بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
SURAH YÂ SÎN
JANTUNG AL-QURAN
Bab 62
Hijrah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dan
Maryam binti ‘Imran ke Hindustan
Oleh
Ki Langlang
Buana Kusuma
Dalam Bab sebelumnya telah dikemukakan adanya kesejajaran peristiwa
jasmani dengan peristiwa ruhani
yang dialami Maryam binti ‘Imran dan
putranya, Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.,
firman-Nya:
وَّ بِکُفۡرِہِمۡ وَ قَوۡلِہِمۡ عَلٰی
مَرۡیَمَ بُہۡتَانًا عَظِیۡمًا ﴿ ﴾ۙ وَّ قَوۡلِہِمۡ اِنَّا قَتَلۡنَا
الۡمَسِیۡحَ عِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ رَسُوۡلَ اللّٰہِ ۚ وَ مَا قَتَلُوۡہُ وَ مَا
صَلَبُوۡہُ وَ لٰکِنۡ شُبِّہَ لَہُمۡ ؕ وَ اِنَّ الَّذِیۡنَ اخۡتَلَفُوۡا فِیۡہِ لَفِیۡ
شَکٍّ مِّنۡہُ ؕ مَا لَہُمۡ بِہٖ مِنۡ عِلۡمٍ
اِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ ۚ وَ مَا قَتَلُوۡہُ یَقِیۡنًۢا ﴿ ﴾ۙ بَلۡ رَّفَعَہُ اللّٰہُ اِلَیۡہِ ؕ وَ کَانَ
اللّٰہُ عَزِیۡزًا حَکِیۡمًا ﴿ ﴾
Dan juga mereka
Kami azab karena kekafiran mereka dan ucapan mereka terhadap Maryam berupa tuduhan
palsu yang besar. Dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih,
Isa Ibnu Maryam, Rasul Allah,” padahal mereka tidak membunuhnya secara
biasa dan tidak pula mematikannya
melalui penyaliban, akan
tetapi ia disamarkan kepada
mereka seperti telah mati di atas salib. Dan sesungguhnya orang-orang
yang berselisih dalam hal ini niscaya
ada dalam keraguan mengenai ini, mereka tidak memiliki pengetahuan yang pasti mengenai
ini melainkan menuruti dugaan
belaka dan mereka tidak yakin telah membunuhnya. Bahkan Allah telah mengangkatnya kepada-Nya dan Allah
Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (Al-Nisa
[4]:157-159).
Dalam Bab sebelumnya pun telah dijelaskan
juga bahwa maksud kalimat “Bahkan Allah telah mengangkatnya kepada-Nya“, bukan benar-benar mengangkat Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. secara jasmani hidup-hidup ke langit,
sebagaimana umumnya disalah-artikan
oleh orang-orang yang tidak mengetahui gaya
bahasa Al-Quran, melainkan
Allah Swt. mengangkat (rafa'a) beliau
dari kehinaan besar berupa kematian terkutuk di tiang salib,
sebagaimana yang direncanakan oleh
para pemuka agama Yahudi melalui penyaliban, sebab menurut hukum
Taurat barangsiapa yang mati tergantung di tiang salib merupakan kutuk
baginya (Ulangan 21:23).
Hijrah Nabi Isa Ibnu Maryam dan Ibunya
dari Kanaan (Palestina)
ke Kasymir (Hindustan)
Mengisyaratkan kepada penyelamatan secara jasmani maupun dari segi ruhani terhadap Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. dan ibunya, Maryam
binti ‘Imran, itu pulalah firman Allah Swt. berikut ini:
وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ اُمَّہٗۤ اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ اِلٰی رَبۡوَۃٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿٪﴾
Dan Kami menjadikan Ibnu
Maryam dan ibunya suatu Tanda,
dan Kami melindungi keduanya ke suatu
dataran yang tinggi yang memiliki lembah-lembah hijau dan sumber-sumber mata air yang mengalir. (Al-Mu’minun
[23]:51).
Jadi, menurut Allah Swt., penyelamatan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
dan ibunya -- Maryam binti ‘Imran --
bukan diangkat ke atas langit
hidup-hidup melainkan ke suatu “dataran yang tinggi yang memiliki lembah-lembah
hijau dan sumber-sumber mata air yang mengalir“, yakni "menghijrahkan" Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dan ibunya, Maryam binti 'Imran, dari Palestina ke Kasymir, sambil dalam perjalanan panjang dan lama tersebut beliau mencari "domba-domba" yakni 10 suku bani Israil yang tersebar di luar Paletina (Kanaan), sehingga genap pulalah gelar beliau sebagai Al-Masih (Mesiah/Mesias) dimana katra masaha (masih) dalam bahasa Arab yang mengandung makna lainnya yaitu "orang yang banyak melakukan perjalanan".
Oleh sebab kematian
Nabi Isa ibnu Maryam a.s. seperti pula kelahirannya telah menjadi masalah yang banyak dipertentangkan, dan beberapa kekacauan
pendapat dan keraguan masih tetap
ada mengenai bagaimana dan di mana beliau melampaukan hari-hari terakhir dalam kehidupan
beliau yang padat karya itu, dan oleh karena persoalan cara menemui ajal (wafat) beliau pun merupakan
persoalan yang sangat penting bagi agama Kristen, maka pada tempatnya diberikan catatan
yang agak lengkap mengenai persoalan yang
penting tapi rumit ini.
Al-Quran dan
Bible dikuatkan oleh kenyayaan-kenyataan sejarah yang telah diakui sahnya,
memberi dukungan kuat kepada pandangan bahwa Yesus (Nabi Isa a.s.) tidak wafat
di atas salib. Dalil-dalil dan keterangan-keterangan berikut menunjang dan
mendukung pernyataan itu.
(1) Dalam bukunya "The Unknown Life of Yesus".
Nicholas Notovitch. seorang pengembara bangsa Rus yang pernah melawat ke Timur
Jauh pada kira-kira tahun 1877 menceriterakan. bahwa Isa a.s. pemah datang ke Kasymir
dan Afghanistan. Sir Francis Younghusband yang pada waktu Nicholas Notovitch
mengunjungi Kasymir adalah seorang penduduk berkebangsaan Inggris di istana
Maharaja Kasymir, bertemu dengan dia di dekat Zojila Pass.
Penyelidikan terbaru mengenai
perjalanan-perjalanan Nabi Isa ibnu Maryam a.s. di Timur memberikan dukungan
kuat kepada buku Notovitch. Profesor Nicholus Roerich dalam bukunya "Heart
of Asia" mengatakan:
"Di Srinagar kami mula-mula menemukan hikayat yang aneh sekitar kunjungan Yesus ke tempat itu.
Kemudian kami melihat betapa tersebar-luasnya di India, di Laddakh, dan di Asia
Tengah hikayat mengenai kunjungan Yesus ke berbagai-bagai daerah itu. Di seluruh Asia Tengah. di Kasymir. di
Laddakh, dan di Tibet. dan bahkan lebih ke utara lagi masih terdapat kepercayaan
yang uat bahwa Yesus atau Isa berkeliling di daerah itu ("Glimpses of World History"
oleh Yawaharlal Nehru).
Beberapa sarjana telah berlindung di
belakang beberapa bagian yang samar pada buku Notovitch, untuk menyebutkan
bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. datang
ke Timur sebelum -- dan bukan sesudah
-- beliau mendapat tugas sebagai nabi Allah. Tetapi seorang anak yang
berumur baru 13 tahun atau 14 tahun seperti usia Yesus ketika datang ke India,
tidak mungkin mempunyai gagasan melaksanakan suatu perjalanan panjang dan sulit ke tempat yang begitu jauh, dan dengan
demikian menantang bahaya maut di tengah perjalanan
Tarikan
apa atau tujuan apakah yang mendorong Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. pada usia yang
semuda itu, datang ke India? Dan seandainva beliau sungguh datang ke
India pada masa itu, kepentingan apakah yang mendorong orang-orang India dan
Kasymir untuk memelihara catatan
mengenai kegiatan-kegiatan dan pengembaraan-pengembaraan seorang anak yang
berusia 13 atau 14 tahun?
Kenyataan berdasarkan pada catatan-catatan
sejarah, yaitu bahwa sesudah beliau ditolak
oleh orang-orang Yahudi dan jiwa
beliau dalam keadaan bahaya di Palestina
– berupa upaya pembunuhan yang gagal melalui penyaliban -- lalu Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. meninggalkan negeri itu guna mencari — untuk memenuhi
nubuatan-nubuatan lama dalam Bible. — "Sepuluh suku Bani Israil yang hilang" dan menempuh perjalanan
jauh serta berbahaya ke India dan Kasymir dan menjalani suatu kehidupan yang
penuh peristiwa-peristiwa sampai
mencapai usia yang amat tua yaitu 120 tahun (Kanz al-Ummal, Jilid
6).
Saat itulah catatan-catatan mengenai
kegiatan-kegiata Nabi Isa ibnu Maryam a.s. mulai
disimpan. "Sepuluh suku Bani
Israil yang hilang” itu, sesudah mereka dicerai-beraikan oleh
bangsa-banasa Assyria dan Babilonia, dan telah menetap di Irak dan Iran; dan
kemudian ketika orang-orang Iran di bawah raja Darius dan Cyrus (Koresy) -- yakni
“Dzulqarnain” -- meluaskan daerah jajahannya lebih jauh lagi ke
timur (QS.18:91—92) yaitu ke Afghanistan
dan India, maka suku-suku itu hijrah bersama-sama dengan mereka ke
negeri-negeri tersebut.
(2) Orang-orang Kasymir dan Afghan adalah
keturunan "Sepuluh Suku Bani Israil
sang Hilang” itu. Kenyataan ini nampak jelas dari riwayat, sejarah, dan
catatan tertulis mengenai kedua kaum tersebut. Nama kota-kota dan kabilah-kabilah
mereka, bentuk tubuh mereka dan sebagainya, semuanya menyerupai orang-orang Yahudi. Barang-barang pusaka
mereka dan prasasti-prasasti kuno mereka menyokong pandangan itu.
Ceritera-ceritera rakyatnva penuh dengan kisah-kisah yang berbau Yahudi. Nama Kasymir sendiri sebenarnya Kasyir yang berarti "seperti Siria" (atau nampaknya nama Kasyir itu diambil dari Kasyi atau Kusy, seorang cucu Nabi Nuh
a.s.). Semua kenyataan memberi kepastian kepada pandangan bahwa bangsa Afghan dan Kasymir sebagian besar adalah keturunan "Sepuluh Suku Bani Israil yang Hilang."
(3) Bukti-bukti tersebut cukup menjadi
saksi untuk menunjukkan kenyataan, bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sungguh-sungguh datang ke Kasymir dan orang-orang Kasymir adalah keturunan "Sepuluh Suku Bani Israil yang Hilang”.
Tetapi bukti terbesar dan paling terang mengenai kedatangan beliau ke Kasymir
dan telah tinggal dan wafat di sana adalah adanya kuburan beliau di kampung Khanyar,
Srinagar, Kasymir. Kuburan yang disebut Rauzabal
itu. dikenal dengan berbagai sebutan, yaitu: kuburan Yus Asaf, kuburan Nabi Sahib
(Baginda Nabi), kuburan Syahzadah Nabi
(Nabi Pangeran), dan bahkan kuburan Isa
Sahib (Baginda Isa).
Menurut penuturan sejarah yang telah terbukti sahnya. Yus Asaf datang ke Kasymir lebih dari 1900 tahun lampau dan mengajar dengan memakai tamsil dan mempergunakan banyak tamsil-tamsil yang tercantum dalam Injil. Dalam sebagian buku sejarah tertentu. beliau
digambarkan sebagai seorang nabi. Tambahan pula Yus Asaf itu suatu nama
dalam Bible, yang berarti "Yasu” yaitu”pengumpul" yang
merupakan salah satu nama sifat Yesus,
sebab tugas beliau adalah mengumpulkan suku-suku Bani Israil yang telah hilang
ke pangkuan Majikannya, sebagaimana
beliau sendiri katakan: "Ada lagi
padaKu domba lain yang bukan masuk kandang domba ini, maka sekalian itu juga
wajib Aku bawa, dan domba-domba itu kelak mendengar akan seruanku, lalu akan menjadi sekawan, dan gembala
seorang sahaja" (Injil Yohanes 10:16).
Kutipan-kutipan
yang bernilai sejarah seperti berikut memberi juga sedikit penjelasan mengenai
masalah ini:
"Makam
itu pada umumnya dikenal sebagai makam seorang nabi. Beliau seorang pangeran
yang datang ke Kasymir dari sebuah negeri asing dan giat dalam mengajar
orang-orang Kasymir, Namanya Yus Asaf (Tarikh
A'zhami, hlm. 82 - 85).
"Yus
Asaf mengembara di beberapa negeri
hingga beliau tiba di sebuah negeri
yang disebut Kasymir. Beliau menjelajahl seluruh negeri tersebut dan
tinggal di sana hingga beliau wafat" (Ikmal
ad-Din, hlm. 258-359).
"Hikayat
Kasymir itu — demikian diberitahukan kepada saya — menyebutkan
seorang nabi yang tinggal di sana dan memberikan pelajaran
seperti dilakukan oleh Yesus dengan tamsil-tamsil dan kisah-kisah pendek, yang
sampai saat ini dituturkan orang di Kasymir”
(John Noel's Article in Asia.
Oct. 1930).
"Oleh
sebab itu kepergian Isa a.s. ke India dan wafat di Srinagar tidak bertentangan
dengan kebenaran, baik dari segi akal atau sejarah" (Tafsir al-Manar, jilid 6).
Tetapi
kupasan yang lebih baik dan lebih lengkap mengenai masalah ini lihat buku "Masih Hindustan Mein" ditulis oleh Mirza
Ghulam Ahmad, Al-Masih Mau’ud a.s.. Lihat
pula buku terkenal bernama "Nazarene
Gospel Restored ” yang pengarangnya berpendapat bahwa sekalipun secara
resmi disalibkan pada tahun 30 Masehi
namun Yesus masih hidup selama 20 tahun
sesudah kebangkitannya kembali.
Gunung Himalaya &
Makna Gelar “Al-Masih”
Mengenai tempat di mana sesudah beliau terhindar dari kematian terkutuk di atas salib,
Nabi Isa ibnu Maryam a.s. dan ibunda beliau
tinggal dengan aman-sentausa dan pulang ke Rahmatullāh,
tidak mungkin ada lukisan lebih bagus daripada yang dikemukakan oleh
Al-Quran dalam kata-kata "dataran yang tinggi yang memiliki
lembah-lembah hijau dan sumber-sumber air yang mengalir" yang
merupakan lukisan yang sangat tepat mengenai
Lembah Kasymir yang indah itu.
Nicholas Notovitch menamakan Kasymir "Lembah
Kebahagiaan Abadi", firman-Nya:
وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ اُمَّہٗۤ اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ اِلٰی رَبۡوَۃٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿٪﴾
Dan Kami menjadikan Ibnu
Maryam dan ibunya suatu Tanda,
dan Kami melindungi keduanya ke suatu
dataran yang tinggi yang memiliki lembah-lembah hijau dan sumber-sumber mata air yang mengalir. (Al-Mu’minun
[23]:51).
Kasymir
adalah wilayah yang letaknya di bagian selatan Gunung Himalaya yang
merupakan gunung tertinggi di dunia.
Dengan demikian firman Allah Swt. tersebut secara meyakinkan mengisyaratkan
bahwa hijrah Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s. bersama ibunya (Maryam binti Maryam)
adalah melakukan perjalanan
panjang dari Palestina
(Yerusalem) ke Kasymir sambil mencari
“10 suku-suku bani Israil yang hilang”.
Kenyataan sejarah tersebut memperkuat salah satu arti dari gelar Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yaitu Al-Masih (Mesiah/Mesias),
dan sebagaimana terlah dikemukakan sebelum ini bahwa dalam bahasa Arab kata Masih (masaha) berarti juga “orang
yang banyak melakukan perjalanan (pengembaraan)”, firman-Nya:
اِذۡ قَالَتِ الۡمَلٰٓئِکَۃُ یٰمَرۡیَمُ اِنَّ اللّٰہَ
یُبَشِّرُکِ بِکَلِمَۃٍ مِّنۡہُ ٭ۖ اسۡمُہُ الۡمَسِیۡحُ عِیۡسَی ابۡنُ مَرۡیَمَ
وَجِیۡہًا فِی الدُّنۡیَا وَ الۡاٰخِرَۃِ وَ
مِنَ الۡمُقَرَّبِیۡنَ ﴿ۙ﴾
Ingatlah ketika para malaikat berkata: “Hai
Maryam, sesungguhnya Allah memberi engkau kabar gembira dengan satu
kalimat dari-Nya tentang
kelahiran seorang anak laki-laki namanya Al-Masih Isa Ibnu
Maryam, yang dimuliakan di dunia serta di akhirat, dan ia adalah dari antara orang-orang yang didekatkan kepada
Allah. (Ali ‘Imran [3]:46).
Al-Masih
diserap dari masaha yang berarti: ia menyapu bersih kotoran dari barang
itu dengan tangannya; ia mengurapinya (menggosoknya) dengan minyak; ia berjalan
di muka bumi; Tuhan memberkatinya (Aqrab-ul-Mawarid).
Jadi, Masih berarti: (1) orang yang diurapi; (2) orang yang banyak
mengadakan perjalanan; (3) orang yang diberkati. Al-Masih adalah bentuk kata Arab dari Mesiah yang sama
dengan Masyiah dalam bahasa Ibrani, artinya orang yang diurapi [dalam upacara
pembaptisan, Pent.] (Encyclopaedia
Biblica; Encyclopaedia of Religions and Ethics).
Nabi Isa diberi nama Al-Masih
karena beliau banyak mengadakan perjalanan.
Tetapi kalau mengikuti penuturan Injil, tugas beliau hanya
terbatas untuk masa tiga tahun saja, dan perjalanan beliau hanya ke beberapa
kota Palestina atau Suriah saja, dengan
demikian gelar Masih itu
sekali-kali tidak cocok bagi beliau.
Dengan hijrahnya
Nabi Isa ibnu Maryam serta ibunya (Maryam binti ‘Imran) dari Palestina ke Kasymir serta beliau wafat dan dikuburkan di sana, maka lengkaplah
“pengangkatan” kepada-Nya (QS.4:159) – yakni penyelamatan serta pemuliaan
– yang dilakukan Allah Swt. terhadap
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dan ibunya (Maryam bimnti ‘Imran) dari upaya penghinaan keji yang dilakukan oleh para
pemuka
agama Yahudi di Palestina sampai
dengan peristiwa upaya pembunuhan
yang gagal melalui penyaliban
(QS.4:158).
Kembali kepada pokok pembahasan mengenai firman Allah Swt. dalam Surah Yā Sīn berikut ini:
سُبۡحٰنَ الَّذِیۡ خَلَقَ
الۡاَزۡوَاجَ کُلَّہَا مِمَّا تُنۡۢبِتُ الۡاَرۡضُ وَ مِنۡ اَنۡفُسِہِمۡ وَ مِمَّا لَا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Maha Suci
Dzat Yang menciptakan segala sesuatu
berpasang-pasangan baik
dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi
dan dari
diri mereka sendiri, mau pun dari apa yang
tidak mereka ketahui. (Yā
Sīn [36]:37).
Ilmu pengetahuan telah menemukan kenyataan
bahwa pasangan-pasangan terdapat
dalam segala sesuatu — dalam alam nabati, dan malahan dalam zat anorganik.
Bahkan yang disebut unsur-unsur pun
tidak terwujud dengan sendirinya. Unsur-unsur
itu pun bergantung pada zat-zat lain untuk dapat mengambil wujud. Kebenaran ilmiah ini berlaku juga untuk kecerdasan manusia. Sebelum nur-nur samawi turun, manusia tidak
dapat memperoleh ilmu sejati yang lahir
dari perpaduan wahyu Ilahi dan kecerdasan otak manusia.
Agar pembahasan Surah Yā Sīn ayat 37 tidak terlalu meluas maka masalah peringkat keruhanian yang diisyaratkan
dalam Surah Al-Tahrim [66]:11-13 –
khususnya yang berhubungan dengan Maryam binti
‘Imran dan Isa Ibnu Maryam a.s. yang
erat hubungannya dengan peniupan ruh” Allah
yakni wahyu Ilahi kepada hamba-hamba Allah yang telah mencapai peringkat keruhanian Maryam binti ‘Imran
dan Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.66:13) – penulis akhiri, dan selanjutnya akan membahas ayat-ayat Surah Yā
Sīn selanjutnya. Insya Allah.
(Bersambung).
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
“Pajajaran
Anyar”, 5 September 2012
Ki
Langlang Buana Kusuma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar