Senin, 03 September 2012

Kesejajaran Peristiwa Jasmani dengan Peristiwa Ruhani



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


  SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN

Bab 60

 Kesejajaran Peristiwa Jasmani 
dengan Peristiwa Ruhani 
  Oleh
                                                                                
Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam   Bab sebelumnya telah dikemukakan  secara rinci pengalaman pribadi Al-Masih Mau’ud a.s., yang mengalami  “kelahiran ruhani”  atau “peningkatan ruhani” dari tingkat  ruhani Maryam binti ‘Imran menjadi tingkat ruhani Isa Ibnu Maryam (QS.66:13), sebagaimana halnya Maryam binti  ‘Imran mengalami “rasa sakit melahirkan”, demikian pula halnya dengan Pendiri Jemaat Ahmadiyah, setelah atas perintah Allah Swt. menyatakan bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. telah wafat (QS.3:57; QS.5:117-119; QS.21:35-36), dan bahwa yang dimaksud dengan kedatangannya  kedua kali di Akhir Zaman ini adalah beliau -- sebagai misal Isa Ibnu Maryam (QS.43:58) -- maka ketika mendengar pendakwaan Al-Masih Mau’ud a.s. tersebut hampir seluruh ulama Islam di Hindustan  bereaksi keras serta zalim, sehingga kenyataan tersebut membuat hati beliau benar-benar merasa sangat sedih, seperti halnya kesedihan yang dialami oleh Maryam binti ‘Imran ketika melahirkan Isa Ibnu Maryam a.s., firman-Nya:  
فَاَجَآءَہَا الۡمَخَاضُ  اِلٰی جِذۡعِ  النَّخۡلَۃِ ۚ قَالَتۡ یٰلَیۡتَنِیۡ مِتُّ قَبۡلَ ہٰذَا  وَ کُنۡتُ نَسۡیًا مَّنۡسِیًّا ﴿﴾
Maka rasa sakit melahirkan  memaksanya pergi ke sebatang pohon kurma. Ia berkata: "Alangkah baiknya jika aku mati sebelum ini dan aku menjadi sesuatu yang dilupakan sama sekali!" (Maryam [19]:24).

Kemajuan Ruhani di Akhirat yang  Tak Terbatas

       Kenyataan ruhani tersebut membuktikan,  bahwa semua kisah dalam Al-Quran bukan  merupakan  dongeng atau kisah kaum-kaum purbakala belaka (QS.6:26; QS.832; QS.16:25; QS.23:84; QS.25:6; QS. 27:69; QS.46:18; QS.68:16; QS.83:14) sebagaimana tuduhan orang-orang yang tidak memahami  kesempurnaan Kitab Suci Al-Quran, sebagai Kitab suci terakhir dan tersempurna (QS.5:4).
       Tetapi hal tersebut tidak perlu diherankan,  sebab dengan tegas Allah Swt. telah menyatakan bahwa  orang-orang yang dapat “menyentuh” kedalaman kandungan keruhanian Al-Quran hanya orang-orang yang disucikan-Nya (QS.56:78-80), yakni  para wali Allah dan para Mujaddid, dan di Akhir Zaman ini     orang Muslim yang mencapai nikmat ruhani kenabian (QS.4:70-71) – yakni yang telah meraih martabat ruhani Maryam binti ‘Imran dan martabat ruhani Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.66:12-13) -- kepada orang-orang suci itulah  Allah Swt. membukakan rahasia-rahasia-Nya (QS.3:180; QS.72:27-29).
       Dengan demikian  jelaslah,  bahwa melakukan perjalanan ruhani  di jalan Allah Swt. (suluk) menuju “perjumpaan” dengan-Nya di dalam kehidupan di dunia ini – yakni meningkatkan keadaan nafs (jiwa)  dari tingkatan nafs Ammarah (QS.12:54) ke tingkat nafs Lawwamah (QS.75:2-3) lalu meraih tingkat nafs Muthmainnah (QS.89;28-31)  atau dari keadaan misalistri yang saleh  Fir’aun” menjadi misalMaryam binti ‘Imran” lalu menjadi misalIsa ibnu Maryam a.s.” (66:12-13) --  pada hakikatnya merupakan suatu pendakian ruhani ke martabat-martabat ruhani  yang sangat tinggi dan tak berujung.
         Mengisyaratkan kepada kenyataan itulah doa yang dipanjatkan Rasul Allah dan orang-orang beriman yang besertanya berikut ini, firman-Nya:
 یٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا تُوۡبُوۡۤا  اِلَی اللّٰہِ تَوۡبَۃً  نَّصُوۡحًا ؕ عَسٰی رَبُّکُمۡ  اَنۡ یُّکَفِّرَ عَنۡکُمۡ سَیِّاٰتِکُمۡ وَ یُدۡخِلَکُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ  مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ۙ یَوۡمَ لَا یُخۡزِی اللّٰہُ  النَّبِیَّ  وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مَعَہٗ ۚ  نُوۡرُہُمۡ  یَسۡعٰی بَیۡنَ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ بِاَیۡمَانِہِمۡ  یَقُوۡلُوۡنَ  رَبَّنَاۤ اَتۡمِمۡ  لَنَا نُوۡرَنَا وَ اغۡفِرۡ لَنَا ۚ اِنَّکَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ قَدِیۡرٌ ﴿۸﴾
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan seikhlas-ikhlas taubat. Boleh jadi Tuhan-mu akan menghapuskan dari kamu keburukan-keburukanmu dan akan memasukkan kamu ke dalam  kebun-kebun yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak akan menghinakan Nabi maupun orang-orang yang beriman besertanya, cahaya mereka akan berlari-lari di hadapan mereka dan  di sebelah kanannya, mereka  akan berkata: “Hai Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami, dan maafkanlah kami, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala se-suatu.” (Al-Tahrim [66]:9). 
   Keinginan tidak kunjung padam bagi kesempurnaan pada pihak orang-orang yang beriman di surga sebagaimana diungkapkan dalam kata-kata, “Hai  Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami“ menunjukkan bahwa kehidupan di surga itu bukanlah kehidupan tanpa aktivitas  (statis). Kebalikannya, kemajuan ruhani di surga tiada berhingga sebab bila orang-orang beriman  akan mencapai kesempurnaan, yang menjadi ciri tingkat tertentu, mereka tidak akan berhenti sampai di situ, melainkan serentak terlihat di hadapannya ada tingkat kesempurnaan lebih tinggi dan diketahuinya bahwa tingkat yang didapati olehnya itu bukan tingkat tertinggi maka ia akan maju terus dan seterusnya tanpa berakhir.
  Selanjutnya tampak bahwa setelah masuk surga orang-orang beriman  akan mencapai maghfirah – penutupan kekurangan (Lexicon Lane). Mereka akan terus-menerus berdoa kepada Allah Swt. untuk mencapai kesempurnaan dan sama sekali tenggelam dalam Nur Ilahi dan akan terus naik kian menanjak ke atas dan memandang tiap-tiap tingkatan surga sebagai ada kekurangan dibandingkan dengan tingkat yang lebih tinggi yang didambakan oleh mereka, dan karena itu akan berdoa kepada Allah Swt. supaya Dia menutupi ketidaksempurnaannya sehingga mereka akan mampu mencapai tingkat lebih tinggi itu. Inilah makna yang sesungguhnya mengenai istighfar, yang secara harfiah berarti “mohon ampunan atas segala kealpaan.

Ilmu Ladunni &  Menjadi Sasaran Fitnah 

     Dalam beberapa Bab sebelumnya telah dikemukakan bahwa ketika  seorang hamba Allah  dengan karunia-Nya telah dapat meningkatkan keadaan imannya dari (ruhaninya) martabat keimanan (ruhani) “istri Fir’aun  kepada martabat keimanan  (ruhani) Maryam binti ‘Imran, maka ia akan mendapat bimbingan langsung dari Allah Swt., yang digambarkan sebagai “peniupan ruh-Nya” kepada Maryam binti ‘Imran sehingga ia menjadi hamil dan melahirkan Isa Ibnu Maryam a.s. melalui “Kun fayakun” Allah Swt., yakni ia akan memperoleh ilmu ladunni.
        Telah dijelaskan pula dalam Bab-bab sebelumnya, ketika  seorang hamba Allah memperoleh ilmu ladunni dari Allah Swt. seperti itu melalui wahyu-Nya, maka hamba Allah tersebut lazim menjadi sasaran fitnah serta fatwa-fatwa buruk dari para “ulama duniawi”, sebagaimana yang dialami oleh Maryam binti ‘Imran dan putranya, Isa Ibnu Maryam a.s.  oleh para pemuka agama Yahudi atau Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi.  Berikut adalah kecaman keras Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. terhadap mereka:
Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan memperindah tugu orang-orang saleh dan berkata: “Jika kami hidup di zaman nenek-moyang kita, tentulah kami tidak akan ikut dengan mereka dalam pembunuhan nabi-nabi itu.” Tetapi dengan demikian kamu bersaksi terhadap diri kamu sendiri, bahwa kamu adalah keturunan  pembunuh nabi-nabi itu. Jadi penuhilah juga takanan nenek-moyangmu! Hai kamu ular-ular, hai kamu keturunan ular beludak! Bagaimana mungkin kamu dapat meluputkan diri dari hukuman neraka? Sebab itu, lihatlah, Aku mengutus kepadamu nabi-nabi, orang-orang bijaksana dan ahli-ahli Taurat: separuh di antara mereka akan kamu bunuh dan kamu salibkan, yang lain akan kamu sesah di rumah-rumah ibadatmu dan kamu aniaya dari kota ke kota, supaya kamu menanggung akibat  penumpahan darah orang yang tidak bersalah mulai dari Habel, orang benar itu, sampai Zakharia anak Berekhya, yang kamu bunuh di antara tempat kudus dan mezbah. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya semua ini akan ditanggung angkatan ini! (Matius 23:29-36).
      Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa kecaman keras Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tersebut pada hakikatnya merupakan kutukan beliau terhadap orang-orang kafir dari kalangan Bani Israil, dimana sebelumnya Nabi Daud a.s. pun telah mengutuk mereka dalam Mazmurnya  (QS.5:79-81),  firman-Nya:
لُعِنَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡۢ بَنِیۡۤ  اِسۡرَآءِیۡلَ عَلٰی لِسَانِ دَاوٗدَ  وَ عِیۡسَی ابۡنِ مَرۡیَمَ ؕ ذٰلِکَ بِمَا عَصَوۡا وَّ کَانُوۡا یَعۡتَدُوۡنَ ﴿﴾  کَانُوۡا لَا یَتَنَاہَوۡنَ عَنۡ مُّنۡکَرٍ فَعَلُوۡہُ ؕ لَبِئۡسَ مَا کَانُوۡا یَفۡعَلُوۡنَ ﴿﴾  تَرٰی کَثِیۡرًا مِّنۡہُمۡ یَتَوَلَّوۡنَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا ؕ لَبِئۡسَ مَا قَدَّمَتۡ لَہُمۡ اَنۡفُسُہُمۡ اَنۡ سَخِطَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمۡ وَ فِی الۡعَذَابِ ہُمۡ خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Orang-orang  yang kafir  dari kalangan Bani Israil telah   dilaknat oleh lidah Daud dan Isa ibnu Maryam, hal demikian itu karena mereka senantiasa durhaka dan melampaui batas.   Mereka tidak pernah  saling mencegah dari kemungkaran yang dikerjakannya, benar-benar sangat  buruk apa yang senantiasa  mereka kerjakan.    Engkau melihat kebanyakan dari mereka menjadikan orang-orang kafir  sebagai  pelindung, dan benar-benar sangat buruk apa yang telah  mereka dahulukan  bagi diri mereka   yaitu bahwa Allah  murka kepada mereka, dan di dalam azab inilah mereka akan kekal. (Al-Maidah [5]:79-91).

Kehancuran Kota Yerusalem &
Dia yang Datang Dalam Nama Tuhan

        Dari antara semua nabi Bani Israil, Nabi Daud a.s.   dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tergolong paling menderita di tangan orang-orang Yahudi. Penzaliman orang-orang Yahudi terhadap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. mencapai puncaknya, ketika beliau dipakukan pada  kayu salib; dan penderitaan serta kepapaan yang dialami oleh Nabi Daud a.s.  dari kaum yang tak tahu bersyukur,  tercermin di dalam Mazmurnya yang sangat merawankan hati. Padahal beliau inilah pendiri kerajaan Bani Israil yang sangat kuat dan luas yang dilanjutkan oleh putera beliau, Nabi Sulaiman a.s.. Dari lubuk hati yang penuh kepedihan, Nabi Daud a.s.  dan Nabi Isa ibnu Maryam a.s.  mengutuk mereka.
       Kutukan Nabi Daud a.s.  mengakibatkan orang-orang Bani Israil dihukum oleh Allah Swt. melalui serbuan dahsyat belatentara raja Nebukadnezar dari  Babilonia,  yang menghancurluluhkan Yerusalem dan membawa orang-orang Bani Israil sebagai tawanan pada tahun 556 sebelum Masehi (QS.2:260).
Sedangkan akibat kutukan Nabi Isa ibnu Maryam a.s. mereka ditimpa bencana dahsyat, karena Titus dari kerajaan Romawi  yang menaklukkan Yerusalem dalam tahun ± 70 Masehi, membinasakan kota dan menodai rumah-ibadah dengan jalan menyembelih babi — binatang yang sangat dibenci oleh orang-orang Yahudi — di dalam rumah-ibadah itu (QS.17:5-8).
        Masalah penghukuman Bani Israil ini telah dibahas secara rinci dalam beberapa Bab-bab sebelumnya.   Salah satu di antara dosa-dosa besar yang membangkitkan kemurkaan Allah Swt.  atas kaum Yahudi ialah, mereka tidak melarang satu sama lain, terhadap kejahatan yang begitu merajalela di tengah-tengah mereka.
Setelah mengecam keras ahli-ahli Taurat dan orang-orang  Farisi sehubungan pembunuhan yang mereka lakukan terhadap nabi-nabi dan orang-orang saleh dari antara mereka,  selanjutnya Allah Swt. melalui lidah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. bernubuat tentang kota Yerusalem – yang melambangkan bangsa Yahudi:
Yesusalem, Yerusalem, engkau yang  membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak  mau. Lihatlah rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi. Dan  Aku berkata kepadamu: “Mulai sekarang kamu tidak akan melihat  Aku lagi, hingga kamu berkata: “Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!” (Matius 23:37-39).
     Ada pun yang dimaksud dengan kalimat “Lihatlah rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi. Dan Aku berkata kepadamu: “Mulai sekarang kamu tidak akan melihat  Aku lagi”, Allah Swt. -- sebagaimana janji-Nya kepada Nabi Ibrahim a.s. akan menjadikan beliau imam bagi umat manusia (QS.2:125) dan juga mengenai “4 burung” Nabi Ibrahim a.s. (QS.2:261) – lalu Allah Swt. mencabut nikmat kenabian  dari Bani Israil dan menganugerahkannya kepada Bani Isma’il (bangsa Arab) sebagaimana nubuatan dalam Kitab Ulangan 18:15-19.
      Dengan demikian yang dimaksud dengan kalimat berikutnya: “hingga kamu berkata: “Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!” maksudnya adalah pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. di kalangan Bani Isma’il (bangsa Arab),  atau “nabi yang seperti Musa“ (Ulangan 18:18-19; QS.46:11) atau “Roh Kebenaran” (Wahyu 16:12-13) yang dalam  Al-Quran seluruh Surahnya dimulai dengan wahyu Ilahi yang berbunyi “Bismillāhirrahmānirahīm” yang artinya “Dengan nama Allah, maha Pemurah, Maha Penyayang”  hal tersebut sesuai dengan “Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!

Penyelamatan Secara Jasmani
Nabi Isa Ibnu Maryam dan Ibunya

       Satu hal yang menakjubkan adalah, ternyata  dari segi jasmani pun Allah Swt. telah menyelamatkan Maryam binti ‘Imran dan putranya, Isa Ibnu Maryam a.s. dari upaya pembunuhan yang dilakukan para pemuka kaum Yahudi melalui penyaliban yang penuh dengan kontroversi, sehingga telah menggelincirkan banyak pihak  dari kebenaran,  firman-Nya:
وَّ بِکُفۡرِہِمۡ وَ قَوۡلِہِمۡ عَلٰی مَرۡیَمَ  بُہۡتَانًا عَظِیۡمًا ﴿ ﴾ۙ  وَّ قَوۡلِہِمۡ اِنَّا قَتَلۡنَا الۡمَسِیۡحَ عِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ رَسُوۡلَ اللّٰہِ ۚ وَ مَا قَتَلُوۡہُ وَ مَا صَلَبُوۡہُ وَ لٰکِنۡ شُبِّہَ لَہُمۡ ؕ وَ  اِنَّ الَّذِیۡنَ اخۡتَلَفُوۡا فِیۡہِ لَفِیۡ شَکٍّ مِّنۡہُ ؕ مَا لَہُمۡ بِہٖ مِنۡ عِلۡمٍ  اِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ ۚ وَ مَا قَتَلُوۡہُ  یَقِیۡنًۢا ﴿ ﴾ۙ   بَلۡ رَّفَعَہُ اللّٰہُ اِلَیۡہِ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ عَزِیۡزًا حَکِیۡمًا ﴿ ﴾
Dan juga  mereka  Kami azab karena kekafiran mereka dan ucapan mereka terhadap Maryam berupa tuduhan palsu yang besar. Dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa Ibnu Maryam, Rasul Allah,” padahal mereka tidak membunuhnya secara biasa dan tidak pula mematikannya melalui penyaliban,  akan tetapi ia disamarkan kepada mereka seperti telah mati di atas salib. Dan sesungguhnya  orang-orang yang berselisih dalam hal ini niscaya ada dalam keraguan mengenai ini,  mereka tidak memiliki  pengetahuan yang pasti mengenai ini melainkan menuruti dugaan belaka dan mereka tidak  yakin telah membunuhnya. Bahkan Allah telah mengangkatnya kepada-Nya  dan Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (Al-Nisa [4]:157-159).
      Maksud kalimat “Bahkan Allah telah mengangkatnya kepada-Nya  bukan mengangkat Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. secara jasmani hidup-hidup ke langit, sebagaimana umumnya disalah-artikan oleh orang-orang yang tidak mengetahui gaya bahasa  Al-Quran,  melainkan  Allah Swt. mengangkat beliau dari kehinaan besar berupa kematian terkutuk di tiang salib, sebagaimana yang direncanakan oleh para pemuka agama Yahudi melalui penyaliban, sebab  menurut hukum Taurat barangsiapa yang mati tergantung di tiang salib merupakan kutuk baginya (Ulangan 21:23).
      Mengisyaratkan kepada penyelamatan secara jasmani maupun dari segi ruhani  terhadap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dan ibunya, Maryam binti ‘Imran, itu pulalah firman Allah Swt. berikut ini:
وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ اُمَّہٗۤ  اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ  اِلٰی رَبۡوَۃٍ  ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿٪﴾
Dan Kami menjadikan  Ibnu Maryam dan ibunya suatu Tanda, dan Kami melindungi keduanya ke suatu dataran yang tinggi yang memiliki   lembah-lembah hijau  dan    sumber-sumber mata air yang  mengalir. (Al-Mu’minun [23]:51).

(Bersambung). 


Rujukan: The Holy Quran
Editor:    Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar”, 4 September   2012
Ki Langlang Buana Kusuma


Tidak ada komentar:

Posting Komentar