بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN
Bab 88
Perintah Hijrah &
Wasiyat Mengenai Kedatangan Petunjuk
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Ki Langlang Buana Kusuma
Pada bagian akhir Bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai firman Allah Swt. berikut ini:
فَدَلّٰىہُمَا بِغُرُوۡرٍ ۚ فَلَمَّا ذَاقَا الشَّجَرَۃَ
بَدَتۡ لَہُمَا سَوۡاٰتُہُمَا وَ طَفِقَا
َخۡصِفٰنِ عَلَیۡہِمَا مِنۡ وَّرَقِ الۡجَنَّۃِ ؕ وَ نَادٰىہُمَا
رَبُّہُمَاۤ اَلَمۡ اَنۡہَکُمَا عَنۡ تِلۡکُمَا
الشَّجَرَۃِ وَ اَقُلۡ لَّکُمَاۤ اِنَّ الشَّیۡطٰنَ لَکُمَا عَدُوٌّ مُّبِیۡنٌ
﴿﴾
Lalu ia, syaitan, membujuk kedua mereka itu dengan tipu-daya, maka tatkala keduanya merasai
buah pohon itu tampaklah kepada kedua-nya aurat mereka berdua dan mulailah keduanya menutupi diri mereka dengan daun-daun kebun itu. Dan keduanya diseru
oleh Tuhan mereka: “Bukankah Aku
telah melarang kamu berdua dari mendekati pohon itu dan Aku telah
katakan kepada kamu berdua bahwa sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagi kamu berdua?” (Al-A’rāf [7]:23).
Nabi Adam a.s. digambarkan
sebagai dilarang mendekati “pohon”
tertentu -- yang bukan pohon dalam arti kata harfiah dan fisik, melainkan suatu
keluarga atau suku tertentu.
Kepada beliau diperintahkan supaya menjauhi
keluarga atau suku itu, sebab anggota-anggota keluarga atau suku tersebut adalah musuh beliau dan mereka itu niscaya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan
untuk mencelakakan beliau dan
“istri” yakni jama’ah beliau. Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai upaya
Nabi Adam a.s. “menutupi aurat”
-- yakni kelemahan yang terjadi di kalangan pengikutnya berupa terjadinya perpecahan di kalangan mereka akibat
tipu-daya syaitan –
firman-Nya:
فَدَلّٰىہُمَا بِغُرُوۡرٍ ۚ فَلَمَّا ذَاقَا الشَّجَرَۃَ
بَدَتۡ لَہُمَا سَوۡاٰتُہُمَا وَ طَفِقَا
َخۡصِفٰنِ عَلَیۡہِمَا مِنۡ وَّرَقِ الۡجَنَّۃِ ؕ وَ نَادٰىہُمَا
رَبُّہُمَاۤ اَلَمۡ اَنۡہَکُمَا عَنۡ
تِلۡکُمَا الشَّجَرَۃِ وَ اَقُلۡ
لَّکُمَاۤ اِنَّ الشَّیۡطٰنَ لَکُمَا
عَدُوٌّ مُّبِیۡنٌ ﴿﴾
Lalu ia, syaitan, membujuk kedua mereka itu dengan tipu-daya, maka tatkala keduanya merasai
buah pohon itu tampaklah kepada kedua-nya aurat mereka berdua dan mulailah keduanya menutupi diri mereka dengan daun-daun kebun itu. Dan keduanya diseru
oleh Tuhan mereka: “Bukankah Aku telah
melarang kamu berdua dari mendekati pohon itu dan Aku telah katakan
kepada kamu berdua bahwa sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagi kamu berdua?” (Al-A’rāf [7]:23).
Makna “Daun-daun Surga”
Penutup “Aurat” Adam dan Istrinya
Kata sayy’ah yang berarti tiap ucapan
atau kebiasaan atau perbuatan jahat, kotor, tidak senonoh atau menjijikkan yang
orang biasanya ingin menyembunyikan; aurat;
ketelanjangan (Lexicon Lane),
di sini dipergunakan dalam artian “aurat”
atau “kelemahan”, sebab tiada aurat manusia yang tersembunyi daripadanya. Beberapa kelemahan Adam sungguh tersembunyi dari beliau dan beliau baru menyadari hal itu ketika musuh-musuh membujuk beliau keluar dari kedudukan
beliau yang aman.
Tiap-tiap orang mempunyai
beberapa kelemahan (aurat) tertentu
yang bahkan tersembunyi dari dirinya
sendiri, tetapi menjadi terbuka pada saat genting dan tegang
atau bila ia digoda dan dicoba. Jadi ketika Adam
tergoda dan terpedaya oleh syaitan barulah beliau menjadi sadar akan beberapa kelemahan fitrinya.
Al-Quran tidak mengatakan bahwa kelemahan Adam dan
istri beliau diketahui orang lain, melainkan mereka
sendiri menjadi sadar akan kelemahan-kelemahan
mereka itu setelah mereka terpedaya
oleh bujuk-rayu
syaitan yang menipu. Dalam hal yang dimaksud dengan terbukanya aurat keduanya adalah di kalangan para pengikut (jamaah) Nabi Adam a.s. timbul pertentangan dan di antara para pengikut beliau ada yang
melakukan pembangkangan.
Mengenai “daun-daun
surga”, waraq berarti: bagian
terbaik lagi segar dari sesuatu; kaum muda dalam masyarakat (Lisan-ul-‘Arab), menunjukkan
bahwa tatkala syaitan berhasil menimbulkan perpecahan dalam masyarakat, Adam
a.s. dan beberapa anggota jemaat beliau yang lemah telah keluar dari lingkungan itu;
maka, beliau menghimpun auraq (daun-daun) dari taman itu, yakni pemuda-pemuda dalam jemaat itu, dan
mulai mempersatukan serta menertibkan kembali kaumnya dengan
pertolongan mereka. Pada umumnya pemudalah yang, disebabkan kebanyakan mereka bebas dari prarasa-prarasa dan prasangka-prasangka,
mengikuti dan menolong nabi-nabi Allah
(QS.10:84).
Perbedaan Iblis dan Syaitan
Makhluk yang dikemukakan oleh
Al-Quran telah menolak sujud kepada Adam
a.s. disebut iblis, sedang makhluk yang menggodanya disebut syaitan.
Perbedaan ini tidak hanya nampak dalam ayat yang sedang ditafsirkan, tetapi juga dalam semua ayat yang berhubungan
dengan masalah itu dalam seluruh Al-Quran. Ini menunjukkan bahwa sejauh hal
yang menyangkut kisah ini syaitan dan iblis adalah dua pribadi
yang berlainan. Pada hakikatnya kata syaitan
tidak hanya digunakan terhadap ruh-ruh
jahat saja, tetapi juga terhadap manusia
yang disebabkan oleh watak jahat dan amal-amal buruk mereka seolah-olah
menjadi penjelmaan syaitan.
Syaitan yang
menggoda Adam a.s. dan menyebabkan beliau tergelincir
itu bukan ruh jahat yang tidak
nampak, melainkan manusia yang
berdaging dan berdarah, bersifat jahat, yaitu syaitan dari kalangan manusia, penjelmaan syaitan dan tangan-tangan iblis. Ia termasuk anggota keluarga yang mengenainya Adam
a.s. telah diperintahkan supaya menghindar. Nabi Besar Muhammad saw. diriwayatkan pernah bersabda bahwa nama
orang itu Harits (Tirmidzi,
bab tafsir), hal itu merupakan satu bukti lagi bahwa ia (syaitan) adalah seorang manusia dan bukan ruh jahat.
Nabi Adam a.s. segera menyadari
kekeliruan beliau lalu cepat-cepat kembali
rujuk kepada Allah Swt., bertaubat. Sesungguhnya kesalahan Adam a.s. terletak
pada anggapan beliau bahwa "manusia
syaitan" itu bermaksud baik, sungguhpun Allah Swt. telah memperingatkan beliau agar jangan berurusan dengan orang itu.
(QS.7:20-22), firman-Nya:
فَاَزَلَّہُمَا الشَّیۡطٰنُ عَنۡہَا فَاَخۡرَجَہُمَا
مِمَّا کَانَا فِیۡہِ ۪ وَ قُلۡنَا اہۡبِطُوۡا بَعۡضُکُمۡ لِبَعۡضٍ عَدُوٌّ ۚ وَ
لَکُمۡ فِی الۡاَرۡضِ مُسۡتَقَرٌّ وَّ
مَتَاعٌ اِلٰی حِیۡنٍ ﴿ ﴾ فَتَلَقّٰۤی اٰدَمُ مِنۡ رَّبِّہٖ
کَلِمٰتٍ فَتَابَ عَلَیۡہِ ؕ اِنَّہٗ ہُوَ
التَّوَّابُ الرَّحِیۡمُ ﴿ ﴾
Tetapi syaitan
menggelincirkan keduanya dengan
perantaraan pohon itu, lalu mengeluarkan keduanya dari keadaan
mereka semula berada di dalamnya, dan Kami berfirman: ”Pergilah kamu dari sini, sebagian darimu musuh bagi yang lain, dan di bumi inilah tempat kediaman bagi
kamu dan perbekalan hidup sampai
suatu masa tertentu.” Lalu Adam
mempelajari beberapa kalimat doa dari Tuhan-nya,
maka Dia menerima taubatnya,
sesungguhnya Dia benar-benar Maha Penerima taubat, Maha Penyayang. (Al-Baqarah [2]:37-38).
Kalimat Doa Mohon Pengampunan
&
Pengabulannya
Ada pun yang dimaksud dengan beberapa kalimat yang diterima
Adam adalah doa berikut ini,
firman-Nya:
قَالَا رَبَّنَا ظَلَمۡنَاۤ اَنۡفُسَنَا ٜ وَ اِنۡ لَّمۡ تَغۡفِرۡ لَنَا وَ تَرۡحَمۡنَا
لَنَکُوۡنَنَّ مِنَ الۡخٰسِرِیۡنَ ﴿ ﴾
Mereka berkata: “Wahai Tuhan kami! Kami telah berlaku aniaya terhadap diri
kami, dan jika Engkau tidak mengampuni
kami dan tidak mengasihani kiami
pasti kami akan termasuk orang-orang
yang rugi (Al-A’rāf [7]:24).
Taubat
Nabi Adam a.s. dikabulkan
Allah Swt. sebelum beliau dan para pengikut beliau hijrah untuk sementara waktu dari jannah (kebun). Tidak ada alasan bagi Allah Swt. untuk tidak
mengampuni kesalahan dan taubat Nabi Adam a.s., karena Allah Swt. mengetahui
bahwa “pelanggaran” yang dilakukan Nabi Adam a.s. tidak didasari dengan niat dan tekad untuk membangkang terhadap perintah Allah Swt., melainkan
semata-mata karena kekeliruan beliau
dalam menanggapi perkataan syaitan yang menipu, akibat dari kurangnya ilmu
pengetahuan yang dimiliki oleh Nabi Adam a.s..
Berikut
firman Allah Swt. kepada Nabi Besar Muhammad saw. mengenai hal
tersebut:
فَتَعٰلَی اللّٰہُ
الۡمَلِکُ الۡحَقُّ ۚ وَ لَا تَعۡجَلۡ بِالۡقُرۡاٰنِ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ
یُّقۡضٰۤی اِلَیۡکَ وَحۡیُہٗ ۫ وَ قُلۡ رَّبِّ زِدۡنِیۡ عِلۡمًا ﴿ ﴾ وَ لَقَدۡ عَہِدۡنَاۤ اِلٰۤی اٰدَمَ مِنۡ قَبۡلُ فَنَسِیَ وَ لَمۡ
نَجِدۡ لَہٗ
عَزۡمًا ﴿ ﴾٪
Maka Mahatinggi
Allah, Raja Yang Haq. Dan janganlah engkau tergesa-gesa membaca
Al-Quran sebelum pewahyuannya dilengkapkan kepada engkau, dan katakanlah:
"Ya Tuhan‑ku, tambahkanlah kepadaku
ilmu pengetahuan?” Dan sungguh Kami benar-benar telah membuat perjanjian
dengan Adam sebelum ini tetapi ia
telah lupa dan Kami tidak
mendapatkan padanya tekad untuk berbuat
dosa. (Thā Hā [20]:115-116).
Nabi
Besar Muhammad saw. diriwayatkan pernah bersabda: "Carilah ilmu pengetahuan sekalipun mungkin ditemukannya jauh di rantau
Cina" (Tasir Shagir,
jilid I). Di tempat lain dalam Al-Quran telah dilukiskan sebagai "karunia
Allah yang sangat besar" (2:270 & 4:114). Ilmu itu ada dua macam: (a) ilmu yang dianugerahkan kepada manusia
dengan perantaraan wahyu dan yang
telah mencapai kesempurnaan dalam wujud Al-Quran.
(b) ilmu yang didapatkan oleh manusia dengan usaha dan jerih-payahnya sendiri.
Ayat Surah Thā Hā tersebut menunjukkan bahwa kealpaan Adam a.s. hanyalah disebabkan oleh kekeliruan dalam pertimbangan.
Kekeliruan itu tanpa disengaja dan
sama sekali tidak dengan suatu niat
atau kehendak. Manusia tidak luput
dari kesalahan.
Oleh karena itu tidak ada alasan bagi Allah Swt. untuk tidak mengampuni kekeliruan pertimbangan Nabi Adam a.s. dan istrinya serta menjadikan “dosa” keduanya sebagai “dosa warisan” bagi seluruh keturunannya (Bani Adam), sebagaimana yang diajarkan oleh Paulus dalam surat-surat kirimannya, sehingga memerlukan “penebusan dosa” dengan kematian terkutuk Yesus Kristus (Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.) pada tiang salib.
Oleh karena itu tidak ada alasan bagi Allah Swt. untuk tidak mengampuni kekeliruan pertimbangan Nabi Adam a.s. dan istrinya serta menjadikan “dosa” keduanya sebagai “dosa warisan” bagi seluruh keturunannya (Bani Adam), sebagaimana yang diajarkan oleh Paulus dalam surat-surat kirimannya, sehingga memerlukan “penebusan dosa” dengan kematian terkutuk Yesus Kristus (Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.) pada tiang salib.
Hijrah dan Wasiyat Mengenai Kedatangan
Petunjuk
Setelah menerima taubat Adam a.s. kemudian Allah Swt. memerintahkan Nabi Adam a.s. dan para pengikutnya untuk hijrah sementara dari jannah (kebun) yang selama itu beliau dan kaumnya tinggal di
sana, firman-Nya:
قُلۡنَا اہۡبِطُوۡا مِنۡہَا جَمِیۡعًا ۚ فَاِمَّا
یَاۡتِیَنَّکُمۡ مِّنِّیۡ ہُدًی فَمَنۡ تَبِعَ ہُدَایَ فَلَا خَوۡفٌ
عَلَیۡہِمۡ وَ لَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ ﴿ ﴾ وَ الَّذِیۡنَ
کَفَرُوۡا وَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَاۤ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ
فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿٪ ﴾
Kami berfirman: “Pergilah
kamu semua dari sini, lalu jika datang kepadamu suatu petunjuk dariKu,
maka barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku
maka tidak ada ketakutan atas mereka dan tidak pula mereka akan bersedih.” Tetapi orang-orang
yang kafir dan mendustakan Ayat-ayat
Kami, mereka adalah penghuni Api, mereka kekal di dalamnya. (Al-Baqarah
[2]:39-40).
(Bersambung).
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam
Farid
***
“Pajajaran Anyar”, 29 September 2012
Ki
Langlang Buana Kusuma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar