Minggu, 09 September 2012

Tanda-tanda Akhir Zaman & Makna "Matahari Digulung"




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


  SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN

Bab 66



Tanda-tanda Akhir Zaman &
Makna “Matahari Digulung    

 Oleh
                                                                                
Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam Bab sebelum ini telah dijelaskan mengenai  adanya persamaan antara tatanan pemerintahan Nabi Besar Muhammad saw. dengan sistim kerja tatanan alam semesta, yakni keduanya ditopang oleh “tiang-tiang penunjang” yang tidak kelihatan oleh mata jasmani (QS.13:3; QS.31:11), yakni sehubungan dengan firman Allah Swt. berikut ini:
وَ اٰیَۃٌ  لَّہُمُ الَّیۡلُ ۚۖ نَسۡلَخُ مِنۡہُ النَّہَارَ  فَاِذَا ہُمۡ  مُّظۡلِمُوۡنَ ﴿ۙ ﴾   وَ الشَّمۡسُ تَجۡرِیۡ لِمُسۡتَقَرٍّ  لَّہَا ؕ ذٰلِکَ تَقۡدِیۡرُ  الۡعَزِیۡزِ  الۡعَلِیۡمِ ﴿ؕ ﴾   وَ الۡقَمَرَ قَدَّرۡنٰہُ  مَنَازِلَ حَتّٰی عَادَ کَالۡعُرۡجُوۡنِ  الۡقَدِیۡمِ ﴿ ﴾   لَا الشَّمۡسُ یَنۡۢبَغِیۡ لَہَاۤ اَنۡ تُدۡرِکَ الۡقَمَرَ  وَ لَا الَّیۡلُ سَابِقُ النَّہَارِ ؕ وَ کُلٌّ فِیۡ  فَلَکٍ  یَّسۡبَحُوۡنَ ﴿ ﴾
Dan suatu Tanda bagi mereka adalah malam, darinya siang hari Kami tanggalkan maka tiba-tiba mereka berada dalam kegelapan. Dan matahari beredar ke arah tujuan yang telah ditetapkan baginya, demikian itulah takdir Tuhan Yang Maha Perkasa, Maha Mengetahui.   Dan bagi bulan telah Kami tetapkan tingkat-tingkatnya, sehingga ia kembali lagi seperti bentuk tandan korma yang tua. Matahari tidak kuasa menyusul bulan,  dan tidak pula malam mendahului siang.  Dan semua itu terus beredar pada tempat peredarannya.  (Yā Sīn [36]:38-41).

Sarana Transportasi Baru

       Pembahasan mengenai ayat-ayat Surah Yā Sīn   tersebut penulis cukupkan sampai dengan Bab sebelumnya, selanjutnya Allah Swt. berfirman:
وَ اٰیَۃٌ  لَّہُمۡ  اَنَّا حَمَلۡنَا ذُرِّیَّتَہُمۡ  فِی الۡفُلۡکِ  الۡمَشۡحُوۡنِ ﴿ۙ ﴾  وَ خَلَقۡنَا  لَہُمۡ مِّنۡ مِّثۡلِہٖ مَا یَرۡکَبُوۡنَ ﴿ ﴾  وَ  اِنۡ نَّشَاۡ نُغۡرِقۡہُمۡ  فَلَا صَرِیۡخَ لَہُمۡ وَ لَا ہُمۡ  یُنۡقَذُوۡنَ ﴿ۙ۴۳﴾  اِلَّا رَحۡمَۃً  مِّنَّا وَ مَتَاعًا اِلٰی حِیۡنٍ ﴿ ﴾
Dan  suatu Tanda bagi mereka bahwasanya Kami angkut  anak-cucu mereka dalam bahtera-bahtera yang bermuatan penuh. Dan Kami akan menciptakan bagi mereka semacam itu juga  yang akan mereka kendarai.  Dan jika Kami menghendaki    Kami dapat menenggelamkan mereka  maka tidak ada yang menolong mereka, dan tidak pula mereka akan diselamatkan.   Kecuali dengan rahmat dari Kami dan sebagai bekal sampai suatu masa. (Yā Sīn [36]:42-45).
   Sehubungan dengan kalimat “Dan Kami akan menciptakan bagi mereka semacam itu juga  yang akan mereka kendarai“, Al-Quran meramalkan semenjak dahulu kala bahwa Allah Swt.  akan mewujudkan sarana-sarana pengangkutan (transportasi) baru. Kapal api dan kapal lintas-samudera raksasa, balon zeppelin, pesawat terbang, dan sebagainya yang begitu banyak dipergunakan dewasa ini adalah penggenapan nubuatan Al-Quran secara jelas dan nyata.
    Kalau dalam firman sebelumnya  nubuatan mengenai akan diciptakan-Nya sarana-sarana transportasi baru dalam hubungannya dengan “bahtera-bahtera” (kapal-kapal) yang berlayar di lautan -- yang memanfaatkan tenaga angin, terutama sekali pada masa pemerintahan   Nabi Sulaiman a.s. di kerajaan Bani Israil (QS.21:82; QS.34:13; QS.38:35-37) – dalam firman-Nya berikut ini adalah dalam hubungannya dengan binatang ternak, firman-Nya:
وَ الۡاَنۡعَامَ خَلَقَہَا ۚ لَکُمۡ فِیۡہَا دِفۡءٌ  وَّ  مَنَافِعُ وَ مِنۡہَا  تَاۡکُلُوۡنَ ﴿۪﴾   وَ لَکُمۡ فِیۡہَا جَمَالٌ حِیۡنَ تُرِیۡحُوۡنَ وَ حِیۡنَ  تَسۡرَحُوۡنَ ﴿۪﴾    وَ تَحۡمِلُ اَثۡقَالَکُمۡ  اِلٰی بَلَدٍ لَّمۡ تَکُوۡنُوۡا بٰلِغِیۡہِ   اِلَّا بِشِقِّ الۡاَنۡفُسِ ؕ اِنَّ رَبَّکُمۡ   لَرَءُوۡفٌ  رَّحِیۡمٌ ۙ﴿﴾   وَّ الۡخَیۡلَ وَ الۡبِغَالَ وَ الۡحَمِیۡرَ لِتَرۡکَبُوۡہَا وَ زِیۡنَۃً ؕ وَ یَخۡلُقُ مَا لَا تَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾  
Dan binatang ternak pun Dia telah menciptakannya,  kamu memperoleh  kehangatan di dalamnya serta manfaat-manfaat lainnya, dan darinya kamu makan. Dan di dalamnya  terdapat sarana keindahan bagimu, ketika kamu menggiringnya di waktu petang pulang ke kandang, dan ketika kamu melepaskannya di waktu pagi ke tempat penggembalaan. Dan binatang itu mengangkut muatan kamu ke suatu negeri yang kamu tidak dapat mencapainya kecu-ali dengan banyak penderitaan bagi dirimu. Sesungguhnya Tuhan-mu Maha Penyantun, Maha Penyayang. Dan Dia telah menciptakan kuda-kuda, bagal-bagal, dan keledai-keledai, supaya kamu dapat menungganginya, dan juga sebagai sarana keindahan, dan Dia akan menciptakan apa yang  kamu belum  ketahui. (Al-Nahl [16]:6-9).
        Makna kalimat “supaya kamu dapat  menungganginya, dan juga sebagai sarana keindahan“ maknanya adalah bahwa  jika Allah Swt.  telah menaruh perhatian begitu besar dalam mengadakan persediaan bagi segala keperluan jasmani manusia, maka sejenak pun tidak terlintas dalam pikiran, bahwa Dia seakan-akan telah mengabaikan untuk menyediakan jaminan yang sepadan bagi keperluan-keperluan ruhaninya.
       Kalimat selanjutnya “dan Dia akan menciptakan apa yang  kamu belum  ketahui dapat diartikan, bahwa Allah Swt. akan mewujudkan alat-alat pengangkutan baru yang dahulu masih belum dikenal manusia. Nubuatan itu dengan ajaib sekali telah menjadi sempurna dalam bentuk kereta api, kapal laut, mobil, pesawat terbang, dan lain-lainnya. Allah Swt. saja Yang mengetahui alat-alat pengangkutan apa yang masih akan diciptakan lagi.

Tanda-tanda Akhir Zaman: “Matahari Digulung

       Al-Quran bukan saja memberikan kabar gembira berupa nubuatan akan diciptakan-Nya sarana-sarana transportasi baru yang canggih (QS.16:9; QS.36:42-43) yang menggunakan tenaga “api”, tetapi juga menyatakan bahwa terciptanya  sarana-sarana transportasi baru yang canggih tersebut sekaligus menjadi salah satu dari sekian banyak Tanda-tanda Akhir Zaman, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿۱﴾ اِذَا  الشَّمۡسُ کُوِّرَتۡ ۪ۙ﴿۱﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Apabila matahari digulung,  (Al-Takwir [81]:1-2)
   Pada umumnya dikatakan bahwa Surah Al-Takwir ini membahas Hari Kebangkitan terakhir (Kiamat), ketika hukum dan proses alam seperti kita kenal akan berhenti bekerja. Tetapi seluruh arah dan tujuan Surah ini membicarakan dengan begitu jelas keadaan-keadaan yang terdapat dalam alam kebendaan  saat ini, sehingga beberapa ayat akan kehilangan segala maknanya, jika ayat-ayat itu dianggap ditujukan hanya kepada Hari Kebangkitan terakhir (qiamat kubra) belaka.
    Nabi Besar Muhammad saw. sendiri telah memberitahukan kepada umat Islam bahwa ada 3 macam Kiamat, yakni Kiamat Kecil (Shaghir), Kiamat  Pertengahan (Sedang (Wushtha), dan Kiamat Besar (Kubra). Dan makna kiamat bukan hanya berarti kehancuran belaka melainkan juga kebangkitan. Artinya hancurnya tatanan (orde) lama dan menculnya tatanan (orde) baru, yang dalam dunia keruhanian dimulai dengan pengutusan rasul Allah atau  Khalifah Allah (QS.2:31-35), yang kedatangannya dijanjikan Allah Swt. kepada umat manusia  terutama Bani Adam atau umat beragama  (QS.2:214-215 QS.7:35-37).
     Pada hakikatnya Surah ini mengatakan  mengenai perubahan-perubahan besar yang telah terjadi di alam dunia kebendaan dan di alam kehidupan manusia semenjak zaman Nabi Besar Muhammad saw., khususnya pada masa kita ini. Ayat ini akan berarti: Bila kegelapan ruhani akan meliputi seluruh dunia - ketika cahaya Matahari Ruhani (Nabi Besar Muhammad saw. – QS.33:46-47) menjadi suram atau hilang sirna (QS.32:6), firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا النَّبِیُّ  اِنَّاۤ  اَرۡسَلۡنٰکَ شَاہِدًا وَّ مُبَشِّرًا وَّ  نَذِیۡرًا ﴿ۙ ﴾ وَّ دَاعِیًا اِلَی اللّٰہِ  بِاِذۡنِہٖ وَ سِرَاجًا مُّنِیۡرًا ﴿ ﴾  وَ بَشِّرِ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ بِاَنَّ لَہُمۡ مِّنَ اللّٰہِ فَضۡلًا کَبِیۡرًا ﴿ ﴾
Wahai Nabi, sesungguhnya Kami mengutus engkau sebagai saksi dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan  sebagai penyeru kepada Allah dengan perintah-Nya, dan juga sebagai matahari yang memancarkan cahaya. Dan berilah kabar gembira  kepada orang-orang beriman  bahwa sesungguhnya bagi mereka ada karu-nia yang besar dari Allah. (Al-Ahzab [33]:46-48).
        Sebagaimana matahari merupakan titik-pusat alam semesta lahiriah, begitulah pribadi Nabi Besar Muhammad saw.. pun merupakan titik-pusat alam keruhanian. Beliau saw. merupakan matahari dalam jumantara nabi-nabi dan mujaddid-mujaddid, yang seperti sekalian banyak bintang dan bulan berkeliling di sekitar beliau saw. dan meminjam cahaya dari beliau saw.. Nabi Besar Muhammad saw..  diriwayatkan pernah bersabda: “Sahabat-sahabatku adalah bagaikan bintang-bintang yang begitu banyak; siapa pun di antara mereka kamu ikut, kamu akan mendapat petunjuk” (Tafsir Shaghir).

Gerhana Matahari dan Bulan di bulan Ramadhan

       Apabila Nabi Besar Muhammad  saw. merupakan “matahari” alam keruhanian, dan para sahabah beliau saw.  adalah “bintang-bintang” lalu siapa yang berkedudukan sebagai “bulan purnama ruhani”? Dalam Bab-bab sebelumnya telah dijelaskan,  bahwa sebagaimana halnya Nabi Musa a.s. di lingkungan syariat Bani Israil merupakan “matahari” sedangkan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  berkedudukan  “bulan”; demikian juga halnya di lingkungan syariat Islam yang berlaku bagi seluruh umat manusia, yang berkedudukan sebagai “matahari ruhani” adalah Nabi Besar Muhammad saw. atau misal Musa (Ulangan 18:18-19; QS.46:11).
         Ada pun yang berkedukan  sebagai bulan “purnama ruhani” adalah misal Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58) atau Al-Masih Mau’ud a.s. atau Imam Mahdi a.s., yang mengenainya Nabi Besar Muhammad saw. bersabda: Lā mahdiy illa Isa, yakni Imam Mahdi dan  Isa Al-Masih Mau’ud a.s. orangnya sama, yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s. yang muncul pada akhir abad 13 dan awal abad 14, persis sebagaimana munculnya “bulan purnama  yakni  pada tgl. 13, 14 dan 15 setiap bulan.
        Dengan demikian  ayat  Apabila matahari digulung  (Al-Takwir [81]:1-2)   dapat juga menunjuk kepada gerhana-gerhana matahari dan bulan yang, menurut sebuah hadts termasyhur Nabi Besar Muhammad saw., periatiwa langka tersebut  akan terjadi di masa Imam Mahdi   di dalam bulan Ramadhan; suatu gejala  yang dunia tidak pernah menyaksikan sebelumnya (Ad-Daru-Quthni hlm. 188).
       Gerhana-gerhana matahari dan bulan tersebut telah terjadi pada tahun 1894, tepat seperti yang telah dinubuatkan beliau saw., dan peristiwa itu terjadi tidak berapa lama setelah Mirza Ghulam Ahmad a.s. yang atas perintah Allah Swt. mendakwakan diri sebagai Imam Mahdi sebagaimana yang dinubuatkan oleh Nabi Besar Muhammad saw. sebelum ini.
         Dalam hadits tersebut Nabi Besar Muhammad saw. menyebut “li-mahdīnā -- bagi Mahdi kami”, sebab dalam hadits lainnya tentang Imam Mahdi, beliau saw.  juga menyebutkan akan ada 30 pendusta yang uga mengaku sebagai Imam Mahdi. Dan menurut beliau saw. kesaksian atau tanda  Imam Mahdi yang sejati (Mahdi kami)  datang dari langit berupa terjadinya gerhana matahari dan gerhana bulan di bulan Ramadhan yang sama, yang mustahil dapat dibuat-buat oleh para pendakwa palsu.

(Bersambung). 

Rujukan: The Holy Quran
Editor:    Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar”, 9 September 2012
Ki Langlang Buana Kusuma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar