Senin, 24 September 2012

Hakikat "Minuman Surgawi Zanjabil" & Mata Air "Salsabil"





بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


  SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN


Bab 84
    
 Hakikat “Minuman Surgawi Zanjabil" &
Mata Air "Salsabil

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


Pada bagian akhir Bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai  firman Allah Swt. berikut ini:
اِنَّ  الۡمُتَّقِیۡنَ  فِیۡ  جَنّٰتٍ  وَّ عُیُوۡنٍ ﴿ؕ ﴾   اُدۡخُلُوۡہَا بِسَلٰمٍ  اٰمِنِیۡنَ ﴿ ﴾   وَ نَزَعۡنَا مَا فِیۡ صُدُوۡرِہِمۡ مِّنۡ غِلٍّ اِخۡوَانًا عَلٰی  سُرُرٍ  مُّتَقٰبِلِیۡنَ ﴿ ﴾  لَا  یَمَسُّہُمۡ فِیۡہَا نَصَبٌ  وَّ  مَا ہُمۡ  مِّنۡہَا بِمُخۡرَجِیۡنَ ﴿ ﴾
Sesungguhnya  orang-orang yang bertakwa akan berada di dalam kebun-kebun dan mata air-mata air yang mengalir.    Dikatakan: “Masuklah kamu   ke dalamnya dengan selamat sejahtera dan aman.”  Dan   Kami akan  mencabut segala dendam yang ada dalam dada mereka, sehingga mereka merasa bersaudara, duduk berhadap-hadapan di atas tahta-tahta,   di dalamnya   keletihan tidak akan menyentuh mereka  dan  mereka sama sekali tidak akan dikeluarkan darinya.  (Al-Hijr [15]:46-49).
    Kebebasan sepenuhnya dari setiap corak perasaan takut dan cemas serta perasaan damai yang sempurna dalam alam pikiran dan kepuasan hati berpadu dengan keridhaan Allah Swt. merupakan tingkat tertinggi surga, yang telah dijanjikan Al-Quran kepada orang-orang beriman di dunia ini dan di akhirat, sebagaimana diperlihatkan oleh ayat ini dan ayat sebelumnya.  Mengisyaratkan kepada kenyataan itu pulalah firman-Nya berikut ini:
وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَا نُکَلِّفُ نَفۡسًا اِلَّا وُسۡعَہَاۤ ۫ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ  الۡجَنَّۃِ ۚ ہُمۡ   فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿ ﴾  وَ نَزَعۡنَا مَا فِیۡ صُدُوۡرِہِمۡ مِّنۡ غِلٍّ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہِمُ الۡاَنۡہٰرُ ۚ وَ قَالُوا الۡحَمۡدُ لِلّٰہِ الَّذِیۡ ہَدٰىنَا لِہٰذَا ۟ وَ مَا کُنَّا لِنَہۡتَدِیَ لَوۡ لَاۤ  اَنۡ ہَدٰىنَا اللّٰہُ ۚ لَقَدۡ جَآءَتۡ رُسُلُ رَبِّنَا بِالۡحَقِّ ؕ وَ نُوۡدُوۡۤا اَنۡ تِلۡکُمُ الۡجَنَّۃُ  اُوۡرِثۡتُمُوۡہَا بِمَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ ﴿ ﴾
Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh Kami tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya, mereka inilah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya. Dan Kami  mencabut segala dendam  yang ada di dalam dada mereka.  Di bawah mereka  mengalir sungai-sungai dan mereka berkata: Segala puji bagi Allah Yang telah menunjuki kami kepada surga ini, dan kami  sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk seandainya  Allah tidak memberi kami petunjuk. Sungguh benar-benar  telah datang rasul-rasul Tuhan kami dengan haq.” Dan akan diserukan kepada mereka: “Inilah surga yang diwariskan kepadamu sebagai ganjaran atas apa yang senantiasa kamu kerjakan.” (Al-A’rāf [7]: 43-44).
  Pada hakikatnya, kehidupan surgawi dimulai sejak dari dunia ini juga  (QS.55:47) dan seseorang dikatakan sedang menikmati kehidupan surgawi apabila hatinya bebas dari rasa permusuhan, irihati, dendam-kesumat, dan kegelisahan mental.

Minuman Campuran Zanjabil  

    Kata zanjabil sebagai kata majemuk, ialah, paduan kata zanā (naik) dan jabal (gunung), berarti ia mendaki gunung. Zanjabil atau jahe itu sangat berfaedah guna membangkitkan suhu badan, panas secara alamiah. Zanjabil memberi kekuatan dan membangkitkan suhu panas dalam badan yang lemah sehingga orang itu mampu mendaki ketinggian-ketinggian yang terjal.
   Kedua ayat itu yang di dalamnya kata kafūr (kamper) dan kata zanjabil (jahe) disebut, dimaksudkan memikat perhatian kepada kedua tingkat keadaan ruhani (jiwa) yang orang beriman harus melaluinya untuk meraih kemajuan ruhani, dari tingkat rendah sebagai budak nafsunya (nafs Ammarah  - QS.12:54) ke ketinggian   akhlak  dan ketakwaan.
   Tingkat pertama, yang pada tingkat itu zat-zat racun ditindas dan gejolak nafsu pada tingkatan nafs Ammarah jadi mereda, disebut tingkat kafur, sebab pada tingkat inilah penindasan (penekanan) terhadap zat-zat racun atau hawa-nafsu berlaku, seperti halnya kapur dapat menekan  lumpur dalam air sumur yang baru digali  sehingg menjadi bening, atau seperti kamper mempunyai khasiat melenyapkan akibat yang kuat dorongan nafsu.
    Tetapi  kekuatan ruhani yang diperlukan guna mengatasi segala kesukaran diperoleh pada tingkat kedua, yang disebut tingkat zanjabil, yaitu  jahe ruhani yang mempunyai khasiat seperti obat kuat pada sistem keruhanian adalah pengejawantahan keindahan dan kemuliaan Ilahi, yang memberi makan kepada ruh. Dibantu oleh penjelmaan itu sang pengembara ruhani mampu menempuh padang pasir tandus dan menaiki ketinggian-ketinggian terjal yang dijumpai olehnya pada perjalanan ruhaninya menuju “perjumpaan” dengan Sang Kekasih hakiki yang sangat dirindukannya, yaitu Allah Swt., firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الۡاِنۡسَانُ  اِنَّکَ کَادِحٌ  اِلٰی رَبِّکَ کَدۡحًا  فَمُلٰقِیۡہِ ۚ﴿﴾
 Hai manusia, sesungguhnya engkau bekerja keras dengan sungguh-sungguh menuju Tuhan engkau, maka engkau akan bertemu dengan-Nya. (Al-Insyiqaq [84]:7).

Mata Air Salsabil &
Nikmat-nikmat Surgawi

    Kata salsabil yang secara harfiah berarti “menanyakan jalan yang harus ditempuh”, makna ayat ini ialah pada tingkat zanjabil  (minuman jahe ruhani) sang pengembara ruhani atau salik menjadi begitu mabuk cinta kepada Allah Swt. sehingga dalam kerinduannya yang meluap-luap hendak berjumpa dengan Allah  Swt, ia bertanya di mana-mana dan kepada setiap orang akan menanyakan jalan pendekatan terdekat dan tercepat ke ambang pintu Ilahi.
   Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai berbagai nikmat-nikmat surgawi yang akan dianugerahkan Allah Swt. kepada para penghuhi surga:
 وَ یَطُوۡفُ عَلَیۡہِمۡ وِلۡدَانٌ  مُّخَلَّدُوۡنَ ۚ اِذَا  رَاَیۡتَہُمۡ حَسِبۡتَہُمۡ  لُؤۡلُؤًا مَّنۡثُوۡرًا ﴿ ﴾  وَ اِذَا  رَاَیۡتَ ثَمَّ رَاَیۡتَ نَعِیۡمًا وَّ مُلۡکًا کَبِیۡرًا ﴿ ﴾  عٰلِیَہُمۡ  ثِیَابُ سُنۡدُسٍ خُضۡرٌ وَّ اِسۡتَبۡرَقٌ ۫ وَّ حُلُّوۡۤا  اَسَاوِرَ مِنۡ فِضَّۃٍ ۚ وَ  سَقٰہُمۡ  رَبُّہُمۡ  شَرَابًا طَہُوۡرًا ﴿ ﴾  اِنَّ  ہٰذَا کَانَ لَکُمۡ جَزَآءً وَّ کَانَ سَعۡیُکُمۡ  مَّشۡکُوۡرًا ﴿٪ ﴾ اِنَّا نَحۡنُ نَزَّلۡنَا عَلَیۡکَ الۡقُرۡاٰنَ تَنۡزِیۡلًا ﴿ۚ ﴾
Dan mereka dikelilingi pemuda-pemuda yang tetap muda. Apabila engkau melihat mereka, engkau menyangka mereka itu mutiara-mutiara yang bertaburan.  Dan apabila engkau melihat niscaya engkau akan melihat kenikmatan dan kerajaan besar. Pada mereka ada pakaian-pakaian dari  sutera halus hijau dan sutera tebal, dan mereka dipakaikan  gelang-gelang perak, dan Tuhan mereka memberi mereka minum-minuman murni.  Sesungguhnya ini adalah ganjaran bagi kamu dan usahamu dihargai. (Al-Dahr [76]:20-24).
   Sebagai imbuhan bagi kerajaan ruhani yang dijanjikan kepada orang-orang beriman yang bertakwa di akhirat, para sahabat Nabi Besar Muhammad saw.   diberi hak menguasai kerajaan-kerajaan besar di zaman mereka dalam kehidupan ini juga. Inilah makna lain  dari kalimat  mereka akan mengenakan gelang-gelang emas dan mutiara” dan “duduk di atas tahta-tahta” (QS.34:34-36;  QS.15:46-49).
  Sementara di tingkat kafūr pada perjalanan ruhani sang pengembara ruhani  yang mabuk cinta Ilahi, ia dilukiskan berusaha minum anggur cinta Ilahi atau sungai Arak (QS.47:16; QS.76:6) dan pada tingkat zanjabil ia diberi oleh orang-orang lain minuman yang menghidupkan (QS.76:18), pada tingkat terakhir atau tingkat salsabil Allah Swt. Sendiri memberi dia eliksir atau zat kehidupan kekal abadi. Itulah peningkatan penting dalam ketiga macam minuman surgawi.
    Minuman pertama dicampur dengan kamper (kapur)  yang mempunyai khasiat menyejukkan. Minuman itu mendinginkan hasrat-hasrat dan hawa nafsu rendah. Minuman kedua dicampur dengan jahe (zanjabil) mempunyai khasiat memanasi yang merangsang keinginan mengejar nilai ketakwaan, dan salsabil menandai tingkat ketiga, ketika orang-orang beriman dengan sendirinya akan taat menempuh jalan yang ditunjukkan dan mengikuti jalan ketakwaan.

 (Bersambung). 

Rujukan: The Holy Quran
Editor:    Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar”, 25 September 2012


3 komentar:

  1. sangat bermanfaat. terima kasih

    BalasHapus
  2. Mana dalil naqli dan dalil aqli nya,ilmu tafsir harus sesuai dgn syar'i,bila tidak akan melahirkan bid'ah,dan anda akan diminta pertanggung jawabannya di akhirat sana bila anda orang yg bertakwa dan bertawakal kepada Allah azza wa jalla

    BalasHapus
  3. Mana dalil naqli dan dalil aqli nya,ilmu tafsir harus sesuai dgn syar'i,bila tidak akan melahirkan bid'ah,dan anda akan diminta pertanggung jawabannya di akhirat sana bila anda orang yg bertakwa dan bertawakal kepada Allah azza wa jalla

    BalasHapus