بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
SURAH YÂ SÎN
JANTUNG AL-QURAN
Bab 61
Kegagalan Pembunuhan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Melalui Penyaliban
Oleh
Ki Langlang
Buana Kusuma
Dalam Bab sebelumnya telah dikemukakan adanya kesejajaran peristiwa
jasmani dengan peristiwa ruhani
yang dialami Maryam binti ‘Imran dan
putranya, Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., firman-Nya:
وَّ بِکُفۡرِہِمۡ وَ قَوۡلِہِمۡ عَلٰی
مَرۡیَمَ بُہۡتَانًا عَظِیۡمًا ﴿ ﴾ۙ وَّ قَوۡلِہِمۡ اِنَّا قَتَلۡنَا الۡمَسِیۡحَ عِیۡسَی
ابۡنَ مَرۡیَمَ رَسُوۡلَ اللّٰہِ ۚ وَ مَا قَتَلُوۡہُ وَ مَا صَلَبُوۡہُ وَ لٰکِنۡ
شُبِّہَ لَہُمۡ ؕ وَ اِنَّ الَّذِیۡنَ
اخۡتَلَفُوۡا فِیۡہِ لَفِیۡ شَکٍّ مِّنۡہُ ؕ مَا لَہُمۡ بِہٖ مِنۡ عِلۡمٍ اِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ ۚ وَ مَا قَتَلُوۡہُ
یَقِیۡنًۢا ﴿ ﴾ۙ بَلۡ رَّفَعَہُ
اللّٰہُ اِلَیۡہِ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ عَزِیۡزًا حَکِیۡمًا ﴿ ﴾
Dan juga mereka
Kami azab karena kekafiran mereka dan ucapan mereka terhadap Maryam berupa tuduhan
palsu yang besar. Dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih,
Isa Ibnu Maryam, Rasul Allah,” padahal mereka tidak membunuhnya secara
biasa dan tidak pula mematikannya
melalui penyaliban, akan
tetapi ia disamarkan kepada
mereka seperti telah mati di atas salib. Dan sesungguhnya orang-orang
yang berselisih dalam hal ini niscaya
ada dalam keraguan mengenai ini, mereka tidak memiliki pengetahuan yang pasti mengenai
ini melainkan menuruti dugaan
belaka dan mereka tidak yakin telah membunuhnya. Bahkan Allah telah mengangkatnya kepada-Nya dan Allah
Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (Al-Nisa
[4]:157-159).
Dalam Bab sebelumnya telah dijelaskan
bahwa maksud kalimat “Bahkan Allah telah mengangkatnya kepada-Nya“ bukan mengangkat
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. secara jasmani
hidup-hidup ke langit,
sebagaimana umumnya disalah-artikan
oleh orang-orang yang tidak mengetahui gaya
bahasa Al-Quran, melainkan
Allah Swt. mengangkat beliau
dari kehinaan besar berupa kematian terkutuk di tiang salib,
sebagaimana yang direncanakan oleh
para pemuka agama Yahudi melalui penyaliban, sebab menurut hukum
Taurat barangsiapa yang mati tergantung di tiang salib merupakan kutuk
baginya (Ulangan 21:23).
Mengisyaratkan kepada penyelamatan secara jasmani maupun dari segi ruhani terhadap Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. dan ibunya, Maryam
binti ‘Imran, itu pulalah firman Allah Swt. berikut ini:
وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ اُمَّہٗۤ اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ اِلٰی رَبۡوَۃٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿٪﴾
Dan Kami menjadikan Ibnu
Maryam dan ibunya suatu Tanda,
dan Kami melindungi keduanya ke suatu
dataran yang tinggi yang memiliki lembah-lembah hijau dan sumber-sumber mata air yang mengalir. (Al-Mu’minun
[23]:51).
Jadi, menurut Allah Swt., penyelamatan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
dan ibunya -- Maryam binti ‘Imran --
bukan diangkat ke atas langit hidup-hidup melainkan ke suatu “dataran yang tinggi yang memiliki lembah-lembah
hijau dan sumber-sumber mata air yang mengalir. “
Bukti-bukti Tak Terbantah
Gagalnya
Pembunuhan Melalui Penyaliban
Namun
sebelum membahas firman Allah Swt. tersebut secara rinci, lebih dulu akan dikupas firman Allah Swt.
sebelumnya mengenai upaya pembunuhan
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yang gagal melalui penyaliban, firman-Nya:
وَّ بِکُفۡرِہِمۡ وَ قَوۡلِہِمۡ عَلٰی
مَرۡیَمَ بُہۡتَانًا عَظِیۡمًا ﴿ ﴾ۙ وَّ قَوۡلِہِمۡ اِنَّا قَتَلۡنَا الۡمَسِیۡحَ عِیۡسَی
ابۡنَ مَرۡیَمَ رَسُوۡلَ اللّٰہِ ۚ وَ مَا قَتَلُوۡہُ وَ مَا صَلَبُوۡہُ وَ لٰکِنۡ
شُبِّہَ لَہُمۡ ؕ وَ اِنَّ الَّذِیۡنَ
اخۡتَلَفُوۡا فِیۡہِ لَفِیۡ شَکٍّ مِّنۡہُ ؕ مَا لَہُمۡ بِہٖ مِنۡ عِلۡمٍ اِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ ۚ وَ مَا قَتَلُوۡہُ
یَقِیۡنًۢا ﴿ ﴾ۙ بَلۡ رَّفَعَہُ
اللّٰہُ اِلَیۡہِ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ عَزِیۡزًا حَکِیۡمًا ﴿ ﴾
Dan juga mereka
Kami azab karena kekafiran mereka dan ucapan mereka terhadap Maryam berupa tuduhan
palsu yang besar. Dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih,
Isa Ibnu Maryam, Rasul Allah,” padahal mereka tidak membunuhnya secara
biasa dan tidak pula mematikannya
melalui penyaliban, akan
tetapi ia disamarkan kepada
mereka seperti telah mati di atas salib. Dan sesungguhnya orang-orang
yang berselisih dalam hal ini niscaya
ada dalam keraguan mengenai ini, mereka tidak memiliki pengetahuan yang pasti mengenai
ini melainkan menuruti dugaan
belaka dan mereka tidak yakin telah membunuhnya. Bahkan Allah telah mengangkatnya kepada-Nya dan Allah
Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (Al-Nisa
[4]:157-159).
Orang-orang
Yahudi menuduh Maryam binti ‘Imran berbuat zina ("Yewish Life of Yesus" oleh Panther). Kenyataan bahwa
orang-orang Yahudi mengemukakan "tuduhan palsu" terhadap Maryam binti ‘Imran merupakan bukti yang terang mengenai lahirnya Nabi Isa ibnu Maryam a.s.
tanpa ayah. Sebab seandainya Nabi Isa ibnu Maryam a.s. mempunyai ayah maka "tuduhan palsu" apakah yang
dikemukakan orang-orang Yahudi terhadap Maryam
binti ‘Imran?
Hanya semata-mata mencerca beliau karena pengakuan-pengakuan yang dikemukakan
oleh Nabi Isa ibnu Maryam a.s. tidak
dapat disebut tuduhan palsu. Di lain tempat Al-Quran membantah tuduhan itu
dengan mengatakan bahwa ibunda Nabi Isa a.s. itu seorang perempuan yang bertakwa
(QS.3:43; QS.5:76).
Mā
shalabū hu artinya mereka tidak menyebabkan kematian dia pada tiang
salib, sebab shalab itu cara membunuh yang terkenal. Orang berkata Shalaba
al-lish-sha, yakni ia membunuh pencuri itu dengan memakunya pada tiang
salib. Ayat itu tidak mengingkari kenyataan bahwa Nabi Isa ibnu Maryam a.s.
dipakukan ke tiang salib, tetapi
menyangkal beliau mati di atas tiang salib itu.
Kata-kata syubbiha lahum artinya: Nabi
Isa ibnu Maryam a.s. ditampakkan
kepada orang-orang Yahudi seperti orang yang mati disalib; atau hal kematian Nabi Isa ibnu Maryam a.s. menjadi samar
atau menjadi teka-teki kepada mereka.
Syubbiha 'alaihi al-amru, artinya hal itu dibuat kalang-kabut, samar
atau teka-teki kepadanya (Lexicon Lane).
Ungkapan, mā qatalū hu yaqīnan,
artinya: (1) mereka tidak membunuh dia dengan nyata; (2) mereka tidak
mengubah dugaan mereka jadi keyakinan, yakni pengetahuan mereka mengenai kematian Nabi Isa ibnu Maryam a.s. pada tiang salib tidak demikian pastinya
sampai tidak ada suatu celah keraguan pun dalam pikiran mereka bahwa mereka
benar-benar telah membunuh beliau. Dalam hal ini kata ganti hu dalam qatalūhu
menunjuk kepada kata benda zhann (dugaan). Orang-orang Arab berkata qatalasy-syai’a
khubran, yakni ia memperoleh pengetahuan sepenuhnya dan pasti mengenai hal
itu supaya menia-dakan segala kemungkinan untuk meragukan hal itu (Lexicon Lane; Lisan-al-‘Arab, dan Al-Mufradat).
Keterangan Injil
Bahwa Nabi Isa ibnu Maryam a.s. tidak
wafat pada tiang salib tapi wafat secara
wajar, jelas nampak dari Al-Quran. Fakta-fakta berikut, sebagaimana
dikisahkan dalam Injil sendiri,
memberi dukungan yang kuat kepada keterangan Al-Quran itu:
1. Karena Nabi Isa ibnu Maryam a.s. itu
seorang Nabi Allah, beliau tak
mungkin mati pada kayu salib, sebab
menurut Bible: "orang yang tergantung itu kutuklah bagi Tuhan Allah"
(Ulangan 21:23).
2. Beliau
telah berdoa kepada Tuhan dalam kesakitan yang amat sangat supaya
"biarkanlah kiranya cawan (kematian di atas salib) ini lepas dariku"
(Markus 14:36; Matius 26:29; Lukas 22:42); dan doa
beliau telah terkabul (Iberani
5:7).
3. Beliau
telah mengabarkan sebelumnya bahwa seperti Nabi Yunus a.s. yang telah masuk ke perut ikan paus dan
telah keluar lagi hidup-hidup (Matius
12:40), beliau akan tinggal dalam "perut bumi" selama tiga hari
dan akan keluar lagi hidup-hidup.
4. Beliau
telah menubuatkan pula bahwa beliau akan pergi mencari kesepuluh suku bangsa
Israil yang hilang (Yahya
10:16). Bahkan orang-orang Yahudi di masa Nabi Isa ibnu Maryam a.s. pun
mempercayai bahwa suku-suku bangsa Israil yang hilang itu telah terpencar ke
berbagai negeri (Yahya 7:34,
35).
5. Nabi Isa ibnu Maryam a.s. telah
dipakukan pada tiang salib hanya
selama kira-kira 3 jam (Yahya
19:14) dan sebagai orang yang memiliki kesehatan jasmani yang normal,
beliau tidak mungkin wafat dalam
waktu yang sependek itu.
6. Segera
sesudah beliau diturunkan dari tiang salib, pinggang beliau ditusuk dan darah
serta air keluar darinya. Hal demikian merupakan tanda yang pasti bahwa beliau
masih hidup (Yahya 19:34).
7.
Orang-orang Yahudi sendiri merasa tidak yakin mengenai kematian Nabi Isa ibnu Maryam a.s. sebab
mereka telah meminta kepada Pilatus untuk menempatkan penjaga di kuburannya
"supaya jangan murid-muridnya datang
mencuri Dia, serta mengatakan kepada kaum, bahwa Ia sudah bangkit dari antara
orang mati" (Matius
27:64).
8. Tidak
didapatkan dalam semua Injil barang
sebuah pun pernyataan tertulis dari seorang saksi yang menerangkan bahwa Nabi Isa ibnu Maryam a.s. telah
wafat ketika beliau diturunkan dari tiang salib atau ketika beliau
ditempatkan dalam kuburan. Lagi pula,
tidak seorang pun dari antara murid beliau hadir di tempat kejadian penyaliban, semuanya melarikan diri
tatkala Nabi Isa ibnu Maryam a.s. dibawa ke tempat penyaliban.
Kejadian yang sebenarnya nampaknya
demikian, boleh jadi disebabkan oleh impian istrinya agar "Jangan berbuat barang apapun ke atas orang
yang benar itu" (Matius
27:19), maka Pilatus telah percaya bahwa Nabi Isa ibnu Maryam a.s. tidak
bersalah, dan karenanya telah bersekongkol dengan Yusuf Arimatea - seorang
tokoh dari perkumpulan Essene, tempat Nabi
Isa ibnu Maryam a.s. sendiri pernah menjadi anggotanya,
sebelum beliau diutus sebagai nabi -
untuk menolong jiwa beliau.
Sidang
pemeriksaan perkara Nabi Isa ibnu Maryam
a.s. berlangsung pada hari Jum'at, karena
Pilatus dengan sengaja mengulur waktu dengan perhitungan bahwa esok harinya
jatuh Hari Sabat, saat orang-orang
terhukum tidak dapat dibiarkan di atas tiang salib sesudah matahari terbenam.
Ketika pada akhirnya Pilatus merasa terpaksa menghukum Nabi Isa ibnu Maryam
a.s., ia memberikan keputusannya
hanya 3 jam sebelum terbenamnya matahari, dengan demikian meyakinkan dirinya
bahwa tidak ada orang yang normal kesehatannya tinggal di atas tiang salib
dalam waktu yang sesingkat itu dapat mati. Selain itu Pilatus telah sudi
mengusahakan agar Nabi Isa ibnu Maryam
a.s. diberi anggur atau cuka dicampur dengan
rempah-rempah mur (myrrh) untuk mengurangi perasaan sakitnya. Tatkala
sesudah 3 jam lamanya tergantung, beliau diturunkan dari salib dalam keadaan
tidak sadarkan diri (mungkin karena pengaruh cuka yang diminumkan kepada
beliau), Pilatus dengan senang hati mengabulkan permintaan Yusuf Arimatea dan
menyerahkan badan beliau kepadanya. Lain halnya dari kedua penjahat yang
digantung bersama-sama Nabi Isa ibnu
Maryam a.s. tulang-tulang
beliau tidak dipatahkan dan Yusuf Arimatea telah meletakkan beliau di suatu
rongga yang ruangnya luas, digali di bagian samping bukit padas. Ketika itu
tidak ada ilmu pemeriksaan mayat (medical autopsy), tidak ada percobaan
stethoscopis, tidak diadakan pemeriksaan dari segi hukum dengan pertolongan
kesaksian dari mereka yang terakhir bersama beliau ("Mystical life of Yesus" oleh H. Spencer Lewis).
9. Marham
Isa (salep Isa) yang terkenal itu dibuat dan dipakai untuk mengobati luka-luka Nabi Isa ibnu Maryam a.s., dan beliau diurus
serta dirawat oleh Yusuf Arimatea dan Nicodemus yang juga seorang yang sangat
terpelajar dan anggota yang amat terhormat dari Ikatan Persaudaraan Essene.
10. Setelah
luka-luka beliau cukup sembuh, Nabi Isa
ibnu Maryam a.s. meninggalkan kuburan itu dan menemui beberapa murid beliau dan bersantap bersama
mereka, lalu menempuh perjalanan jauh dari Yerusalem ke Galilea dengan berjalan
kaki (Lukas 24:50).
11. "The Crucifixion by an Eye Witness,"
sebuah buku yang untuk pertama kalinya iterbitkan pada tahun 1873 di Amerika
Serikat, merupakan terjemahan dalam bahasa Inggeris dari sebuah naskah surat
dalam bahasa Latin purba yang ditulis 7 tahun sesudah peristiwa salib oleh
seorang warga Essene di Yerusalem kepada seorang anggota perkum-pulan itu di Iskandaria,
memberi dukungan yang kuat kepada pendapat bahwa Nabi Isa ibnu Maryam a.s.
telah
diturunkan dari salib dalam keadaan
masih hidup. Buku itu menceriterakan
secara terinci semua kejadian yang menjurus kepada peristiwa salib, pemandangan di bukit tempat terjadinya penyaliban
dan juga peristiwa-peristiwa yang terjadi kemudian.
Al-Quran Membantah Dua Pendapat yang Berbeda
Dua pendapat yang berbeda tersebar di
tengah-tengah orang-orang Yahudi mengenai dugaan
wafat Nabi Isa ibnu Maryam a.s. karena penyaliban. Beberapa di antara mereka berpendapat bahwa beliau
pertama-tama dibunuh, kemudian badan beliau digantung pada tiang salib, sedang
yang lainnya berpendapat bahwa beliau dibunuh dengan dipakukan pada tiang
salib. Pendapat yang pertama tercermin dalam Kisah Rasul-rasul 5:50, kita baca: "Yang sudah kamu ini bunuh dan menggantungkan
Dia pada kayu itu."
Al-Quran membantah kedua pendapat ini dengan mengatakan: "mereka
tidak membunuhnya, dan tidak pula mematikannya di atas salib." Pertama
Al-Quran menolak pembunuhan Nabi Isa ibnu Maryam a.s. dalam bentuk apapun, dan selanjutnya
menyangkal cara pembunuhan yang khas dengan jalan menggantungkan pada salib.
Al-Quran tidak menolak ide bahwa Nabi Isa ibnu Maryam a.s. digantung
pada tiang salib, Al-Quran hanya menyangkal wafatnya di atas tiang salib.
Orang-orang Yahudi dengan gembira mengumandangkan telah membunuh Nabi Isa ibnu Maryam a.s. di atas tiang salib, sehingga dengan
demikian telah membuktikan bahwa pendakwaan
beliau sebagai nabi Allah tidak
benar. Ayat 159 bersama-sama ayat
sebelumnya mengandung sangkalan yang
keras terhadap tuduhan tersebut serta membersihkan beliau dari noda yang didesas-desuskan, lalu mengutarakan keluhuran derajat ruhani beliau dan bahwa beliau telah mendapat kehormatan di hadirat Allah.
Dalam ayat 159 sama sekali tidak ada sebutan mengenai kenaikan
beliau ke langit dengan tubuh jasmani. Ayat itu hanya mengatakan bahwa Allah
Swt. menaikkan beliau ke haribaan-Nya Sendiri, hal demikian menunjukkan dengan
jelas suatu kenaikan ruhani, sebab
tidak ada tempat kediaman tertentu dapat ditunjukkan bagi Allah Swt.
(QS.5:117-119).
(Bersambung).
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
“Pajajaran
Anyar”, 4 September 2012
Ki Langlang Buana Kusuma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar