بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN
Bab 84
Hakikat “Minuman Surgawi Zanjabil" &
Mata Air "Salsabil”
Mata Air "Salsabil”
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Ki Langlang Buana Kusuma
Pada bagian akhir Bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai firman Allah Swt. berikut ini:
اِنَّ الۡمُتَّقِیۡنَ
فِیۡ جَنّٰتٍ وَّ عُیُوۡنٍ ﴿ؕ ﴾ اُدۡخُلُوۡہَا بِسَلٰمٍ اٰمِنِیۡنَ ﴿ ﴾ وَ نَزَعۡنَا مَا فِیۡ صُدُوۡرِہِمۡ مِّنۡ غِلٍّ
اِخۡوَانًا عَلٰی سُرُرٍ مُّتَقٰبِلِیۡنَ ﴿ ﴾ لَا یَمَسُّہُمۡ فِیۡہَا نَصَبٌ وَّ مَا
ہُمۡ مِّنۡہَا بِمُخۡرَجِیۡنَ ﴿ ﴾
Sesungguhnya
orang-orang yang bertakwa akan berada di dalam kebun-kebun dan mata air-mata air yang mengalir. Dikatakan: “Masuklah kamu ke dalamnya dengan selamat sejahtera dan aman.”
Dan Kami
akan mencabut segala dendam yang ada dalam dada mereka, sehingga
mereka merasa bersaudara, duduk
berhadap-hadapan di atas tahta-tahta,
di
dalamnya keletihan
tidak akan menyentuh mereka dan mereka sama sekali tidak akan dikeluarkan darinya. (Al-Hijr [15]:46-49).
Kebebasan sepenuhnya dari setiap corak perasaan takut dan cemas
serta perasaan damai yang sempurna
dalam alam pikiran dan kepuasan hati berpadu dengan keridhaan Allah Swt. merupakan tingkat tertinggi surga, yang telah
dijanjikan Al-Quran kepada orang-orang
beriman di dunia ini dan di akhirat, sebagaimana diperlihatkan oleh ayat
ini dan ayat sebelumnya. Mengisyaratkan
kepada kenyataan itu pulalah firman-Nya berikut ini:
وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَا
نُکَلِّفُ نَفۡسًا اِلَّا وُسۡعَہَاۤ ۫ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ الۡجَنَّۃِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿ ﴾ وَ نَزَعۡنَا مَا فِیۡ صُدُوۡرِہِمۡ مِّنۡ
غِلٍّ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہِمُ الۡاَنۡہٰرُ ۚ وَ قَالُوا الۡحَمۡدُ لِلّٰہِ
الَّذِیۡ ہَدٰىنَا لِہٰذَا ۟ وَ مَا کُنَّا لِنَہۡتَدِیَ لَوۡ لَاۤ اَنۡ ہَدٰىنَا اللّٰہُ ۚ لَقَدۡ جَآءَتۡ
رُسُلُ رَبِّنَا بِالۡحَقِّ ؕ وَ نُوۡدُوۡۤا اَنۡ تِلۡکُمُ الۡجَنَّۃُ اُوۡرِثۡتُمُوۡہَا بِمَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ
﴿ ﴾
Dan orang-orang yang beriman
dan beramal saleh Kami tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya, mereka
inilah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya. Dan Kami mencabut segala dendam yang ada di dalam dada mereka. Di bawah mereka mengalir
sungai-sungai dan mereka berkata: ”Segala puji bagi Allah Yang telah menunjuki kami kepada surga
ini, dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk
seandainya Allah tidak memberi kami petunjuk. Sungguh benar-benar telah
datang rasul-rasul Tuhan kami dengan haq.” Dan akan diserukan kepada
mereka: “Inilah surga yang diwariskan
kepadamu sebagai ganjaran atas apa
yang senantiasa kamu kerjakan.” (Al-A’rāf [7]: 43-44).
Pada hakikatnya, kehidupan surgawi dimulai sejak dari dunia ini juga (QS.55:47) dan seseorang dikatakan sedang menikmati kehidupan surgawi apabila hatinya bebas dari rasa permusuhan, irihati, dendam-kesumat,
dan kegelisahan mental.
Minuman Campuran Zanjabil
Kata zanjabil
sebagai kata majemuk, ialah, paduan kata zanā (naik) dan jabal (gunung),
berarti ia mendaki gunung. Zanjabil atau jahe itu sangat berfaedah guna
membangkitkan suhu badan, panas secara alamiah. Zanjabil memberi
kekuatan dan membangkitkan suhu panas dalam badan yang lemah sehingga orang itu
mampu mendaki ketinggian-ketinggian yang terjal.
Kedua ayat itu yang di
dalamnya kata kafūr (kamper) dan kata zanjabil (jahe) disebut,
dimaksudkan memikat perhatian kepada kedua
tingkat keadaan ruhani (jiwa) yang
orang beriman harus melaluinya untuk meraih kemajuan
ruhani, dari tingkat rendah sebagai budak
nafsunya (nafs Ammarah - QS.12:54) ke
ketinggian akhlak dan ketakwaan.
Tingkat pertama, yang
pada tingkat itu zat-zat racun
ditindas dan gejolak nafsu pada
tingkatan nafs Ammarah jadi mereda,
disebut tingkat kafur, sebab pada
tingkat inilah penindasan (penekanan)
terhadap zat-zat racun atau hawa-nafsu berlaku, seperti halnya kapur dapat menekan lumpur
dalam air sumur yang baru digali sehingg menjadi bening, atau seperti kamper mempunyai khasiat melenyapkan
akibat yang kuat dorongan nafsu.
Tetapi kekuatan
ruhani yang diperlukan guna mengatasi segala kesukaran diperoleh pada
tingkat kedua, yang disebut tingkat zanjabil, yaitu jahe
ruhani yang mempunyai khasiat seperti obat
kuat pada sistem keruhanian
adalah pengejawantahan keindahan dan kemuliaan Ilahi, yang memberi makan kepada ruh. Dibantu oleh penjelmaan
itu sang pengembara ruhani mampu
menempuh padang pasir tandus dan
menaiki ketinggian-ketinggian terjal
yang dijumpai olehnya pada perjalanan ruhaninya menuju “perjumpaan” dengan Sang Kekasih hakiki yang sangat dirindukannya, yaitu Allah Swt.,
firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الۡاِنۡسَانُ
اِنَّکَ کَادِحٌ اِلٰی رَبِّکَ
کَدۡحًا فَمُلٰقِیۡہِ ۚ﴿﴾
Hai manusia,
sesungguhnya engkau bekerja keras dengan
sungguh-sungguh menuju Tuhan engkau, maka engkau akan bertemu dengan-Nya. (Al-Insyiqaq [84]:7).
Mata Air Salsabil &
Nikmat-nikmat Surgawi
Kata salsabil
yang secara harfiah berarti “menanyakan
jalan yang harus ditempuh”, makna ayat ini ialah pada tingkat zanjabil
(minuman jahe ruhani) sang pengembara
ruhani atau salik menjadi begitu mabuk cinta kepada Allah Swt. sehingga
dalam kerinduannya yang meluap-luap
hendak berjumpa dengan Allah Swt, ia bertanya
di mana-mana dan kepada setiap orang
akan menanyakan jalan pendekatan terdekat
dan tercepat ke ambang pintu Ilahi.
Selanjutnya Allah Swt.
berfirman mengenai berbagai nikmat-nikmat
surgawi yang akan dianugerahkan Allah Swt. kepada para penghuhi surga:
وَ یَطُوۡفُ عَلَیۡہِمۡ وِلۡدَانٌ
مُّخَلَّدُوۡنَ ۚ اِذَا
رَاَیۡتَہُمۡ حَسِبۡتَہُمۡ
لُؤۡلُؤًا مَّنۡثُوۡرًا ﴿ ﴾ وَ اِذَا
رَاَیۡتَ ثَمَّ رَاَیۡتَ نَعِیۡمًا وَّ مُلۡکًا کَبِیۡرًا ﴿ ﴾ عٰلِیَہُمۡ ثِیَابُ سُنۡدُسٍ خُضۡرٌ وَّ اِسۡتَبۡرَقٌ ۫
وَّ حُلُّوۡۤا اَسَاوِرَ مِنۡ فِضَّۃٍ ۚ
وَ سَقٰہُمۡ رَبُّہُمۡ
شَرَابًا طَہُوۡرًا ﴿ ﴾ اِنَّ
ہٰذَا کَانَ لَکُمۡ جَزَآءً وَّ کَانَ سَعۡیُکُمۡ مَّشۡکُوۡرًا ﴿٪ ﴾ اِنَّا نَحۡنُ نَزَّلۡنَا
عَلَیۡکَ الۡقُرۡاٰنَ تَنۡزِیۡلًا ﴿ۚ ﴾
Dan mereka dikelilingi pemuda-pemuda
yang tetap muda. Apabila engkau melihat mereka, engkau menyangka mereka itu
mutiara-mutiara yang bertaburan. Dan apabila engkau melihat niscaya engkau akan melihat kenikmatan dan kerajaan besar. Pada mereka
ada pakaian-pakaian dari sutera halus hijau dan sutera tebal, dan mereka dipakaikan gelang-gelang
perak, dan Tuhan mereka memberi mereka minum-minuman
murni. Sesungguhnya
ini adalah ganjaran bagi kamu dan usahamu dihargai. (Al-Dahr [76]:20-24).
Sebagai imbuhan bagi kerajaan ruhani yang dijanjikan kepada orang-orang beriman yang bertakwa
di akhirat, para sahabat Nabi Besar Muhammad saw. diberi hak menguasai kerajaan-kerajaan
besar di zaman mereka dalam kehidupan ini juga. Inilah makna lain dari kalimat
“mereka akan mengenakan
gelang-gelang emas dan mutiara” dan “duduk
di atas tahta-tahta” (QS.34:34-36;
QS.15:46-49).
Sementara di tingkat kafūr pada perjalanan ruhani sang pengembara ruhani
yang mabuk
cinta Ilahi, ia dilukiskan berusaha minum anggur cinta Ilahi atau sungai
Arak (QS.47:16; QS.76:6) dan pada tingkat zanjabil ia diberi oleh
orang-orang lain minuman yang menghidupkan
(QS.76:18), pada tingkat terakhir atau tingkat salsabil Allah Swt. Sendiri
memberi dia eliksir atau zat kehidupan kekal abadi. Itulah
peningkatan penting dalam ketiga macam minuman
surgawi.
Minuman pertama dicampur
dengan kamper (kapur) yang mempunyai
khasiat menyejukkan. Minuman itu
mendinginkan hasrat-hasrat dan hawa nafsu rendah. Minuman kedua
dicampur dengan jahe (zanjabil) mempunyai
khasiat memanasi yang merangsang
keinginan mengejar nilai ketakwaan,
dan salsabil menandai tingkat ketiga, ketika orang-orang beriman dengan
sendirinya akan taat menempuh jalan yang
ditunjukkan dan mengikuti jalan
ketakwaan.
(Bersambung).
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam
Farid
***
“Pajajaran Anyar”, 25 September 2012
sangat bermanfaat. terima kasih
BalasHapusMana dalil naqli dan dalil aqli nya,ilmu tafsir harus sesuai dgn syar'i,bila tidak akan melahirkan bid'ah,dan anda akan diminta pertanggung jawabannya di akhirat sana bila anda orang yg bertakwa dan bertawakal kepada Allah azza wa jalla
BalasHapusMana dalil naqli dan dalil aqli nya,ilmu tafsir harus sesuai dgn syar'i,bila tidak akan melahirkan bid'ah,dan anda akan diminta pertanggung jawabannya di akhirat sana bila anda orang yg bertakwa dan bertawakal kepada Allah azza wa jalla
BalasHapus