بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN
Bab
71
"Keledai Dajjal Pemakan Api” &
"Keledai Dajjal Pemakan Api” &
Perjalanan
Ke Luar Angkasa
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam bagian
akhir Bab sebelum ini telah dijelaskan mengenai makna Tanda-tanda Akhir Zaman
bahwa “unta-unta betina akan ditinggalkan” sehubungan akan diciptakannya berbagai sarana transportasi baru yang
menggunakan “tenaga api”, firman-Nya:
وَ اٰیَۃٌ
لَّہُمۡ اَنَّا حَمَلۡنَا
ذُرِّیَّتَہُمۡ فِی الۡفُلۡکِ الۡمَشۡحُوۡنِ ﴿ۙ ﴾ وَ خَلَقۡنَا
لَہُمۡ مِّنۡ مِّثۡلِہٖ مَا یَرۡکَبُوۡنَ ﴿ ﴾ وَ اِنۡ
نَّشَاۡ نُغۡرِقۡہُمۡ فَلَا صَرِیۡخَ
لَہُمۡ وَ لَا ہُمۡ یُنۡقَذُوۡنَ ﴿ۙ۴۳﴾ اِلَّا رَحۡمَۃً مِّنَّا وَ مَتَاعًا اِلٰی حِیۡنٍ ﴿ ﴾
Dan suatu Tanda bagi mereka bahwasanya Kami angkut
anak-cucu mereka dalam bahtera-bahtera yang bermuatan penuh. Dan Kami akan menciptakan bagi mereka semacam
itu juga yang akan
mereka kendarai. Dan jika
Kami menghendaki Kami dapat menenggelamkan mereka maka tidak ada yang menolong mereka, dan tidak pula mereka akan diselamatkan. Kecuali
dengan rahmat dari Kami dan sebagai
bekal sampai suatu masa. (Yā Sīn [36]:42-45).
Sehubungan dengan
kalimat “Dan Kami akan menciptakan bagi mereka semacam itu juga yang
akan mereka kendarai“, Al-Quran meramalkan semenjak dahulu kala bahwa
Allah Swt. akan mewujudkan sarana-sarana pengangkutan (transportasi)
baru. Kapal api dan kapal lintas-samudera raksasa, balon zeppelin, pesawat
terbang, dan sebagainya yang begitu banyak dipergunakan dewasa ini adalah
penggenapan nubuatan Al-Quran secara
jelas dan nyata, firman-Nya lagi:
وَ
الۡاَنۡعَامَ خَلَقَہَا ۚ لَکُمۡ فِیۡہَا دِفۡءٌ
وَّ مَنَافِعُ وَ مِنۡہَا تَاۡکُلُوۡنَ ﴿۪﴾ وَ لَکُمۡ فِیۡہَا جَمَالٌ حِیۡنَ تُرِیۡحُوۡنَ وَ
حِیۡنَ تَسۡرَحُوۡنَ ﴿۪﴾ وَ تَحۡمِلُ
اَثۡقَالَکُمۡ اِلٰی بَلَدٍ لَّمۡ
تَکُوۡنُوۡا بٰلِغِیۡہِ اِلَّا بِشِقِّ
الۡاَنۡفُسِ ؕ اِنَّ رَبَّکُمۡ
لَرَءُوۡفٌ رَّحِیۡمٌ ۙ﴿﴾ وَّ الۡخَیۡلَ وَ
الۡبِغَالَ وَ الۡحَمِیۡرَ لِتَرۡکَبُوۡہَا وَ زِیۡنَۃً ؕ وَ یَخۡلُقُ مَا لَا
تَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Dan binatang ternak pun
Dia telah menciptakannya, kamu memperoleh
kehangatan di dalamnya serta manfaat-manfaat lainnya, dan
darinya kamu makan. Dan di dalamnya
terdapat sarana keindahan bagimu,
ketika kamu menggiringnya di waktu petang pulang ke kandang, dan
ketika kamu melepaskannya di waktu pagi ke tempat
penggembalaan. Dan binatang itu mengangkut
muatan kamu ke suatu negeri yang kamu tidak dapat mencapainya kecuali dengan
banyak penderitaan bagi dirimu. Sesungguhnya Tuhan-mu Maha Penyantun, Maha Penyayang. Dan Dia telah menciptakan kuda-kuda, bagal-bagal, dan keledai-keledai, supaya kamu dapat menungganginya,
dan juga sebagai sarana keindahan,
dan Dia akan menciptakan apa yang kamu belum
ketahui. (Al-Nahl [16]:6-9).
Semua sarana transportasi baru tersebut memanfaatkan tenaga api. Allah Swt. saja Yang mengetahui alat-alat pengangkutan apa yang masih akan diciptakan lagi di masa
datang, sehingga benarlah firman Allah
Swt. mengenai Tanda-tanda Akhir Zaman
selanjutnya sehubungan dengan “unta-unta” sebagai sarana transportasi purbakala
berikut ini:
وَ اِذَا
الۡعِشَارُ عُطِّلَتۡ ۪ۙ﴿۴﴾
Dan apabila unta-unta bunting sepuluh bulan ditinggalkan (Al-Takwir [81]:5).
‘Isyār itu jamak dari ‘usyara‘, yang berarti:
seekor unta betina bunting sepuluh bulan. Kata ‘isyār dikenakan kepada
unta-unta betina, ketika sebagian telah beranak dan sebagian lain diharapkan
segera akan beranak (Lexicon Lane). Ayat ini berarti apabila unta-unta
betina tidak akan dianggap penting lagi, bahkan di negeri Arab sekalipun.
“Keledai Dajjal Pemakan Api”
Isyarat tersebut nampaknya tertuju kepada keadaan, dimana unta akan digantikan fungsinya oleh sarana-sarana pengangkutan yang lebih
baik dan lebih cepat pula, seperti kereta api, mobil, kapal terbang, dan
lain-lain. Dalam sebuah hadits Nabi Besar Muhammad saw. pun terdapat isyarat jelas mengenai unta yang akan digantikan oleh sarana-sarana pengangkutan lain itu.
Hadits itu berbunyi sebagai berikut: “Unta
akan ditinggalkan, dan tidak akan dipergunakan lagi guna bepergian dari suatu
tempat ke tempat lain” (Muslim).
Dalam hadits lainnya tentang fitnah Dajjal
– yakni Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog) -- Nabi Besar Muhammad saw. menceritakan tentang
tunggangan yang dipergunakan Dajjal dalam
rangka menyesatkan umat manusia adalah “keledai yang makanannya api”, yang memiliki postur tubuh yang luar biasa tinggi dan besarnya serta kemampuan berlarinya yang sangat cepat.
Dengan terjadinya Revolusi Industri di Negara-negara Kristen Eropa yang memanfaatkan tenaga api, serta diciptakannya “motor bakar” maka terjawablah makna
sabda Nabi Besar Muhammad saw. mengenai “keledai
Dajjal” yang sangat luar biasa tersebut, yakni berbagai sarana transportasi
baru yang menggunakan “kekuatan api”
(bahan bakar) sehingga “keledai-keledai Dajjal yang makanannya api” tersebut
sehingga mampu terbang di angkasa, bergerak cepat di lautan dan di daratan
mengalahkan kecepatan lari kuda, keledai,
unta mau pun gajah.
Nah, jika “keledai Dajjal pemakan api” telah ada, tentu “Dajjal” yang menungganginya pun telah
ada pula, yaitu bangsa-bangsa Kristen dari Barat yangh menganut faham
sesat bahwa “Tuhan punya anak”, na’udzubillāhi min dzālik. Itulah
sebabnnya Nabi Besar Muhammad saw. telah memberikan gambaran kiasan mengenai sosok Dajjal yang memiliki berbagai kemampuan yang luar biasa tersebut
sebagai seorang laki-laki yang matanya
buta sebelah, di tangannya memegang neraka dan surga – padahal kenyataannya
sebaliknya – ia mampu menurunkan hujan, membuat tanah gersang menjadi
subur, menghidupkan yang mati dan perbuatan-perbuatan ajaib lainnya.
Berbagai Pendapat Tentang “Dajjal,
Ya’juj-Majuj
dan “Keledai Dajjal Pemakan
Api”
Dalam Bab sebelumnya penulis telah
menampilkan hadits tentang Dajjal
yang diriwayatkan oleh An-Nawas bin Sam’an r.a. dalam Hadits Muslim,
berikut ini adalah beberapa pendapat
tentang Dajjal dan “keledai
Dajjal” yang makanannya api serta hubungannya dengan Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog):
(1) “Dajjal
disebutkan berulang-ulang dalam Hadits, sedangkan Ya'juj wa-Ma'juj bukan saja disebutkan dalam Hadits, melainkan pula
dalam Al-Quran. Dan kemunculannya yang kedua kalinya ini dihubungkan dengan
turunnya Al-Masih.
Kata Dajjal berasal dari kata dajala, artinya, menutupi (sesuatu).
Kata Dajjal berasal dari kata dajala, artinya, menutupi (sesuatu).
Kamus
Lisanul-'Arab
mengemukakan beberapa pendapat mengapa disebut Dajjal. Menurut suatu pendapat, ia disebut Dajjal karena ia adalah pembohong
yang menutupi kebenaran dengan kepalsuan. Pendapat lainnya mengatakan,
karena ia menutupi bumi dengan
bilangannya yang besar. Pendapat ketiga mengatakan, karena ia menutupi manusia dengan kekafiran.
Keempat, karena ia tersebar dan menutupi seluruh muka bumi.
Pendapat lain mengatakan, bahwa Dajjal itu bangsa yang menyebarkan barang dagangannya ke seluruh dunia,
artinya, menutupi dunia dengan barang dagangannya. Ada juga pendapat
yang mengatakan, bahwa ia dijuluki Dajjal
karena mengatakan hal-hal yang
bertentangan dengan hatinya, artinya, ia menutupi maksud yang sebenarnya dengan kata-kata palsu.
Kata Ya'juj
dan Ma juj berasal dari kata ajja atau ajij dalam wazan yaf'ul; kata ajij
artinya nyala api. Tetapi kata ajja berarti pula asra'a, maknanya berjalan
cepat. Itulah makna yang tertera dalam kamus Lisanul-'Arab. Ya'juj wa-Ma'juj dapat pula diibaratkan
sebagai api menyala dan air bergelombang, karena hebatnya
gerakan.”
(2) “Tatkala Nabi saw. ditanya,
bagaimanakah kecepatan perjalanan Dajjal,
Beliau menjawab sbb: "Kecepatan
Dajjal adalah seperti awan yang ditiup angin". Pada waktu Nabi Saw.
mengucapkan kata-kata ini, tampaknya seperti dongeng saja, atau ucapan yang
berlebih-lebihan. Akan tetapi pada dewasa ini kapal-udara terbang melebihi
kecepatan angin.
Selanjutnya Nabi
saw. bersabda sbb: "Bumi akan
digulung untuknya ". Ini berarti Dajjal
akan bergerak begitu cepat
seolah-olah bumi yang luas ini kelihatan ciut. Gerakan Dajjal melalui udara
dikatakan sebagai berikut: "la akan
menggenggam awan di tangan kanannya". Artinya ia akan terbang menembus dan di atas awan.
Selanjutnya Nabi Suci menerangkan bahwa "Dajjal akan meloncat-loncat di antara bumi dan langit". Semua
ini mengisyaratkan perjalanan Dajjal
melalui udara. Lebih lanjut diterangkan bahwa Dajjal akan bergerak begitu cepat hingga ia: "Mendahului matahari di tempat terbenamnya"
Pada dewasa ini kapal-udara terbang lebih cepat dari
jalannya matahari; orang yang berangkat dari Timur pada pagi hari, akan sampai
di Barat sebelum matahari terbenam. Penerbangan dari Calcuta ke Bombay atau
dari Lahore ke Karachi, hanya memakan waktu beberapa jam saja. Siapa tahu orang
akan terbang lebih cepat lagi daripada keadaan sekarang. Selanjutnya
diterangkan bahwa "lautan hanya
sedalam mata-kaki Dajjal" Hal ini terjadi sungguh-sungguh dengan
gerakan kapal selam di bawah permukaan
laut.
Kendaraan Dajjal disebut keledai, karena keledai
digunakan untuk mengangkut orang dari
sini ke sana, dan pula digunakan untuk mengangkut
muatan bagi manusia. Akan tetapi keledai Dajjal bukanlah keledai sungguh-sungguh, karena keledai
ini digambarkan mempunyai telinga yang
jaraknya tujuh puluh yard dan warnanya putih
mengkilat. Gambaran ini sebenarnya untuk melukiskan kereta-api.
Adapun Hadits
yang menerangkan satu langkah Dajjal
akan mencapai jarak perjalanan sehari
semalam, ini berarti bahwa jarak yang ditempuh sehari semalam, itu hanyalah
satu langkah saja bagi Dajjal. Hendaklah diingat bahwa gambaran
tentang kemampuan Dajjal menundukkan alam
tidaklah sekali-kali dimaksud untuk mengutuk
perbuatan Dajjal, tetapi untuk menunjukkan bahwa Dajjal mempunyai anggapan sebagai orang yang paling kuasa, dan lupa
akan kedudukannya sebagai hamba Allah
yang hina. Jadi yang dikutuk
ialah pengakuan Dajjal bahwa ia
mempunyai kekuasaan Ketuhanan.”
Benarnya
Berbagai Pernyataan Allah Swt.
Dalam
Al-Quran
Penulis cukupkan menampilkan dua pendapat
tentang Dajjal dan “keledai
Dajjal” yang makanannya api serta hubungannya dengan Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog), yang terbukti semakin
banyak “orang-orang berakal”
dikalangan umat Islam, yang pemikirannya atau penafsirannya sesuai dengan pemahaman orang-orang Muslim dari kalangan Jemaat Ahmadiyah, bahwa Dajjal atau Ya’juj (Gog) dan Majuj
(Magog) adalah bangsa yang sama, yang
berhasil mencetuskan “revolusi industri”, sehingga mereka
sukses dalam bidang politik, ekonomi, dan kemiliteran,
bahkan budaya dan agama yang telah merusak nilai-nilai moral manusia serta Tauhid Ilahi, semua keadaan tersebut tercakup dengan kata Dajjal
, Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog) serta “keledai Dajjal
pemakan api.”
Bangsa-bangsa yang disebut Dajjal atau Ya’juj (Gog) dan Majuj
(Magog) ini pulalah – yang sekali pun mereka itu sangat menentang AQl-Quran dan
Nabi Besar Muhammad saw. – tetapi dalam kenyataannya mereka itulah yang
membuktikan berbagai kebenaran yang dikemukakan Al-Quran,
misalnya:
(1) Tentang akan terciptanya berbagai sarana transportasi baru yang
menggunakan “tanaga api” atau
“keledai dajjal pemakan api”
yang sedang dibahas dalam beberap Bab sebelum ini, firman-Nya:
وَ اٰیَۃٌ
لَّہُمۡ اَنَّا حَمَلۡنَا
ذُرِّیَّتَہُمۡ فِی الۡفُلۡکِ الۡمَشۡحُوۡنِ ﴿ۙ ﴾ وَ خَلَقۡنَا
لَہُمۡ مِّنۡ مِّثۡلِہٖ مَا یَرۡکَبُوۡنَ ﴿ ﴾ وَ اِنۡ
نَّشَاۡ نُغۡرِقۡہُمۡ فَلَا صَرِیۡخَ
لَہُمۡ وَ لَا ہُمۡ یُنۡقَذُوۡنَ ﴿ۙ۴۳﴾ اِلَّا رَحۡمَۃً مِّنَّا وَ مَتَاعًا اِلٰی حِیۡنٍ ﴿ ﴾
Dan suatu Tanda bagi mereka bahwasanya Kami angkut
anak-cucu mereka dalam bahtera-bahtera yang bermuatan penuh. Dan Kami akan menciptakan bagi mereka semacam
itu juga yang akan
mereka kendarai. Dan jika
Kami menghendaki Kami dapat menenggelamkan mereka maka tidak ada yang menolong mereka, dan tidak pula mereka akan diselamatkan. Kecuali
dengan rahmat dari Kami dan sebagai
bekal sampai suatu masa. (Yā Sīn [36]:42-45).
Firman-Nya lagi:
وَ
الۡاَنۡعَامَ خَلَقَہَا ۚ لَکُمۡ فِیۡہَا دِفۡءٌ
وَّ مَنَافِعُ وَ مِنۡہَا تَاۡکُلُوۡنَ ﴿۪﴾ وَ لَکُمۡ فِیۡہَا جَمَالٌ حِیۡنَ تُرِیۡحُوۡنَ وَ
حِیۡنَ تَسۡرَحُوۡنَ ﴿۪﴾ وَ تَحۡمِلُ
اَثۡقَالَکُمۡ اِلٰی بَلَدٍ لَّمۡ
تَکُوۡنُوۡا بٰلِغِیۡہِ اِلَّا بِشِقِّ
الۡاَنۡفُسِ ؕ اِنَّ رَبَّکُمۡ
لَرَءُوۡفٌ رَّحِیۡمٌ ۙ﴿﴾ وَّ الۡخَیۡلَ وَ
الۡبِغَالَ وَ الۡحَمِیۡرَ لِتَرۡکَبُوۡہَا وَ زِیۡنَۃً ؕ وَ یَخۡلُقُ مَا لَا
تَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Dan binatang ternak pun
Dia telah menciptakannya, kamu memperoleh
kehangatan di dalamnya serta manfaat-manfaat lainnya, dan
darinya kamu makan. Dan di dalamnya
terdapat sarana keindahan bagimu,
ketika kamu menggiringnya di waktu petang pulang ke kandang, dan
ketika kamu melepaskannya di waktu pagi ke tempat
penggembalaan. Dan binatang itu mengangkut
muatan kamu ke suatu negeri yang kamu tidak dapat mencapainya kecuali dengan
banyak penderitaan bagi dirimu. Sesungguhnya Tuhan-mu Maha Penyantun, Maha Penyayang. Dan Dia telah menciptakan kuda-kuda, bagal-bagal, dan keledai-keledai, supaya kamu dapat menungganginya,
dan juga sebagai sarana keindahan,
dan Dia akan menciptakan apa yang kamu belum
ketahui. (Al-Nahl [16]:6-9).
Selanjutnya berfirman:
وَ اِذَا
الۡعِشَارُ عُطِّلَتۡ ۪ۙ﴿۴﴾
Dan apabila unta-unta bunting sepuluh bulan ditinggalkan (Al-Takwir [81]:5).
(2) Mengenai penciptaan alam semesta berdasarkan “teori Big Bang”, berikut firman Allah
Swt. dalam Al-Quran tentang hal tersebut:
اَوَ لَمۡ یَرَ
الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡۤا اَنَّ
السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ کَانَتَا رَتۡقًا فَفَتَقۡنٰہُمَا ؕ وَ جَعَلۡنَا
مِنَ الۡمَآءِ کُلَّ شَیۡءٍ حَیٍّ ؕ
اَفَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿ ﴾
Tidakkah orang-orang
yang kafir melihat bahwa seluruh
langit dan bumi keduanya dahulu suatu massa yang menyatu lalu Kami memisahkan keduanya? Dan Kami
menjadikan segala sesuatu yang hidup dari air. Apakah mereka tidak mau ber-iman?
(Al-Anbiyā
[21]:31).
Ayat ini mengisyaratkan landasan
agung kepada satu kebenaran ilmiah.
Agaknya ayat itu menunjuk kepada alam
semesta, ketika masih belum mempunyai bentuk
benda, dan ayat itu bermaksud menyatakan bahwa seluruh alam semesta
khususnya tata surya, telah
berkembang dari gumpalan yang belum
mempunyai bentuk atau segumpal kabut
(ratqān)
Selaras dengan asas yang Allah Swt.
lancarkan Dia memecahkan gumpalan zat itu (fataqnāhumā) dan
pecahan-pecahan yang cerai-berai menjadi kesatuan-kesatuan wujud tata-surya (“The Universe Surveyed” oleh
Harold Richards dan “The Nature of the Universe” oleh
Fred Hoyle). Sesudah itu Allah Swt. menciptakan seluruh kehidupan itu dari air.
Ayat ini nampaknya mengandung
arti bahwa seperti alam kebendaan,
demikian pula alam keruhanian pun
berkembang dari gumpalan yang belum
mempunyai bentuk, yang terdiri dari alam
pikiran yang kacau-balau dan kepercayaan-kepercayaan
yang bukan-bukan.
Sebagaimana Allah Swt. dengan hikmah-Nya yang
tidak pernah meleset dan sesuai dengan rencana agung telah memecahkan gumpalan zat itu, dan pecahan-pecahan yang bertebaran menjadi kesatuan wujud berbagai tata surya, maka persis seperti itu pula
Dia mewujudkan suatu tertib ruhani
yang baru dalam suatu alam yang berguling-gantang di dalam paya-paya cita-cita yang kacau-balau.
Bila umat manusia tenggelam ke
dalam kegelapan akhlak yang keruh serta angkasa
keruhanian menjadi tersaput oleh awan
yang padat dan sesak, Allah Swt.
menyebabkan munculnya suatu cahaya
berupa seorang utusan Ilahi (rasul Allah) yang mengusir kegelapan ruhani yang telah menyebar
luas itu, dan dari gumpalan yang tidak
berbentuk dan tanpa kehidupan,
yang berupa kerendahan akhlak dan ruhani, lahirlah suatu alam semesta ruhani yang mulai meluas
dari pusatnya dan akhirnya melingkupi seluruh bumi, menerima kehidupan dan pengarahan, dari tenaga
penggerak yang berada di belakangnya, yakni Allah Swt..
(3) Mengenai cara melakukan penerbangan ulang-alik
ke luar angkasa dengan memanfaatkan tenaga roket, dan ancaman Perang-perang Dunia, firman-Nya:
یٰمَعۡشَرَ الۡجِنِّ وَ الۡاِنۡسِ اِنِ اسۡتَطَعۡتُمۡ اَنۡ تَنۡفُذُوۡا مِنۡ اَقۡطَارِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ
فَانۡفُذُوۡا ؕ لَا تَنۡفُذُوۡنَ اِلَّا بِسُلۡطٰنٍ ﴿ۚ﴾ فَبِاَیِّ
اٰلَآءِ رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ
﴿﴾
Hai golongan
jin dan ins (manusia)! Jika kamu
memiliki kekuatan untuk menembus batas-batas seluruh langit dan bumi maka
tembuslah, namun kamu tidak dapat
menembusnya kecuali dengan kekuatan. Maka nikmat-nikmat Tuhan kamu berdua yang
manakah yang kamu berdua dustakan? (Al-Rahmān
[34-35).
Ayat ini telah
diberi bermacam-macam penafsiran. Menurut suatu penafsiran, para ilmuwan dan para ahli filsafat yang membanggakan diri mengenai kemajuan besar yang telah dicapai mereka dalam bidang ilmu duniawi, telah diberitahu bahwa kendati pun betapa
besarnya kemajuan yang mungkin telah
dicapai mereka dalam pengetahuan dan ilmu, mereka tidak dapat memahami semua hukum alam yang mengatur alam semesta ini dengan sepenuhnya. Betapa pun mereka
berusaha, mereka tidak akan berhasil
dalam pencarian mereka.
Ancaman Perang-perang Dunia
Menurut penafsiran lain,
ayat ini memperingatkan orang-orang
berdosa; “Biarkanlah mereka memberanikan diri menembus batas-batas langit dan
bumi, mereka tidak akan mampu menentang hukum-hukum
Ilahi tanpa mendapat hukuman, dan
mereka tidak akan dapat meloloskan diri dari azab Ilahi.”
Ayat ini dapat juga mengisyaratkan kepada pembuatan roket-roket, sputnik-sputnik, dan sebagainya; dengan alat-alat tersebut
orang-orang Rusia (Uni Sovyet) dan Amerika Serikat berusaha mencapai benda-benda langit. Mereka diberitahu,
bahwa paling-paling mereka hanya akan dapat mencapai beberapa planet terdekat dari bumi, tetapi
jagat-jagat raya kepunyaan Tuhan tidak mungkin dapat dijelajahi seluruhnya.
Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
یُرۡسَلُ عَلَیۡکُمَا شُوَاظٌ مِّنۡ نَّارٍ ۬ۙ وَّ نُحَاسٌ
فَلَا تَنۡتَصِرٰنِ ﴿ۚ ﴾ فَبِاَیِّ اٰلَآءِ
رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ ﴿ ﴾
Akan dikirimkan kepada kamu berdua nyala api,
dan leburan tembaga, lalu kamu berdua tidak akan dapat menolong diri sendiri. Maka nikmat-nikmat Tuhan kamu berdua yang
manakah yang kamu berdua dustakan? Dan ketika langit terbelah dan menjadi
merah bagaikan kulit me-rah. (Al-Rahmān [34-35).
Ayat ini menunjuk kepada azab paling
dahsyat lagi menakutkan, yang akan menimpa kedua blok yang bermusuhan itu.
Dunia rupa-rupanya berdiri di tepi jurang api yang berkobar-kobar dengan
dahsyatnya dan nyala apinya mengancam akan meng-hanguskan seluruh peradaban
manusia.
Ayat selanjutnya melukiskan betapa
jelasnya gambaran tentang azab yang
diancamkan itu “Dan ketika langit terbelah dan menjadi
merah bagaikan kulit merah”, bukti mengenai kebenaran ancaman Allah
Swt. tersebut adalah 2 Perang Dunia yang
telah melanda kedua golongan “jin dan ins”,
dan Perang Dunia III atau Perang Nuklir tinggal menunggu waktu saja. Wallāhu ‘alam.
(Bersambung).
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam
Farid
***
“Pajajaran Anyar”, 12 September 2012
Ki Langlang Buana Kusuma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar