Minggu, 16 September 2012

Kesibukan Aktivitas Penghuni Surga di Dalam Surga






بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


  SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN

Bab 77 

    Kesibukan Aktivitas Penghuni Surga
Di Dalam Surga

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma
                                                                                

Dalam bagian akhir Bab sebelum ini telah dijelaskan mengenai   9 orang pembuat makar buruk terhadap Nabi Shaleh a.s., yang jumlahnya kembali terulang  pada zaman Nabi Besar Muhammad saw., sehingga dengan demikian jelaslah bahwa kisah-kisah para rasul Allah dan kaum-kaumnya dalam Al-Quran, bukan hanya sekedar merupakan informasi mengenai keberadaan kaum-kaum purbakala tersebut  -- sebagaimana tuduhan para penentang Al-Quran (QS.8:32);   QS.16:25; QS.68:16; QS.83:14-15) --  tetapi juga mengandung nubuatan (kabar  gaib)  bahwa kisah-kisah tersebut  akan terulang kembali.
         Kembali kepada pembahasan utama, selanjutnya Allah Swt. berfiman dalam Surah Yā Sīn:
اِنَّ  اَصۡحٰبَ الۡجَنَّۃِ  الۡیَوۡمَ فِیۡ  شُغُلٍ فٰکِہُوۡنَ ﴿ۚ ﴾   ہُمۡ وَ اَزۡوَاجُہُمۡ فِیۡ ظِلٰلٍ عَلَی الۡاَرَآئِکِ مُتَّکِـُٔوۡنَ ﴿ ﴾   لَہُمۡ فِیۡہَا فَاکِہَۃٌ  وَّ لَہُمۡ مَّا یَدَّعُوۡنَ ﴿ۚۖ ﴾  سَلٰمٌ ۟ قَوۡلًا  مِّنۡ  رَّبٍّ  رَّحِیۡمٍ ﴿ ﴾

Sesungguhnya para ahli surga pada hari itu akan bergembira dalam kesibukan mereka.   Mereka dan istri-istri mereka berada di tempat-tempat teduh    sambil bersandar di atas dipan-dipan.  Bagi mereka di dalamnya tersedia buah-buahan, dan bagi mereka  apa pun yang mereka minta.  dSalām adalah  ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang. (Yā Sīn [33]:56-58).

Kesibukan Aktivitas Ahli Surga

      Kalimat fī syugulin  mengandung makna bahwa kehidupan di alam akhirat yang pada umumnya keliru diartikan itu, bukanlah kehidupan santai dan bermalas-malas,  melainkan suatu kehidupan dengan kesibukan kerja terus-menerus dan kemajuan ruhani yang senantiasa meningkat.  Keterangan ayat selanjutnya “Mereka dan istri-istri mereka berada di tempat-tempat teduh     sambil bersandar di atas dipan-dipan” sama sekali tidak menggambarkan kehidupan santai, melainkan menggambarkan bahwa segala kegembiraan dan kebahagiaan yang dirasakan oleh para penghuni surge bertambah lipat ganda bila seseorang menikmatinya bersama-sama dengan orang-orang yang dicintainya.
        Berikut adalah beberapa  firman Allah Swt. bahwa kehidupan di alam akhirat – yakni di surga --   bukan merupakan kehidupan santai melainkan kehidupan yang penuh dengan aktivitas positif, sebagai akibat langsung dari keberadaan tingkatan-tingkatan kehidupan surgawi  tiada batas yang disediakan Allah Swt. bagai para penghuni surga,  firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا تُوۡبُوۡۤا  اِلَی اللّٰہِ تَوۡبَۃً  نَّصُوۡحًا ؕ عَسٰی رَبُّکُمۡ  اَنۡ یُّکَفِّرَ عَنۡکُمۡ سَیِّاٰتِکُمۡ وَ یُدۡخِلَکُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ  مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ۙ یَوۡمَ لَا یُخۡزِی اللّٰہُ  النَّبِیَّ  وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مَعَہٗ ۚ  نُوۡرُہُمۡ  یَسۡعٰی بَیۡنَ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ بِاَیۡمَانِہِمۡ  یَقُوۡلُوۡنَ  رَبَّنَاۤ اَتۡمِمۡ  لَنَا نُوۡرَنَا وَ اغۡفِرۡ لَنَا ۚ اِنَّکَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ قَدِیۡرٌ ﴿ ﴾
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan seikhlas-ikhlas taubat. Boleh jadi Tuhan-mu akan menghapuskan dari kamu keburukan-keburukanmu dan akan memasukkan kamu ke dalam  kebun-kebun yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ke-tika Allāh tidak akan menghinakan Nabi maupun orang-orang yang beriman besertanya, cahaya mereka akan berlari-lari di hadapan mereka dan  di sebelah kanannya, mereka  akan berkata: “Hai Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami,  dan maafkanlah kami, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Al-Tahrīm [66]:9)
  Kalimat “Hai Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami“ menggambarkan keinginan tidak kunjung padam bagi kesempurnaan pada pihak orang-orang yang beriman di surga, menunjukkan bahwa kehidupan di surga itu bukanlah kehidupan menganggur. Kebalikannya, kemajuan ruhani di surga tiada berhingga sebab bila orang-orang beriman  akan mencapai kesempurnaan  yang menjadi ciri tingkat tertentu, mereka tidak akan berhenti sampai di situ, melainkan serentak terlihat di hadapannya ada tingkat kesempurnaan lebih tinggi -- dan diketahuinya bahwa tingkat yang didapati olehnya itu bukan tingkat tertinggi -- maka ia akan maju terus dan seterusnya tanpa berakhir.

Makna  Doa  Maghfirah” &
 Ucapan “Salām

  Selanjutnya tampak,  bahwa setelah masuk surga,  orang-orang beriman  akan mencapai maghfirah – penutupan kekurangan (Lexicon Lane). Yakni mereka akan terus-menerus berdoa kepada Allah untuk mencapai kesempurnaan dan sama sekali tenggelam dalam Nur Ilahi dan akan terus naik kian menanjak ke atas,  dan memandang tiap-tiap tingkat sebagai ada kekurangan dibandingkan dengan tingkat lebih tinggi yang didambakan oleh mereka, dan karena itu akan berdoa kepada Allah Swt. supaya Dia menutupi ketidaksempurnaannya sehingga mereka akan mampu mencapai tingkat lebih tinggi itu. Inilah makna yang sesungguhnya mengenai istighfar yang diucapkan  para penghuni surga,  yang secara harfiah berarti “mohon ampunan atas segala kealpaan.
        Dalam Surah Al-Quran lain Allah Swt. berfirman mengenai gambaran kehidupan surgawi yang dirasakan oleh para penghuninya:
اِنَّ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ یَہۡدِیۡہِمۡ رَبُّہُمۡ بِاِیۡمَانِہِمۡ ۚ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہِمُ  الۡاَنۡہٰرُ  فِیۡ  جَنّٰتِ  النَّعِیۡمِ ﴿ ﴾   دَعۡوٰىہُمۡ فِیۡہَا سُبۡحٰنَکَ اللّٰہُمَّ وَ تَحِیَّتُہُمۡ فِیۡہَا سَلٰمٌ ۚ وَ اٰخِرُ  دَعۡوٰىہُمۡ اَنِ  الۡحَمۡدُ  لِلّٰہِ  رَبِّ  الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿٪ ﴾
Sesungguhnya orang-orang  yang beriman dan beramal saleh, mereka akan diberi petunjuk oleh Tuhan mereka  karena  keimanan mereka. Di bawah   mereka mengalir sungai-sungai, di dalam kebun-kebun kenikmatan.    Seruan mereka di dalamnya: “Mahasuci Engkau, ya  Allah!  Dan ucapan salam  mereka satu sama lain di dalamnya: “Selamat sejahtera”, sedangkan  akhir seruan mereka: “Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam.” (Yunus [10]:10-11).
         Kata taht (di bawah) dalam kalimat “Di bawah   mereka mengalir sungai-sungai, di dalam kebun-kebun kenikmatan ” digunakan di sini dalam arti kiasan, yang menyatakan pembawahan atau penguasaan. Dalam pengertian ini ungkapan di bawah mereka akan berarti, bahwa para penghuni surga akan menjadi penguasa dan pemilik sungai-sungai itu, dan bukan hanya semata-mata menggunakannya sebagai penyewa atau pemakai.
      Fir’aun juga menggunakan kata taht (dibawah) berkenaan kekuasaannya atas sungai-sungai di wilayah kerajaan Mesir, firman-Nya:
وَ نَادٰی فِرۡعَوۡنُ فِیۡ  قَوۡمِہٖ  قَالَ یٰقَوۡمِ اَلَیۡسَ لِیۡ مُلۡکُ مِصۡرَ وَ ہٰذِہِ  الۡاَنۡہٰرُ تَجۡرِیۡ مِنۡ  تَحۡتِیۡ ۚ اَفَلَا  تُبۡصِرُوۡنَ ﴿ؕ ﴾
Dan Fir’aun mengumumkan kepada kaumnya dengan berkata: "Hai kaumku, Bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan sungai-sungai ini mengalir di bawah kekuasanku? Maka apakah kamu tidak melihat? (Al-Zukhruf [43]:52).
       Jadi, di dalam surga itu orang-orang akan bertasbih kepada  Allah Swt.  atas kemauannya sendiri dan secara naluri, sebab di sana hakikat benda-benda itu akan nampak kepada manusia dan mereka akan menyadari, bahwa setiap pekerjaan  Allah Swt. dilandasi oleh kebijaksanaan yang mendalam. Kesadaran itu akan menyebabkan mereka secara naluri dan dengan serta merta berseru: Mahasuci Engkau, ya Allāh! Ayat ini menegaskan juga, bahwa kesudahan orang-orang yang beriman itu senantiasa senang-bahagia. Mereka itu melahirkan kegembiraannya dengan menyanjung kemuliaan  Allah Swt.: “Sedang akhir ucapan mereka: “Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam.” 
        Dengan satu kata tunggal, salām, yang artinya  “damai,” ayat ini mengikhtisarkan semua nikmat surga yang beraneka ragam itu  ialah “damai dengan Tuhan dan damai dengan diri sendiri,” yaitu  ketenteraman alam pikiran dan jiwa. Inilah taraf tertinggi rahmat surgawi.

Makna Persamaan Rasa  Buah Surgawi” 

       Dalam Surah Al-Quran berikut ini Allah Swt. mengemukakan tentang keberadaan  jodoh-jodoh” (pasangan-pasangan) dan “buah-buah” di dalam surga untuk para penghuni Surga , firman-Nya:
وَ بَشِّرِ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ؕ  کُلَّمَا رُزِقُوۡا مِنۡہَا مِنۡ ثَمَرَۃٍ رِّزۡقًا ۙ قَالُوۡا ہٰذَا الَّذِیۡ رُزِقۡنَا مِنۡ قَبۡلُ ۙ وَ اُتُوۡا بِہٖ مُتَشَابِہًا ؕ وَ لَہُمۡ فِیۡہَاۤ اَزۡوَاجٌ مُّطَہَّرَۃٌ ٭ۙ وَّ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Dan berilah kabar gembira  orang-orang yang beriman dan beramal saleh bahwa sesungguhnya  untuk mereka ada kebun-kebun yang di ba-wahnya mengalir sungai-sungai. Setiap kali diberikan kepada mereka buah-buahan dari kebun itu sebagai rezeki, mereka berkata: “Inilah yang telah direzekikan kepada kami sebelumnya”, akan diberikan kepada mereka yang serupa dengannya, dan bagi mereka di dalamnya ada  jodoh-jodoh yang suci, dan mereka akan kekal di dalamnya (Al-Baqarah [2]:26).
       Al-Quran mengajarkan bahwa  tiap-tiap makhluk memerlukan pasangan untuk perkembangannya yang sempurna. Di dalam surga orang-orang bertakwa laki-laki dan perempuan akan mendapat jodoh suci untuk menyempurnakan perkembangan ruhani dan melengkapkan kebahagiaan mereka. Macam apakah jodoh itu hanya dapat diketahui kelak di akhirat.
       Ayat ini memberikan gambaran singkat mengenai ganjaran yang akan diperoleh orang-orang beriman di akhirat. Para kritikus Islam telah melancarkan berbagai keberatan atas lukisan itu. Kecaman-kecaman itu disebabkan oleh karena sama sekali, tidak memahami ajaran Islam tentang nikmat-nikmat surgawi. Al-Quran dengan tegas mengemukakan bahwa ada di luar kemampuan alam pikiran manusia untuk dapat mengenal hakikatnya (QS.32:18).  Nabi Besar Muhammad saw. diriwayatkan pernah bersabda: “Tidak ada mata telah melihatnya, tidak ada pula telinga telah mendengarnya, dan tidak pula pikiran manusia dapat mengirakannya” (Bukhari).
       Dengan sendirinya timbul pertanyaan:  Mengapa nikmat-nikmat surga diberi nama yang biasa dipakai untuk benda-benda di bumi ini? Hal demikian adalah karena seruan Al-Quran itu tidak hanya semata-mata tertuju kepada orang-orang yang maju dalam bidang ilmu, karena itu Al-Quran mempergunakan kata-kata sederhana yang dapat dipahami semua orang.

(Bersambung). 

Rujukan: The Holy Quran
Editor:    Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar”, 17 September 2012
Ki Langlang Buana Kusuma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar