بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN
Bab 66
Bab 66
Tanda-tanda Akhir Zaman &
Makna “Matahari
Digulung”
Oleh
Ki Langlang Buana
Kusuma
Dalam Bab
sebelum ini telah dijelaskan mengenai
adanya persamaan antara
tatanan pemerintahan Nabi Besar
Muhammad saw. dengan sistim kerja tatanan
alam semesta, yakni keduanya ditopang oleh “tiang-tiang
penunjang” yang tidak kelihatan oleh mata
jasmani (QS.13:3; QS.31:11), yakni sehubungan dengan firman Allah Swt.
berikut ini:
وَ اٰیَۃٌ لَّہُمُ
الَّیۡلُ ۚۖ نَسۡلَخُ مِنۡہُ النَّہَارَ فَاِذَا
ہُمۡ مُّظۡلِمُوۡنَ ﴿ۙ ﴾ وَ الشَّمۡسُ تَجۡرِیۡ
لِمُسۡتَقَرٍّ لَّہَا ؕ ذٰلِکَ تَقۡدِیۡرُ
الۡعَزِیۡزِ الۡعَلِیۡمِ ﴿ؕ ﴾ وَ الۡقَمَرَ قَدَّرۡنٰہُ مَنَازِلَ حَتّٰی عَادَ کَالۡعُرۡجُوۡنِ الۡقَدِیۡمِ ﴿ ﴾ لَا الشَّمۡسُ یَنۡۢبَغِیۡ لَہَاۤ اَنۡ تُدۡرِکَ
الۡقَمَرَ وَ لَا الَّیۡلُ سَابِقُ
النَّہَارِ ؕ وَ کُلٌّ فِیۡ فَلَکٍ یَّسۡبَحُوۡنَ ﴿ ﴾
Dan suatu Tanda bagi mereka adalah malam, darinya siang hari Kami tanggalkan maka tiba-tiba mereka berada dalam kegelapan.
Dan matahari beredar ke arah tujuan yang telah ditetapkan baginya,
demikian itulah takdir Tuhan Yang
Maha Perkasa, Maha Mengetahui. Dan bagi bulan telah Kami tetapkan tingkat-tingkatnya,
sehingga ia kembali lagi seperti bentuk tandan
korma yang tua. Matahari tidak kuasa menyusul bulan, dan tidak pula malam mendahului siang. Dan semua itu terus beredar pada tempat
peredarannya. (Yā Sīn [36]:38-41).
Sarana Transportasi Baru
Pembahasan mengenai ayat-ayat Surah Yā Sīn tersebut penulis cukupkan sampai dengan Bab
sebelumnya, selanjutnya Allah Swt. berfirman:
وَ اٰیَۃٌ
لَّہُمۡ اَنَّا حَمَلۡنَا
ذُرِّیَّتَہُمۡ فِی الۡفُلۡکِ الۡمَشۡحُوۡنِ ﴿ۙ ﴾ وَ خَلَقۡنَا
لَہُمۡ مِّنۡ مِّثۡلِہٖ مَا یَرۡکَبُوۡنَ ﴿ ﴾ وَ اِنۡ
نَّشَاۡ نُغۡرِقۡہُمۡ فَلَا صَرِیۡخَ
لَہُمۡ وَ لَا ہُمۡ یُنۡقَذُوۡنَ ﴿ۙ۴۳﴾ اِلَّا رَحۡمَۃً مِّنَّا وَ مَتَاعًا اِلٰی حِیۡنٍ ﴿ ﴾
Dan suatu Tanda
bagi mereka bahwasanya Kami angkut anak-cucu mereka dalam bahtera-bahtera yang
bermuatan penuh. Dan Kami akan menciptakan
bagi mereka semacam itu juga yang
akan mereka kendarai. Dan
jika Kami menghendaki Kami dapat menenggelamkan mereka maka tidak ada yang menolong mereka, dan tidak pula mereka akan diselamatkan. Kecuali dengan rahmat dari Kami dan sebagai bekal sampai suatu masa. (Yā Sīn
[36]:42-45).
Sehubungan dengan kalimat “Dan Kami
akan menciptakan bagi mereka semacam itu juga yang akan mereka
kendarai“, Al-Quran meramalkan semenjak dahulu kala bahwa Allah Swt. akan mewujudkan sarana-sarana pengangkutan (transportasi) baru. Kapal api dan kapal
lintas-samudera raksasa, balon zeppelin, pesawat terbang, dan sebagainya yang
begitu banyak dipergunakan dewasa ini adalah penggenapan nubuatan Al-Quran secara jelas dan nyata.
Kalau dalam firman sebelumnya nubuatan
mengenai akan diciptakan-Nya sarana-sarana transportasi
baru dalam hubungannya dengan “bahtera-bahtera” (kapal-kapal) yang berlayar
di lautan -- yang memanfaatkan tenaga angin,
terutama sekali pada masa pemerintahan Nabi Sulaiman a.s. di kerajaan Bani Israil
(QS.21:82; QS.34:13; QS.38:35-37) – dalam firman-Nya berikut ini adalah dalam
hubungannya dengan binatang ternak, firman-Nya:
وَ الۡاَنۡعَامَ خَلَقَہَا ۚ لَکُمۡ فِیۡہَا دِفۡءٌ وَّ مَنَافِعُ
وَ مِنۡہَا تَاۡکُلُوۡنَ ﴿۪﴾ وَ لَکُمۡ فِیۡہَا
جَمَالٌ حِیۡنَ تُرِیۡحُوۡنَ وَ حِیۡنَ تَسۡرَحُوۡنَ ﴿۪﴾ وَ تَحۡمِلُ اَثۡقَالَکُمۡ اِلٰی بَلَدٍ لَّمۡ تَکُوۡنُوۡا
بٰلِغِیۡہِ اِلَّا بِشِقِّ الۡاَنۡفُسِ ؕ اِنَّ
رَبَّکُمۡ لَرَءُوۡفٌ رَّحِیۡمٌ ۙ﴿﴾ وَّ الۡخَیۡلَ وَ الۡبِغَالَ وَ الۡحَمِیۡرَ
لِتَرۡکَبُوۡہَا وَ زِیۡنَۃً ؕ وَ یَخۡلُقُ مَا لَا تَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Dan binatang ternak pun Dia telah
menciptakannya, kamu memperoleh kehangatan
di dalamnya serta manfaat-manfaat lainnya,
dan darinya kamu makan. Dan di dalamnya
terdapat sarana keindahan bagimu,
ketika kamu menggiringnya di waktu petang pulang ke kandang, dan
ketika kamu melepaskannya di waktu pagi ke tempat
penggembalaan. Dan binatang itu mengangkut
muatan kamu ke suatu negeri yang kamu tidak dapat mencapainya kecu-ali dengan
banyak penderitaan bagi dirimu. Sesungguhnya Tuhan-mu Maha Penyantun, Maha Penyayang. Dan Dia telah menciptakan kuda-kuda, bagal-bagal, dan keledai-keledai, supaya kamu dapat menungganginya,
dan juga sebagai sarana keindahan,
dan Dia akan menciptakan apa yang kamu belum
ketahui. (Al-Nahl [16]:6-9).
Makna kalimat “supaya kamu dapat menungganginya, dan juga sebagai sarana keindahan“ maknanya adalah bahwa jika Allah Swt. telah menaruh perhatian begitu besar
dalam mengadakan persediaan bagi
segala keperluan jasmani manusia,
maka sejenak pun tidak terlintas dalam pikiran, bahwa Dia seakan-akan telah
mengabaikan untuk menyediakan jaminan
yang sepadan bagi keperluan-keperluan
ruhaninya.
Kalimat
selanjutnya “dan Dia akan menciptakan apa yang
kamu belum ketahui“ dapat diartikan, bahwa Allah Swt. akan
mewujudkan alat-alat pengangkutan baru
yang dahulu masih belum dikenal manusia. Nubuatan itu dengan ajaib sekali telah
menjadi sempurna dalam bentuk kereta api, kapal laut, mobil, pesawat terbang,
dan lain-lainnya. Allah Swt. saja Yang mengetahui alat-alat pengangkutan apa yang masih akan diciptakan lagi.
Tanda-tanda Akhir Zaman: “Matahari
Digulung”
Al-Quran bukan saja memberikan kabar gembira berupa nubuatan akan diciptakan-Nya sarana-sarana transportasi baru yang canggih (QS.16:9; QS.36:42-43) yang
menggunakan tenaga “api”, tetapi juga menyatakan bahwa terciptanya sarana-sarana transportasi baru yang canggih tersebut sekaligus menjadi salah
satu dari sekian banyak Tanda-tanda Akhir
Zaman, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿۱﴾ اِذَا الشَّمۡسُ کُوِّرَتۡ ۪ۙ﴿۱﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Apabila matahari digulung, (Al-Takwir
[81]:1-2)
Pada umumnya
dikatakan bahwa Surah Al-Takwir ini
membahas Hari Kebangkitan terakhir (Kiamat), ketika hukum dan proses alam
seperti kita kenal akan berhenti bekerja. Tetapi seluruh arah dan tujuan Surah
ini membicarakan dengan begitu jelas keadaan-keadaan yang terdapat dalam alam kebendaan saat ini, sehingga beberapa ayat akan
kehilangan segala maknanya, jika ayat-ayat itu dianggap ditujukan hanya kepada Hari Kebangkitan terakhir (qiamat
kubra) belaka.
Nabi Besar Muhammad saw.
sendiri telah memberitahukan kepada umat Islam bahwa ada 3 macam Kiamat, yakni Kiamat Kecil (Shaghir), Kiamat Pertengahan (Sedang (Wushtha), dan Kiamat Besar (Kubra). Dan makna kiamat bukan hanya berarti kehancuran belaka melainkan juga kebangkitan. Artinya hancurnya tatanan (orde) lama dan menculnya tatanan (orde) baru, yang dalam dunia keruhanian dimulai dengan
pengutusan rasul Allah atau Khalifah
Allah (QS.2:31-35), yang kedatangannya dijanjikan
Allah Swt. kepada umat manusia terutama Bani Adam atau umat beragama (QS.2:214-215
QS.7:35-37).
Pada hakikatnya Surah
ini mengatakan mengenai perubahan-perubahan besar yang telah
terjadi di alam dunia kebendaan dan
di alam kehidupan manusia semenjak zaman Nabi Besar Muhammad saw., khususnya
pada masa kita ini. Ayat ini akan berarti: Bila kegelapan ruhani akan meliputi seluruh dunia - ketika cahaya Matahari Ruhani (Nabi Besar Muhammad
saw. – QS.33:46-47) menjadi suram
atau hilang sirna (QS.32:6),
firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا النَّبِیُّ
اِنَّاۤ اَرۡسَلۡنٰکَ شَاہِدًا وَّ
مُبَشِّرًا وَّ نَذِیۡرًا ﴿ۙ ﴾ وَّ
دَاعِیًا اِلَی اللّٰہِ بِاِذۡنِہٖ وَ
سِرَاجًا مُّنِیۡرًا ﴿ ﴾ وَ بَشِّرِ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ بِاَنَّ لَہُمۡ مِّنَ
اللّٰہِ فَضۡلًا کَبِیۡرًا ﴿ ﴾
Wahai Nabi, sesungguhnya Kami mengutus engkau sebagai saksi dan pembawa kabar gembira dan pemberi
peringatan, dan sebagai penyeru kepada Allah dengan perintah-Nya, dan juga sebagai matahari yang memancarkan cahaya. Dan
berilah kabar gembira kepada orang-orang beriman bahwa sesungguhnya bagi mereka ada karu-nia yang besar dari Allah. (Al-Ahzab
[33]:46-48).
Sebagaimana matahari merupakan titik-pusat alam semesta lahiriah, begitulah pribadi Nabi Besar Muhammad saw.. pun merupakan
titik-pusat alam keruhanian. Beliau saw.
merupakan matahari dalam jumantara nabi-nabi dan mujaddid-mujaddid, yang seperti sekalian
banyak bintang dan bulan berkeliling di sekitar beliau saw.
dan meminjam cahaya dari beliau saw..
Nabi Besar Muhammad saw.. diriwayatkan pernah bersabda: “Sahabat-sahabatku adalah bagaikan
bintang-bintang yang begitu banyak; siapa pun di antara mereka kamu ikut, kamu
akan mendapat petunjuk” (Tafsir Shaghir).
Gerhana Matahari dan Bulan di bulan Ramadhan
Apabila Nabi Besar Muhammad saw. merupakan “matahari” alam keruhanian,
dan para sahabah beliau saw. adalah
“bintang-bintang” lalu siapa yang berkedudukan sebagai “bulan purnama ruhani”? Dalam Bab-bab sebelumnya telah
dijelaskan, bahwa sebagaimana halnya
Nabi Musa a.s. di lingkungan syariat Bani Israil merupakan “matahari” sedangkan
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. berkedudukan “bulan”; demikian juga halnya di lingkungan
syariat Islam yang berlaku bagi seluruh umat manusia, yang berkedudukan sebagai
“matahari ruhani” adalah Nabi Besar
Muhammad saw. atau misal Musa (Ulangan
18:18-19; QS.46:11).
Ada pun yang berkedukan sebagai bulan “purnama ruhani” adalah misal Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58)
atau Al-Masih Mau’ud a.s. atau Imam
Mahdi a.s., yang mengenainya
Nabi Besar Muhammad saw. bersabda: Lā
mahdiy illa Isa, yakni Imam Mahdi dan Isa Al-Masih Mau’ud a.s. orangnya
sama, yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s. yang muncul pada akhir abad 13 dan awal abad
14, persis sebagaimana munculnya “bulan purnama” yakni
pada tgl. 13, 14 dan 15 setiap bulan.
Dengan demikian ayat “Apabila matahari
digulung” (Al-Takwir [81]:1-2) dapat
juga menunjuk kepada gerhana-gerhana
matahari dan bulan yang, menurut
sebuah hadts termasyhur Nabi Besar Muhammad saw., periatiwa langka tersebut akan terjadi di masa Imam Mahdi di
dalam bulan Ramadhan; suatu
gejala yang dunia tidak pernah
menyaksikan sebelumnya (Ad-Daru-Quthni hlm. 188).
Gerhana-gerhana
matahari dan bulan tersebut telah
terjadi pada tahun 1894, tepat seperti yang telah dinubuatkan beliau saw., dan peristiwa itu terjadi tidak berapa
lama setelah Mirza Ghulam Ahmad a.s. yang atas perintah Allah Swt. mendakwakan
diri sebagai Imam Mahdi sebagaimana yang dinubuatkan
oleh Nabi Besar Muhammad saw. sebelum ini.
Dalam hadits tersebut Nabi Besar
Muhammad saw. menyebut “li-mahdīnā -- bagi Mahdi kami”, sebab dalam hadits lainnya tentang Imam
Mahdi, beliau saw. juga
menyebutkan akan ada 30 pendusta yang
uga mengaku sebagai Imam Mahdi. Dan
menurut beliau saw. kesaksian atau tanda
Imam Mahdi yang sejati (Mahdi
kami) datang dari langit berupa terjadinya gerhana matahari dan gerhana bulan di bulan Ramadhan yang sama, yang mustahil dapat dibuat-buat oleh para
pendakwa palsu.
(Bersambung).
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam
Farid
***
“Pajajaran Anyar”, 9 September 2012
Ki Langlang
Buana Kusuma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar