بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN
Bab 67
Hakikat Perciptaan "Ruh Manusia"
Oleh
Ki Langlang Buana
Kusuma
Dalam Bab
sebelum ini telah dijelaskan mengenai Tanda-tanda
Akhir Zaman yang dikemukakan dalam firman-Nya berikut ini:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿۱﴾ اِذَا الشَّمۡسُ کُوِّرَتۡ ۪ۙ﴿۱﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Apabila matahari digulung, (Al-Takwir
[81]:1-2)
Pada umumnya
dikatakan bahwa Surah Al-Takwir ini
membahas Hari Kebangkitan terakhir (Kiamat), ketika hukum dan proses alam
seperti kita kenal akan berhenti bekerja. Tetapi seluruh arah dan tujuan Surah
ini membicarakan dengan begitu jelas keadaan-keadaan yang terdapat dalam alam kebendaan saat ini, sehingga beberapa ayat akan
kehilangan segala maknanya, jika ayat-ayat itu dianggap ditujukan hanya kepada Hari Kebangkitan terakhir (qiamat
kubra) belaka.
Ada pun yang dimaksud
dengan “matahari” dalam ayat tersebut adalah “matahari ruhani” alam semesta keruhanian,
yakni Nabi Besar Muhammad saw. yang
telah memancarkan “cahaya Al-Quran”
(agama Islam) ke berbagai pelosok di luar jazirah Arabia, ke sebelah barat hingga mencapai wilayah Afrika Utara dan Andalusia (Spanyol), ke
Timur mencapai wilayah Hindustan, ke bagian
utara meliputi Turki, Iraq, Iran dan Afghanistan dll., dan juga ke wilayah Asia Tenggara,
termasuk Indonesia.
3 Abad kejayaan Islam yang
Pertama &
Kemunduran 1000 Tahun
Menurut Nabi Besar Muhammad saw. kekuatan pancaran “matahari ruhani” beliau
saw. tersebut hanya bertahan selama 3
abad (300 tahun) saja, karena
setelah itu pancaran cahaya “matahari ruhani” Islam (Al-Quran) tersebut
berangsur-angsur semakin redup, dan kemunduran yang menimpa kejayaan
umat Islam yang pertama tersebut mencapai puncak kegelapannya pada abad akhir abad 13, firman-Nya:
یُدَبِّرُ الۡاَمۡرَ مِنَ السَّمَآءِ اِلَی الۡاَرۡضِ ثُمَّ یَعۡرُجُ اِلَیۡہِ
فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ مِقۡدَارُہٗۤ اَلۡفَ سَنَۃٍ مِّمَّا تَعُدُّوۡنَ ﴿﴾
Dia mengatur perintah dari langit
sampai bumi, kemudian perintah itu
akan naik kepada-Nya dalam satu hari, yang hitungan lamanya seribu tahun
dari apa yang kamu hitung. (Al-Sajdah [32]:6).
Ayat ini menunjuk kepada suatu pancaroba (ujian) sangat hebat, yang
ditakdirkan akan menimpa Islam dalam perkembangannya yang penuh dengan
perubahan itu. Islam akan melalui suatu masa
kemajuan dan kesejahteraan yang
mantap selama 3 abad pertama
kehidupannya. Nabi Besar Muhammad saw. diriwayatkan pernah menyinggung secara
jitu mengenai kenyataan itu dalam sabda beliau saw.: “Abad terbaik ialah abad di kala aku hidup, kemudian abad berikutnya,
kemudian abad sesudah itu” (Tirmidzi
& Bukhari,
Kitab-usy-Syahadat).
Islam mulai mundur sesudah 3 abad pertama masa keunggulan dan
kemenangan yang tiada henti-hentinya. Peristiwa kemunduran dan kemerosotannya
ber-langsung dalam masa 1000 tahun
berikutnya. Kepada masa 1000 tahun
inilah, telah diisyaratkan dengan kata-kata: “Kemudian perintah itu akan
naik kepada-Nya dalam satu hari, yang hitungan lamanya seribu tahun.”
Apabila kedua masa kejayaan dan masa
kemunduran Islam yang pertama tersebut
dijumlahkan menjadi 13 abad
(1300 tahun), masa itu sama (identik) dengan masa terjadinya bulan purnama, yakni hari ke 13, 14 dan 15 di setiap bulan. Itulah sebabnya
umumnya umat Islam memiliki keyakinan bahwa abad
14 Hijriyah merupakan abad kejayaan Islam yang kedua.
Saat ini umat Islam telah memasuki abad 15 Hijriyah, tetapi umumnya umat
Islam tidak pernah menyaksikan kejayaan Islam ke dua yang mereka percayai akan terjadi pada abad 14
tersebut. Justru Yang sedang terjadi adalah berbagai bentuk kemunduran
dalam berbagai bidang kehidupan umat
Islam -- politik, ekonomi, militer, iptek, akhlak dan ruhani
-- terus menerus terjadi. Kenapa
demikian? Apa gerangan yang terjadi?
“Kaum yang Bermata Biru” atau
Ya’juj
(Gog) dan Ma’juj (Magog)
Jawabannya adalah “bukan mata yang buta tetapi hati
yang ada dalam dada itulah yang buta” demikian pernyataan Allah Swt.
berikut ini:
اَفَلَمۡ یَسِیۡرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ فَتَکُوۡنَ لَہُمۡ
قُلُوۡبٌ یَّعۡقِلُوۡنَ بِہَاۤ اَوۡ
اٰذَانٌ یَّسۡمَعُوۡنَ بِہَا ۚ فَاِنَّہَا
لَا تَعۡمَی الۡاَبۡصَارُ وَ لٰکِنۡ تَعۡمَی الۡقُلُوۡبُ الَّتِیۡ فِی الصُّدُوۡرِ ﴿
﴾ وَ یَسۡتَعۡجِلُوۡنَکَ بِالۡعَذَابِ وَ لَنۡ
یُّخۡلِفَ اللّٰہُ وَعۡدَہٗ ؕ وَ اِنَّ یَوۡمًا عِنۡدَ رَبِّکَ کَاَلۡفِ سَنَۃٍ مِّمَّا تَعُدُّوۡنَ ﴿۴۷﴾ وَ کَاَیِّنۡ مِّنۡ قَرۡیَۃٍ اَمۡلَیۡتُ لَہَا وَ ہِیَ ظَالِمَۃٌ ثُمَّ اَخَذۡتُہَا ۚ وَ اِلَیَّ الۡمَصِیۡرُ ﴿٪
﴾
Dan berapa
banyak kota yang Kami telah membinasakannya, yang penduduknya
sedang berbuat zalim lalu dinding-dindingnya jatuh
atas atapnya, dan sumur yang
telah ditinggalkan dan istana
yang menjulang tinggi. Maka apakah
mereka tidak berpesiar di bumi,
lalu menjadikan hati mereka memahami dengannya
atau menjadikan telinga mereka mendengar dengannya? Maka
sesungguhnya bukan mata yang buta tetapi yang
buta adalah hati yang ada dalam dada. (Al-Hajj [22]:46-47).
Dari
ayat ini jelas bahwa orang-orang mati,
orang-orang buta, dan orang-orang tuli, yang dibicarakan di dalam ayat atau di tempat lain dalam Al-Quran adalah orang-orang yang ditilik dari segi ruhani telah mati, buta, dan tuli (QS.7:180). Selanjutnya Allah Swt.
berfirman:
وَ یَسۡتَعۡجِلُوۡنَکَ بِالۡعَذَابِ وَ لَنۡ یُّخۡلِفَ
اللّٰہُ وَعۡدَہٗ ؕ وَ اِنَّ یَوۡمًا عِنۡدَ رَبِّکَ کَاَلۡفِ سَنَۃٍ مِّمَّا تَعُدُّوۡنَ ﴿﴾
Dan mereka meminta kepada
engkau untuk mempercepat azab,
tetapi Allah tidak akan pernah
mengingkari janji-Nya. Dan sesungguhnya satu
hari di sisi Tuhan engkau seperti seribu
tahun menurut perhitungan kamu. (Al-Hajj [22]:48).
Nabi Besar Muhammad saw. menurut riwayat pernah bersabda bahwa 3 abad
pertama Islam akan merupakan masa yang terbaik, sesudah itu kepalsuan akan tersebar dan suatu masa kegelapan akan datang dan meluas sampai 1000
tahun (Tirmidzi). Masa 1000 tahun ini dipersamakan dengan satu hari (QS.32:6).
Dalam masa 1000 tahun ini satu kaum yang bermata biru akan bangkit dan menyebar luas ke seluruh dunia
(QS.20:103-104) -- yakni Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog – QS.21:97). Orang-orang bermata biru itulah yang karena sombong dan takaburnya -- yang
diakibatkan oleh karena memperoleh kemuliaan
duniawi dan kekuasaan politik -- telah
digambarkan memberi tantangan kepada Nabi Besar Muhammad saw. untuk mempercepat
azab, yang dikatakan oleh beliau saw. akan
menimpa mereka pada waktu yang ditentukan dan dijanjikan itu.
Masalah “Ruh Manusia”
Dalam QS.32:6 sebelum ini bahwa Allah
Swt. akan “menarik kembali perintah-Nya” – yakni Al-Quran -- dalam satu hari
yang lamanya 1000 tahun. Ada pun yang ditarik kembali oleh Allah Swt. dari
umat Islam bukannya wujud Al-Quran melainkan “ruh” Al-Quran,
yakni pemahaman yang benar dari Al-Quran.
Mengisyaratkan kepada kenyataan itu pullah firman Allah Swt. berikut ini mengenai “ruh”:
وَ یَسۡـَٔلُوۡنَکَ عَنِ الرُّوۡحِ ؕ قُلِ الرُّوۡحُ
مِنۡ اَمۡرِ رَبِّیۡ وَ مَاۤ اُوۡتِیۡتُمۡ مِّنَ الۡعِلۡمِ اِلَّا قَلِیۡلًا ﴿﴾
Dan mereka bertanya kepada engkau mengenai ruh, katakanlah: “Ruh telah diciptakan atas perintah Tuhan-ku, dan kamu sama sekali tidak
diberi ilmu tentang itu melainkan sedikit.” (Bani Israil [17]:86).
Dalam
masa kemunduran dan kejatuhan ruhani mereka, nampaknya orang-orang Yahudi asyik
berkecimpung dalam kebiasaan-kebiasaan ilmu
klenik (occult), seperti halnya banyak ahli
kebatinan modern, para pengikut gerakan teosofi
dan yogi-yogi Hindu. Nampaknya di
masa Nabi Besar Muhammad saw. pun beberapa orang
Yahudi di Madinah telah menempuh cara-cara kebiasaan semacam itu. Itulah
sebabnya mengapa ketika orang-orang
musyrik Makkah mencari bantuan
orang-orang Yahudi untuk membungkam Nabi Besar Muhammad saw. mereka
memberi saran supaya orang-orang musyrik Makkah itu menanyakan kepada beliau saw.
hakikat ruh manusia.
Dalam ayat yang sedang dibahas ini Al-Quran menjawab pertanyaan mereka
dengan mengatakan bahwa ruh memperoleh daya kekuatannya dari perintah
Ilahi, dan apa pun yang menurut kepercayaan
orang dapat diperoleh dengan perantaraan apa yang dikatakan latihan-latihan batin (olah batin) dan ilmu sihir, adalah semata-mata tipuan dan omong-kosong belaka.
Menurut riwayat pertanyaan-pertanyaan mengenai
sifat ruh manusia pertama-tama
diajukan kepada Nabi Besar Muhammad saw.
di kota Makkah oleh orang-orang Quraisy dan kemudian menurut ‘Abdullah bin
Mas’ud r.a. — oleh orang-orang Yahudi di Madinah.
Di sini ruh
disebut sesuatu yang diciptakan atas perintah
langsung dari Tuhan. Menurut Al-Quran semua penciptaan terdiri dari dua jenis: (1) Kejadian permulaan yang
dilaksanakan tanpa mempergunakan zat atau benda yang telah diciptakan sebelumnya. (2) Kejadian selanjutnya
yang dilaksanakan dengan mempergunakan sarana dan benda yang telah diciptakan
sebelumnya.
Kejadian macam pertama termasuk
jenis amr (arti harfiahnya ialah perintah – kun fayakun), yang untuk itu lihat QS.2:118, dan yang terakhir
disebut khalq (arti harfiahnya ialah menciptakan). Ruh manusia termasuk jenis penciptaan pertama, yakni “kun fayakun” (Jadilah, maka terjadi),
atau melalui “peniupan ruh” dari
Allah Swt. (QS.15:30; QS.38:73). Kata ruh
itu berarti pula wahyu Ilahi (Lexicon Lane)
atau wahyu Al-Quran (QS.42:52-54).
Letaknya kata ini di sini agaknya mendukung arti demikian.
(Bersambung).
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam
Farid
***
“Pajajaran Anyar”, 10 September 2012
Ki Langlang
Buana Kusuma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar