بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN
Bab 77
Kesibukan Aktivitas Penghuni Surga
Di
Dalam Surga
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam bagian
akhir Bab sebelum ini telah dijelaskan mengenai 9 orang pembuat makar buruk terhadap Nabi Shaleh a.s., yang jumlahnya kembali
terulang pada zaman Nabi Besar Muhammad
saw., sehingga dengan demikian jelaslah bahwa kisah-kisah para rasul Allah
dan kaum-kaumnya dalam Al-Quran,
bukan hanya sekedar merupakan informasi
mengenai keberadaan kaum-kaum purbakala
tersebut -- sebagaimana tuduhan para
penentang Al-Quran (QS.8:32); QS.16:25;
QS.68:16; QS.83:14-15) -- tetapi juga
mengandung nubuatan (kabar gaib)
bahwa kisah-kisah
tersebut akan terulang kembali.
Kembali
kepada pembahasan utama, selanjutnya Allah Swt. berfiman dalam Surah Yā Sīn:
اِنَّ اَصۡحٰبَ
الۡجَنَّۃِ الۡیَوۡمَ فِیۡ شُغُلٍ فٰکِہُوۡنَ ﴿ۚ ﴾ ہُمۡ وَ اَزۡوَاجُہُمۡ فِیۡ ظِلٰلٍ عَلَی الۡاَرَآئِکِ
مُتَّکِـُٔوۡنَ ﴿ ﴾ لَہُمۡ فِیۡہَا فَاکِہَۃٌ وَّ لَہُمۡ مَّا یَدَّعُوۡنَ ﴿ۚۖ ﴾ سَلٰمٌ ۟ قَوۡلًا مِّنۡ رَّبٍّ رَّحِیۡمٍ ﴿ ﴾
Sesungguhnya
para ahli surga pada hari itu akan bergembira dalam kesibukan mereka. Mereka dan istri-istri mereka berada di
tempat-tempat teduh sambil bersandar di atas dipan-dipan. Bagi mereka di dalamnya tersedia buah-buahan, dan bagi mereka apa
pun yang mereka minta. d”Salām” adalah ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang. (Yā
Sīn [33]:56-58).
Kesibukan Aktivitas Ahli Surga
Kalimat fī
syugulin mengandung makna bahwa kehidupan di alam akhirat yang pada
umumnya keliru diartikan itu, bukanlah kehidupan santai dan bermalas-malas, melainkan suatu kehidupan dengan kesibukan
kerja terus-menerus dan kemajuan ruhani yang senantiasa meningkat. Keterangan ayat selanjutnya “Mereka dan istri-istri mereka berada di
tempat-tempat teduh sambil bersandar di atas
dipan-dipan” sama sekali tidak menggambarkan kehidupan santai, melainkan menggambarkan bahwa segala kegembiraan dan kebahagiaan yang dirasakan oleh para penghuni surge bertambah lipat
ganda bila seseorang menikmatinya
bersama-sama dengan orang-orang yang
dicintainya.
Berikut adalah beberapa firman Allah
Swt. bahwa kehidupan di alam akhirat
– yakni di surga -- bukan merupakan kehidupan santai melainkan kehidupan yang penuh
dengan aktivitas positif, sebagai
akibat langsung dari keberadaan tingkatan-tingkatan kehidupan surgawi tiada
batas yang disediakan Allah Swt.
bagai para penghuni surga, firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا
تُوۡبُوۡۤا اِلَی اللّٰہِ تَوۡبَۃً نَّصُوۡحًا ؕ عَسٰی رَبُّکُمۡ اَنۡ یُّکَفِّرَ عَنۡکُمۡ سَیِّاٰتِکُمۡ وَ
یُدۡخِلَکُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ
تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ۙ یَوۡمَ لَا یُخۡزِی اللّٰہُ النَّبِیَّ
وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مَعَہٗ ۚ
نُوۡرُہُمۡ یَسۡعٰی بَیۡنَ
اَیۡدِیۡہِمۡ وَ بِاَیۡمَانِہِمۡ
یَقُوۡلُوۡنَ رَبَّنَاۤ
اَتۡمِمۡ لَنَا نُوۡرَنَا وَ اغۡفِرۡ لَنَا
ۚ اِنَّکَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ قَدِیۡرٌ ﴿ ﴾
Hai
orang-orang yang beriman, bertaubatlah
kepada Allah dengan seikhlas-ikhlas taubat. Boleh jadi Tuhan-mu akan menghapuskan dari kamu keburukan-keburukanmu dan akan memasukkan kamu ke dalam kebun-kebun yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, pada hari
ke-tika Allāh tidak akan menghinakan Nabi maupun orang-orang yang beriman
besertanya, cahaya mereka akan berlari-lari di hadapan mereka dan di
sebelah kanannya, mereka akan
berkata: “Hai Tuhan kami, sempurnakanlah
bagi kami cahaya kami, dan maafkanlah
kami, sesungguhnya Engkau
Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Al-Tahrīm [66]:9)
Kalimat “Hai Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami
cahaya kami“ menggambarkan keinginan
tidak kunjung padam bagi kesempurnaan
pada pihak orang-orang yang beriman di surga, menunjukkan bahwa kehidupan di surga itu bukanlah kehidupan
menganggur. Kebalikannya, kemajuan
ruhani di surga tiada berhingga sebab bila orang-orang beriman akan mencapai kesempurnaan yang menjadi ciri tingkat tertentu, mereka tidak akan
berhenti sampai di situ, melainkan serentak terlihat di hadapannya ada tingkat kesempurnaan lebih tinggi -- dan
diketahuinya bahwa tingkat yang didapati
olehnya itu bukan tingkat tertinggi --
maka ia akan maju terus dan seterusnya tanpa berakhir.
Makna Doa “Maghfirah” &
Ucapan “Salām”
Selanjutnya tampak, bahwa setelah masuk surga, orang-orang
beriman akan mencapai maghfirah –
penutupan kekurangan (Lexicon Lane).
Yakni mereka akan terus-menerus berdoa
kepada Allah untuk mencapai kesempurnaan
dan sama sekali tenggelam dalam Nur Ilahi dan akan terus naik kian
menanjak ke atas, dan memandang tiap-tiap tingkat sebagai ada kekurangan dibandingkan dengan tingkat lebih tinggi yang didambakan
oleh mereka, dan karena itu akan berdoa
kepada Allah Swt. supaya Dia menutupi
ketidaksempurnaannya sehingga mereka akan mampu mencapai tingkat lebih tinggi itu. Inilah makna
yang sesungguhnya mengenai istighfar yang diucapkan para penghuni
surga, yang secara harfiah berarti “mohon ampunan atas segala kealpaan.”
Dalam Surah Al-Quran lain Allah Swt.
berfirman mengenai gambaran kehidupan
surgawi yang dirasakan oleh para penghuninya:
اِنَّ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ
یَہۡدِیۡہِمۡ رَبُّہُمۡ بِاِیۡمَانِہِمۡ ۚ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہِمُ الۡاَنۡہٰرُ فِیۡ جَنّٰتِ
النَّعِیۡمِ ﴿ ﴾ دَعۡوٰىہُمۡ فِیۡہَا سُبۡحٰنَکَ اللّٰہُمَّ وَ
تَحِیَّتُہُمۡ فِیۡہَا سَلٰمٌ ۚ وَ اٰخِرُ دَعۡوٰىہُمۡ اَنِ الۡحَمۡدُ لِلّٰہِ رَبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿٪ ﴾
Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan beramal saleh, mereka akan diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena
keimanan mereka. Di bawah mereka mengalir sungai-sungai, di
dalam kebun-kebun kenikmatan. Seruan mereka di dalamnya: “Mahasuci Engkau, ya Allah! Dan ucapan salam mereka satu sama lain di
dalamnya: “Selamat sejahtera”, sedangkan akhir seruan mereka: “Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam.” (Yunus [10]:10-11).
Kata taht (di bawah) dalam
kalimat “Di bawah mereka mengalir sungai-sungai, di
dalam kebun-kebun kenikmatan ” digunakan di sini dalam arti kiasan, yang menyatakan pembawahan atau penguasaan. Dalam pengertian ini ungkapan di bawah mereka akan
berarti, bahwa para penghuni surga
akan menjadi penguasa dan pemilik sungai-sungai itu, dan bukan
hanya semata-mata menggunakannya sebagai penyewa
atau pemakai.
Fir’aun juga menggunakan kata taht
(dibawah) berkenaan kekuasaannya atas sungai-sungai
di wilayah kerajaan Mesir, firman-Nya:
وَ نَادٰی فِرۡعَوۡنُ فِیۡ قَوۡمِہٖ
قَالَ یٰقَوۡمِ اَلَیۡسَ لِیۡ مُلۡکُ مِصۡرَ وَ ہٰذِہِ الۡاَنۡہٰرُ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِیۡ ۚ اَفَلَا تُبۡصِرُوۡنَ ﴿ؕ ﴾
Dan Fir’aun
mengumumkan kepada kaumnya dengan berkata: "Hai kaumku, Bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku
dan sungai-sungai ini mengalir di bawah kekuasanku?
Maka apakah kamu tidak melihat? (Al-Zukhruf [43]:52).
Jadi, di dalam surga itu orang-orang akan bertasbih kepada Allah Swt.
atas kemauannya sendiri dan
secara naluri, sebab di sana hakikat benda-benda itu akan nampak
kepada manusia dan mereka akan menyadari,
bahwa setiap pekerjaan Allah Swt. dilandasi oleh kebijaksanaan yang mendalam. Kesadaran
itu akan menyebabkan mereka secara naluri
dan dengan serta merta berseru: Mahasuci Engkau, ya Allāh! Ayat ini
menegaskan juga, bahwa kesudahan orang-orang yang beriman itu senantiasa senang-bahagia. Mereka itu melahirkan
kegembiraannya dengan menyanjung
kemuliaan Allah Swt.: “Sedang akhir ucapan mereka: “Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam.”
Dengan satu kata tunggal, salām, yang
artinya “damai,” ayat ini
mengikhtisarkan semua nikmat surga
yang beraneka ragam itu ialah “damai
dengan Tuhan dan damai dengan diri sendiri,” yaitu ketenteraman
alam pikiran dan jiwa. Inilah
taraf tertinggi rahmat surgawi.
Makna Persamaan Rasa “Buah
Surgawi”
Dalam Surah Al-Quran berikut ini Allah Swt. mengemukakan tentang
keberadaan “jodoh-jodoh” (pasangan-pasangan) dan “buah-buah” di dalam surga untuk para penghuni Surga , firman-Nya:
وَ بَشِّرِ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ
اَنَّ لَہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ؕ کُلَّمَا رُزِقُوۡا مِنۡہَا مِنۡ ثَمَرَۃٍ
رِّزۡقًا ۙ قَالُوۡا ہٰذَا الَّذِیۡ رُزِقۡنَا مِنۡ قَبۡلُ ۙ وَ اُتُوۡا بِہٖ مُتَشَابِہًا ؕ وَ لَہُمۡ فِیۡہَاۤ اَزۡوَاجٌ
مُّطَہَّرَۃٌ ٭ۙ وَّ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Dan berilah kabar gembira orang-orang
yang beriman dan beramal saleh
bahwa sesungguhnya untuk
mereka ada kebun-kebun yang di ba-wahnya
mengalir sungai-sungai. Setiap kali diberikan kepada mereka buah-buahan dari kebun itu
sebagai rezeki, mereka berkata: “Inilah
yang telah direzekikan kepada kami sebelumnya”, akan diberikan kepada
mereka yang serupa dengannya, dan
bagi mereka di dalamnya ada jodoh-jodoh yang suci, dan
mereka akan kekal di dalamnya (Al-Baqarah
[2]:26).
Al-Quran mengajarkan bahwa tiap-tiap makhluk memerlukan pasangan untuk perkembangannya yang sempurna. Di dalam surga orang-orang bertakwa laki-laki dan perempuan akan mendapat jodoh suci untuk menyempurnakan perkembangan ruhani dan melengkapkan kebahagiaan mereka. Macam apakah jodoh itu hanya dapat diketahui kelak di
akhirat.
Ayat ini memberikan gambaran singkat mengenai ganjaran yang akan diperoleh orang-orang beriman di akhirat. Para
kritikus Islam telah melancarkan berbagai keberatan atas lukisan itu.
Kecaman-kecaman itu disebabkan oleh karena sama sekali, tidak memahami ajaran
Islam tentang nikmat-nikmat surgawi.
Al-Quran dengan tegas mengemukakan bahwa ada di luar kemampuan alam pikiran manusia untuk dapat mengenal hakikatnya (QS.32:18). Nabi Besar Muhammad saw. diriwayatkan pernah
bersabda: “Tidak ada mata telah
melihatnya, tidak ada pula telinga telah mendengarnya, dan tidak pula pikiran
manusia dapat mengirakannya” (Bukhari).
Dengan sendirinya timbul
pertanyaan: Mengapa nikmat-nikmat surga diberi nama
yang biasa dipakai untuk benda-benda di
bumi ini? Hal demikian adalah karena seruan Al-Quran itu tidak hanya
semata-mata tertuju kepada orang-orang yang maju dalam bidang ilmu, karena itu
Al-Quran mempergunakan kata-kata sederhana yang dapat dipahami semua orang.
(Bersambung).
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam
Farid
***
“Pajajaran Anyar”, 17 September 2012
Ki Langlang Buana Kusuma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar