Minggu, 09 September 2012

Hakikat Penciptaan "Ruh Manusia"





بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


  SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN

Bab 67

Hakikat Perciptaan "Ruh  Manusia"     

 Oleh
                                                                                
Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam Bab sebelum ini telah dijelaskan mengenai Tanda-tanda Akhir Zaman yang dikemukakan dalam firman-Nya berikut ini:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿۱﴾ اِذَا  الشَّمۡسُ کُوِّرَتۡ ۪ۙ﴿۱﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Apabila matahari digulung,  (Al-Takwir [81]:1-2)
   Pada umumnya dikatakan bahwa Surah Al-Takwir ini membahas Hari Kebangkitan terakhir (Kiamat), ketika hukum dan proses alam seperti kita kenal akan berhenti bekerja. Tetapi seluruh arah dan tujuan Surah ini membicarakan dengan begitu jelas keadaan-keadaan yang terdapat dalam alam kebendaan  saat ini, sehingga beberapa ayat akan kehilangan segala maknanya, jika ayat-ayat itu dianggap ditujukan hanya kepada Hari Kebangkitan terakhir (qiamat kubra) belaka.
   Ada pun yang dimaksud dengan “matahari” dalam ayat tersebut adalah “matahari ruhani” alam semesta keruhanian, yakni   Nabi Besar Muhammad saw. yang telah memancarkan “cahaya Al-Quran” (agama Islam) ke berbagai pelosok di luar jazirah Arabia, ke sebelah barat   hingga mencapai wilayah Afrika Utara dan Andalusia (Spanyol),   ke Timur mencapai wilayah Hindustan,  ke bagian  utara meliputi Turki, Iraq, Iran dan Afghanistan  dll., dan juga ke wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

3 Abad kejayaan Islam yang Pertama &
Kemunduran 1000 Tahun

  Menurut Nabi Besar Muhammad saw. kekuatan  pancaran “matahari ruhani” beliau  saw. tersebut hanya bertahan selama 3 abad (300  tahun) saja, karena setelah itu pancaran cahaya “matahari ruhani” Islam (Al-Quran) tersebut berangsur-angsur semakin redup, dan kemunduran yang menimpa  kejayaan umat Islam yang pertama tersebut mencapai puncak kegelapannya pada abad akhir abad   13, firman-Nya:
یُدَبِّرُ الۡاَمۡرَ مِنَ السَّمَآءِ  اِلَی الۡاَرۡضِ ثُمَّ یَعۡرُجُ  اِلَیۡہِ  فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ مِقۡدَارُہٗۤ اَلۡفَ سَنَۃٍ  مِّمَّا تَعُدُّوۡنَ ﴿﴾
Dia mengatur perintah dari langit sampai bumi, kemudian perintah itu akan naik kepada-Nya dalam satu hari, yang hitungan lamanya seribu tahun dari apa yang kamu hitung.  (Al-Sajdah [32]:6).
      Ayat ini menunjuk kepada suatu pancaroba (ujian) sangat hebat, yang ditakdirkan akan menimpa Islam dalam perkembangannya yang penuh dengan perubahan itu. Islam akan melalui suatu masa kemajuan dan kesejahteraan yang mantap selama 3 abad pertama kehidupannya. Nabi Besar Muhammad saw. diriwayatkan pernah menyinggung secara jitu mengenai kenyataan itu dalam sabda beliau saw.: “Abad terbaik ialah abad di kala aku hidup, kemudian abad berikutnya, kemudian abad sesudah itu” (Tirmidzi & Bukhari, Kitab-usy-Syahadat).
       Islam mulai mundur sesudah 3 abad pertama masa keunggulan dan kemenangan yang tiada henti-hentinya. Peristiwa kemunduran dan kemerosotannya ber-langsung dalam masa 1000 tahun berikutnya. Kepada masa 1000 tahun inilah, telah diisyaratkan dengan kata-kata: “Kemudian perintah itu akan naik kepada-Nya dalam satu hari, yang hitungan lamanya seribu tahun.”
      Apabila kedua masa kejayaan dan masa kemunduran Islam  yang pertama tersebut dijumlahkan  menjadi  13 abad (1300 tahun), masa itu sama (identik) dengan masa terjadinya bulan purnama, yakni hari ke  13, 14 dan 15 di setiap bulan. Itulah sebabnya umumnya umat Islam memiliki keyakinan bahwa abad 14  Hijriyah merupakan abad kejayaan Islam yang kedua.
       Saat ini umat Islam telah memasuki abad 15 Hijriyah, tetapi umumnya umat Islam tidak pernah menyaksikan kejayaan Islam ke dua yang mereka percayai akan terjadi pada abad 14 tersebut.  Justru Yang  sedang terjadi adalah  berbagai bentuk  kemunduran dalam berbagai bidang kehidupan umat Islam   -- politik,  ekonomi, militer, iptek, akhlak dan ruhani --  terus menerus terjadi. Kenapa demikian? Apa gerangan yang terjadi?

“Kaum yang Bermata Biru” atau
 Ya’juj (Gog) dan  Ma’juj  (Magog)

       Jawabannya adalah “bukan mata yang  buta tetapi hati yang ada dalam dada itulah yang buta” demikian pernyataan Allah Swt. berikut ini:
اَفَلَمۡ یَسِیۡرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ فَتَکُوۡنَ لَہُمۡ قُلُوۡبٌ یَّعۡقِلُوۡنَ بِہَاۤ  اَوۡ اٰذَانٌ  یَّسۡمَعُوۡنَ بِہَا ۚ فَاِنَّہَا لَا تَعۡمَی الۡاَبۡصَارُ  وَ لٰکِنۡ  تَعۡمَی الۡقُلُوۡبُ الَّتِیۡ فِی الصُّدُوۡرِ ﴿ ﴾  وَ  یَسۡتَعۡجِلُوۡنَکَ بِالۡعَذَابِ وَ لَنۡ یُّخۡلِفَ اللّٰہُ وَعۡدَہٗ ؕ وَ اِنَّ یَوۡمًا عِنۡدَ رَبِّکَ  کَاَلۡفِ  سَنَۃٍ   مِّمَّا  تَعُدُّوۡنَ ﴿۴۷﴾  وَ کَاَیِّنۡ مِّنۡ قَرۡیَۃٍ  اَمۡلَیۡتُ لَہَا وَ ہِیَ ظَالِمَۃٌ  ثُمَّ اَخَذۡتُہَا ۚ وَ اِلَیَّ الۡمَصِیۡرُ ﴿٪ ﴾
Dan berapa banyak kota yang Kami telah  membinasakannya, yang penduduknya sedang berbuat zalim  lalu  dinding-dindingnya  jatuh atas atapnya, dan sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang menjulang tinggi.  Maka apakah mereka tidak berpesiar di bumi, lalu  menjadikan hati mereka memahami dengannya   atau menjadikan telinga  mereka mendengar dengannya? Maka sesungguhnya bukan mata yang buta  tetapi yang buta adalah hati yang ada dalam dada. (Al-Hajj [22]:46-47).
       Dari ayat ini jelas bahwa orang-orang mati, orang-orang buta, dan orang-orang tuli, yang dibicarakan di dalam ayat  atau di tempat lain dalam Al-Quran  adalah orang-orang yang ditilik dari segi ruhani telah mati, buta, dan tuli (QS.7:180). Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
وَ  یَسۡتَعۡجِلُوۡنَکَ بِالۡعَذَابِ وَ لَنۡ یُّخۡلِفَ اللّٰہُ وَعۡدَہٗ ؕ وَ اِنَّ یَوۡمًا عِنۡدَ رَبِّکَ  کَاَلۡفِ  سَنَۃٍ   مِّمَّا  تَعُدُّوۡنَ ﴿﴾
Dan mereka meminta kepada engkau untuk mempercepat azab, tetapi Allah  tidak akan pernah mengingkari janji-Nya. Dan sesungguhnya satu hari di sisi Tuhan engkau  seperti seribu tahun menurut perhitungan kamu.  (Al-Hajj [22]:48).
       Nabi Besar Muhammad saw.   menurut riwayat pernah bersabda bahwa 3 abad pertama Islam akan merupakan masa yang terbaik, sesudah itu kepalsuan akan tersebar dan suatu masa kegelapan akan datang dan meluas sampai 1000  tahun (Tirmidzi). Masa 1000 tahun ini dipersamakan dengan satu hari (QS.32:6).
     Dalam masa 1000 tahun ini satu kaum yang bermata biru akan bangkit dan menyebar luas ke seluruh dunia (QS.20:103-104) --  yakni Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog – QS.21:97). Orang-orang bermata biru itulah yang karena sombong dan takaburnya -- yang diakibatkan oleh karena memperoleh kemuliaan duniawi dan kekuasaan politik -- telah digambarkan memberi tantangan kepada Nabi Besar Muhammad saw.  untuk mempercepat azab, yang   dikatakan oleh beliau saw.   akan menimpa mereka pada waktu yang ditentukan dan dijanjikan itu.

Masalah “Ruh Manusia”

   Dalam QS.32:6  sebelum ini   bahwa Allah Swt.  akan “menarik kembali perintah-Nya” – yakni Al-Quran -- dalam satu hari yang lamanya 1000 tahun. Ada pun  yang ditarik kembali oleh Allah Swt. dari umat Islam bukannya wujud Al-Quran melainkan “ruh” Al-Quran, yakni  pemahaman yang benar dari Al-Quran.  Mengisyaratkan kepada kenyataan itu pullah  firman Allah Swt. berikut  ini mengenai “ruh”:
وَ یَسۡـَٔلُوۡنَکَ عَنِ الرُّوۡحِ ؕ قُلِ الرُّوۡحُ مِنۡ  اَمۡرِ رَبِّیۡ وَ مَاۤ  اُوۡتِیۡتُمۡ مِّنَ الۡعِلۡمِ اِلَّا  قَلِیۡلًا ﴿﴾
Dan mereka bertanya kepada engkau mengenai ruh, katakanlah: “Ruh telah diciptakan atas perintah Tuhan-ku, dan kamu sama sekali  tidak  diberi ilmu tentang itu melainkan sedikit.” (Bani Israil [17]:86).
       Dalam masa kemunduran dan kejatuhan ruhani mereka, nampaknya orang-orang Yahudi asyik berkecimpung dalam kebiasaan-kebiasaan ilmu klenik (occult), seperti halnya banyak ahli kebatinan modern, para pengikut gerakan teosofi dan yogi-yogi Hindu. Nampaknya di masa Nabi Besar Muhammad saw. pun beberapa orang Yahudi di Madinah telah menempuh cara-cara kebiasaan semacam itu. Itulah sebabnya mengapa ketika orang-orang musyrik Makkah mencari bantuan orang-orang Yahudi untuk membungkam Nabi Besar Muhammad saw.   mereka memberi saran supaya orang-orang musyrik Makkah itu menanyakan kepada beliau saw. hakikat ruh manusia.
       Dalam ayat yang sedang dibahas ini Al-Quran menjawab pertanyaan mereka dengan mengatakan  bahwa ruh memperoleh daya kekuatannya dari perintah Ilahi, dan apa pun yang menurut kepercayaan orang dapat diperoleh dengan perantaraan apa yang dikatakan latihan-latihan batin (olah batin) dan ilmu sihir, adalah semata-mata tipuan dan omong-kosong belaka.
   Menurut riwayat pertanyaan-pertanyaan mengenai sifat ruh manusia pertama-tama diajukan kepada Nabi Besar Muhammad  saw. di kota Makkah oleh orang-orang Quraisy dan kemudian menurut ‘Abdullah bin Mas’ud r.a. — oleh orang-orang Yahudi di Madinah.
         Di sini ruh disebut sesuatu yang diciptakan atas perintah langsung dari Tuhan. Menurut Al-Quran semua penciptaan terdiri dari dua jenis: (1) Kejadian permulaan yang dilaksanakan tanpa mempergunakan zat atau benda yang telah diciptakan sebelumnya. (2) Kejadian selanjutnya yang dilaksanakan dengan mempergunakan sarana dan benda yang telah diciptakan sebelumnya.
        Kejadian macam pertama termasuk jenis amr (arti harfiahnya ialah perintah – kun fayakun), yang untuk itu lihat QS.2:118, dan yang terakhir disebut khalq (arti harfiahnya ialah menciptakan). Ruh manusia termasuk jenis penciptaan pertama, yakni “kun fayakun” (Jadilah, maka terjadi), atau melalui “peniupan ruh” dari Allah Swt. (QS.15:30; QS.38:73). Kata ruh itu berarti  pula wahyu Ilahi (Lexicon Lane) atau wahyu Al-Quran (QS.42:52-54). Letaknya kata ini di sini agaknya mendukung arti demikian.

(Bersambung). 

Rujukan: The Holy Quran
Editor:    Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar”, 10 September 2012
Ki Langlang Buana Kusuma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar