Rabu, 05 September 2012

Hijrah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dan Maryam binti 'Imran ke Hindustan



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


  SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN

Bab 62

Hijrah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dan
Maryam binti ‘Imran  ke Hindustan   

 Oleh
                                                                                
Ki Langlang Buana Kusuma


Dalam   Bab sebelumnya telah dikemukakan   adanya kesejajaran   peristiwa jasmani dengan peristiwa ruhani yang dialami Maryam binti ‘Imran dan putranya,  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.,  firman-Nya:
وَّ بِکُفۡرِہِمۡ وَ قَوۡلِہِمۡ عَلٰی مَرۡیَمَ  بُہۡتَانًا عَظِیۡمًا ﴿ ﴾ۙ  وَّ قَوۡلِہِمۡ اِنَّا قَتَلۡنَا الۡمَسِیۡحَ عِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ رَسُوۡلَ اللّٰہِ ۚ وَ مَا قَتَلُوۡہُ وَ مَا صَلَبُوۡہُ وَ لٰکِنۡ شُبِّہَ لَہُمۡ ؕ وَ  اِنَّ الَّذِیۡنَ اخۡتَلَفُوۡا فِیۡہِ لَفِیۡ شَکٍّ مِّنۡہُ ؕ مَا لَہُمۡ بِہٖ مِنۡ عِلۡمٍ  اِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ ۚ وَ مَا قَتَلُوۡہُ  یَقِیۡنًۢا ﴿ ﴾ۙ   بَلۡ رَّفَعَہُ اللّٰہُ اِلَیۡہِ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ عَزِیۡزًا حَکِیۡمًا ﴿ ﴾
Dan juga  mereka  Kami azab karena kekafiran mereka dan ucapan mereka terhadap Maryam berupa tuduhan palsu yang besar. Dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa Ibnu Maryam, Rasul Allah,” padahal mereka tidak membunuhnya secara biasa dan tidak pula mematikannya melalui penyaliban,  akan tetapi ia disamarkan kepada mereka seperti telah mati di atas salib. Dan sesungguhnya  orang-orang yang berselisih dalam hal ini niscaya ada dalam keraguan mengenai ini,  mereka tidak memiliki  pengetahuan yang pasti mengenai ini melainkan menuruti dugaan belaka dan mereka tidak  yakin telah membunuhnya. Bahkan Allah telah mengangkatnya kepada-Nya  dan Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (Al-Nisa [4]:157-159).
       Dalam Bab sebelumnya pun telah dijelaskan juga bahwa maksud kalimat “Bahkan Allah telah mengangkatnya kepada-Nya“,   bukan benar-benar mengangkat Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. secara jasmani hidup-hidup ke langit, sebagaimana umumnya disalah-artikan oleh orang-orang yang tidak mengetahui gaya bahasa  Al-Quran,  melainkan  Allah Swt. mengangkat (rafa'a) beliau dari kehinaan besar berupa kematian terkutuk di tiang salib, sebagaimana yang direncanakan oleh para pemuka agama Yahudi melalui penyaliban, sebab  menurut hukum Taurat barangsiapa yang mati tergantung di tiang salib merupakan kutuk baginya (Ulangan 21:23).

Hijrah Nabi Isa Ibnu Maryam dan Ibunya
dari Kanaan (Palestina) ke Kasymir (Hindustan)

         Mengisyaratkan kepada penyelamatan secara jasmani maupun dari segi ruhani  terhadap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dan ibunya, Maryam binti ‘Imran, itu pulalah firman Allah Swt. berikut ini:
وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ اُمَّہٗۤ  اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ  اِلٰی رَبۡوَۃٍ  ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿٪﴾
Dan Kami menjadikan  Ibnu Maryam dan ibunya suatu Tanda, dan Kami melindungi keduanya ke suatu dataran yang tinggi yang memiliki   lembah-lembah hijau  dan sumber-sumber mata air yang  mengalir. (Al-Mu’minun [23]:51).
       Jadi, menurut Allah Swt., penyelamatan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dan ibunya -- Maryam binti ‘Imran --  bukan diangkat ke atas langit hidup-hidup melainkan ke suatu “dataran yang tinggi yang memiliki   lembah-lembah hijau  dan    sumber-sumber mata air yang  mengalir“, yakni "menghijrahkan" Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dan ibunya, Maryam binti 'Imran, dari Palestina ke  Kasymir, sambil dalam perjalanan panjang dan lama tersebut beliau  mencari "domba-domba" yakni  10 suku bani Israil yang tersebar di luar Paletina (Kanaan), sehingga genap pulalah gelar beliau sebagai Al-Masih (Mesiah/Mesias)  dimana katra masaha (masih) dalam bahasa Arab yang mengandung makna lainnya yaitu "orang yang banyak melakukan perjalanan".
          Oleh sebab kematian Nabi Isa ibnu Maryam a.s.   seperti pula kelahirannya telah menjadi masalah yang banyak dipertentangkan, dan beberapa kekacauan pendapat dan keraguan masih tetap ada mengenai bagaimana dan di mana beliau melampaukan hari-hari terakhir dalam kehidupan beliau yang padat karya itu, dan oleh karena persoalan cara menemui ajal (wafat) beliau pun merupakan persoalan yang sangat penting  bagi agama Kristen,  maka pada tempatnya diberikan catatan yang  agak lengkap mengenai persoalan yang penting tapi rumit ini.
    Al-Quran dan Bible dikuatkan oleh kenyayaan-kenyataan sejarah yang telah diakui sahnya, memberi dukungan kuat kepada pandangan bahwa Yesus (Nabi Isa a.s.) tidak wafat di atas salib. Dalil-dalil dan keterangan-keterangan berikut menunjang dan mendukung pernyataan itu.
          (1) Dalam bukunya "The Unknown Life of Yesus". Nicholas Notovitch. seorang pengembara bangsa Rus yang pernah melawat ke Timur Jauh pada kira-­kira tahun 1877 menceriterakan. bahwa Isa a.s. pemah datang ke Kasymir dan Afghanistan. Sir Francis Younghusband yang pada waktu Nicholas Notovitch mengunjungi Kasymir adalah seorang penduduk berkebangsaan Inggris di istana Maharaja Kasymir, bertemu dengan dia di dekat Zojila Pass.
          Penyelidikan terbaru mengenai perjalanan-perjalanan Nabi Isa ibnu Maryam a.s. di Timur memberikan dukungan kuat kepada buku Notovitch. Profesor Nicholus Roerich dalam bukunya "Heart of Asia" mengatakan:
"Di Srinagar kami mula-mula menemukan hikayat yang  aneh sekitar kunjungan Yesus ke tempat itu. Kemudian kami melihat betapa tersebar-luasnya di India, di Laddakh, dan di Asia Tengah hikayat mengenai kunjungan Yesus ke berbagai-bagai daerah itu.  Di seluruh Asia Tengah. di Kasymir. di Laddakh, dan di Tibet. dan bahkan lebih ke utara lagi masih terdapat kepercayaan yang uat bahwa Yesus atau Isa berkeliling di daerah itu ("Glimpses of World History" oleh Yawaharlal Nehru).
         Beberapa sarjana telah berlindung di belakang beberapa bagian yang samar pada buku Notovitch, untuk menyebutkan bahwa   Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.     datang ke Timur sebelum -- dan bukan sesudah  -- beliau mendapat tugas sebagai nabi Allah. Tetapi seorang anak yang berumur baru 13 tahun atau 14 tahun seperti usia Yesus ketika datang ke India, tidak mungkin mempunyai gagasan melaksanakan suatu perjalanan panjang dan sulit ke tempat yang begitu jauh, dan dengan demikian menantang bahaya maut di tengah perjalanan
   Tarikan apa atau tujuan apakah yang mendorong  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  pada usia yang  semuda itu, datang ke India? Dan seandainva beliau sungguh datang ke India pada masa itu, kepentingan apakah yang mendorong orang-orang India dan Kasymir untuk memelihara catatan mengenai kegiatan-kegiatan dan pengembaraan-pengembaraan seorang anak yang berusia 13 atau 14 tahun?
  Kenyataan berdasarkan pada catatan-­catatan sejarah,  yaitu bahwa sesudah beliau ditolak  oleh orang-orang Yahudi dan  jiwa beliau dalam keadaan bahaya di Palestina – berupa upaya pembunuhan yang gagal melalui penyaliban --   lalu Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. meninggalkan negeri itu guna mencari — untuk memenuhi nubuatan-nubuatan lama dalam Bible. — "Sepuluh suku Bani Israil yang hilang" dan menempuh perjalanan jauh serta berbahaya ke India dan Kasymir dan menjalani suatu kehidupan yang penuh peristiwa-peristiwa  sampai mencapai usia yang amat tua yaitu 120 tahun (Kanz al-Ummal,  Jilid 6).
   Saat itulah catatan-catatan mengenai kegiatan-kegiata Nabi Isa ibnu Maryam a.s.   mulai disimpan. "Sepuluh suku Bani Israil  yang hilang  itu, sesudah mereka dicerai-beraikan oleh bangsa-banasa Assyria dan Babilonia, dan telah menetap di Irak dan Iran; dan kemudian ketika orang-orang Iran di bawah raja Darius dan Cyrus (Koresy)  -- yakni  Dzulqarnain” -- meluaskan daerah jajahannya lebih jauh lagi ke timur (QS.18:91—92) yaitu ke Afghanistan dan India, maka suku-suku itu  hijrah  bersama-sama dengan mereka ke negeri-negeri  tersebut.
 (2) Orang-orang Kasymir dan Afghan adalah keturunan "Sepuluh Suku Bani Israil sang Hilang” itu. Kenyataan ini nampak jelas dari riwayat, sejarah, dan catatan tertulis mengenai kedua kaum tersebut. Nama kota-kota dan kabilah­-kabilah mereka, bentuk tubuh  mereka  dan sebagainya, semuanya menyerupai orang-orang Yahudi. Barang-barang pusaka mereka dan prasasti-prasasti kuno mereka menyokong pandangan itu. Ceritera-ceritera rakyatnva penuh dengan kisah-kisah yang berbau Yahudi. Nama Kasymir sendiri sebenarnya Kasyir yang berarti "seperti Siria"  (atau nampaknya nama Kasyir itu diambil dari Kasyi atau Kusy, seorang cucu Nabi Nuh a.s.). Semua kenyataan memberi kepastian kepada pandangan bahwa bangsa Afghan dan Kasymir sebagian besar adalah keturunan "Sepuluh Suku Bani Israil yang Hilang." 
    (3) Bukti-bukti tersebut cukup menjadi saksi untuk menunjukkan kenyataan, bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.     sungguh-sungguh datang ke Kasymir dan orang-orang Kasymir adalah keturunan "Sepuluh Suku Bani Israil yang Hilang”. Tetapi bukti terbesar dan paling terang mengenai kedatangan beliau ke Kasymir dan telah tinggal dan wafat di sana adalah adanya kuburan beliau di kampung Khanyar, Srinagar, Kasymir. Kuburan yang disebut Rauzabal itu. dikenal dengan berbagai sebutan, yaitu: kuburan Yus Asaf, kuburan Nabi Sahib (Baginda Nabi), kuburan Syahzadah Nabi (Nabi Pangeran), dan bahkan kuburan Isa Sahib (Baginda Isa).
       Menurut penuturan sejarah  yang telah terbukti sahnya. Yus Asaf datang ke Kasymir lebih dari 1900 tahun lampau dan mengajar dengan memakai tamsil dan mempergunakan banyak tamsil-tamsil yang tercantum dalam Injil.  Dalam sebagian buku sejarah tertentu. beliau digambarkan sebagai seorang nabi. Tambahan pula Yus Asaf itu suatu nama dalam Bible, yang berarti "Yasu” yaitu”pengumpul" yang merupakan salah satu nama sifat Yesus, sebab tugas  beliau adalah mengumpulkan suku-suku Bani Israil yang telah hilang ke pangkuan Majikannya, sebagaimana beliau sendiri katakan: "Ada lagi padaKu domba lain yang bukan masuk kandang domba ini, maka sekalian itu juga wajib Aku bawa, dan domba-domba itu kelak mendengar akan seruanku,  lalu akan menjadi sekawan, dan gembala seorang sahaja" (Injil Yohanes 10:16).
  Kutipan-kutipan yang bernilai sejarah seperti berikut memberi juga sedikit penjelasan mengenai masalah ini:
  "Makam itu pada umumnya dikenal sebagai makam seorang nabi. Beliau seorang pangeran yang datang ke Kasymir dari sebuah negeri asing dan giat dalam mengajar orang-orang Kasymir, Namanya Yus Asaf (Tarikh A'zhami, hlm.  82 - 85).           
 "Yus Asaf mengembara di beberapa negeri  hingga beliau tiba di sebuah negeri  yang disebut Kasymir. Beliau menjelajahl seluruh negeri tersebut dan tinggal di sana hingga beliau wafat" (Ikmal ad-Din, hlm. 258-359).
  "Hikayat Kasymir itu — demikian diberitahukan kepada saya — menyebut­kan seorang  nabi  yang tinggal di sana dan memberikan pelajaran seperti dilakukan oleh Yesus dengan tamsil-tamsil dan kisah-kisah pendek, yang sampai saat ini dituturkan orang di Kasymir”  (John Noel's Article in Asia. Oct. 1930).
  "Oleh sebab itu kepergian Isa a.s. ke India dan wafat di Srinagar tidak bertentangan dengan kebenaran, baik dari segi akal atau sejarah" (Tafsir al­-Manar, jilid 6).
  Tetapi kupasan yang lebih baik dan lebih lengkap mengenai masalah ini  lihat buku "Masih Hindustan Mein" ditulis oleh   Mirza Ghulam Ahmad, Al-Masih Mau’ud a.s..  Lihat pula buku terkenal bernama "Nazarene Gospel Restored ” yang pengarangnya berpendapat bahwa sekalipun secara resmi disalibkan pada tahun 30 Masehi namun Yesus masih hidup selama 20 tahun sesudah kebangkitannya kembali.

Gunung  Himalaya &
Makna Gelar “Al-Masih

   Mengenai tempat di mana sesudah beliau terhindar dari kematian terkutuk di atas salib, Nabi Isa ibnu Maryam a.s. dan ibunda beliau  tinggal  dengan aman-sentausa dan pulang ke Rahmatullāh, tidak mungkin ada lukisan lebih bagus daripada yang dikemukakan oleh Al-Quran  dalam kata-kata "dataran yang tinggi yang memiliki lembah-lembah hijau dan sumber-sumber air yang mengalir" yang merupakan lukisan yang sangat tepat mengenai  Lembah Kasymir yang indah itu. Nicholas Notovitch menamakan Kasymir "Lembah Kebahagiaan Abadi", firman-Nya:
وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ اُمَّہٗۤ  اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ  اِلٰی رَبۡوَۃٍ  ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿٪﴾
Dan Kami menjadikan  Ibnu Maryam dan ibunya suatu Tanda, dan Kami melindungi keduanya ke suatu dataran yang tinggi yang memiliki   lembah-lembah hijau  dan    sumber-sumber mata air yang  mengalir. (Al-Mu’minun [23]:51).
     Kasymir adalah wilayah yang letaknya di bagian selatan Gunung  Himalaya yang merupakan gunung tertinggi di dunia. Dengan demikian firman Allah Swt. tersebut secara meyakinkan mengisyaratkan bahwa hijrah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. bersama ibunya (Maryam binti Maryam)  adalah melakukan perjalanan panjang dari Palestina (Yerusalem) ke Kasymir sambil mencari “10 suku-suku bani Israil yang hilang”. Kenyataan sejarah tersebut memperkuat salah satu arti dari gelar Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yaitu Al-Masih (Mesiah/Mesias), dan sebagaimana terlah dikemukakan sebelum ini bahwa dalam bahasa Arab kata  Masih (masaha) berarti juga  orang yang banyak melakukan perjalanan (pengembaraan)”, firman-Nya:
اِذۡ قَالَتِ الۡمَلٰٓئِکَۃُ یٰمَرۡیَمُ اِنَّ اللّٰہَ یُبَشِّرُکِ بِکَلِمَۃٍ مِّنۡہُ ٭ۖ اسۡمُہُ الۡمَسِیۡحُ عِیۡسَی ابۡنُ مَرۡیَمَ وَجِیۡہًا فِی الدُّنۡیَا وَ الۡاٰخِرَۃِ  وَ مِنَ الۡمُقَرَّبِیۡنَ ﴿ۙ﴾
Ingatlah ketika para malaikat berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya  Allah memberi engkau kabar gembira dengan  satu kalimat  dari-Nya tentang kelahiran seorang anak laki-laki namanya Al-Masih  Isa Ibnu Maryam,  yang dimuliakan di dunia serta di akhirat, dan ia adalah dari antara orang-orang yang didekatkan kepada Allah. (Ali ‘Imran [3]:46).
        Al-Masih diserap dari masaha yang berarti: ia menyapu bersih kotoran dari barang itu dengan tangannya; ia mengurapinya (menggosoknya) dengan minyak; ia berjalan di muka bumi; Tuhan memberkatinya (Aqrab-ul-Mawarid). Jadi, Masih berarti: (1) orang yang diurapi; (2) orang yang banyak mengadakan perjalanan; (3) orang yang diberkati. Al-Masih adalah  bentuk kata Arab dari Mesiah yang sama dengan Masyiah dalam bahasa Ibrani, artinya orang yang diurapi [dalam upacara pembaptisan, Pent.] (Encyclopaedia Biblica; Encyclopaedia  of Religions and Ethics).
        Nabi Isa diberi nama  Al-Masih  karena beliau banyak mengadakan perjalanan. Tetapi  kalau  mengikuti penuturan Injil, tugas beliau hanya terbatas untuk masa tiga tahun saja, dan perjalanan beliau hanya ke beberapa kota Palestina atau Suriah saja,  dengan demikian  gelar Masih itu sekali-kali tidak cocok bagi beliau.
         Dengan hijrahnya Nabi Isa ibnu Maryam serta ibunya (Maryam binti ‘Imran) dari Palestina  ke Kasymir serta beliau wafat  dan dikuburkan di sana, maka lengkaplah “pengangkatan” kepada-Nya (QS.4:159) – yakni penyelamatan serta pemuliaan – yang dilakukan Allah Swt.  terhadap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dan ibunya (Maryam bimnti ‘Imran) dari upaya penghinaan keji yang dilakukan oleh para pemuka   agama Yahudi di Palestina  sampai dengan peristiwa upaya pembunuhan yang gagal melalui penyaliban (QS.4:158).
       Kembali  kepada pokok pembahasan mengenai    firman Allah Swt. dalam Surah Yā Sīn   berikut ini:
  سُبۡحٰنَ الَّذِیۡ خَلَقَ الۡاَزۡوَاجَ کُلَّہَا مِمَّا تُنۡۢبِتُ الۡاَرۡضُ وَ مِنۡ اَنۡفُسِہِمۡ وَ  مِمَّا لَا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Maha Suci Dzat Yang menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan  baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan  dari diri mereka sendiri, mau pun  dari apa yang  tidak mereka ketahui.  (Yā Sīn [36]:37).
       Ilmu pengetahuan telah menemukan kenyataan bahwa pasangan-pasangan terdapat dalam segala sesuatu — dalam alam nabati, dan malahan dalam zat anorganik. Bahkan yang disebut unsur-unsur pun tidak terwujud dengan sendirinya. Unsur-unsur itu pun bergantung pada zat-zat lain untuk dapat mengambil wujud. Kebenaran ilmiah ini berlaku juga untuk kecerdasan manusia. Sebelum nur-nur samawi turun, manusia tidak dapat memperoleh ilmu sejati yang lahir dari perpaduan wahyu Ilahi dan kecerdasan otak manusia.
      Agar pembahasan Surah Yā Sīn ayat 37 tidak terlalu meluas maka masalah peringkat keruhanian yang diisyaratkan dalam Surah Al-Tahrim [66]:11-13 – khususnya yang berhubungan dengan Maryam binti ‘Imran dan Isa Ibnu Maryam a.s. yang erat hubungannya dengan peniupan ruh” Allah yakni wahyu Ilahi  kepada hamba-hamba Allah yang telah mencapai peringkat keruhanian Maryam binti ‘Imran dan Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.66:13) – penulis akhiri, dan selanjutnya akan membahas ayat-ayat  Surah Yā Sīn  selanjutnya. Insya Allah.

(Bersambung). 

Rujukan: The Holy Quran
Editor:    Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar”,  5 September 2012
Ki Langlang Buana Kusuma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar