بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN
Bab 89
Makna Kedatangan “Petunjuk” dari Allah Swt. &
Kedatangan
Rasul-rasul Allah
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Ki Langlang Buana Kusuma
Pada bagian akhir Bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai firman Allah Swt. berikut ini, yakni setelah
Allah Swt. menerima taubat Adam a.s.
kemudian Dia memerintahkan Nabi Adam
a.s. dan para pengikutnya untuk hijrah
sementara dari jannah (kebun) yang selama itu beliau bersama kaumnya tinggal di sana, firman-Nya:
قُلۡنَا اہۡبِطُوۡا مِنۡہَا جَمِیۡعًا ۚ فَاِمَّا
یَاۡتِیَنَّکُمۡ مِّنِّیۡ ہُدًی فَمَنۡ تَبِعَ ہُدَایَ فَلَا خَوۡفٌ
عَلَیۡہِمۡ وَ لَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ ﴿ ﴾ وَ الَّذِیۡنَ
کَفَرُوۡا وَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَاۤ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ
فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿٪ ﴾
Kami
berfirman: “Pergilah kamu semua dari sini,
lalu jika datang kepadamu suatu petunjuk dariKu,
maka barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku
maka tidak ada ketakutan atas mereka dan tidak pula mereka akan bersedih.” Tetapi orang-orang
yang kafir dan mendustakan Ayat-ayat
Kami, mereka adalah penghuni Api, mereka kekal di dalamnya. (Al-Baqarah
[2]:39-40).
Ayat ini menunjukkan bahwa Adam a.s. diperintahkan supaya hijrah
dari tanah tumpah darah beliau, sebab suasana permusuhan dan benci-membenci
telah tumbuh di tengah berbagai anggota
jemaat beliau. Hal itu merupakan bukti lebih lanjut tentang kenyataan bahwa
“kebun” yang darinya Nabi Adam a.s. keluar itu, bukanlah surga. Rupa-rupanya Nabi Adam a.s. hijrah
dari Mesopotamia, tanah kelahiran beliau, ke negeri yang berdekatan.
Hijrah Nabi Adam a.s. itu barangkali bersifat sementara dan beliau
agaknya telah kembali lagi ke negeri tempat asal, tidak lama sesudah itu.
Sungguh, kata-kata bekal hidup sampai suatu masa tertentu mengandung
isyarat halus tentang hijrah yang
bersifat sementara itu. Nabi Adam a.s. diperingatkan
dalam ayat ini agar berhati-hati di masa depan, sebab adalah di tanah air
sendirilah beliau harus tinggal untuk selama-lamanya, firman-Nya:
فَاَزَلَّہُمَا الشَّیۡطٰنُ عَنۡہَا فَاَخۡرَجَہُمَا
مِمَّا کَانَا فِیۡہِ ۪ وَ قُلۡنَا اہۡبِطُوۡا بَعۡضُکُمۡ لِبَعۡضٍ عَدُوٌّ ۚ وَ
لَکُمۡ فِی الۡاَرۡضِ مُسۡتَقَرٌّ وَّ
مَتَاعٌ اِلٰی حِیۡنٍ ﴿ ﴾ فَتَلَقّٰۤی اٰدَمُ مِنۡ رَّبِّہٖ
کَلِمٰتٍ فَتَابَ عَلَیۡہِ ؕ اِنَّہٗ ہُوَ
التَّوَّابُ الرَّحِیۡمُ ﴿ ﴾
Tetapi syaitan
menggelincirkan keduanya dengan
perantaraan pohon itu, lalu mengeluarkan keduanya dari keadaan
mereka semula berada di dalamnya, dan Kami berfirman: ”Pergilah kamu dari sini, sebagian darimu musuh bagi yang lain, dan di bumi inilah tempat kediaman bagi
kamu dan perbekalan hidup sampai
suatu masa tertentu.” Lalu Adam
mempelajari beberapa kalimat doa dari Tuhan-nya,
maka Dia menerima taubatnya,
sesungguhnya Dia benar-benar Maha Penerima taubat, Maha Penyayang. (Al-Baqarah [2]:37-38).
Makna
Datangnya “Petunjuk dari Allah”
Jika diartikan secara umum,
kalimat “di bumi
inilah tempat kediaman bagi kamu dan perbekalan hidup
sampai suatu masa tertentu.” dalam ayat ini mengisyaratkan bahwa tidak ada manusia dapat naik ke langit
dengan tubuh kasarnya -- termasuk Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., sebagaimana kepercayaan
umumnya umat Islam karena menyalah-tafsirkan kalimat rafa’ahullaahu
ilayhi (Allah mengangkat dia kepada-Nya) dalam QS.4:159. Sebab Allah Swt. telah menetapkan
bahwa manusia harus hidup dan mati di bumi ini juga (QS.55:34).
Setelah Allah Swt. memerintahkan
Nabi Adam a.s. dan para pengikutnya hijrah
untuk sementara waktu ke salah satu negeri di sekitarnya, selanjutnya Allah
Swt. berwasiyat mengenai akan datangnya “petunjuk dari Allah”, berfirman:
قُلۡنَا اہۡبِطُوۡا مِنۡہَا جَمِیۡعًا ۚ فَاِمَّا
یَاۡتِیَنَّکُمۡ مِّنِّیۡ ہُدًی فَمَنۡ تَبِعَ ہُدَایَ فَلَا خَوۡفٌ
عَلَیۡہِمۡ وَ لَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ ﴿ ﴾ وَ الَّذِیۡنَ
کَفَرُوۡا وَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَاۤ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ
فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿٪ ﴾
Kami
berfirman: “Pergilah kamu semua dari sini,
lalu jika datang kepadamu suatu petunjuk dariKu,
maka barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku
maka tidak ada ketakutan atas mereka dan tidak pula mereka akan bersedih.” Tetapi orang-orang
yang kafir dan mendustakan Ayat-ayat
Kami, mereka adalah penghuni Api, mereka kekal di dalamnya. (Al-Baqarah
[2]:39-40).
Firman Allah Swt. berikut ini memberikan
penjelasan mengenai makna kedatangan petunjuk dari Allah Swt.
kepada Bani Adam, firman-Nya:
وَ لِکُلِّ اُمَّۃٍ
اَجَلٌ ۚ فَاِذَا جَآءَ اَجَلُہُمۡ لَا یَسۡتَاۡخِرُوۡنَ سَاعَۃً وَّ لَا یَسۡتَقۡدِمُوۡنَ ﴿ ﴾ یٰبَنِیۡۤ اٰدَمَ
اِمَّا یَاۡتِیَنَّکُمۡ رُسُلٌ مِّنۡکُمۡ یَقُصُّوۡنَ عَلَیۡکُمۡ اٰیٰتِیۡ
ۙ فَمَنِ اتَّقٰی وَ اَصۡلَحَ فَلَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ ﴿
﴾ وَ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ اسۡتَکۡبَرُوۡا
عَنۡہَاۤ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ
ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿ ﴾
Dan bagi tiap-tiap umat ada batas waktu,
maka apabila telah datang batas
waktunya, mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak pula dapat memajukannya.
. Wahai Bani Adam, jika datang
kepada kamu rasul-rasul
dari antaramu yang menceritakan
Tanda-tanda-Ku kepada kamu, maka barangsiapa
bertakwa dan memperbaiki diri, tidak akan ada ketakutan menimpa mereka
dan tidak pula mereka akan bersedih hati.
Dan
orang-orang yang mendustakan Tanda-tanda-Kami dan dengan takabur berpaling darinya, mereka itu penghuni Api, mereka kekal
di dalam-nya. (Al-A’rāf [7]:35-37).
Kedatangan Rasul-rasul Allah
Adalah “Petunjuk dari Allah”
Bila waktu yang ditetapkan untuk menghukum suatu kaum tiba, saat itu tidak dapat dihindarkan, diulur-ulur, atau
ditunda-tunda. Ayat selanjutnya patut
mendapat perhatian istimewa. Seperti pada beberapa ayat sebelumnya (yakni
QS.7:27, 28 & 32), seruan dengan kata-kata Hai Bani (anak-cucu) Adam, ditujukan kepada umat di zaman Nabi Besar
Muhammad saw. dan kepada generasi-generasi yang akan lahir
setelah beliau saw., bukan kepada umat yang hidup di masa jauh silam dan yang datang tak lama sesudah masa Nabi Adam a.s..
Dengan demikian jelaslah bahwa yang dimaksud dengan kedatangan “petunjuk dari Allah Swt.” tiada lain
adalah kedatangan para rasul Allah dari kalangan Bani
Adam yang kedatangannya dijanjikan
kepada mereka oleh Allah Swt. mau pun oleh rasul Allah yang diutus sebelumnya.
Kalimat “Dan orang-orang yang men-dustakan Ayat-ayat Kami dan dengan takabur berpaling darinya“ berarti bahwa mereka yang mendustakan
dan menentang rasul-rasul Allah –
yakni berlaku takabbur terhadap
mereka sebagaimana yang dilakukan Iblis
terhadap Adam (Khalifah Allah –
QS.31-35) – mereka akan melihat dengan mata kepala sendiri penyempurnaan kabar-kabar gaib yang meramalkan kekalahan dan kegagalan mereka. Mereka akan merasakan hukuman yang dijanjikan kepada mereka karena menentang rasul-rasul Allah, karena dengan
tegas Allah Swt. telah berfirman:
اِنَّ الَّذِیۡنَ
یُحَآدُّوۡنَ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗۤ اُولٰٓئِکَ فِی الۡاَذَلِّیۡنَ ﴿ ﴾ کَتَبَ اللّٰہُ
لَاَغۡلِبَنَّ اَنَا وَ رُسُلِیۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ قَوِیٌّ عَزِیۡزٌ ﴿ ﴾
Sesungguhnya
orang-orang yang menentang Allah dan
Rasul-Nya mereka itu termasuk orang-orang yang sangat hina. Allah
telah menetapkan: “Aku dan
rasul-rasul-Ku pasti
akan me-nang.” Sesungguhnya Allah Maha Kuat, Maha
Perkasa. (Al-Mujādilah [58]:21-22).
Ketakburan Iblis dan Keturunannya
Ada tersurat nyata pada lembaran-lembaran sejarah bahwa kebenaran senantiasa menang terhadap kepalsuan. Sebab Allah Swt. telah menetapkan
dalam kisah monumental “Adam – malaikat –
iblis” bahwa akibat ketakaburan
dan penentangan iblis terhadap Adam
(Khalifah Allah – QS.2:31) telah menyebabkan dia diusir Allah Swt. dari “surga
keridhaan-Nya” (QS.7:13-14; QS.15:35; QS.38:78).
Bandingkan kalimat “Tetapi orang-orang yang kafir dan mendustakan Tanda-tanda Kami, mereka adalah penghuni Api, mereka
kekal di dalamnya.“ dalam firman-Nya
berikut ini:
قُلۡنَا اہۡبِطُوۡا مِنۡہَا جَمِیۡعًا ۚ فَاِمَّا
یَاۡتِیَنَّکُمۡ مِّنِّیۡ ہُدًی فَمَنۡ تَبِعَ ہُدَایَ فَلَا خَوۡفٌ
عَلَیۡہِمۡ وَ لَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ ﴿ ﴾ وَ الَّذِیۡنَ
کَفَرُوۡا وَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَاۤ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ
فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿٪ ﴾
Kami
berfirman: “Pergilah kamu semua dari sini,
lalu jika datang kepadamu suatu petunjuk dariKu,
maka barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku
maka tidak ada ketakutan atas mereka dan tidak pula mereka akan bersedih.” Tetapi orang-orang
yang kafir dan mendustakan Ayat-ayat
Kami, mereka adalah penghuni Api, mereka kekal di dalamnya. (Al-Baqarah
[2]:39-40).
Sama dengan kalimat “Dan orang-orang yang mendustakan Tanda-tanda Kami dan dengan takabur berpaling darinya,
mereka itu penghuni Api, mereka kekal di dalamnya. “ dalam firman-Nya berikut ini:
وَ لِکُلِّ اُمَّۃٍ
اَجَلٌ ۚ فَاِذَا جَآءَ اَجَلُہُمۡ لَا یَسۡتَاۡخِرُوۡنَ سَاعَۃً وَّ لَا یَسۡتَقۡدِمُوۡنَ ﴿ ﴾ یٰبَنِیۡۤ اٰدَمَ
اِمَّا یَاۡتِیَنَّکُمۡ رُسُلٌ مِّنۡکُمۡ یَقُصُّوۡنَ عَلَیۡکُمۡ اٰیٰتِیۡ
ۙ فَمَنِ اتَّقٰی وَ اَصۡلَحَ فَلَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ ﴿
﴾ وَ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ اسۡتَکۡبَرُوۡا
عَنۡہَاۤ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ
ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿ ﴾
Dan bagi tiap-tiap umat ada batas waktu,
maka apabila telah datang batas
waktunya, mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak pula dapat memajukannya.
Wahai Bani
Adam, jika datang kepada kamu rasul-rasul dari antaramu yang menceritakan Tanda-tanda-Ku kepada kamu,
maka barangsiapa bertakwa dan memperbaiki diri, tidak akan ada ketakutan menimpa mereka dan tidak pula mereka akan bersedih hati. Dan orang-orang yang mendustakan Tanda-tanda-Kami dan dengan takabur berpaling darinya, mereka itu penghuni Api, mereka kekal
di dalam-nya. (Al-A’rāf [7]:35-37).
Orang-orang yang mendustakan rasul Allah dan berlaku takabbur terhadapnya sama dengan sikap takabbur iblis terhadap Adam dan ia menolak sujud – yakni patuh taat -- kepada Adam
ketika diperintahkan Allah Swt. karena menganggap dirinya lebih mulia daripada Adam
(QS.2:35; QS.7:12-14; QS.15:33-34; QS.36:76-77).
(Bersambung).
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam
Farid
***
“Pajajaran Anyar”, 29 September 2012
Ki Langlang Buana Kusuma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar