بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN
Bab 91
Suraqah bin Malik & Sebutan Syaitan
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Ki Langlang Buana Kusuma
Pada bagian akhir Bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai pembangkangan iblis lalu Allah Swt. mengusir iblis dari “surga
keridhaan-Nya”, firman-Nya:
قَالَ فَاہۡبِطۡ مِنۡہَا فَمَا یَکُوۡنُ لَکَ اَنۡ
تَتَکَبَّرَ فِیۡہَا فَاخۡرُجۡ اِنَّکَ
مِنَ الصّٰغِرِیۡنَ ﴿ ﴾ قَالَ اَنۡظِرۡنِیۡۤ اِلٰی یَوۡمِ یُبۡعَثُوۡنَ ﴿ ﴾ قَالَ اِنَّکَ مِنَ الۡمُنۡظَرِیۡنَ ﴿
Dia berfirman: ”Jika
demikian, pergilah engkau darinya, karena sekali-kali tidak patut bagi engkau berlaku takabur di dalamnya, karena itu keluarlah, sesungguhnya engkau termasuk di antara orang-orang yang
hina.” Ia, Iblis, berkata: “Berilah aku tangguh sampai hari
mereka dibangkitkan.” Dia berfirman: “Sesungguhnya engkau termasuk orang-orang yang diberi
tangguh.” (Al-A’raf [7]:14-16).
Oleh karena tidak ada kata-benda disebut-sebut dalam ayat ini
yang dapat dianggap lebih ditampilkan oleh kata pengganti hā (nya) dalam ungkapan minhā (darinya),
maka kata-pengganti itu dapat diartikan menyatakan ihwal atau keadaan iblis
sebelum ia menolak sujud kepada Nabi
Adam a.s., yaitu kehidupan mapan serta berbagai nikmat Allah yang sebelumnya ia nikmati.
Makna “Kebangkitan”
Kebangkitan yang disebut dalam ayat ini bukan Kiamat Besar (Kiamat
Qubra) umat manusia yang ditakdirkan untuk menjelang alam akhirat,
melainkan kebangkitan ruhani manusia,
atau keadaan pada saat alam-sadar
ruhaninya telah sepenuh-penuhnya berkembang.
Iblis hanya dapat membawa manusia ke jalan kesesatan selama ia secara ruhani
belum dibangkitkan – yaitu berada dalam tingkatan nafs Ammarah (QS.12:54)
-- tetapi begitu ia mencapai martabat ruhani yang tinggi --
sebagaimana dikenal dengan istilah baqa (kelahiran kembali) atau
mencapai tingkatan nafs Muthmainnah
(QS.89:28-31) -- maka iblis tidak
dapat mencelakakannya (QS.17:66). Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
قَالَ فَبِمَاۤ
اَغۡوَیۡتَنِیۡ لَاَقۡعُدَنَّ
لَہُمۡ صِرَاطَکَ الۡمُسۡتَقِیۡمَ
﴿ۙ ﴾
ثُمَّ
لَاٰتِیَنَّہُمۡ مِّنۡۢ بَیۡنِ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ مِنۡ خَلۡفِہِمۡ وَ عَنۡ اَیۡمَانِہِمۡ وَ عَنۡ شَمَآئِلِہِمۡ ؕ
وَ لَا تَجِدُ اَکۡثَرَہُمۡ شٰکِرِیۡنَ ﴿
﴾ قَالَ اخۡرُجۡ مِنۡہَا
مَذۡءُوۡمًا مَّدۡحُوۡرًا ؕ لَمَنۡ تَبِعَکَ مِنۡہُمۡ لَاَمۡلَـَٔنَّ جَہَنَّمَ مِنۡکُمۡ اَجۡمَعِیۡنَ ﴿ ﴾ وَ یٰۤاٰدَمُ
اسۡکُنۡ اَنۡتَ وَ زَوۡجُکَ الۡجَنَّۃَ فَکُلَا مِنۡ حَیۡثُ شِئۡتُمَا وَ
لَا تَقۡرَبَا ہٰذِہِ الشَّجَرَۃَ فَتَکُوۡنَا
مِنَ الظّٰلِمِیۡنَ ﴿ ﴾
Ia, Iblis, berkata:
“Karena Engkau telah menyatakan aku sesat, niscaya aku akan menghadang mereka di jalan Engkau yang lurus, kemudian niscaya
akan kudatangi mereka dari depan
mereka, dari belakang mereka,
dari kanan mereka, dan dari kiri mereka, dan Engkau
tidak akan mendapati kebanyakan mereka
bersyukur.” Dia
berfirman: “Keluarlah engkau darinya dengan terhina
dan terusir, barangsiapa dari mereka mengikuti engkau, niscaya akan Aku penuhi Jahannam dengan kamu semua.” (Al-A’rāf
[7]:17-19).
Perhatikanlah jejaring godaan-godaan dan bujukan-bujukan
yang diancamkan oleh syaitan. Rincian
jejaring penghadangan yang dilakukan
oleh iblis dan para pengikutnya dijelaskan dalam firman-Nya berikut ini:
وَ اِذۡ قُلۡنَا
لِلۡمَلٰٓئِکَۃِ اسۡجُدُوۡا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوۡۤا اِلَّاۤ اِبۡلِیۡسَ ؕ
قَالَ ءَاَسۡجُدُ لِمَنۡ خَلَقۡتَ طِیۡنًا ﴿ۚ ﴾ قَالَ
اَرَءَیۡتَکَ ہٰذَا الَّذِیۡ کَرَّمۡتَ عَلَیَّ ۫ لَئِنۡ اَخَّرۡتَنِ اِلٰی
یَوۡمِ الۡقِیٰمَۃِ لَاَحۡتَنِکَنَّ ذُرِّیَّتَہٗۤ اِلَّا
قَلِیۡلًا ﴿ ﴾ قَالَ اذۡہَبۡ فَمَنۡ تَبِعَکَ مِنۡہُمۡ فَاِنَّ
جَہَنَّمَ جَزَآؤُکُمۡ جَزَآءً مَّوۡفُوۡرًا ﴿ ﴾ وَ اسۡتَفۡزِزۡ مَنِ اسۡتَطَعۡتَ مِنۡہُمۡ
بِصَوۡتِکَ وَ اَجۡلِبۡ عَلَیۡہِمۡ بِخَیۡلِکَ وَ رَجِلِکَ وَ شَارِکۡہُمۡ فِی
الۡاَمۡوَالِ وَ الۡاَوۡلَادِ وَ عِدۡہُمۡ ؕ وَ مَا یَعِدُہُمُ الشَّیۡطٰنُ اِلَّا غُرُوۡرًا ﴿ ﴾ اِنَّ عِبَادِیۡ لَیۡسَ لَکَ عَلَیۡہِمۡ
سُلۡطٰنٌ ؕ وَ کَفٰی بِرَبِّکَ وَکِیۡلًا ﴿ ﴾
Dan ingatlah ketika Kami
berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah
yakni tunduk patuhlah kepada
Adam,” maka mereka sujud kecuali iblis.
Ia berkata: “Apakah aku harus sujud kepada orang yang Engkau jadikan dari tanah liat?” Ia berkata:
“Bagaimanakah pendapat Engkau bahwa orang yang telah Engkau muliakan atasku menjadi
majikan-ku? Jika Engkau akan memberi
tangguh kepadaku hingga Hari Kiamat,
niscaya akan aku kuasai semua anak-keturunannya, kecuali sedikit.” Dia berfirman: “Pergilah, lalu barangsiapa
akan mengikuti engkau dari antara mereka maka sesungguhnya Jahannamlah balasan bagi kamu, suatu balasan
yang penuh. Dan bujuklah
siapa dari antara mereka yang engkau
sanggup dengan suara engkau, dan kerahkanlah
terhadap mereka pasukan berkuda engkau dan pasukan berjalan-kaki engkau dan berserikatlah dengan mereka dalam harta, dan anak-anak mereka,
dan berikanlah janji-janji kepada
mereka.” Tetapi syaitan tidak menjanjikan kepada mereka selain tipu-daya. Sesungguhnya mengenai
hamba-hamba-Ku, engkau tidak akan mempunyai kekuasaan atas
mereka, dan cukuplah Tuhan Engkau
sebagai Pelindung. (Bani
Israil [17]:62-66).
Tiga Upaya Iblis Menghadang di Jalan Allah
Ayat
ini menguraikan tiga macam daya-upaya
yang dilakukan oleh putra-putra kegelapan
untuk membujuk manusia supaya menjauhi jalan kebenaran:
(1) mereka berusaha menakut-nakuti orang-orang
miskin dan lemah dengan ancaman akan mempergunakan kekerasan terhadap mereka;
(2) mereka mempergunakan tindakan-tindakan
yang lebih keras terhadap mereka yang tidak dapat ditakut-takuti dengan cara
gertak sambal (ancaman), yaitu dengan mengadakan persekutuan-persekutuan untuk
tujuan melawan mereka dan mengadakan serangan
bersama terhadap mereka dengan segala cara;
(3) mereka mencoba membujuk orang-orang kuat
dan yang lebih berpengaruh dengan tawaran akan menjadikannya pemimpin mereka,
asalkan mereka tidak akan membantu lagi pihak kebenaran.
Manusia
dapat terkena oleh bujukan-bujukan syaitan selama dia belum “dibangkitkan”, yaitu selama keimanannya belum mencapai taraf yang sempurna. Kata “kiamat”
dalam kalimat “Jika Engkau akan memberi tangguh kepadaku hingga Hari Kiamat“ maksudnya adalah kebangkitan ruhani yang dialami oleh tiap orang mukmin ketika keimanannya
mencapai titik kesempurnaan sehingga syaitan tidak berkuasa lagi atas
dia.
Ucapan iblis
dalam kalimat “dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan
mereka bersyukur“ (QS.17:18), perlu dijelaskan,
yakni apakah syaitan telah berhasil atau tidak, dalam melaksanakan ancamannya
untuk menyesatkan sejumlah besar umat
manusia, merupakan soal yang penting dan perlu mendapat jawaban. Satu pandangan
yang tergesa-gesa dan tanpa disertai pikiran yang matang mengenai keadaan baik dan buruk di dunia ini, dapat membawa kita kepada kesimpulan yang salah bahwa keburukan itu mengungguli kebaikan di dunia ini.
Tetapi hakikat yang sebenarnya
adalah kebalikannya. Seandainya,
sebagai misal, semua ucapan
pendusta-pendusta terbesar diselidiki secara kritis, maka ucapan-ucapannya yang mengandung kebenaran, jumlahnya akan nampak jauh melebihi ucapan-ucapannya yang dusta. Demikian pula jumlah orang-orang buruk di dunia ini jauh di
bawah jumlah orang-orang baik.
Kenyataan bahwa keburukan itu mendapat perhatian begitu besar, justru menjadi
bukti bahwa fitrat manusia pada
dasarnya baik dan menjadi cemas
menyaksikan keburukan bagaimanapun
kecilnya. Oleh sebab itu tidak benar untuk beranggapan, bahwa syaitan telah
berhasil dalam melaksanakan ancamannya dalam bentuk kenyataan.
Larangan “Menyembah Syetan”
Kembali kepada firman Allah Swt. kepada
Bani Adam sebelum ini mengenai larangan “menyembah
syaitan”:
وَ امۡتَازُوا الۡیَوۡمَ اَیُّہَا الۡمُجۡرِمُوۡنَ ﴿ ﴾ اَلَمۡ اَعۡہَدۡ
اِلَیۡکُمۡ یٰبَنِیۡۤ اٰدَمَ اَنۡ لَّا تَعۡبُدُوا الشَّیۡطٰنَ ۚ اِنَّہٗ لَکُمۡ عَدُوٌّ مُّبِیۡنٌ ﴿ۙ ﴾ وَّ اَنِ
اعۡبُدُوۡنِیۡ ؕؔ ہٰذَا صِرَاطٌ
مُّسۡتَقِیۡمٌ ﴿ ﴾ وَ لَقَدۡ اَضَلَّ مِنۡکُمۡ جِبِلًّا کَثِیۡرًا ؕ اَفَلَمۡ تَکُوۡنُوۡا تَعۡقِلُوۡنَ ﴿ ﴾ ہٰذِہٖ جَہَنَّمُ الَّتِیۡ کُنۡتُمۡ تُوۡعَدُوۡنَ ﴿
﴾ اِصۡلَوۡہَا الۡیَوۡمَ بِمَا
کُنۡتُمۡ تَکۡفُرُوۡنَ ﴿ ﴾
“Dan pisahkanlah diri kamu pada hari ini, hai orang-orang yang berdosa.
Bukankah Aku telah memerintahkan kepada kamu hai Bani Adam, bahwa janganlah kamu menyembah syaitan
sesungguhnya ia bagimu adalah musuh yang nyata. Dan hendaknya kamu menyembah-Ku, inilah jalan yang lurus. Dan
sungguh syaitan benar-benar
telah menyesatkan sebagian besar
dari antara kamu, maka apakah ka-mu tidak
mau berpikir? Inilah Jahannam yang
telah dijanjikan kepada kamu. Masukilah itu pada hari ini, disebabkan kamu
dahulu selalu mengingkari.” (Yā Sīn [36]:60-65).
Dengan demikian jelaslah bahwa makna “menyembah syaitan” dalam
ayat tersebut adalah mengikuti tipu-daya dan ancaman yang dijanjikan iblis dan keturunannya, sebagaimana yang telah dijanjikannyai kepada Allah Swt. untuk melakukan berbagai bentuk penghadangan terhadap para pengikut
Adam pada jalan Allah (QS.7: 14-19; QS.17:62-66).
Pertama, yang perlu diperhatikan bahwa
pihak yang diperingatkan Allah Swt.
dalam ayat tersebut adalah “Bani Adam”,
bukan manusia secara umum. Hal ini
erat hubungannya dengan firman Allah Swt. berikut ini:
یٰبَنِیۡۤ
اٰدَمَ قَدۡ اَنۡزَلۡنَا عَلَیۡکُمۡ لِبَاسًا یُّوَارِیۡ سَوۡاٰتِکُمۡ وَ رِیۡشًا ؕ
وَ لِبَاسُ التَّقۡوٰی ۙ ذٰلِکَ خَیۡرٌ ؕ ذٰلِکَ مِنۡ اٰیٰتِ اللّٰہِ لَعَلَّہُمۡ یَذَّکَّرُوۡنَ ﴿﴾
Wahai Bani Adam, sungguh
Kami telah menurunkan kepada kamu
pakaian penutup auratmu dan sebagai
perhiasan, dan pakaian takwa itulah yang terbaik, yang demikian
itu adalah sebagian dari Tanda-tanda Allah,
supaya mereka mendapat nasihat. (Al-A’rāf [7]:27).
Selanjutnya Allah Swt. berfirman
memperingatkan Bani Adam mengenai tipu-daya syaitan yang telah mengakibatkan Adam terpaksa harus keluar dari “jannah” (kebun/taman)
-- yakni “kehidupan surgawi” – yang
sebelumnya beliau nikmati bersama istrinya atau jama’ahnya , firman-Nya:
یٰبَنِیۡۤ
اٰدَمَ لَا یَفۡتِنَنَّکُمُ
الشَّیۡطٰنُ کَمَاۤ اَخۡرَجَ اَبَوَیۡکُمۡ
مِّنَ الۡجَنَّۃِ یَنۡزِعُ عَنۡہُمَا
لِبَاسَہُمَا لِیُرِیَہُمَا سَوۡاٰتِہِمَا ؕ اِنَّہٗ یَرٰىکُمۡ ہُوَ وَ قَبِیۡلُہٗ
مِنۡ حَیۡثُ لَا تَرَوۡنَہُمۡ ؕ اِنَّا جَعَلۡنَا الشَّیٰطِیۡنَ اَوۡلِیَآءَ لِلَّذِیۡنَ لَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾
Wahai Bani Adam, janganlah sekali-kali
membiarkan syaitan menggoda kamu
sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua
orang-tua kamu dari kebun, ia menanggalkan
pakaian keduanya itu untuk menampakkan kepada keduanya aurat mereka, sesungguhnya ia dan suku bangsanya melihat kamu dari
tempat yang kamu tidak dapat melihat mereka. Sesungguhnya Kami
telah menjadikan syaitan-syaitan itu
sahabat-sahabat bagi orang-orang
yang tidak beriman. (Al-A’rāf
[7]:28).
Ruh
jahat yang disebut syaitan dan mereka yang sebangsanya, pada umumnya
tidak nampak oleh mata. Mereka mempergunakan pengaruh secara tidak nampak dan mencari-cari kelemahan-kelemahan tersembunyi pada diri manusia agar dapat
membuatnya tetap mengumbar kelakuan
jahatnya.
Suraqah bin Malik Ketika Msih Kafir adalah
Syaitan
Allah Swt. telah menciptakan syaitan
hanya sebagai ujian bagi manusia.
Syaitan berlaku sebagai perintang
dalam perlombaan ruhani yang sedang
dihadapi manusia. Perintang-perintang
itu dimaksudkan tidak sebagai penghambat
melainkan untuk menciptakan persaingan
dalam perlombaan itu dan melipatgandakan upaya mereka. Mereka
yang tidak berhati-hati dan lalai, yaitu mereka yang tergelincir karena rintangan-rintangan itu dan kemudian kalah dalam perlombaan harus menyesali
diri mereka sendiri dan jangan menyalahkan orang atau orang-orang yang menempatkan perintang-perintang di jalan mereka
untuk mencoba dan menguji ketabahan mereka, firman-Nya:
وَ قَالَ الشَّیۡطٰنُ
لَمَّا قُضِیَ الۡاَمۡرُ اِنَّ اللّٰہَ وَعَدَکُمۡ وَعۡدَ الۡحَقِّ وَ
وَعَدۡتُّکُمۡ فَاَخۡلَفۡتُکُمۡ ؕ وَ مَا کَانَ لِیَ عَلَیۡکُمۡ مِّنۡ
سُلۡطٰنٍ اِلَّاۤ اَنۡ دَعَوۡتُکُمۡ فَاسۡتَجَبۡتُمۡ لِیۡ ۚ
فَلَا تَلُوۡمُوۡنِیۡ وَ لُوۡمُوۡۤا اَنۡفُسَکُمۡ ؕ مَاۤ اَنَا بِمُصۡرِخِکُمۡ وَ مَاۤ اَنۡتُمۡ بِمُصۡرِخِیَّ ؕ اِنِّیۡ کَفَرۡتُ
بِمَاۤ اَشۡرَکۡتُمُوۡنِ مِنۡ قَبۡلُ ؕ اِنَّ الظّٰلِمِیۡنَ لَہُمۡ عَذَابٌ اَلِیۡمٌ ﴿﴾
Dan tatkala
perkara itu telah diputuskan syaitan
berkata: “Sesungguhnya Allah telah
menjanjikan kepada kamu suatu janji yang benar, dan aku pun menjanjikan kepadamu tetapi aku telah menyalahinya, dan aku sekali-kali tidak memiliki kekuasaan
apa pun atas kamu, melainkan aku
telah mengajakmu lalu kamu telah mengabulkan ajakanku. Karena itu janganlah kamu mengecamku tetapi kecamlah
dirimu sendiri. Aku sama sekali tidak
dapat menolongmu dan kamu pun sama
sekali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku telah mengingkari apa yang kamu persekutukan denganku sebelumnya,
sesungguhnya orang-orang yang zalim itu
bagi mereka ada azab yang pedih.” (Ibrahim [14]:23).
Ketika Suraqah bin Malik bin Jusyam
masih termasuk golongan kaum kafir bersama-sama dengan Abu Jahal dkk,
Allah Swt. menyebutnya syaitan,
firman-Nya:
وَ اِذۡ زَیَّنَ لَہُمُ الشَّیۡطٰنُ اَعۡمَالَہُمۡ وَ قَالَ لَا غَالِبَ لَکُمُ الۡیَوۡمَ مِنَ النَّاسِ وَ اِنِّیۡ جَارٌ لَّکُمۡ ۚ فَلَمَّا تَرَآءَتِ الۡفِئَتٰنِ نَکَصَ عَلٰی عَقِبَیۡہِ وَ قَالَ اِنِّیۡ بَرِیۡٓءٌ مِّنۡکُمۡ اِنِّیۡۤ اَرٰی مَا لَا تَرَوۡنَ اِنِّیۡۤ اَخَافُ اللّٰہَ ؕ وَ اللّٰہُ شَدِیۡدُ الۡعِقَابِ ﴿٪
﴾
Dan ingatlah ketika syaitan
menampakkan indah kepada mereka amal-amal mereka dan berkata: ”Tidak seorang pun di antara ma-nusia yang dapat mengalahkan kamu pada
hari ini, dan sesungguhnya aku
pelindung kamu.” Tetapi tatkala kedua pasukan itu berhadapan
satu sama lain, ia berbalik atas tumitnya sambil berkata: “Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu,
sesungguhnya aku meli-hat apa yang tidak
kamu lihat, sesungguhnya aku takut
kepada Allah dan siksaan
Allah sangat keras. (Al-Anfāl [8]:49). Lihat pula
QS.6:44; QS.16:64; QS.22:53-54;QS.27:25.
Diriwayatkan bahwa orang yang dimaksudkan syaitan dalam ayat ini adalah Suraqah
bin Malik bin Jusyam, yang menghasut
orang-orang Makkah agar melawan orang-orang Islam dalam Perang Badar -- tetapi kemudian dia sendiri memeluk agama Islam. Lasykar Makkah
masih di Makkah tatkala beberapa tokoh
kabilah Quraisy menyatakan kekhawatiran
bahwa jangan-jangan Banu Bakar, satu
cabang Banu Kinanah, yang bermusuhan dengan kaum Quraisy menyerang Makkah secara tak terduga di waktu mereka
tidak ada di tempat atau menyerang lasykar Makkah dari belakang. Kekhawatiran mereka diredakan oleh Suraqah, salah seorang pemuka Banu Kinanah, yang meyakinkan
mereka bahwa orang-orang dari sukunya tidak akan mendatangkan kemudaratan apa
pun kepada mereka (Tafsir Ibnu Jarir,
jld. X, hlm. 13).
Tetapi
ketika Suraqah menyaksikan tekad membaja orang-orang Islam dalam perang Badar maka rasa takut menguasai dirinya, sebab
setelah melihat mereka ia memperoleh keyakinan
bahwa tekad mereka adalah menang
atau mati. Persis demikianlah
dirasakan oleh Utbah dan Umair pada Hari Badar dan ia memberitahukan kepada
orang-orang Makkah, bahwa orang-orang
Islam nampaknya “seperti orang-orang
yang mencari kematian” (Thabari).
Dengan demikian jelaslah bahwa yang dimaksud dengan “jangan menyembah syaitan” dalam
(QS.36:61-62) maknanya adalah jangan mentaati orang-orang yang menolak “sujud” kepada Adam
(Khalifah Allah) ketika diperintahkan
Allah Swt. – sebagaimana yang dilakukan
iblis dan para pengikutnya
-- yang akan selalu muncul dari zaman ke zaman, setiap kali Allah Swt. membangkitkan rasul-Nya di kalangan Bani
Adam (QS.7:35-73), termasuk di Akhir
Zaman ini.
(Bersambung).
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam
Farid
***
“Pajajaran Anyar”, 30 September 2012
Ki Langlang Buana Kusuma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar