بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN
Bab 78
Perumpamaan-perumpamaan
Nikmat-nikmat di Dalam Surga
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam bagian
akhir Bab sebelum ini telah dijelaskan mengenai keberadaan “jodoh-jodoh” dan “buah-buahan
surgawi” bagi para penghuninya,
firman-Nya:
وَ
بَشِّرِ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَہُمۡ جَنّٰتٍ
تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ؕ
کُلَّمَا رُزِقُوۡا مِنۡہَا مِنۡ ثَمَرَۃٍ رِّزۡقًا ۙ قَالُوۡا ہٰذَا
الَّذِیۡ رُزِقۡنَا مِنۡ قَبۡلُ ۙ وَ اُتُوۡا بِہٖ مُتَشَابِہًا ؕ وَ لَہُمۡ فِیۡہَاۤ اَزۡوَاجٌ
مُّطَہَّرَۃٌ ٭ۙ وَّ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Dan berilah kabar gembira orang-orang
yang beriman dan beramal saleh
bahwa sesungguhnya untuk
mereka ada kebun-kebun yang di ba-wahnya
mengalir sungai-sungai. Setiap kali diberikan
kepada mereka buah-buahan dari kebun
itu sebagai rezeki, mereka
berkata: “Inilah yang telah direzekikan
kepada kami sebelumnya”, akan diberikan kepada mereka yang serupa dengannya, dan bagi mereka di dalamnya ada jodoh-jodoh
yang suci, dan mereka akan kekal
di dalamnya (Al-Baqarah [2]:26).
Makna
Persamaan Rasa “Buah Surgawi”
Al-Quran mengajarkan bahwa tiap-tiap makhluk memerlukan pasangan untuk perkembangannya yang sempurna. Di dalam surga orang-orang bertakwa laki-laki dan perempuan akan mendapat jodoh suci untuk menyempurnakan perkembangan ruhani dan melengkapkan kebahagiaan mereka. Macam apakah jodoh itu hanya dapat diketahui kelak di
akhirat, yang pasti bahwa baik di dalam kehidupan
di dunia ini mau pun di akhirat nanti
manusia di dalam surga memerlukan “jodoh”
(pasangan) untuk memperoleh kesempurnaan tingkatan kehidupan surgawi yang dijalaninya (QS.13:4; QS.36:37; QS.51:50).
Ayat ini (QS.2:26) memberikan
gambaran singkat mengenai ganjaran
yang akan diperoleh orang-orang beriman di akhirat.
Para kritikus Islam telah melancarkan
berbagai keberatan atas lukisan itu.
Kecaman-kecaman itu disebabkan oleh karena sama sekali, tidak memahami ajaran Islam tentang nikmat-nikmat surgawi.
Al-Quran dengan tegas
mengemukakan bahwa ada di luar kemampuan
alam pikiran manusia untuk dapat mengenal hakikatnya, firman-Nya:
فَلَا تَعۡلَمُ نَفۡسٌ مَّاۤ اُخۡفِیَ لَہُمۡ مِّنۡ قُرَّۃِ اَعۡیُنٍ ۚ
جَزَآءًۢ بِمَا کَانُوۡا یَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾
Maka tidak ada sesuatu jiwa
mengetahui apa yang tersembunyi bagi mereka dari penyejuk mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mere-ka kerjakan. (Al-Sajdah [32]:18).
Ketika Nabi Besar Muhammad saw. menggambarkan bentuk dan sifat nikmat
dan kesenangan surga, beliau saw. diriwayatkan
pernah bersabda: “Tiada mata pernah
melihatnya (nikmat surga itu) dan tiada pula telinga pernah mendengarnya, tidak
pula pikiran manusia dapat membayangkannya” (Bukhari, Kitab Bad’al-Khalaq).
Hadits itu menunjukkan bahwa nikmat
kehidupan ukhrawi tidak akan bersifat kebendaan.
Nikmat-nikmat itu akan merupakan penjelmaan-keruhanian
dari perbuatan dan tingkah-laku baik yang telah dikerjakan orang-orang bertakwa di alam dunia ini.
Gambaran Perumpamaan
(Kiasan)
Kata-kata yang dipergunakan untuk
menggambarkan nikmat-nikmat itu dalam
Al-Quran telah dipakai hanya dalam arti kiasan.
Ayat yang sekarang pun dapat berarti bahwa karunia
dan nikmat Ilahi yang akan
dilimpahkan kepada orang-orang beriman yang bertakwa
di alam akhirat bahkan jauh lebih baik dan jauh lebih berlimpah-limpah dari yang dikhayalkan atau dibayangkan. Nikmat-nikmat itu akan berada jauh di luar batas
jangkauan daya cipta manusia.
Dengan
sendirinya timbul pertanyaan: Mengapa nikmat-nikmat surga diberi nama yang biasa dipakai untuk benda-benda di bumi ini? Hal demikian
adalah karena seruan Al-Quran itu tidak hanya semata-mata tertuju kepada
orang-orang yang maju dalam bidang ilmu, karena itu Al-Quran mempergunakan
kata-kata sederhana yang dapat dipahami semua orang.
Dalam menggambarkan karunia Ilahi, Al-Quran telah mempergunakan nama benda atau barang yang
pada umumnya dipandang baik di bumi
ini, dan orang-orang beriman diajari bahwa mereka akan mendapat hal-hal itu semuanya dalam bentuk yang lebih baik di alam yang akan
datang.
Untuk menjelaskan perbedaan penting itulah maka dipakai kata-kata
yang telah dikenal, selain itu tidak ada persamaan antara kesenangan
duniawi dengan karunia-karunia
ukhrawi. Tambahan pula menurut Islam
kehidupan di akhirat itu tidak
ruhaniah dalam artian bahwa hanya
akan terdiri atas keadaan ruhani,
bahkan dalam kehidupan di akhirat pun
ruh manusia akan mempunyai semacam tubuh tetapi tubuh itu tidak bersifat benda.
“Keadaan Nyata” di Alam Mimpi
Orang dapat membuat tanggapan terhadap keadaan
itu dari gejala-gejala mimpi.
Pemandangan-pemandangan yang disaksikan orang dalam mimpi tidak dapat disebut keadaan
pikiran atau ruhani belaka, sebab
dalam keadaan dalam mimpi itu pun ia punya jisim,
dan kadang-kadang ia mendapatkan dirinya berada dalam kebun-kebun dengan sungainya,
makan buah-buahan, dan minum susu.
Sukar untuk mengatakan bahwa isi mimpi itu hanya keadaan alam pikiran belaka. Susu
yang dinikmati dalam mimpi tidak ayal
lagi merupakan pengalaman yang
sungguh-sungguh, tetapi tidak ada seorang pun yang dapat mengatakan
bahwa minuman itu susu biasa yang ada di dunia ini dan diminumnya.
Nikmat-nikmat ruhani kehidupan di
akhirat bukan akan berupa hanya
penyuguhan subyektif dari anugerah Allah Swt. yang kita nikmati di dunia ini, bahkan sebaliknya
bahwa apa yang kita peroleh di dunia ini
hanyalah gambaran anugerah nyata dan
benar dari Allah Swt.. yang
akan dijumpai orang di akhirat.
Tambahan pula bahwa “kebun-kebun“ adalah gambaran iman,
sedangkan “sungai-sungai” adalah gambaran amal
saleh. Jadi, sebagaimana di dunia
ini kebun-kebun tidak dapat tumbuh subur tanpa keberadaan sungai-sungai, begitu pula dalam dunia
keruhanian iman tidak dapat segar dan sejahtera tanpa perbuatan
baik (amal saleh). Dengan demikian untuk mencapai najat (keselamatan) iman dan amal saleh tidak dapat dipisahkan.
Kalimat “Setiap
kali diberikan kepada mereka buah-buahan dari kebun itu sebagai rezeki, mereka berkata: “Inilah yang telah direzekikan kepada kami
sebelumnya”, akan diberikan
kepada mereka yang serupa dengannya,“
Di akhirat kebun-kebun itu akan mengingatkan orang beriman akan imannya dalam kehidupan di dunia, sedangkan sungai-sungai
akan mengingatkan kembali kepada amal salehnya maka ia akan mengetahui bahwa iman dan amal salehnya
tidak sia-sia.
Keliru sekali mengambil kesimpulan dari
kata-kata: "Inilah yang telah diberikan kepada kami dahulu",
bahwa di surga orang-orang
beriman akan dianugerahi buah-buahan semacam yang dinikmati
mereka di bumi ini, sebab seperti
telah diterangkan di atas dalam kenyataannya keduanya
tidak sama.
Buah-buahan di akhirat sesungguhnya akan berupa gambaran mutu keimanannya sendiri. Ketika mereka hendak memakannya mereka segera akan mengenali dan ingat kembali bahwa buah-buahan
itu adalah hasil imannya di dunia,
dan karena rasa syukur atas nikmat berupa “buah-buah
surgawi” tersebut mereka akan
berkata: “inilah yang telah diberikan kepada kami dahulu.” Ungkapan ini
dapat pula berarti “apa yang telah dijanjikan kepada kami.”
Kata-kata “yang hampir serupa” tertuju kepada persamaan antara amal ibadah
yang dilakukan oleh orang-orang beriman
di bumi ini dan buah atau hasilnya di surga. Amal ibadah dalam kehidupan sekarang akan nampak kepada orang-orang
beriman sebagai hasil atau buah di
akhirat. Makin sungguh-sungguh dan makin sepadan ibadah manusia, makin banyak pula ia menikmati buah-buah yang menjadi bagiannya di surga serta makin baik pula buah-buah itu dalam nilai dan mutunya.
Jadi
untuk meningkatkan mutu buah-buahan
yang dikehendakinya terletak pada kekuatannya
sendiri. Ayat ini berarti pula bahwa makanan
ruhani orang-orang beriman di surga
akan sesuai dengan selera tiap-tiap
orang serta taraf kemajuan dan tingkat perkembangan ruhaninya masing-masing.
Makna “Kekal” &
Kiasan (Perumpamaan)
Kata-kata
“mereka akan kekal di dalamnya” berarti bahwa orang-orang beriman
di surga tidak akan pernah mengalami
sesuatu perubahan atau kemunduran. Bahkan mereka akan terus
menerus mengalami kesempurnaan
(QS.66:9). Orang akan mati hanya jika
ia tidak dapat menyerap zat makanan
atau bila orang lain membunuhnya.
Tetapi karena makanan surgawi akan benar-benar cocok untuk setiap orang dan karena orang-orang di sana akan
mempunyai kawan-kawan yang suci dan suka damai (salām) maka kematian dan kemunduran dengan sendirinya akan lenyap (QS.87:18-20; QS.93:5).
Orang-orang beriman juga akan mempunyai jodoh-jodoh suci di surga. Istri yang baik adalah sumber
kegembiraan dan kesenangan.
Orang-orang beriman berusaha mendapatkan
istri yang baik di dunia ini dan
mereka akan mempunyai jodoh-jodoh baik
dan suci di akhirat. Meskipun
demikian kesenangan di surga tidak
bersifat kebendaan.
Untuk penjelasan lebih lanjut tentang sifat dan hakikat
nikmat-nikmat surga, lihat pula Surah Al-Thūr, Al-Rahmān, dan Al-Wāqi’ah.
Namun yang pasti semua gambaran
mengenai keadaan surga – demikian
juga mengenai keadaan dalam neraka
jahannam – yang dikemukakan Allah Swt. dalam Al-Quran adalah kiasan atau perumpamaan, yang sebenarnya sangat tidak memadai, tetapi untuk sekedar membantu manusia untuk memahami hakikat sebenarnya dari keadaan-keadaan
di alam akhirat tersebut maka “terpaksa” Allah Swt. menggambarkannya berupa kiasan (perumpamaan), firman-Nya:
اِنَّ اللّٰہَ لَا یَسۡتَحۡیٖۤ اَنۡ یَّضۡرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوۡضَۃً
فَمَا فَوۡقَہَا ؕ فَاَمَّا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا فَیَعۡلَمُوۡنَ اَنَّہُ الۡحَقُّ
مِنۡ رَّبِّہِمۡ ۚ وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فَیَقُوۡلُوۡنَ مَا ذَاۤ اَرَادَ
اللّٰہُ بِہٰذَا مَثَلًا ۘ یُضِلُّ بِہٖ
کَثِیۡرًا ۙ وَّ یَہۡدِیۡ بِہٖ کَثِیۡرًا ؕ وَ مَا یُضِلُّ بِہٖۤ اِلَّا الۡفٰسِقِیۡنَ ﴿ۙ ﴾
Sesungguhnya
Allah tidak malu mengemukakan suatu perumpamaan sekecil nyamuk bahkan
yang lebih kecil dari itu, ada pun orang-orang yang beriman maka mereka mengetahui bahwa sesungguhnya perumpamaan itu
kebenaran dari Tu-han mereka,
sedangkan orang-orang kafir maka
mereka mengatakan: “Apa yang dikehendaki Allah dengan perumpamaan ini?” Dengannya
Dia menyesatkan banyak orang dan dengannya
pula Dia memberi petunjuk banyak orang, dan
sekali-kali tidak ada yang Dia sesatkan dengannya kecuali orang-orang fasik. (Al-Baqarah
[2]:27).
Lemah Bagai Nyamuk
Dharaba al-matsala
berarti: ia memberi gambaran atau pengandaian; ia membuat pernyataan; ia
mengemukakan perumpamaan (Lexicon
Lane; Taj-ul-‘Urusy,
dan QS.14:46). Allah Swt. telah menggambarkan surga dan neraka
dalam Al-Quran, dengan perumpamaan-perumpamaan
dan tamsilan-tamsilan.
Perumpamaan-perumpamaan dan tamsilan-tamsilan melukiskan mendalamnya arti
yang tidak dapat diungkapkan
sebaik-baiknya dengan jalan lain, dan dalam hal-hal keruhanian perumpamaan-perumpamaan dan tamsilan-tamsilan tersebut memberikan satu-satunya cara untuk dapat menyampaikan buah pikiran dengan baik.
Makna kalimat “Allah tidak
malu mengemukakan suatu perumpamaan sekecil
nyamuk bahkan
yang lebih kecil dari
itu“ bahwa kata-kata atau ungkapan yang dipakai untuk menggambarkan surga, mungkin tidak cukup dan tidak berarti bagaikan nyamuk,
yang dianggap oleh orang-orang Arab
sebagai makhluk yang lemah dan memang
pada hakikatnya demikian.
Orang-orang Arab berkata: Adh-‘afu
min ba’udhatin, artinya "ia lebih lemah dari nyamuk".
Meskipun demikian, perumpamaan-perumpamaan
dan tamsilan-tamsilan itu membantu untuk memunculkan dalam angan-angan
gambaran nikmat-nikmat surga
itu. Orang-orang beriman mengetahui bahwa kata-kata itu
hanya perumpamaan dan mereka berusaha
menyelami kedalaman artinya, tetapi orang-orang kafir mulai mencela perumpamaan-perumpamaan itu dan makin
bertambah dalam kesalahan dan kesesatan.
Fawq
berarti dan bermakna “lebih besar” dan “lebih kecil” dan dipakai dalam artian
yang sesuai dengan konteksnya (letaknya, ujung pangkalnya) — (Al-Mufradat Imam Raghib).
Maksud
kalimat adhallahullāh berarti: (1) Allah Swt. menetapkan dia berada dalam kekeliruan; (2)
Allah Swt. meninggalkan atau membiarkan dia sehingga ia tersesat (Kasysyaf);
(3) Allah Swt. mendapatkan atau
meninggalkan dia dalam kekeliruan atau membiarkan dia tersesat (Lexicon Lane).
(Bersambung).
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam
Farid
***
“Pajajaran Anyar”, 18 September 2012
Ki Langlang Buana Kusuma
Saya tdk setuju jika dikatakan bahwa kenikmatan surga bukan kebendaan. Anda menafikan firman Allah atau menafsirkan firman Allah sesuai dg logika anda semata. Kepercayaan yg demikian mirip dg kepercayaan umat Kristen yg meyakinan bahwa surga hanya bersifat rohani saja.
BalasHapusMemang sabda Nabi berikut ini: “Tiada mata pernah melihatnya (nikmat surga itu) dan tiada pula telinga pernah mendengarnya, tidak pula pikiran manusia dapat membayangkannya” (Bukhari, Kitab Bad’al-Khalaq).
Tapi firman Allah yg mengatakan disurga ada sungai susu, sungai madu harus kita yakini. Itu bersifat benda yg bisa diraba disentuh bukan hanya oleh badan rohani tetapi juga jasmani. Cuma susu jauh berkualitas dari yg ada didunia. Keputihannya blm pernah dilihat pembandingnya dengan warna putih dunia (tdk sama putihnya) dan bidadari disana sangat eloknya belum pernah kita melihat org seelok itu didunia. Itulah maksud ayat tdk pernah melihat seperti itu sebelumnya.
Jadi firman Allah tentang surga adalah benar dan harus kita yakini, dan jangan kita tafsirkan lain (coba baca buku tafsir dari ahlinya).
Namun memang benar apa yg tertulis di Al Quran tentang surga hanya sebagian kecil dari nikmat surga yg diinformasikan Allah. Namun kita percaya kenikmatan itu ada dan bersifat kebendaan/jasmani maupun rohani. Masih byk kenikmatan lainnya yg diluar jangkauan pikiran kita. Nanti Allah akan memberi kejutan yg besar bagi penghuni surga dg kenikmatan yg tdk bisa digambarkan.
Perumpamaan kok dianggap nyata...
BalasHapusEmang tempat sex disana...?
Masuk surga hanya untuk menggapai sex banyak banyak...?
Allah Ta’ala berfirman:
BalasHapusمَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ فِيهَا أَنْهَارٌ مِّن مَّاء غَيْرِ آسِنٍ وَأَنْهَارٌ مِن لَّبَنٍ لَّمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُ وَأَنْهَارٌ مِّنْ خَمْرٍ لَّذَّةٍ لِّلشَّارِبِينَ وَأَنْهَارٌ مِّنْ عَسَلٍ مُّصَفًّى
“(Apakah) perumpamaan (penghuni) jannah yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada beubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak beubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring.” (QS. Muhammad: 15)
Allah Ta’ala berfirman:
مَّثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ أُكُلُهَا دَآئِمٌ وِظِلُّهَا
“Perumpamaan syurga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti taman); mengalir sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak henti-henti sedang naungannya (demikian pula).” (QS. Ar-Ra’d: 35)
Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ إِنَّا لا نُضِيعُ أَجْرَ مَنْ أَحْسَنَ عَمَلاً. أُوْلَئِكَ لَهُمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهِمُ الأَنْهَارُ يُحَلَّوْنَ فِيهَا مِنْ أَسَاوِرَ مِن ذَهَبٍ وَيَلْبَسُونَ ثِيَابًا خُضْرًا مِّن سُندُسٍ وَإِسْتَبْرَقٍ مُّتَّكِئِينَ فِيهَا عَلَى الأَرَائِكِ نِعْمَ الثَّوَابُ وَحَسُنَتْ مُرْتَفَقًا
“Sesunggunya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan yang baik. Mereka itulah (orang-orang yang) bagi mereka surga ‘Adn, mengalir sungai-sungai di bawahnya; dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang mas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat istirahat yang indah.” (QS. Al-Kahfi: 30-31)
Kalo gak dikasih perumpamaan yg enak kayak gitu, mereka yg bernafsu besar jaman jahiliah gak akan mau kenal Allah....
BalasHapus