Senin, 03 September 2012

Kegagalan Pembunuhan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Melalui Penyaliban



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


  SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN

Bab 61

Kegagalan Pembunuhan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Melalui Penyaliban 

 Oleh
                                                                                
Ki Langlang Buana Kusuma


Dalam   Bab sebelumnya telah dikemukakan   adanya kesejajaran   peristiwa jasmani dengan peristiwa ruhani yang dialami Maryam binti ‘Imran dan putranya,  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.,  firman-Nya:
وَّ بِکُفۡرِہِمۡ وَ قَوۡلِہِمۡ عَلٰی مَرۡیَمَ  بُہۡتَانًا عَظِیۡمًا ﴿ ﴾ۙ  وَّ قَوۡلِہِمۡ اِنَّا قَتَلۡنَا الۡمَسِیۡحَ عِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ رَسُوۡلَ اللّٰہِ ۚ وَ مَا قَتَلُوۡہُ وَ مَا صَلَبُوۡہُ وَ لٰکِنۡ شُبِّہَ لَہُمۡ ؕ وَ  اِنَّ الَّذِیۡنَ اخۡتَلَفُوۡا فِیۡہِ لَفِیۡ شَکٍّ مِّنۡہُ ؕ مَا لَہُمۡ بِہٖ مِنۡ عِلۡمٍ  اِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ ۚ وَ مَا قَتَلُوۡہُ  یَقِیۡنًۢا ﴿ ﴾ۙ   بَلۡ رَّفَعَہُ اللّٰہُ اِلَیۡہِ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ عَزِیۡزًا حَکِیۡمًا ﴿ ﴾
Dan juga  mereka  Kami azab karena kekafiran mereka dan ucapan mereka terhadap Maryam berupa tuduhan palsu yang besar. Dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa Ibnu Maryam, Rasul Allah,” padahal mereka tidak membunuhnya secara biasa dan tidak pula mematikannya melalui penyaliban,  akan tetapi ia disamarkan kepada mereka seperti telah mati di atas salib. Dan sesungguhnya  orang-orang yang berselisih dalam hal ini niscaya ada dalam keraguan mengenai ini,  mereka tidak memiliki  pengetahuan yang pasti mengenai ini melainkan menuruti dugaan belaka dan mereka tidak  yakin telah membunuhnya. Bahkan Allah telah mengangkatnya kepada-Nya  dan Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (Al-Nisa [4]:157-159).
      Dalam Bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa maksud kalimat “Bahkan Allah telah mengangkatnya kepada-Nya  bukan mengangkat Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. secara jasmani hidup-hidup ke langit, sebagaimana umumnya disalah-artikan oleh orang-orang yang tidak mengetahui gaya bahasa  Al-Quran,  melainkan  Allah Swt. mengangkat beliau dari kehinaan besar berupa kematian terkutuk di tiang salib, sebagaimana yang direncanakan oleh para pemuka agama Yahudi melalui penyaliban, sebab  menurut hukum Taurat barangsiapa yang mati tergantung di tiang salib merupakan kutuk baginya (Ulangan 21:23).
         Mengisyaratkan kepada penyelamatan secara jasmani maupun dari segi ruhani  terhadap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dan ibunya, Maryam binti ‘Imran, itu pulalah firman Allah Swt. berikut ini:
وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ اُمَّہٗۤ  اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ  اِلٰی رَبۡوَۃٍ  ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿٪﴾
Dan Kami menjadikan  Ibnu Maryam dan ibunya suatu Tanda, dan Kami melindungi keduanya ke suatu dataran yang tinggi yang memiliki   lembah-lembah hijau  dan  sumber-sumber mata air yang  mengalir. (Al-Mu’minun [23]:51).
       Jadi, menurut Allah Swt., penyelamatan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dan ibunya -- Maryam binti ‘Imran --  bukan diangkat ke atas langit hidup-hidup melainkan ke suatu “dataran yang tinggi yang memiliki   lembah-lembah hijau  dan    sumber-sumber mata air yang  mengalir.

Bukti-bukti Tak Terbantah Gagalnya
Pembunuhan Melalui Penyaliban

       Namun  sebelum membahas firman Allah Swt. tersebut secara rinci,  lebih dulu akan dikupas firman Allah Swt. sebelumnya mengenai upaya pembunuhan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yang gagal melalui penyaliban, firman-Nya:
وَّ بِکُفۡرِہِمۡ وَ قَوۡلِہِمۡ عَلٰی مَرۡیَمَ  بُہۡتَانًا عَظِیۡمًا ﴿ ﴾ۙ  وَّ قَوۡلِہِمۡ اِنَّا قَتَلۡنَا الۡمَسِیۡحَ عِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ رَسُوۡلَ اللّٰہِ ۚ وَ مَا قَتَلُوۡہُ وَ مَا صَلَبُوۡہُ وَ لٰکِنۡ شُبِّہَ لَہُمۡ ؕ وَ  اِنَّ الَّذِیۡنَ اخۡتَلَفُوۡا فِیۡہِ لَفِیۡ شَکٍّ مِّنۡہُ ؕ مَا لَہُمۡ بِہٖ مِنۡ عِلۡمٍ  اِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ ۚ وَ مَا قَتَلُوۡہُ  یَقِیۡنًۢا ﴿ ﴾ۙ   بَلۡ رَّفَعَہُ اللّٰہُ اِلَیۡہِ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ عَزِیۡزًا حَکِیۡمًا ﴿ ﴾
Dan juga  mereka  Kami azab karena kekafiran mereka dan ucapan mereka terhadap Maryam berupa tuduhan palsu yang besar. Dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa Ibnu Maryam, Rasul Allah,” padahal mereka tidak membunuhnya secara biasa dan tidak pula mematikannya melalui penyaliban,  akan tetapi ia disamarkan kepada mereka seperti telah mati di atas salib. Dan sesungguhnya  orang-orang yang berselisih dalam hal ini niscaya ada dalam keraguan mengenai ini,  mereka tidak memiliki  pengetahuan yang pasti mengenai ini melainkan menuruti dugaan belaka dan mereka tidak  yakin telah membunuhnya. Bahkan Allah telah mengangkatnya kepada-Nya  dan Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (Al-Nisa [4]:157-159).
   Orang-orang Yahudi menuduh  Maryam binti ‘Imran  berbuat zina ("Yewish Life of Yesus" oleh Panther). Kenyataan bahwa orang-orang Yahudi mengemukakan "tuduhan palsu" terhadap  Maryam binti ‘Imran  merupakan bukti yang terang  mengenai lahirnya Nabi Isa ibnu Maryam a.s.  tanpa ayah. Sebab seandainya Nabi Isa ibnu Maryam a.s.   mempunyai ayah maka   "tuduhan palsu" apakah yang dikemukakan orang-orang Yahudi terhadap  Maryam binti ‘Imran?
  Hanya semata-mata mencerca beliau karena pengakuan-pengakuan yang dikemukakan oleh Nabi Isa ibnu Maryam a.s.   tidak dapat disebut tuduhan palsu. Di lain tempat Al-Quran membantah tuduhan itu dengan mengatakan bahwa ibunda Nabi Isa a.s.  itu seorang perempuan yang bertakwa (QS.3:43; QS.5:76).
    Mā shalabū hu artinya  mereka tidak menyebabkan kematian dia pada tiang salib, sebab shalab itu cara membunuh yang terkenal. Orang berkata Shalaba al-lish-sha, yakni ia membunuh pencuri itu dengan memakunya pada tiang salib. Ayat itu tidak mengingkari kenyataan bahwa Nabi Isa ibnu Maryam a.s.  dipakukan ke tiang salib, tetapi menyangkal beliau mati di atas tiang salib itu.
  Kata-kata syubbiha lahum artinya:   Nabi Isa ibnu Maryam a.s.  ditampakkan kepada orang-orang Yahudi seperti orang yang mati disalib; atau hal kematian  Nabi Isa ibnu Maryam a.s.   menjadi samar atau menjadi teka-teki kepada mereka. Syubbiha 'alaihi al-amru, artinya hal itu dibuat kalang-kabut, samar atau teka-teki kepadanya (Lexicon Lane).
  Ungkapan, mā qatalū hu yaqīnan, artinya: (1) mereka tidak membunuh dia dengan nyata; (2) mereka tidak mengubah  dugaan mereka  jadi keyakinan, yakni  pengetahuan mereka mengenai kematian Nabi Isa ibnu Maryam a.s.    pada tiang salib tidak demikian pastinya sampai tidak ada suatu celah keraguan pun dalam pikiran mereka bahwa mereka benar-benar telah membunuh beliau. Dalam hal ini kata ganti hu dalam qatalūhu menunjuk kepada kata benda zhann (dugaan). Orang-orang Arab berkata qatalasy-syai’a khubran, yakni ia memperoleh pengetahuan sepenuhnya dan pasti mengenai hal itu supaya menia-dakan segala kemungkinan untuk meragukan hal itu (Lexicon Lane; Lisan-al-‘Arab, dan Al-Mufradat).

Keterangan Injil

Bahwa  Nabi Isa ibnu Maryam a.s.    tidak wafat pada tiang salib tapi wafat secara wajar, jelas nampak dari Al-Quran. Fakta-fakta berikut, sebagaimana dikisahkan dalam Injil sendiri, memberi dukungan yang kuat kepada keterangan Al-Quran itu:
1. Karena  Nabi Isa ibnu Maryam a.s.    itu seorang Nabi Allah, beliau tak mungkin mati pada kayu salib, sebab menurut Bible: "orang yang tergantung itu kutuklah bagi Tuhan Allah" (Ulangan 21:23).
2. Beliau telah berdoa kepada Tuhan dalam kesakitan yang amat sangat supaya "biarkanlah kiranya cawan (kematian di atas salib) ini lepas dariku" (Markus 14:36; Matius 26:29; Lukas 22:42); dan doa beliau telah terkabul (Iberani 5:7).
3. Beliau telah mengabarkan sebelumnya bahwa seperti Nabi Yunus a.s.   yang telah masuk ke perut ikan paus dan telah keluar lagi hidup-hidup (Matius 12:40), beliau akan tinggal dalam "perut bumi" selama tiga hari dan akan keluar lagi hidup-hidup.
4. Beliau telah menubuatkan pula bahwa beliau akan pergi mencari kesepuluh suku bangsa Israil yang hilang (Yahya 10:16). Bahkan orang-orang Yahudi di masa  Nabi Isa ibnu Maryam a.s.   pun mempercayai bahwa suku-suku bangsa Israil yang hilang itu telah terpencar ke berbagai negeri (Yahya 7:34, 35).
5.     Nabi Isa ibnu Maryam a.s.   telah dipakukan pada tiang salib hanya selama kira-kira 3 jam (Yahya 19:14) dan sebagai orang yang memiliki kesehatan jasmani yang normal, beliau tidak mungkin wafat dalam waktu yang sependek itu.
6. Segera sesudah beliau diturunkan dari tiang salib, pinggang beliau ditusuk dan darah serta air keluar darinya. Hal demikian merupakan tanda yang pasti bahwa beliau masih hidup (Yahya 19:34).
7. Orang-orang Yahudi sendiri merasa tidak yakin mengenai kematian  Nabi Isa ibnu Maryam a.s.   sebab mereka telah meminta kepada Pilatus untuk menempatkan penjaga di kuburannya "supaya jangan murid-muridnya datang mencuri Dia, serta mengatakan kepada kaum, bahwa Ia sudah bangkit dari antara orang mati" (Matius 27:64).
8. Tidak didapatkan dalam semua Injil barang sebuah pun pernyataan tertulis dari seorang saksi yang menerangkan bahwa  Nabi Isa ibnu Maryam a.s.    telah wafat ketika beliau diturunkan dari tiang salib atau ketika beliau ditempatkan dalam kuburan. Lagi pula, tidak seorang pun dari antara murid beliau hadir di tempat kejadian penyaliban, semuanya melarikan diri tatkala Nabi Isa ibnu Maryam a.s. dibawa ke tempat penyaliban.
    Kejadian yang sebenarnya nampaknya demikian, boleh jadi disebabkan oleh impian istrinya agar "Jangan berbuat barang apapun ke atas orang yang benar itu" (Matius 27:19), maka Pilatus telah percaya bahwa Nabi Isa ibnu Maryam a.s.     tidak bersalah, dan karenanya telah bersekongkol dengan Yusuf Arimatea - seorang tokoh dari perkumpulan Essene, tempat  Nabi Isa ibnu Maryam a.s.    sendiri pernah menjadi anggotanya, sebelum beliau diutus sebagai nabi - untuk menolong jiwa beliau.
  Sidang pemeriksaan perkara  Nabi Isa ibnu Maryam a.s.    berlangsung pada hari Jum'at, karena Pilatus dengan sengaja mengulur waktu dengan perhitungan bahwa esok harinya jatuh Hari Sabat, saat orang-orang terhukum tidak dapat dibiarkan di atas tiang salib sesudah matahari terbenam. Ketika pada akhirnya Pilatus merasa terpaksa menghukum Nabi Isa ibnu Maryam a.s.,  ia memberikan keputusannya hanya 3 jam sebelum terbenamnya matahari, dengan demikian meyakinkan dirinya bahwa tidak ada orang yang normal kesehatannya tinggal di atas tiang salib dalam waktu yang sesingkat itu dapat mati. Selain itu Pilatus telah sudi mengusahakan agar        Nabi Isa ibnu Maryam a.s.   diberi anggur atau cuka dicampur dengan rempah-rempah mur (myrrh) untuk mengurangi perasaan sakitnya. Tatkala sesudah 3 jam lamanya tergantung, beliau diturunkan dari salib dalam keadaan tidak sadarkan diri (mungkin karena pengaruh cuka yang diminumkan kepada beliau), Pilatus dengan senang hati mengabulkan permintaan Yusuf Arimatea dan menyerahkan badan beliau kepadanya. Lain halnya dari kedua penjahat yang digantung bersama-sama Nabi Isa ibnu Maryam a.s.  tulang-tulang beliau tidak dipatahkan dan Yusuf Arimatea telah meletakkan beliau di suatu rongga yang ruangnya luas, digali di bagian samping bukit padas. Ketika itu tidak ada ilmu pemeriksaan mayat (medical autopsy), tidak ada percobaan stethoscopis, tidak diadakan pemeriksaan dari segi hukum dengan pertolongan kesaksian dari mereka yang terakhir bersama beliau ("Mystical life of Yesus" oleh H. Spencer Lewis).
9. Marham Isa (salep Isa) yang terkenal itu dibuat dan dipakai untuk mengobati luka-luka  Nabi Isa ibnu Maryam a.s., dan beliau diurus serta dirawat oleh Yusuf Arimatea dan Nicodemus yang juga seorang yang sangat terpelajar dan anggota yang amat terhormat dari Ikatan Persaudaraan Essene.
10. Setelah luka-luka beliau cukup sembuh,  Nabi Isa ibnu Maryam a.s.    meninggalkan kuburan itu dan menemui beberapa murid beliau dan bersantap bersama mereka, lalu menempuh perjalanan jauh dari Yerusalem ke Galilea dengan berjalan kaki (Lukas 24:50).
11. "The Crucifixion by an Eye Witness," sebuah buku yang untuk pertama kalinya iterbitkan pada tahun 1873 di Amerika Serikat, merupakan terjemahan dalam bahasa Inggeris dari sebuah naskah surat dalam bahasa Latin purba yang ditulis 7 tahun sesudah peristiwa salib oleh seorang warga Essene di Yerusalem kepada seorang anggota perkum-pulan itu di Iskandaria, memberi dukungan yang kuat kepada pendapat bahwa Nabi Isa ibnu Maryam a.s.  telah diturunkan dari salib dalam keadaan masih hidup. Buku itu menceriterakan secara terinci semua kejadian yang menjurus kepada peristiwa salib, pemandangan di bukit tempat terjadinya penyaliban dan juga peristiwa-peristiwa yang terjadi kemudian.

Al-Quran Membantah Dua Pendapat yang Berbeda

       Dua pendapat yang berbeda tersebar di tengah-tengah orang-orang Yahudi mengenai dugaan wafat Nabi Isa ibnu Maryam a.s.     karena penyaliban. Beberapa di antara mereka berpendapat bahwa beliau pertama-tama dibunuh, kemudian badan beliau digantung pada tiang salib, sedang yang lainnya berpendapat bahwa beliau dibunuh dengan dipakukan pada tiang salib. Pendapat yang pertama tercermin dalam Kisah Rasul-rasul 5:50, kita baca: "Yang sudah kamu ini bunuh dan menggantungkan Dia pada kayu itu."
    Al-Quran membantah kedua pendapat ini dengan mengatakan:  "mereka tidak membunuhnya, dan tidak pula mematikannya di atas salib." Pertama Al-Quran menolak pembunuhan Nabi Isa ibnu Maryam a.s.    dalam bentuk apapun, dan selanjutnya menyangkal cara pembunuhan yang khas dengan jalan menggantungkan pada salib. Al-Quran  tidak menolak ide bahwa  Nabi Isa ibnu Maryam a.s.   digantung pada tiang salib, Al-Quran hanya menyangkal wafatnya di atas tiang salib.
   Orang-orang Yahudi dengan gembira mengumandangkan telah membunuh  Nabi Isa ibnu Maryam a.s.  di atas tiang salib, sehingga dengan demikian telah membuktikan bahwa pendakwaan beliau sebagai nabi Allah tidak benar. Ayat 159  bersama-sama ayat sebelumnya mengandung sangkalan yang keras  terhadap tuduhan tersebut serta membersihkan beliau dari noda yang didesas-desuskan, lalu mengutarakan keluhuran derajat ruhani beliau dan bahwa beliau telah mendapat kehormatan di hadirat Allah.
   Dalam ayat 159  sama sekali tidak ada sebutan  mengenai kenaikan beliau ke langit dengan tubuh jasmani. Ayat itu hanya mengatakan bahwa Allah Swt. menaikkan beliau ke haribaan-Nya Sendiri, hal demikian menunjukkan dengan jelas suatu kenaikan ruhani, sebab tidak ada tempat kediaman tertentu dapat ditunjukkan bagi Allah Swt. (QS.5:117-119).

(Bersambung). 

Rujukan: The Holy Quran
Editor:    Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar”, 4 September  2012
Ki Langlang Buana Kusuma



Tidak ada komentar:

Posting Komentar