بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN
Bab 90
Makna Penciptaan Adam dari
"Tanah Liat"
dan Iblis dari "Api"
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Ki Langlang Buana Kusuma
Pada bagian akhir Bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai firman Allah Swt. berikut ini, yakni setelah
Allah Swt. menerima taubat Adam a.s.
kemudian Dia memerintahkan Nabi Adam a.s. dan para pengikutnya untuk hijrah sementara waktu dari jannah
(kebun), yang selama itu beliau
bersama kaumnya tinggal di sana, dan
Allah Swt. pun mewasiyatkan tentang “kedatangan petunjuk dari-Nya”,
firman-Nya:
قُلۡنَا اہۡبِطُوۡا مِنۡہَا جَمِیۡعًا ۚ فَاِمَّا
یَاۡتِیَنَّکُمۡ مِّنِّیۡ ہُدًی فَمَنۡ تَبِعَ ہُدَایَ فَلَا خَوۡفٌ
عَلَیۡہِمۡ وَ لَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ ﴿ ﴾ وَ الَّذِیۡنَ
کَفَرُوۡا وَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَاۤ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ
فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿٪ ﴾
Kami berfirman: “Pergilah
kamu semua dari sini, lalu jika datang kepadamu suatu petunjuk dariKu,
maka barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku
maka tidak ada ketakutan atas mereka dan tidak pula mereka akan bersedih.” Tetapi orang-orang
yang kafir dan mendustakan Ayat-ayat
Kami, mereka adalah penghuni Api, mereka kekal di dalamnya. (Al-Baqarah
[2]:39-40).
Larangan “Menyembah Syetan”
Kembali kepada firman Allah Swt. kepada
Bani Adam sebelum ini mengenai larangan “menyembah
syaitan”:
وَ امۡتَازُوا الۡیَوۡمَ اَیُّہَا الۡمُجۡرِمُوۡنَ ﴿ ﴾ اَلَمۡ اَعۡہَدۡ
اِلَیۡکُمۡ یٰبَنِیۡۤ اٰدَمَ
اَنۡ لَّا تَعۡبُدُوا الشَّیۡطٰنَ ۚ
اِنَّہٗ لَکُمۡ عَدُوٌّ مُّبِیۡنٌ ﴿ۙ ﴾ وَّ اَنِ
اعۡبُدُوۡنِیۡ ؕؔ ہٰذَا صِرَاطٌ
مُّسۡتَقِیۡمٌ ﴿ ﴾ وَ لَقَدۡ اَضَلَّ مِنۡکُمۡ جِبِلًّا کَثِیۡرًا ؕ اَفَلَمۡ تَکُوۡنُوۡا تَعۡقِلُوۡنَ ﴿ ﴾ ہٰذِہٖ جَہَنَّمُ الَّتِیۡ کُنۡتُمۡ تُوۡعَدُوۡنَ ﴿
﴾ اِصۡلَوۡہَا الۡیَوۡمَ بِمَا
کُنۡتُمۡ تَکۡفُرُوۡنَ ﴿ ﴾
“Dan pisahkanlah diri kamu pada hari ini, hai orang-orang yang berdosa.
Bukankah Aku telah memerintahkan kepada kamu hai Bani Adam, bahwa janganlah kamu menyembah syaitan
sesungguhnya ia bagimu adalah musuh yang nyata. Dan hendaknya kamu menyembah-Ku, inilah jalan yang lurus. Dan
sungguh syaitan benar-benar
telah menyesatkan sebagian besar
dari antara kamu, maka apakah ka-mu tidak
mau berpikir? Inilah Jahannam yang
telah dijanjikan kepada kamu. Masukilah itu pada hari ini, disebabkan kamu
dahulu selalu mengingkari.” (Yā Sīn [36]:60-64).
Makna
“menyembah syaitan” dalam ayat tersebut adalah
mengikuti tipu-daya dan ancaman yang dijanjikan iblis dan keturunannya, sebagaimana
yang telah dijanjikannyai kepada
Allah Swt. untuk melakukan berbagai
bentuk penghadangan terhadap para pengikut Adam pada jalan
Allah, firman-Nya:
وَ لَقَدۡ خَلَقۡنٰکُمۡ ثُمَّ صَوَّرۡنٰکُمۡ ثُمَّ قُلۡنَا
لِلۡمَلٰٓئِکَۃِ اسۡجُدُوۡا لِاٰدَمَ ٭ۖ
فَسَجَدُوۡۤا اِلَّاۤ اِبۡلِیۡسَ ؕ لَمۡ یَکُنۡ مِّنَ السّٰجِدِیۡنَ ﴿﴾
Dan sungguh Kami
benar-benar telah menciptakan
kamu, kemudian Kami memberi kamu bentuk, lalu
Kami berfirman kepada para malaikat:
”Sujudlah yakni patuhlah sepenuhnya kamu kepada Adam", maka mereka
sujud
kecuali iblis, ia tidak termasuk orang-orang yang sujud. (Al-A’raf
[7]:12).
Makna Ath-Thīn (Tanah Liat) dan An-Nār (Api)
Dalam ayat ini Allah Swt.
berfirman secara umum kepada umat manusia,
dan manusia dapat menuangkan wujud akhlaknya ke dalam berbagai bentuk, sebagaimana tanah liat mudah diberi bentuk
(dibentuk) apa pun. Thīn (tanah liat)
berarti: lempung, tanah, cetakan, dan sebagainya. Secara kiasan ath-thīn
(tanah liat) berarti orang-orang
yang sifatnya penurut, cocok untuk dicetak ke dalam bentuk apa pun yang baik seperti halnya tanah liat.
Tetapi berkenaan dengan perintah
Allah Swt. kepada para malaikat untuk
sujud, hal tersebut khusus hanya sujud
kepada Adam, karena Adam
walau pun diciptakan dari tanah liat
seperti manusia lainnya, namun dalam
memperagakan akhlaknya lebih sempurna daripada manusia
lainnya pada zamannya, sehingga Allah
Swt. telah berkenan menjadikan dia sebagai “khalifah
Allah” atau rasul Allah
(QS.2:31-35).
Karena perintah supaya sujud kepada Adam itu
ditujukan kepada malaikat-malaikat,
maka perintah itu berlaku untuk semua makhluk, sebab para malaikat adalah "tangan-tangan"
atau instrument Allah Swt. yang
bertugas melaksanakan perintah-perintah-Nya.
Iblis
itu bukan malaikat (QS.18:51). Iblis adalah gembong ruh-ruh jahat sedangkan Jibril adalah pemimpin malaikat-malaikat. Kejadian yang disebutkan di sini sama
sekali tidak ada hubungannya dengan nenek-moyang
pertama umat manusia yang dapat disebut Adam pertama. Kejadian itu
hanya berhubungan dengan Nabi Adam a.s. ,
yang tinggal di bumi ini kira-kira 6.000 tahun yang lalu dan menurunkan Nabi
Nuh a.s., Nabi Ibrahim a.s. serta keturunan beliau-beliau yang dibahas dalam kisah ini.
Ketakaburan Iblis &
Pengusiran dari “Jannah”
Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai alasan Iblis menolak sujud
kepada Adam bersama-sama para malaikat:
قَالَ مَا مَنَعَکَ اَلَّا تَسۡجُدَ
اِذۡ اَمَرۡتُکَ ؕ قَالَ اَنَا خَیۡرٌ مِّنۡہُ ۚ خَلَقۡتَنِیۡ مِنۡ نَّارٍ وَّ خَلَقۡتَہٗ
مِنۡ طِیۡنٍ ﴿ ﴾
Dia berfirman:
“Apa yang telah menghalangi
engkau sehingga engkau tidak
bersujud yakni patuh sepenuhnya ketika Aku memberi perintah kepada engkau?” Ia (Iblis) berkata: “Aku lebih baik daripada dia, Engkau menciptakan aku dari api dan Engkau menciptakan dia dari tanah liat.” Al-A’rāf
[7]:13).
Apa
yang dikemukakan dalam ayat ini, sebagai percakapan
antara Allah Swt. dan iblis
-- juga percakapan antara Allah Swt.
dengan malaikat berkenaan dengan maksud Allah Swt. menjadikan seorang khalifah
di bumi (QS.2:21-35) -- tidak
perlu diartikan bahwa wawancakap
demikian benar-benar telah terjadi.
Kata-kata itu hanya melukiskan keadaan-keadaan
yang telah timbul sebagai akibat penolakan
iblis untuk sujud kepada Adam
a.s..
Makna Iblis diciptakan dari "api" antara mengisyaratkan kepada sifat atau wataknya seperti api, yakni panas, membakar dan kobaran lidah-lidah apinya selalu mengarah ke atas yakni takabur. Dan atas pembangkangan iblis tersebut Allah Swt. mengusir iblis dari “surga
keridhaan-Nya”, firman-Nya:
قَالَ فَاہۡبِطۡ مِنۡہَا فَمَا یَکُوۡنُ لَکَ اَنۡ
تَتَکَبَّرَ فِیۡہَا فَاخۡرُجۡ اِنَّکَ
مِنَ الصّٰغِرِیۡنَ ﴿ ﴾ قَالَ اَنۡظِرۡنِیۡۤ اِلٰی یَوۡمِ یُبۡعَثُوۡنَ ﴿ ﴾ قَالَ اِنَّکَ مِنَ الۡمُنۡظَرِیۡنَ ﴿
Dia berfirman: ”Jika demikian, pergilah engkau darinya, karena sekali-kali tidak patut bagi engkau berlaku takabur di dalamnya, karena itu keluarlah, sesungguhnya engkau termasuk di antara orang-orang yang
hina.” Ia, Iblis, berkata: “Berilah aku tangguh sampai hari
mereka dibangkitkan.” Dia berfirman: “Sesungguhnya engkau termasuk orang-orang yang diberi
tangguh.” (Al-A’raf [7]:14-16).
Oleh karena tidak ada kata-benda disebut-sebut dalam ayat ini yang dapat dianggap lebih
ditampilkan oleh kata pengganti hā (nya)
dalam ungkapan minhā (darinya), maka kata-pengganti itu dapat diartikan menyatakan ihwal atau keadaan iblis sebelum ia menolak sujud kepada Nabi Adam a.s., yaitu kehidupan mapan serta berbagai nikmat Allah yang sebelumnya ia nikmati.
Kebangkitan yang disebut dalam ayat ini bukan
Kiamat Besar (Kiamat Qubra) umat manusia yang ditakdirkan untuk
menjelang alam akhirat, melainkan kebangkitan
ruhani manusia, atau keadaan pada saat alam-sadar
ruhaninya telah sepenuh-penuhnya berkembang. Iblis hanya dapat membawanya ke jalan kesesatan selama ia secara ruhani
belum dibangkitkan – yaitu berada dalam tingkatan nafs Ammarah (QS.12:54) -- tetapi
begitu ia mencapai martabat ruhani
yang tinggi -- sebagaimana dikenal dengan istilah baqa (kelahiran
kembali) atau mencapai tingkatan nafs
Muthmainnah (QS.89:28-31) -- maka iblis
tidak dapat mencelakakannya (QS.17:66).
(Bersambung).
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam
Farid
***
“Pajajaran Anyar”, 30 September 2012
Ki Langlang Buana Kusuma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar