Minggu, 30 September 2012

"Syaitan-syaitan" Penyebar Fitnah di Jalan Para Rasul Allah





بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


  SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN

Bab 92
   
  "Syaitan-syaitan" Penyebar Fitnah
di Jalan Para Rasul Allah 

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


Pada bagian akhir Bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai  Suraqah bin Malik bin Jusyam, yang dalam Al-Quran -- sebelum ia kemudian beriman kepada Nabi Besar Muhammad saw. – Allah Swt. menyebut dia syaitan, firman-Nya:
وَ اِذۡ زَیَّنَ لَہُمُ الشَّیۡطٰنُ اَعۡمَالَہُمۡ  وَ قَالَ لَا غَالِبَ لَکُمُ  الۡیَوۡمَ مِنَ النَّاسِ  وَ اِنِّیۡ جَارٌ لَّکُمۡ ۚ فَلَمَّا تَرَآءَتِ الۡفِئَتٰنِ نَکَصَ عَلٰی عَقِبَیۡہِ وَ قَالَ اِنِّیۡ بَرِیۡٓءٌ مِّنۡکُمۡ  اِنِّیۡۤ  اَرٰی مَا لَا تَرَوۡنَ  اِنِّیۡۤ  اَخَافُ اللّٰہَ ؕ وَ اللّٰہُ شَدِیۡدُ الۡعِقَابِ ﴿٪ ﴾
Dan ingatlah ketika  syaitan menampakkan indah kepada mereka amal-amal mereka dan berkata:  Tidak seorang pun di antara manusia yang dapat mengalahkan kamu pada hari ini, dan sesungguhnya aku pelindung kamu.” Tetapi tatkala kedua pasukan itu berhadapan satu sama lain, ia berbalik  atas tumitnya sambil berkata: “Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, sesungguhnya aku melihat apa yang tidak kamu lihat, sesungguhnya aku takut kepada Allah dan siksaan Allah sangat keras. (Al-Anfāl [8]:49).

Suraqah bin Malik Syaitan
yang Kemudian Beriman

      Diriwayatkan bahwa orang yang dimaksudkan syaitan dalam ayat ini adalah  Suraqah bin Malik bin Jusyam, yang menghasut orang-orang Makkah agar melawan orang-orang Islam dalam Perang Badar --  tetapi kemudian dia sendiri memeluk agama Islam. Lasykar Makkah masih di Makkah tatkala beberapa tokoh kabilah Quraisy menyatakan kekhawatiran bahwa jangan-jangan Banu Bakar, satu cabang Banu Kinanah,  yang bermusuhan dengan kaum Quraisy menyerang Makkah secara tak terduga di waktu mereka tidak ada di tempat atau menyerang lasykar Makkah dari belakang. Kekhawatiran mereka diredakan oleh Suraqah, salah seorang pemuka Banu Kinanah, yang meyakinkan mereka bahwa orang-orang dari sukunya tidak akan mendatangkan kemudaratan apa pun kepada mereka (Tafsir Ibnu Jarir, jld. X, hlm. 13).
     Tetapi ketika Suraqah menyaksikan tekad membaja orang-orang Islam dalam perang Badar maka rasa takut menguasai dirinya, sebab  setelah melihat mereka ia memperoleh keyakinan bahwa tekad mereka  adalah menang atau mati. Persis demikianlah dirasakan oleh Utbah dan Umair pada Hari Badar dan ia memberitahukan kepada orang-orang Makkah, bahwa orang-orang Islam nampaknya “seperti orang-orang yang mencari kematian” (Thabari).
      Dengan demikian jelaslah bahwa yang dimaksud dengan “jangan menyembah syaitan” dalam (QS.36:61-62) maknanya adalah  jangan mentaati orang-orang yang menolak “sujud” kepada Adam (Khalifah Allah) ketika diperintahkan Allah Swt. – sebagaimana yang dilakukan  iblis dan para pengikutnya -- yang akan selalu muncul dari zaman ke zaman,  setiap kali Allah Swt. membangkitkan rasul-Nya di kalangan Bani Adam (QS.7:35-73), termasuk di Akhir Zaman ini.

Syaitan-syaitan” Penyebar Fitnah

      Berikut beberapa firman Allah Swt. lainnya yang telah menyebut para penentang rasul-rasul Allah dengan sebutan “syaitan” dalam Al-Quran:
تَاللّٰہِ  لَقَدۡ  اَرۡسَلۡنَاۤ  اِلٰۤی اُمَمٍ مِّنۡ قَبۡلِکَ فَزَیَّنَ لَہُمُ الشَّیۡطٰنُ اَعۡمَالَہُمۡ فَہُوَ وَلِیُّہُمُ الۡیَوۡمَ  وَ لَہُمۡ  عَذَابٌ  اَلِیۡمٌ ﴿﴾
Demi Allah, sungguh Kami benar-benar  telah mengirimkan rasul-rasul kepada semua umat yang sebelum engkau,  tetapi syaitan menampakkan perbuatan mereka indah bagi mereka, maka  ia menjadi pemimpin  mereka pada hari itu dan bagi mereka azab yang pedih. (Al-Nahl [16]:64).
      Ada pun yang dimaksud dengan kalimat “tetapi syaitan menampakkan perbuatan mereka indah bagi mereka“,  diterangkan oleh firman Allah Swt. sebelumnya mengenai Suraqah bin Malik yang  memprovokasi Abu Jahal dan kawan-kawannya  agar berangkat ke Badar menyerang Nabi Besar Muhammad saw.  dan umat Islam, dengan  mengatakan: Tidak seorang pun di antara manusia yang dapat mengalahkan kamu pada hari ini, dan sesungguhnya aku pelindung kamu.”   (QS.8:49).
       Dalam firman berikut ini diterangkan perbuatan buruk lainnya yang dilakukan “syaitan” – yakni para penentang rasul Allah    yaitu menyebar berbagai fitnah dan informasi dusta lainnya berkenaan rasul Allah yang mereka dustakan dan tentang, terutama Nabi Besar Muhammad saw.,  firman-Nya:
وَ مَاۤ  اَرۡسَلۡنَا مِنۡ قَبۡلِکَ مِنۡ رَّسُوۡلٍ وَّ لَا نَبِیٍّ  اِلَّاۤ  اِذَا تَمَنّٰۤی اَلۡقَی الشَّیۡطٰنُ فِیۡۤ اُمۡنِیَّتِہٖ ۚ فَیَنۡسَخُ اللّٰہُ مَا یُلۡقِی الشَّیۡطٰنُ ثُمَّ  یُحۡکِمُ  اللّٰہُ  اٰیٰتِہٖ ؕ وَ  اللّٰہُ عَلِیۡمٌ  حَکِیۡمٌ  ﴿ۙ ﴾  لِّیَجۡعَلَ مَا یُلۡقِی الشَّیۡطٰنُ فِتۡنَۃً لِّلَّذِیۡنَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمۡ مَّرَضٌ وَّ الۡقَاسِیَۃِ  قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ اِنَّ الظّٰلِمِیۡنَ لَفِیۡ شِقَاقٍۭ بَعِیۡدٍ ﴿ۙ ﴾
Dan Kami tidak pernah mengutus seorang rasul dan tidak pula seorang nabi melainkan apabila ia menginginkan sesuatu maka syaitan meletakkan hambatan pada keinginannya, tetapi Allah melenyapkan hambatan yang diletakkan oleh syaitan, dan Allah  Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.   Supaya Dia menjadikan rintangan yang diletakkan oleh syaitan sebagai ujian bagi orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit  dan mereka yang hatinya keras, dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu benar-benar dalam permusuhan yang sangat. (Al-Hajj [22]:53-54).
     Ayat ini dengan sengaja telah disalah-tafsirkan dan artinya sengaja diputar-balikkan oleh para pujangga Kristen yang berprasangka. Mereka berkata bahwa pada suatu hari di Makkah ketika Nabi Besar Muhammad saw. membaca ayat ke-20 dan 21 Surah Al-Najm: “Kini katakanlah kepadaku tentang Lat dan Uzza, dan Manat, yang ketiga, berhala betina yang lain ” maka syaitan meletakkan dalam mulut beliau saw. kata-kata  “tilkal gharaniq al-’ulā , wa inna syafa’atuhunna laturtaja,” artinya  ini adalah dewi-dewi yang mulia dan syafaat mereka diharap-harapkan.”
       Mereka menyebutnya “Kealpaan Muhammad,” atau “Kompromi beliau dengan kemusyrikan.”  Kenyataan sejarah kenabian beliau saw. membuktikan bahwa Nabi Besar Muhammad saw.   tidak pernah berkompromi dengan kemusyrikan, begitu pula tidak pernah ada kekhilafan atau kelengahan dari beliau saw..
     Tuduhan atau fitnah ini menunjukkan keinginan mereka, bahwa beliau saw. mempunyai buah pikiran ke arah itu. Para kritisi ini selamanya mencari-cari kesempatan untuk menemukan suatu kelengahan dalam wujud Nabi Besar Muhammad saw.,  apabila mereka tidak dapat menemukan sesuatu – dan tidak akan pernah menemukannya – lalu  mereka sendiri mengada-adakan sesuatu dan menuduhkannya kepada beliau saw.. Mereka berkata  bahwa ayat ini menunjuk kepada kejadian tersebut di atas.

Pemeliharaan Kemurnian  Al-Quran

      Kami akan membahas seluas-luasnya peristiwa itu, apabila kita sampai kepada ayat yang bersangkutan (QS.53:20, 21). Cukuplah dikatakan di sini bahwa seluruh kisah ini didustakan secara kenyataan, bahwa Surah ke-53 itu menurut kesepakatan para ahli telah diturunkan pada tahun ke-5 Nabawi di Makkah, sedang Surah yang sekarang ini (QS.22:53-54) diwahyukan di Medinah, atau di Makkah menjelang keberangkatan Rasulullah saw. ke Medinah pada tahun ke-13 Nabawi.
        Jadi mustahil bahwa Allah Swt. harus menunggu-nunggu 8 tahun lamanya untuk menunjuk kepada kejadian tersebut dalam ayat ini. Lebih-lebih lagi kisah rekayasa semua ahli tafsir yang cendekia ini telah ditolak sebagai hal yang sama sekali tidak mempunyai dasar.
   Di samping itu, tidak ada sesuatu kata dalam ayat ini, membenarkan pengada-adaan dusta yang begitu menyolok mata. Arti ayat ini amat jelas. Ayat ini bermaksud mengemukakan, bahwa apabila seorang nabi (rasul) Allah ingin mencapai tujuannya pengutusannya oleh Allah Swt. --  yaitu bila ia menyampaikan amanat kebenaran dan menginginkan supaya Keesaan (Tauhid)  Ilahi dapat ditegakkan di muka bumi, lalu  orang-orang yang bersifat syaitan, berusaha menghambat majunya kebenaran, dengan meletakkan segala macam rintangan pada jalannya.
       Mereka ingin melihat misi suci  rasul Allah mengalami kegagalan. Tetapi mereka tidak dapat menghancurkan rencana Ilahi, dan  Allah Swt. menghilangkan semua hambatan yang diletakkan syaitan-syaitan – yakni para pemimpin kekafiran -- dan membuat tujuan kebenaran itu memperoleh keunggulan dan kemenangan (QS.58:21-22).  
       Ayat QS.22:53-54  sebelum ini  mempunyai pengertian umum. Tidak ada alasan untuk menyatakan  bahwa ayat ini khusus ditujukan kepada Nabi Besar Muhammad saw.. Tambahan pula tidak mungkin syaitan merusak kemurnian wahyu Al-Quran. Allah Swt. menyatakan wajib atas diri-Nya Sendiri melindungi Al-Quran terhadap semua campur-tangan dan penyisipan (QS.15:10; QS.7:27-29), bahkan pendapat ilmiah para cendekiawan Kristen pun telah mempertahankan kebenaran pendakwaan Al-Quran tersebut.
      Ayat selanjutnya  (QS.22:54) mendukung penafsiran yang telah kami berikan mengenai ayat yang sebelumnya. Tidak ada alasan untuk membenarkan kisah yang tidak mempunyai dasar yang diada-adakan oleh sementara para ahli tafsir yang kurang paham  sehubungan dengan ayat ini.
      Ayat ini bermaksud mengemukakan bahwa orang-orang berwatak syaitan berusaha meletakkan segala macam rintangan guna menggagalkan tersiar-luasnya amanat seorang nabi (rasul) Allah, supaya kemajuannya dapat dicegah dan “orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit” dapat disesatkan. Tetapi Allah Swt. menghilangkan segala rintangan semacam itu, dan sesudah mula-mula mengalami kegagalan-kegagalan sementara maka kemudian kebenaran itu terus berderap maju mencapai kemajuan yang merata.

(Bersambung). 

Rujukan: The Holy Quran
Editor:    Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar”,  1 Oktober  2012
Ki Langlang Buana Kusuma


Tidak ada komentar:

Posting Komentar