan mengenai
kehancuran mutlak kekuatan-kekuatan keburukan — Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog)
— yang telah disebut dalam beberapa ayat mendahuluinya akan terpenuhi, bila
menurut kata-kata Bible "bangsa akan
berbangkit melawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan, maka akan jadi bala
kelaparan dan gempa bumi sini-sana" (Matius 24:7). Ungkapan hasyarnā-hum berarti bahwa
mereka akan dihimpunkan di medan perang
saling berhadapan dan akan bertarung mati-matian.
Semua tafsir
mengenai “gunung-gunung” tersebut sudah terbukti kebenarannya di Akhir Zaman
ini.
(Bersambung).
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam
Farid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar