Sabtu, 08 September 2012

Nabi Besar Muhammad Saw. Suri Teladan Terbaik





بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


  SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN

Bab 65

Nabi Besar Muhammad Saw. 
Suri Teladan Terbaik    

 Oleh
                                                                                
Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam Bab sebelum ini telah dijelaskan mengenai  adanya persamaan antara tatanan pemerintahan Nabi Besar Muhammad saw. dengan tatanan alam semesta, yakni keduanya ditopang oleh “tiang-tiang penunjang” yang tidak kelihatan oleh mata jasmani.  

“Tiang Penunjang”   tatanan Alam Semesta Jasmani
yang Tidak Kelihatan & ‘Arasy (Singgasana) Ilahi

         Jadi, Nabi Besar Muhammad saw. benar-benar Yā Sīn (Pemimpin Sempurna) atau matahari alam semesta ruhani yang hakiki,  yang di sekitar beliau saw. beredar seluruh hamba-hamba Allah Swt.  atau  wujud-wujud ruhani hakiki, bagaikan beredarnya seluruh bagian alam semesta ini – mulai dari partikel yang terkecil hingga gugusan benda-benda langit terbesar -- di sekitar di sekitar titik pusat alam semesta, sehingga tercipta tatanan alam semesta, yang sekali pun tidak ditunjang dengan tiang-tiang penunjang yang kelihatan oleh mata jasmani, namun  struktur bangunan alam semesta eksis dengan segala aktifitasnya yang  sangat menakjubkan, firman-Nya:
اَللّٰہُ الَّذِیۡ رَفَعَ السَّمٰوٰتِ بِغَیۡرِ عَمَدٍ تَرَوۡنَہَا ثُمَّ  اسۡتَوٰی عَلَی الۡعَرۡشِ وَ سَخَّرَ الشَّمۡسَ وَ الۡقَمَرَ ؕ کُلٌّ یَّجۡرِیۡ لِاَجَلٍ مُّسَمًّی ؕ یُدَبِّرُ الۡاَمۡرَ یُفَصِّلُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ بِلِقَآءِ رَبِّکُمۡ تُوۡقِنُوۡنَ ﴿﴾
Allah, Dia-lah Yang telah meninggikan seluruh langit tanpa suatu tiang pun yang kamu melihatnya,   kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arasy.   Dan Dia  telah menundukkan bagi kamu matahari dan bulan, masing-masing beredar menurut arah perjalanannya  hingga suatu masa yang telah ditetapkan. Dia mengatur segala urusan dan Dia menjelaskan Tanda-tanda itu, supaya kamu berkeyakinan teguh mengenai pertemuan dengan Tuhan-mu. (Al-Ra’d [13]:3). Lihat pula  QS.31:11.
        Kata-kata itu berarti:  (1) Kamu  melihat bahwa seluruh langit berdiri tanpa tiang-tiang; (2) bahwa seluruh langit berdiri tidak atas tiang-tiang yang dapat kamu lihat; artinya, seluruh langit itu mempunyai pendukung, tetapi kamu tidak dapat melihatnya. Secara harfiah ayat itu berarti  bahwa seluruh langit berdiri tanpa ditunjang oleh tiang-tiang.
   Berbeda dengan keadaan di lingkungan Bani Israil – terutama di masa pemerintahan Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s. --  Nabi Besar Muhammad saw.  dan para Khalifah Rasyidin, melaksanakan tugasnya  sebagai pemimpin ruhani dan pemimpin jasmani (raja) dari dalam sebuah mesjid di Madinah,  yang keadaannya sangat sederhana    -- yakni mesjid nabi (nabawi) -- yang dibangun  atas perintah Nabi Besar Muhammad saw.,  sesampainya beliau saw. di Madinah setelah hijrah dari Makkah (QS.9:40).

“Tiang-tiang Penunjang   Kerajaan” Nabi Besar Muhammad saw.
Adalah Ketakwaan dan Ketaatan Sempurna Umat Islam

     Jadi, betapa wilayah kekuasaan kerajaan umat Islam di zaman Nabi Besar Muhammad saw. sampai dengan para Khalifah Rasyidah – yang pusat pemerintahannya berada di dalam sebuah mesjid yang sangat sederhana --  memiliki perasamaan   dengan  tatanan atau bangunan alam semesta yang ditunjang dengan “tiang-tiang penopang” yang tidak kelihatan oleh mata (QS.13:3; QS.31:11), yaitu “tiang-tiang penunjang” berupa ketakwaan  kepada Allah Swt. dan ketaatan sepenuhnya kepada Rasul Allah (Nabi Besar Muhammad saw.) dan  para Khalifah Rasyidah, firman-Nya:
اِنَّ اللّٰہَ یَاۡمُرُکُمۡ اَنۡ تُؤَدُّوا الۡاَمٰنٰتِ اِلٰۤی اَہۡلِہَا ۙ وَ اِذَا حَکَمۡتُمۡ بَیۡنَ النَّاسِ اَنۡ تَحۡکُمُوۡا بِالۡعَدۡلِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ نِعِمَّا یَعِظُکُمۡ بِہٖ ؕ اِنَّ اللّٰہَ کَانَ سَمِیۡعًۢا بَصِیۡرًا ﴿﴾
Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu  menyerahkan amanat-amanat  kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menghakimi di antara manusia hendaklah kamu menghakimi dengan adil,  sesungguhnya dengan itu Allah menasihati kamu sebaik-baiknya, sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Me-lihat. (Al-Nisā [4]:59).
Firman-Nya lagi:
ٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَطِیۡعُوا اللّٰہَ وَ اَطِیۡعُوا الرَّسُوۡلَ وَ اُولِی الۡاَمۡرِ مِنۡکُمۡ ۚ فَاِنۡ تَنَازَعۡتُمۡ فِیۡ شَیۡءٍ فَرُدُّوۡہُ اِلَی اللّٰہِ وَ الرَّسُوۡلِ  اِنۡ کُنۡتُمۡ تُؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰہِ وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ ؕ ذٰلِکَ خَیۡرٌ  وَّ  اَحۡسَنُ  تَاۡوِیۡلًا ﴿٪﴾
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah,   taatilah  Rasul-Nya dan juga taatilah orang-orang yang memegang kekuasaan di antara kamu. Dan jika kamu saling berselisih mengenai sesuatu  maka kembalikanlah hal itu kepada keputusan Allah dan Rasul-Nya, jika kamu  benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, hal demikian itu paling baik dan paling bagus akibatnya. (Al-Nisā [4]:59-60).
        Kata “taat” yang terletak sebelum kata-kata “Allah” dan “Rasul”, telah ditiadakan sebelum perkataan orang-orang yang memegang kekuasaan, agar menunjukkan bahwa ketaatan sepenuh-penuhnya kepada penguasa yang diangkat menurut undang-undang, berarti pula taat kepada Allah dan Rasul-Nya.

Suri Teladan  Terbaik

       Dengan demikian benarlah  pernyataan Allah Swt.  bahwa dalam semua hal dalamm kehidupan ini – termasuk dalam  mengelola pemerintahan – contoh yang diperagakan oleh Nabi Besar Muhammad saw. adalah yang terbaik, firman-Nya:
لَقَدۡ کَانَ لَکُمۡ  فِیۡ رَسُوۡلِ اللّٰہِ  اُسۡوَۃٌ حَسَنَۃٌ  لِّمَنۡ کَانَ یَرۡجُوا اللّٰہَ وَ الۡیَوۡمَ  الۡاٰخِرَ  وَ ذَکَرَ  اللّٰہَ  کَثِیۡرًا
Sungguh dalam  diri Rasulullah benar-benar terdapat  suri teladan yang sebaik-baiknya  bagi kamu, yaitu bagi  orang yang mengharapkan Allah dan Hari Akhir,  dan bagi yang banyak mengingat Allah. (Al-Ahzab [33]:22).
   Pertempuran Khandak mungkin merupakan percobaan paling pahit di dalam seluruh jenjang kehidupan  Nabi  Besar Muhammad saw.  dan beliau  saw. keluar dari ujian yang paling berat itu dengan keadaan akhlak dan wibawa yang lebih tinggi lagi. Sesungguhnyalah pada saat yang sangat berbahayalah, yakni ketika di sekitar gelap gelita, atau dalam waktu mengenyam sukses dan kemenangan, yakni ketika musuh bertekuk lutut di hadapannya, watak dan perangai yang sesungguhnya seseorang diuji; dan sejarah memberi kesaksian yang jelas kepada kenyataan bahwa  Nabi  Besar Muhammad saw.,     baik dalam keadaan dukacita karena dirundung kesengsaraan dan pada saat sukacita karena meraih kemenangan — tetap menunjukkan kepribadian agung lagi mulia.
    Pertempuran Khandak, Uhud, dan Hunain menjelaskan dengan seterang-seterangnya satu watak  Nabi  Besar Muhammad saw.  yang indah, dan Fatah Makkah (Kemenangan atas Makkah) memperlihatkan watak beliau saw. lainnya. Mara bahaya tidak mengurangi semangat beliau saw. atau mengecutkan hati beliau saw. , begitu pula kemenangan dan sukses tidak merusak watak beliau saw.. Ketika beliau saw. ditinggalkan hampir seorang diri pada hari Pertempuran Hunain, sedang nasib Islam berada di antara hidup dan mati, beliau saw. tanpa gentar sedikit pun dan seorang diri belaka maju ke tengah barisan musuh seraya berseru dengan kata-kata yang patut dikenang selama-lamanya: “Aku nabi Allah dan aku tidak berkata dusta. Aku anak Abdul Muthalib!” Dan tatkala Makkah jatuh dan seluruh tanah Arab bertekuk lutut maka kekuasaan yang mutlak dan tak tersaingi itu tidak kuasa merusak beliau. Beliau menunjukkan keluhuran budi yang tiada taranya terhadap musuh-musuh beliau saw..
Kesaksian lebih besar mana lagi yang mungkin ada terhadap keagungan watak Nabi  Besar Muhammad saw.   selain kenyataan bahwa pribadi-pribadi yang paling akrab dengan beliau dan yang paling mengenal beliau, mereka itulah yang paling mencintai beliau dan merupakan yang pertama-tama percaya akan misi beliau, yakni, istri beliau yang tercinta, Sitti Khadijah r.a.; sahabat beliau sepanjang hayat, Abu Bakar r.a. ; saudara sepupu yang juga menantu beliau, Ali  r.a.,  dan bekas budak beliau saw. yang telah dimerdekakan, Zaid r.a..  Nabi  Besar Muhammad saw.   merupakan contoh kemanusiaan yang paling mulia dan model yang paling sempurna dalam keindahan dan kebajikan.
    Dalam segala segi kehidupan dan watak beliau saw. yang beraneka ragam, tidak ada duanya dan merupakan contoh yang tiada bandingannya bagi umat manusia untuk ditiru dan diikuti. Seluruh kehidupan beliau nampak dengan jelas dan nyata dalam cahaya lampu-sorot sejarah. Beliau  saw. mengawali kehidupan beliau  saw. sebagai anak yatim dan mengakhirinya dengan berperan sebagai wasit yang menentukan nasib seluruh bangsa. Sebagai kanak-kanak beliau  saw. penyabar lagi gagah, dan di ambang pintu usia remaja, beliau tetap merupakan contoh yang sempurna dalam akhlak, ketakwaan, dan kesabaran. Pada usia setengah-baya beliau  saw. mendapat julukan Al-Amin (si Jujur dan setia kepada amanat) dan selaku seorang niagawan beliau  saw. terbukti paling jujur dan cermat.
  Nabi  Besar Muhammad saw. menikah dengan perempuan-perempuan yang di antaranya ada yang jauh lebih tua daripada beliau saw. sendiri dan ada juga yang jauh lebih muda, namun semua bersedia memberi kesaksian dengan mengangkat sumpah mengenai kesetiaan, kecintaan, dan kekudusan beliau.
   Sebagai ayah beliau saw. penuh dengan kasih sayang, dan sebagai sahabat beliau sangat setia dan murah hati. Ketika beliau diamanati tugas yang amat besar dan berat dalam usaha memperbaiki suatu masyarakat yang sudah rusak, beliau saw. menjadi sasaran derita aniaya dan pembuangan, namun beliau memikul semua penderitaan itu dengan sikap agung dan budi luhur.
    Beliau bertempur sebagai prajurit gagah-berani dan memimpin pasukan-pasukan. Beliau saw. menghadapi kekalahan dan beliau memperoleh kemenangan-kemenangan. Beliau saw. menghakimi dan mengambil serta menjatuhkan keputusan dalam berbagai perkara. Beliau adalah seorang negarawan, seorang pendidik, dan seorang pemimpin.
Kepala negara merangkap Penghulu Agama, beliau adalah Kaisar dan Paus sekaligus. Tetapi beliau adalah Paus yang tidak berlaga Paus, dan Kaisar tanpa pasukan-pasukan yang megah. Tanpa balatentara tetap, tanpa pengawal, tanpa istana yang megah, tanpa pungutan pajak tetap dan tertentu, sehingga jika ada orang berhak mengatakan bahwa ia memerintah dengan hak ketuhanan, maka orang itu hanyalah Muhammad, sebab beliau mempunyai kekuasaan tanpa alat-alat kekuasaan dan tanpa bantuan kekuasaan.
  Beliau biasa melakukan pekerjaan rumah tangga dengan tangan beliau sendiri, biasa tidur di atas sehelai tikar kulit, dan makanan beliau terdiri dari kurma dan air putih atau roti jawawut, dan setelah melakukan bermacam-macam tugas sehari penuh, beliau biasa melewatkan malam hari dengan mendirikan shalat dan doa-doa hingga kedua belah kaki beliau bengkak-bengkak. Tidak ada orang yang dalam keadaan dan suasana yang begitu banyak berubah telah berubah begitu sedikitnya” (Muhammad and Muhammadanism” karya Bosworth Smith).

(Bersambung). 

Rujukan: The Holy Quran
Editor:    Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar”,  8 September  2012
Ki Langlang Buana Kusuma


Tidak ada komentar:

Posting Komentar