Sabtu, 15 September 2012

"Peniupan Nafiri" & Mereka yang Bangkit dari "Kuburan"





بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


  SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN

 Bab 75 

   “Peniupan Nafiri” &
“Mereka yang Bangkit dari “Kuburan”  

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma
                                                                                

Dalam bagian akhir Bab sebelum ini telah dijelaskan mengenai  nasib buruk yang menimpa   suatu kaum yang menantang kepada rasul Allah agar azab Ilahi yang diancamkan kepada mereka  segera ditimpakan kepada mereka, tetapi ketika azab Ilahi tersebut benar-benar terjadi maka mereka sama sekali tidak diberi kesempatan untuk  berbuat  apa pun, firman-Nya:
وَ یَقُوۡلُوۡنَ مَتٰی ہٰذَا الۡوَعۡدُ اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ ﴿﴾
Dan mereka berkata: “Kapankah janji azab ini akan terlaksana jika kamu adalah  orang-orang benar?” (Yā Sīn [36]:49). Lihat pula QS.21:39; QS.34:30; QS.67:26.
       Menjawab tantangan mereka yang penuh ketakaburan  tersebut  selanjutnya Allah Swt. berfirman
مَا یَنۡظُرُوۡنَ  اِلَّا صَیۡحَۃً وَّاحِدَۃً تَاۡخُذُہُمۡ  وَ ہُمۡ  یَخِصِّمُوۡنَ ﴿ ﴾  فَلَا یَسۡتَطِیۡعُوۡنَ تَوۡصِیَۃً  وَّ لَاۤ  اِلٰۤی اَہۡلِہِمۡ   یَرۡجِعُوۡنَ ﴿٪ ﴾
Mereka sekali-kali tidak menunggu melainkan satu  ledakan  yang akan menyergap mereka sementara mereka sedang bertengkar, maka mereka tidak akan mampu  membuat sebuah wasiat pun dan tidak pula mereka akan dapat kembali kepada keluarganya. Yā Sīn [36]:50-51).
       Azab yang disebut di sini akan laksana halilintar di siang hari bolong. Datangnya akan begitu cepat dan tiba-tiba sehingga seperti disebut dalam ayat berikutnya, orang-orang durhaka bahkan tidak sempat membuat wasiat sekalipun.

Berusaha Melarikan  Diri dari Azab Ilahi

       Sehubungan dengan hal tersebut dalam Surah Al-Quran lainnya Allah Swt. berfirman:
وَ کَمۡ قَصَمۡنَا مِنۡ قَرۡیَۃٍ کَانَتۡ ظَالِمَۃً وَّ  اَنۡشَاۡنَا  بَعۡدَہَا  قَوۡمًا  اٰخَرِیۡنَ  ﴿۱۱﴾  فَلَمَّاۤ  اَحَسُّوۡا بَاۡسَنَاۤ  اِذَا ہُمۡ  مِّنۡہَا یَرۡکُضُوۡنَ ﴿ؕ ﴾  لَا تَرۡکُضُوۡا وَ ارۡجِعُوۡۤا اِلٰی مَاۤ  اُتۡرِفۡتُمۡ فِیۡہِ وَ مَسٰکِنِکُمۡ  لَعَلَّکُمۡ  تُسۡـَٔلُوۡنَ ﴿ ﴾   قَالُوۡا یٰوَیۡلَنَاۤ  اِنَّا کُنَّا ظٰلِمِیۡنَ ﴿ ﴾   فَمَا زَالَتۡ تِّلۡکَ دَعۡوٰىہُمۡ  حَتّٰی  جَعَلۡنٰہُمۡ  حَصِیۡدًا  خٰمِدِیۡنَ ﴿ ﴾
Dan betapa banyaknya kota  yang penduduknya zalim   telah Kami hancurkan, dan sesudahnya Kami menjadikan   kaum yang lain.  Maka tatkala mereka merasakan azab Kami tiba-tiba mereka melarikan diri darinya.  Kami berfirman: “Janganlah kamu melarikan diri dan kembalilah kamu kepada kehidupan senang yang kamu ada di dalamnya dan kepada tempat-tempat tinggalmu supaya kamu diminta pertanggungjawaban.” Mereka berkata: Aduhai celakalah kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang zalim!”  Maka keluhan mereka tidak henti-hentinya hingga Kami menjadikan mereka  bagaikan ladang yang telah diketam, hancur-lebur.  (Al-Anbiyā [21]:12-16).
       Ayat 15-16  memberi gambaran amat jelas lagi hidup mengenai kaum yang menjadi sasaran hukum Ilahi. Mereka sama sekali hancur-luluh, dan semua keinginan dan harapan mereka menjadi musnah. Kemauan untuk hidup pun lenyap dalam diri mereka, dan mereka berputus-asa mengenai masa depan mereka serta kehilangan segala prakarsa, dengan demikian segala cita-cita dan tujuan mereka sama sekali menjadi lumpuh dan mati.
      Sehubungan dengan firman Allah Swt. dalam QS.17:16 pada Bab sebelumnya – bahwa “Allah Swt. tidak pernah menurunkan azab sebelum terlebih dulu mengutus seorang  rasul Allah  yang kedatangannya dijanjikan (QS.7:35-37) --  berikut adalah beberapa firman Allah Swt.  lainnya dalam Surah-surah yang  berbeda:
یٰمَعۡشَرَ الۡجِنِّ وَ الۡاِنۡسِ اَلَمۡ یَاۡتِکُمۡ رُسُلٌ مِّنۡکُمۡ  یَقُصُّوۡنَ عَلَیۡکُمۡ  اٰیٰتِیۡ  وَ یُنۡذِرُوۡنَکُمۡ  لِقَآءَ  یَوۡمِکُمۡ ہٰذَا ؕ قَالُوۡا شَہِدۡنَا عَلٰۤی اَنۡفُسِنَا وَ غَرَّتۡہُمُ الۡحَیٰوۃُ الدُّنۡیَا  وَ شَہِدُوۡا عَلٰۤی اَنۡفُسِہِمۡ  اَنَّہُمۡ  کَانُوۡا کٰفِرِیۡنَ ﴿ ﴾   ذٰلِکَ اَنۡ لَّمۡ یَکُنۡ رَّبُّکَ مُہۡلِکَ الۡقُرٰی بِظُلۡمٍ   وَّ  اَہۡلُہَا غٰفِلُوۡنَ ﴿ ﴾
”Hai golongan jin dan ins (manusia), tidakkah telah datang kepada kamu rasul-rasul dari antara kamu yang menceriterakan kepadamu Tanda-tanda-Ku dan memperingatkan kamu mengenai pertemuan pada harimu ini?” Mereka berkata: Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri.” Tetapi kehidupan dunia telah memperdayakan mereka, dan  mereka telah menjadi saksi atas diri mereka sendiri bahwa sesungguhnya mereka adalah orang-orang kafir.   Yang demikian itu karena Tuhan engkau tidak pernah membinasakan negeri-negeri  secara zalim  padahal penduduknya dalam keadaan lengah. (Al-An’ām [6]:131-132). Lihat pula QS.11:118; QS.20:135; QS.26:209.

Pertanyaan Para Penjaga Neraka Jahannam
Tentang Kedatangan Para Rasul Allah

       Bahkan para penjaga neraka jahannam pun akan menanyakan sikap  mereka terhadap kedatangan para rasul Allah  tersebut,  sebelum mereka  dimasukkan  ke dalam neraka jahannam, firman-Nya:
وَ سِیۡقَ الَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡۤا اِلٰی جَہَنَّمَ  زُمَرًا ؕ حَتّٰۤی  اِذَا جَآءُوۡہَا فُتِحَتۡ  اَبۡوَابُہَا وَ قَالَ لَہُمۡ خَزَنَتُہَاۤ  اَلَمۡ یَاۡتِکُمۡ رُسُلٌ مِّنۡکُمۡ یَتۡلُوۡنَ عَلَیۡکُمۡ اٰیٰتِ رَبِّکُمۡ وَ یُنۡذِرُوۡنَکُمۡ لِقَآءَ یَوۡمِکُمۡ ہٰذَا ؕ قَالُوۡا بَلٰی وَ لٰکِنۡ حَقَّتۡ کَلِمَۃُ الۡعَذَابِ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿ ﴾   قِیۡلَ  ادۡخُلُوۡۤا اَبۡوَابَ جَہَنَّمَ خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا ۚ فَبِئۡسَ مَثۡوَی الۡمُتَکَبِّرِیۡنَ ﴿ ﴾
Dan orang-orang kafir  akan digiring ke Jahannam  rombongan-rombongan, hingga apabila mereka sampai kepadanya pintu-pintunya  dibukakan,  dan penjaga-penjaganya akan berkata kepada mereka: “Bukankah telah datang kepada kamu rasul-rasul dari antaramu sendiri yang membacakan kepada kamu Ayat-ayat Tuhan-mu, dan memberi peringatan kepada  kamu mengenai pertemuan pada harimu ini?” Mereka akan berkata: “Ya benar, tetapi telah pasti berlaku ketetapan azab terhadap  orang-orang kafir.”  Akan dikatakan:   Masukilah pintu-pintu Jahannam, kamu akan kekal di dalamnya”, maka sangat buruk tempat tinggal orang-orang yang  sombong.” (Al-Zumar [39]:72-73).
       Selanjutnya Allah Swt. berfirman lagi:
وَ اِذۡ یَتَحَآجُّوۡنَ فِی النَّارِ فَیَقُوۡلُ الضُّعَفٰٓؤُا لِلَّذِیۡنَ اسۡتَکۡبَرُوۡۤا اِنَّا کُنَّا لَکُمۡ تَبَعًا فَہَلۡ  اَنۡتُمۡ مُّغۡنُوۡنَ عَنَّا نَصِیۡبًا مِّنَ النَّارِ ﴿ ﴾   قَالَ الَّذِیۡنَ اسۡتَکۡبَرُوۡۤا  اِنَّا  کُلٌّ  فِیۡہَاۤ  ۙ اِنَّ اللّٰہَ  قَدۡ حَکَمَ  بَیۡنَ الۡعِبَادِ ﴿ ﴾  وَ قَالَ الَّذِیۡنَ فِی النَّارِ لِخَزَنَۃِ جَہَنَّمَ ادۡعُوۡا رَبَّکُمۡ یُخَفِّفۡ عَنَّا یَوۡمًا مِّنَ الۡعَذَابِ ﴿ ﴾  قَالُوۡۤا  اَوَ لَمۡ تَکُ تَاۡتِیۡکُمۡ رُسُلُکُمۡ بِالۡبَیِّنٰتِ ؕ قَالُوۡا  بَلٰی ؕ قَالُوۡا فَادۡعُوۡا ۚ وَ مَا  دُعٰٓؤُا الۡکٰفِرِیۡنَ  اِلَّا فِیۡ ضَلٰلٍ ﴿٪ ﴾
Dan ketika mereka akan berbantah satu sama lain dalam Api, lalu orang-orang yang lemah yakni golongan ins akan berkata kepada orang-orang yang menyom-bongkan diri yakni golongan jin: “Sesungguhnya kami adalah pengikut kamu   maka dapatkah kamu melepaskan dari kami sebagian siksaan dari Api?”    Orang-orang yang menyombongkan diri (jin) berkata: “Sesungguhnya kita semua berada di dalamnya, sesungguhnya Allah telah menghakimi di antara hamba-hamba-Nya.”  Dan orang-orang yang ada dalam Api berkata kepada para penjaga Jahannam: “Mohonkanlah kepada Tuhan kamu, supaya Dia  meringankan azab bagi kami barang sehari.”   Mereka  berkata:  Bukankah telah datang kepada kamu rasul-rasulmu dengan Tanda-tanda nyata?” Mereka berkata: “Ya benar.” Para penjaga itu berkata: “Maka berdoalah kamu.”  Tetapi doa orang-orang kafir itu sia-sia belaka. (Al-Mukmīn [40]:48-51).
   Kalimat  Tetapi doa orang-orang kafir itu sia-sia belaka  berarti bahwa usaha keras dan doa orang-orang kafir menentang nabi-nabi Allah terbukti gagal, bukan bahwa semua doa mereka tidak diterima. Tuhan memang mengabulkan doa-doa orang yang sedang sengsara dan sedih, bila ia meminta pertolongan kepada-Nya, baik ia orang yang beriman atau orang kafir (QS.27:63). Lihat pula  QS. 45:32-36; QS.67:7-12.

Peniupan “Nafiri” &
Orang-orang yang Keluar dari “Kuburan”

        Dalam lanjutan Surah Yā Sīn berikut ini dijelaskan,  bahwa   kedatangan rasul Allah  dan seruannya  kepada para penghuni neraka ketika mereka masih berada di dunia   dimisalkan sebagai  tiufan nafiri”, sedangkan orang-orang yang diseru oleh rasul Allah dimisalkan sebagai “penghuni kuburan”, firman-Nya:
وَ نُفِخَ فِی الصُّوۡرِ فَاِذَا ہُمۡ مِّنَ الۡاَجۡدَاثِ  اِلٰی  رَبِّہِمۡ  یَنۡسِلُوۡنَ ﴿ ﴾  قَالُوۡا یٰوَیۡلَنَا مَنۡۢ بَعَثَنَا مِنۡ مَّرۡقَدِنَا ٜۘؐ ہٰذَا  مَا  وَعَدَ  الرَّحۡمٰنُ وَ صَدَقَ الۡمُرۡسَلُوۡنَ ﴿ ﴾  اِنۡ کَانَتۡ  اِلَّا صَیۡحَۃً وَّاحِدَۃً  فَاِذَا ہُمۡ جَمِیۡعٌ  لَّدَیۡنَا  مُحۡضَرُوۡنَ ﴿ ﴾  فَالۡیَوۡمَ لَا تُظۡلَمُ نَفۡسٌ شَیۡئًا وَّ لَا تُجۡزَوۡنَ  اِلَّا مَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ ﴿ ﴾
Dan nafiri akan ditiup  maka tiba-tiba mereka akan segera keluar dari kuburan kepada  Tuhan mereka.  Mereka akan berkata: ”Aduh  celakalah kami! Siapakah yang telah membangkitkan kami dari tempat tidur kami?”  Inilah apa yang telah dijanjikan Tuhan Yang Maha Pemurah, dan benarlah  rasul-rasul itu.   Itu tidak lain hanya satu ledakan  maka tiba-tiba mereka itu semua akan dihadirkan di hadapan   Kami.   Maka pada hari itu tidak ada satu jiwa pun akan dizalimi sedikit pun, dan kamu tidak akan dibalas melainkan apa yang telah kamu kerjakan. (Yā Sīn [36]:52-55).
      Kata-kata, “nafiri akan ditiup,” di samping yang dimaksud  ialah peniupan terompet pada Hari Pembalasan, dapat pula berarti kedatangan seorang mushlih rabbani yakni rasul Allah , yang karena “seruan terompetnya” – yakni seruan kepada Tauhid Ilahi  (QS.16:37) --  maka mereka yang secara ruhani telah mati itu bangkit dari kuburan (keadaan kematian ruhani) mereka,  dan segera mendengarkan dan menerima panggilan Ilahi (QS.3:191-195).
       Bila pada Hari Kiamat orang-orang akan dibangkitkan dan kepada orang-orang kafir akan dihadapkan perbuatan-perbuatan jahat mereka, dan azab akan mengancam mereka, mereka akan dicekam rasa putus-asa dan akan menjerit dalam kegemparan:  “Aduh celaka  kami! Siapakah yang telah membangkitkan kami dari tempat tidur kami?”
     Tetapi untuk melanjutkan kiasan ayat sebelum ini, ayat ini berpaling kepada orang-orang yang pada saat seorang nabi Allah datang, tidak mau mendengar seruan Ilahi dan lebih menyukai tetap tinggal dalam keadaan mati ruhani itu. Atau lebih senang berada dalam “kuburan hawa-nafsunya”, setelah mendengar seruan Ilahi itu mereka menyahut dengan penuh kemarahan: “Mengapakah orang harus mengganggu jalan hidup kami yang tenang, dan menimbulkan keributan dan kegelisahan di antara kami dengan mengajak kami mengikuti dia dan menganut cara hidup baru?”
      Berulang-ulang disebutnya kata “ledakan” dalam rangkuman beberapa ayat  Surah Yā Sīn menunjukkan,  bahwa Surah ini menceriterakan keadaan saat, ketika serangan bom-bom atom  dalam Perang-perang Dunia yang akan membinasakan secara menyeluruh kota-kota kecil maupun besar dalam waktu hanya sekejap.
   
(Bersambung). 

Rujukan: The Holy Quran
Editor:    Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar”, 15 September 2012
Ki Langlang Buana Kusuma



Tidak ada komentar:

Posting Komentar