Sabtu, 29 September 2012

Makna Penciptaan Adam dari "Tanah Liat" dan Iblis dari "Api"




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


  SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN


Bab 90
    
 Makna  Penciptaan  Adam dari  "Tanah Liat" 
dan Iblis dari "Api" 

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


Pada bagian akhir Bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai  firman Allah Swt. berikut ini, yakni setelah Allah Swt. menerima taubat Adam a.s. kemudian Dia memerintahkan  Nabi Adam a.s. dan para pengikutnya untuk hijrah sementara waktu  dari jannah (kebun),  yang selama itu beliau bersama  kaumnya tinggal di sana, dan Allah Swt. pun mewasiyatkan tentang “kedatangan petunjuk dari-Nya”, firman-Nya:
قُلۡنَا اہۡبِطُوۡا مِنۡہَا جَمِیۡعًا ۚ فَاِمَّا یَاۡتِیَنَّکُمۡ مِّنِّیۡ ہُدًی فَمَنۡ تَبِعَ ہُدَایَ فَلَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ  وَ لَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ ﴿ ﴾  وَ الَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡا وَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَاۤ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿٪ ﴾
Kami berfirman:  Pergilah kamu semua  dari sini, lalu jika  datang kepadamu suatu petunjuk dariKu, maka barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku maka tidak  ada ketakutan atas mereka dan tidak pula mereka akan bersedih.”  Tetapi  orang-orang yang kafir dan mendustakan Ayat-ayat Kami, mereka adalah penghuni Api, mereka kekal di dalamnya.  (Al-Baqarah  [2]:39-40).

Larangan  “Menyembah Syetan”

 Kembali kepada  firman Allah Swt.   kepada  Bani Adam    sebelum ini mengenai  larangan “menyembah syaitan”:
وَ امۡتَازُوا الۡیَوۡمَ اَیُّہَا الۡمُجۡرِمُوۡنَ ﴿ ﴾   اَلَمۡ  اَعۡہَدۡ  اِلَیۡکُمۡ یٰبَنِیۡۤ  اٰدَمَ اَنۡ  لَّا تَعۡبُدُوا الشَّیۡطٰنَ ۚ اِنَّہٗ  لَکُمۡ  عَدُوٌّ مُّبِیۡنٌ ﴿ۙ ﴾   وَّ  اَنِ اعۡبُدُوۡنِیۡ ؕؔ ہٰذَا  صِرَاطٌ مُّسۡتَقِیۡمٌ ﴿ ﴾   وَ لَقَدۡ اَضَلَّ  مِنۡکُمۡ  جِبِلًّا کَثِیۡرًا ؕ اَفَلَمۡ  تَکُوۡنُوۡا تَعۡقِلُوۡنَ ﴿ ﴾  ہٰذِہٖ  جَہَنَّمُ  الَّتِیۡ  کُنۡتُمۡ  تُوۡعَدُوۡنَ ﴿    اِصۡلَوۡہَا الۡیَوۡمَ بِمَا کُنۡتُمۡ تَکۡفُرُوۡنَ ﴿ ﴾
“Dan pisahkanlah diri kamu pada hari ini, hai orang-orang yang berdosa.  Bukankah  Aku telah memerintahkan kepada kamu hai Bani Adam, bahwa  janganlah kamu menyembah syaitan sesungguhnya ia bagimu adalah  musuh yang nyata. Dan hendaknya kamu menyembah-Ku, inilah jalan yang lurus.   Dan  sungguh  syaitan benar-benar telah menyesatkan sebagian besar dari antara kamu, maka apakah ka-mu tidak mau berpikir? Inilah Jahannam yang telah dijanjikan kepada kamu.    Masukilah itu pada hari ini, disebabkan kamu dahulu selalu  mengingkari.”  (Yā Sīn [36]:60-64).
       Makna “menyembah  syaitan” dalam ayat tersebut adalah mengikuti  tipu-daya dan ancaman  yang dijanjikan iblis dan keturunannya, sebagaimana yang telah dijanjikannyai kepada Allah Swt. untuk melakukan  berbagai bentuk penghadangan terhadap para pengikut Adam  pada  jalan Allah, firman-Nya:
وَ لَقَدۡ خَلَقۡنٰکُمۡ ثُمَّ صَوَّرۡنٰکُمۡ ثُمَّ قُلۡنَا لِلۡمَلٰٓئِکَۃِ اسۡجُدُوۡا  لِاٰدَمَ ٭ۖ فَسَجَدُوۡۤا  اِلَّاۤ  اِبۡلِیۡسَ ؕ لَمۡ  یَکُنۡ مِّنَ السّٰجِدِیۡنَ ﴿﴾
Dan  sungguh  Kami  benar-benar telah menciptakan kamu, kemudian  Kami memberi kamu bentuk, lalu Kami berfirman kepada para malaikat:  Sujudlah yakni patuhlah sepenuhnya  kamu kepada Adam", maka mereka  sujud kecuali iblis,  ia tidak termasuk orang-orang yang  sujud. (Al-A’raf [7]:12). 

Makna Ath-Thīn (Tanah Liat)  dan An-Nār (Api)

 Dalam ayat ini Allah Swt. berfirman secara umum kepada umat manusia, dan  manusia dapat menuangkan wujud akhlaknya ke dalam berbagai bentuk, sebagaimana tanah liat mudah diberi bentuk (dibentuk) apa pun. Thīn (tanah liat) berarti: lempung, tanah, cetakan, dan sebagainya. Secara kiasan  ath-thīn  (tanah liat) berarti orang-orang yang sifatnya penurut, cocok untuk dicetak ke dalam bentuk apa pun yang baik seperti halnya tanah liat.
Tetapi berkenaan dengan perintah Allah Swt. kepada para malaikat untuk sujud, hal tersebut khusus hanya  sujud kepada Adam, karena Adam walau pun diciptakan dari tanah liat seperti manusia lainnya,  namun dalam memperagakan akhlaknya  lebih sempurna daripada  manusia lainnya pada zamannya,  sehingga Allah Swt. telah berkenan menjadikan dia sebagai “khalifah Allah” atau rasul Allah (QS.2:31-35).
  Karena perintah supaya sujud  kepada Adam   itu ditujukan kepada malaikat-malaikat, maka perintah itu berlaku untuk semua makhluk,  sebab para malaikat adalah "tangan-tangan" atau instrument Allah Swt. yang bertugas melaksanakan perintah-perintah-Nya.
  Iblis itu bukan malaikat (QS.18:51). Iblis adalah gembong ruh-ruh jahat sedangkan Jibril adalah pemimpin malaikat-malaikat. Kejadian yang disebutkan di sini sama sekali tidak ada hubungannya dengan nenek-moyang pertama umat manusia yang dapat disebut Adam pertama. Kejadian itu hanya berhubungan dengan Nabi Adam a.s. , yang tinggal di bumi ini kira-kira 6.000 tahun yang lalu dan menurunkan Nabi Nuh a.s., Nabi Ibrahim a.s.   serta keturunan beliau-beliau  yang dibahas dalam kisah ini.

Ketakaburan Iblis &
Pengusiran dari “Jannah

Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai alasan Iblis menolak sujud kepada Adam bersama-sama para malaikat:
قَالَ مَا مَنَعَکَ  اَلَّا  تَسۡجُدَ   اِذۡ   اَمَرۡتُکَ ؕ قَالَ  اَنَا خَیۡرٌ  مِّنۡہُ ۚ خَلَقۡتَنِیۡ مِنۡ نَّارٍ  وَّ  خَلَقۡتَہٗ  مِنۡ  طِیۡنٍ ﴿ ﴾
Dia  berfirman:  Apa yang telah menghalangi engkau sehingga engkau tidak bersujud yakni patuh sepenuhnya ketika Aku memberi perintah kepada engkau?” Ia (Iblis) berkata: “Aku lebih baik daripada dia, Engkau menciptakan aku dari api dan Engkau menciptakan dia dari tanah liat.” Al-A’rāf [7]:13). 
        Apa yang dikemukakan dalam ayat ini, sebagai percakapan antara Allah Swt.  dan iblis --  juga percakapan antara Allah Swt. dengan malaikat berkenaan dengan  maksud Allah Swt. menjadikan seorang khalifah  di bumi   (QS.2:21-35) -- tidak perlu diartikan bahwa wawancakap demikian benar-benar telah terjadi. Kata-kata itu hanya melukiskan keadaan-keadaan yang telah timbul sebagai akibat penolakan iblis untuk sujud kepada Adam a.s..   
      Makna Iblis diciptakan dari "api" antara mengisyaratkan kepada sifat atau wataknya seperti api, yakni panas, membakar dan kobaran lidah-lidah apinya selalu mengarah ke atas yakni takabur. Dan  atas pembangkangan iblis tersebut Allah Swt. mengusir iblis dari “surga keridhaan-Nya”, firman-Nya:
 قَالَ فَاہۡبِطۡ مِنۡہَا فَمَا یَکُوۡنُ لَکَ اَنۡ تَتَکَبَّرَ فِیۡہَا فَاخۡرُجۡ  اِنَّکَ مِنَ الصّٰغِرِیۡنَ ﴿ ﴾  قَالَ  اَنۡظِرۡنِیۡۤ   اِلٰی  یَوۡمِ  یُبۡعَثُوۡنَ ﴿ ﴾  قَالَ   اِنَّکَ  مِنَ  الۡمُنۡظَرِیۡنَ ﴿   
Dia berfirman:  ”Jika demikian, pergilah engkau darinya,  karena sekali-kali tidak patut bagi engkau berlaku takabur di dalamnya, karena itu keluarlah, sesungguhnya engkau termasuk di antara orang-orang yang hina.” Ia, Iblis,   berkata: “Berilah aku tangguh sampai hari mereka dibangkitkan.”   Dia berfirman: “Sesungguhnya engkau termasuk orang-orang yang diberi tangguh.” (Al-A’raf [7]:14-16). 
  Oleh karena tidak ada kata-benda disebut-sebut dalam ayat ini yang dapat dianggap lebih ditampilkan oleh kata pengganti hā  (nya) dalam ungkapan minhā (darinya), maka kata-pengganti itu dapat diartikan menyatakan ihwal atau keadaan iblis sebelum ia menolak sujud kepada Nabi Adam a.s., yaitu kehidupan mapan  serta berbagai nikmat Allah yang sebelumnya ia nikmati.
  Kebangkitan yang disebut dalam ayat ini bukan Kiamat Besar (Kiamat Qubra) umat manusia yang ditakdirkan untuk menjelang alam akhirat, melainkan kebangkitan ruhani manusia, atau keadaan pada saat alam-sadar ruhaninya telah sepenuh-penuhnya berkembang. Iblis hanya dapat membawanya ke jalan kesesatan selama ia secara ruhani belum dibangkitkan – yaitu berada dalam tingkatan nafs Ammarah (QS.12:54) --  tetapi begitu ia mencapai martabat ruhani yang tinggi -- sebagaimana dikenal dengan istilah baqa (kelahiran kembali) atau mencapai tingkatan nafs Muthmainnah (QS.89:28-31) -- maka iblis tidak dapat mencelakakannya (QS.17:66).

(Bersambung). 

Rujukan: The Holy Quran
Editor:    Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar”, 30 September 2012
Ki Langlang Buana Kusuma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar