Minggu, 30 September 2012

Suraqah bin Malik & Sebutan Syaitan




 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم



  SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN

Bab 91
    
 Suraqah bin Malik & Sebutan Syaitan 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


Pada bagian akhir Bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai  pembangkangan iblis  lalu Allah Swt. mengusir iblis dari “surga keridhaan-Nya”, firman-Nya:
 قَالَ فَاہۡبِطۡ مِنۡہَا فَمَا یَکُوۡنُ لَکَ اَنۡ تَتَکَبَّرَ فِیۡہَا فَاخۡرُجۡ  اِنَّکَ مِنَ الصّٰغِرِیۡنَ ﴿ ﴾  قَالَ  اَنۡظِرۡنِیۡۤ   اِلٰی  یَوۡمِ  یُبۡعَثُوۡنَ ﴿ ﴾  قَالَ   اِنَّکَ  مِنَ  الۡمُنۡظَرِیۡنَ ﴿   
Dia berfirman:  ”Jika demikian, pergilah engkau darinya,  karena sekali-kali tidak patut bagi engkau berlaku takabur di dalamnya, karena itu keluarlah, sesungguhnya engkau termasuk di antara orang-orang yang hina.” Ia, Iblis,   berkata: “Berilah aku tangguh sampai hari mereka dibangkitkan.”   Dia berfirman: “Sesungguhnya engkau termasuk orang-orang yang diberi tangguh.” (Al-A’raf [7]:14-16). 
  Oleh karena tidak ada kata-benda disebut-sebut dalam ayat ini yang dapat dianggap lebih ditampilkan oleh kata pengganti hā  (nya) dalam ungkapan minhā (darinya), maka kata-pengganti itu dapat diartikan menyatakan ihwal atau keadaan iblis sebelum ia menolak sujud kepada Nabi Adam a.s., yaitu kehidupan mapan  serta berbagai nikmat Allah yang sebelumnya ia nikmati.

Makna “Kebangkitan”

   Kebangkitan yang disebut dalam ayat ini bukan Kiamat Besar (Kiamat Qubra) umat manusia yang ditakdirkan untuk menjelang alam akhirat, melainkan kebangkitan ruhani manusia, atau keadaan pada saat alam-sadar ruhaninya telah sepenuh-penuhnya berkembang.
    Iblis hanya dapat membawa manusia ke jalan kesesatan selama ia secara ruhani belum dibangkitkan – yaitu berada dalam tingkatan nafs Ammarah (QS.12:54) --  tetapi begitu ia mencapai martabat ruhani yang tinggi -- sebagaimana dikenal dengan istilah baqa (kelahiran kembali) atau mencapai tingkatan nafs Muthmainnah (QS.89:28-31) -- maka iblis tidak dapat mencelakakannya (QS.17:66). Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
قَالَ فَبِمَاۤ  اَغۡوَیۡتَنِیۡ لَاَقۡعُدَنَّ  لَہُمۡ صِرَاطَکَ  الۡمُسۡتَقِیۡمَ ﴿ۙ ﴾   ثُمَّ لَاٰتِیَنَّہُمۡ مِّنۡۢ بَیۡنِ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ مِنۡ خَلۡفِہِمۡ  وَ عَنۡ اَیۡمَانِہِمۡ وَ عَنۡ شَمَآئِلِہِمۡ ؕ وَ لَا  تَجِدُ اَکۡثَرَہُمۡ شٰکِرِیۡنَ ﴿ ﴾   قَالَ اخۡرُجۡ مِنۡہَا مَذۡءُوۡمًا مَّدۡحُوۡرًا ؕ لَمَنۡ تَبِعَکَ مِنۡہُمۡ لَاَمۡلَـَٔنَّ جَہَنَّمَ  مِنۡکُمۡ  اَجۡمَعِیۡنَ ﴿ ﴾  وَ یٰۤاٰدَمُ  اسۡکُنۡ اَنۡتَ وَ زَوۡجُکَ الۡجَنَّۃَ فَکُلَا مِنۡ حَیۡثُ شِئۡتُمَا وَ لَا تَقۡرَبَا ہٰذِہِ الشَّجَرَۃَ  فَتَکُوۡنَا مِنَ  الظّٰلِمِیۡنَ ﴿ ﴾
Ia, Iblis,  berkata: “Karena  Engkau telah menyatakan  aku  sesat, niscaya aku akan menghadang mereka di jalan Engkau yang lurus,   kemudian  niscaya  akan kudatangi mereka dari depan  mereka, dari belakang mereka, dari kanan mereka, dan dari kiri mereka,  dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka  bersyukur.”    Dia berfirman: “Keluarlah engkau darinya dengan  terhina dan terusir,  barangsiapa dari mereka mengikuti engkau, niscaya akan Aku penuhi Jahannam dengan kamu semua.” (Al-A’rāf [7]:17-19). 
  Perhatikanlah jejaring godaan-godaan dan bujukan-bujukan yang diancamkan oleh syaitan. Rincian jejaring penghadangan yang dilakukan oleh iblis dan para pengikutnya dijelaskan dalam firman-Nya berikut ini:
 وَ اِذۡ قُلۡنَا لِلۡمَلٰٓئِکَۃِ  اسۡجُدُوۡا  لِاٰدَمَ فَسَجَدُوۡۤا اِلَّاۤ اِبۡلِیۡسَ ؕ قَالَ ءَاَسۡجُدُ لِمَنۡ  خَلَقۡتَ  طِیۡنًا ﴿ۚ ﴾  قَالَ  اَرَءَیۡتَکَ ہٰذَا  الَّذِیۡ  کَرَّمۡتَ عَلَیَّ ۫ لَئِنۡ اَخَّرۡتَنِ اِلٰی یَوۡمِ الۡقِیٰمَۃِ لَاَحۡتَنِکَنَّ ذُرِّیَّتَہٗۤ  اِلَّا  قَلِیۡلًا ﴿ ﴾   قَالَ اذۡہَبۡ فَمَنۡ تَبِعَکَ مِنۡہُمۡ فَاِنَّ جَہَنَّمَ  جَزَآؤُکُمۡ  جَزَآءً  مَّوۡفُوۡرًا ﴿ ﴾   وَ اسۡتَفۡزِزۡ مَنِ اسۡتَطَعۡتَ مِنۡہُمۡ بِصَوۡتِکَ وَ اَجۡلِبۡ عَلَیۡہِمۡ بِخَیۡلِکَ وَ رَجِلِکَ وَ شَارِکۡہُمۡ فِی الۡاَمۡوَالِ وَ الۡاَوۡلَادِ وَ عِدۡہُمۡ ؕ وَ مَا یَعِدُہُمُ الشَّیۡطٰنُ   اِلَّا  غُرُوۡرًا ﴿ ﴾   اِنَّ عِبَادِیۡ  لَیۡسَ  لَکَ  عَلَیۡہِمۡ سُلۡطٰنٌ ؕ وَ کَفٰی  بِرَبِّکَ  وَکِیۡلًا  ﴿ ﴾
Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah yakni tunduk patuhlah kepada  Adam,”  maka   mereka sujud  kecuali iblis. Ia berkata: “Apakah aku harus  sujud kepada orang yang Engkau jadikan dari tanah liat?” Ia berkata: “Bagaimanakah pendapat Engkau bahwa   orang  yang telah Engkau muliakan atasku menjadi majikan-ku? Jika Engkau akan memberi tangguh kepadaku hingga Hari Kiamat,   niscaya akan aku kuasai semua anak-keturunannya, kecuali sedikit.”   Dia berfirman: “Pergilah, lalu barangsiapa akan mengikuti engkau dari antara mereka maka sesungguhnya Jahannamlah balasan bagi kamu,  suatu balasan yang penuh.  Dan bujuklah siapa dari antara mereka yang engkau sanggup dengan suara engkau, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda engkau dan pasukan berjalan-kaki engkau dan berserikatlah dengan mereka dalam harta, dan anak-anak mereka, dan berikanlah janji-janji kepada mereka.” Tetapi syaitan tidak menjanjikan kepada mereka selain tipu-daya. Sesungguhnya mengenai hamba-hamba-Ku, engkau tidak akan mempunyai kekuasaan atas mereka, dan cukuplah Tuhan Engkau sebagai Pelindung. (Bani Israil [17]:62-66).

Tiga Upaya   Iblis Menghadang di Jalan Allah

  Ayat ini menguraikan tiga macam daya-upaya yang dilakukan oleh putra-putra kegelapan untuk membujuk manusia supaya menjauhi jalan kebenaran:
    (1) mereka berusaha menakut-nakuti orang-orang miskin dan lemah dengan ancaman akan mempergunakan kekerasan terhadap mereka;
      (2) mereka mempergunakan tindakan-tindakan yang lebih keras terhadap mereka yang tidak dapat ditakut-takuti dengan cara gertak sambal (ancaman), yaitu dengan mengadakan persekutuan-persekutuan untuk tujuan melawan mereka dan mengadakan serangan bersama terhadap mereka dengan segala cara;
     (3) mereka mencoba membujuk orang-orang kuat dan yang lebih berpengaruh dengan tawaran akan menjadikannya pemimpin mereka, asalkan mereka tidak akan membantu lagi pihak kebenaran.
  Manusia dapat terkena oleh bujukan-bujukan syaitan selama dia belum “dibangkitkan”, yaitu selama keimanannya belum mencapai taraf yang sempurna.    Kata  “kiamat” dalam kalimat “Jika Engkau akan memberi tangguh kepadaku hingga Hari Kiamat  maksudnya adalah kebangkitan ruhani yang dialami oleh tiap orang mukmin ketika keimanannya mencapai titik kesempurnaan sehingga syaitan tidak  berkuasa lagi atas dia.
       Ucapan iblis dalam kalimat “dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka  bersyukur“ (QS.17:18), perlu dijelaskan, yakni apakah syaitan telah berhasil atau tidak, dalam melaksanakan ancamannya untuk menyesatkan sejumlah besar umat manusia, merupakan soal yang penting dan perlu mendapat jawaban. Satu pandangan yang tergesa-gesa dan tanpa disertai pikiran yang matang mengenai keadaan baik dan buruk di dunia ini, dapat membawa kita kepada kesimpulan yang salah  bahwa keburukan itu mengungguli kebaikan di dunia ini.
        Tetapi hakikat yang sebenarnya adalah kebalikannya. Seandainya, sebagai misal, semua ucapan pendusta-pendusta terbesar diselidiki secara kritis, maka ucapan-ucapannya yang mengandung kebenaran, jumlahnya akan nampak jauh melebihi ucapan-ucapannya yang dusta. Demikian pula jumlah orang-orang buruk di dunia ini jauh di bawah jumlah orang-orang baik.
       Kenyataan bahwa keburukan itu mendapat perhatian begitu besar, justru menjadi bukti bahwa fitrat manusia pada dasarnya baik dan menjadi cemas menyaksikan keburukan bagaimanapun kecilnya. Oleh sebab itu tidak benar untuk beranggapan, bahwa syaitan telah berhasil dalam melaksanakan ancamannya dalam bentuk kenyataan.

Larangan  “Menyembah Syetan”

       Kembali kepada  firman Allah Swt.   kepada  Bani Adam    sebelum ini mengenai  larangan “menyembah syaitan”:
وَ امۡتَازُوا الۡیَوۡمَ اَیُّہَا الۡمُجۡرِمُوۡنَ ﴿ ﴾   اَلَمۡ  اَعۡہَدۡ  اِلَیۡکُمۡ یٰبَنِیۡۤ  اٰدَمَ اَنۡ  لَّا تَعۡبُدُوا الشَّیۡطٰنَ ۚ اِنَّہٗ  لَکُمۡ  عَدُوٌّ مُّبِیۡنٌ ﴿ۙ ﴾   وَّ  اَنِ اعۡبُدُوۡنِیۡ ؕؔ ہٰذَا  صِرَاطٌ مُّسۡتَقِیۡمٌ ﴿ ﴾   وَ لَقَدۡ اَضَلَّ  مِنۡکُمۡ  جِبِلًّا کَثِیۡرًا ؕ اَفَلَمۡ  تَکُوۡنُوۡا تَعۡقِلُوۡنَ ﴿ ﴾  ہٰذِہٖ  جَہَنَّمُ  الَّتِیۡ  کُنۡتُمۡ  تُوۡعَدُوۡنَ ﴿    اِصۡلَوۡہَا الۡیَوۡمَ بِمَا کُنۡتُمۡ تَکۡفُرُوۡنَ ﴿ ﴾
“Dan pisahkanlah diri kamu pada hari ini, hai orang-orang yang berdosa.  Bukankah  Aku telah memerintahkan kepada kamu hai Bani Adam, bahwa  janganlah kamu menyembah syaitan sesungguhnya ia bagimu adalah  musuh yang nyata. Dan hendaknya kamu menyembah-Ku, inilah jalan yang lurus.   Dan  sungguh  syaitan benar-benar telah menyesatkan sebagian besar dari antara kamu, maka apakah ka-mu tidak mau berpikir? Inilah Jahannam yang telah dijanjikan kepada kamu.   Masukilah itu pada hari ini, disebabkan kamu dahulu selalu  mengingkari.”  (Yā Sīn [36]:60-65).
       Dengan demikian  jelaslah bahwa makna “menyembah  syaitan” dalam ayat tersebut adalah mengikuti  tipu-daya dan ancaman  yang dijanjikan iblis dan keturunannya, sebagaimana yang telah dijanjikannyai kepada Allah Swt. untuk melakukan  berbagai bentuk penghadangan terhadap para pengikut Adam  pada  jalan Allah (QS.7: 14-19; QS.17:62-66).
      Pertama, yang perlu diperhatikan bahwa pihak yang diperingatkan Allah Swt. dalam ayat tersebut adalah “Bani Adam”, bukan manusia secara umum. Hal ini erat hubungannya dengan firman Allah Swt. berikut ini:
یٰبَنِیۡۤ  اٰدَمَ  قَدۡ  اَنۡزَلۡنَا عَلَیۡکُمۡ  لِبَاسًا یُّوَارِیۡ سَوۡاٰتِکُمۡ وَ رِیۡشًا ؕ وَ لِبَاسُ التَّقۡوٰی ۙ ذٰلِکَ خَیۡرٌ ؕ ذٰلِکَ مِنۡ اٰیٰتِ اللّٰہِ  لَعَلَّہُمۡ  یَذَّکَّرُوۡنَ ﴿﴾
Wahai Bani Adam,  sungguh  Kami telah menurunkan kepada kamu pakaian penutup auratmu dan sebagai  perhiasan, dan pakaian takwa  itulah yang terbaik, yang demikian itu adalah sebagian dari Tanda-tanda Allah, supaya  mereka mendapat nasihat. (Al-A’rāf [7]:27).
        Selanjutnya Allah Swt. berfirman memperingatkan Bani Adam mengenai  tipu-daya syaitan  yang telah mengakibatkan  Adam terpaksa  harus keluar dari “jannah” (kebun/taman) --  yakni “kehidupan surgawi” – yang sebelumnya beliau nikmati bersama istrinya atau jama’ahnya , firman-Nya:
   یٰبَنِیۡۤ  اٰدَمَ  لَا یَفۡتِنَنَّکُمُ الشَّیۡطٰنُ کَمَاۤ اَخۡرَجَ  اَبَوَیۡکُمۡ  مِّنَ الۡجَنَّۃِ یَنۡزِعُ عَنۡہُمَا لِبَاسَہُمَا لِیُرِیَہُمَا سَوۡاٰتِہِمَا ؕ اِنَّہٗ یَرٰىکُمۡ ہُوَ وَ قَبِیۡلُہٗ مِنۡ حَیۡثُ لَا تَرَوۡنَہُمۡ ؕ اِنَّا جَعَلۡنَا الشَّیٰطِیۡنَ اَوۡلِیَآءَ  لِلَّذِیۡنَ لَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾
Wahai Bani Adam, janganlah sekali-kali membiarkan syaitan menggoda kamu sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua orang-tua kamu dari kebun, ia menanggalkan pakaian keduanya itu untuk  menampakkan kepada keduanya  aurat mereka, sesungguhnya ia dan suku bangsanya melihat kamu dari tempat yang kamu tidak dapat melihat mereka. Sesungguhnya  Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu  sahabat-sahabat bagi orang-orang yang tidak beriman.  (Al-A’rāf [7]:28).
  Ruh jahat yang disebut syaitan dan mereka yang sebangsanya, pada umumnya tidak nampak oleh mata. Mereka mempergunakan pengaruh secara tidak nampak dan mencari-cari kelemahan-kelemahan tersembunyi pada diri manusia agar dapat membuatnya tetap mengumbar kelakuan jahatnya.

Suraqah bin Malik Ketika Msih Kafir adalah Syaitan

       Allah Swt. telah menciptakan syaitan hanya sebagai ujian bagi manusia. Syaitan berlaku sebagai perintang dalam perlombaan ruhani yang sedang dihadapi manusia. Perintang-perintang itu dimaksudkan tidak sebagai penghambat melainkan untuk menciptakan persaingan dalam perlombaan itu dan melipatgandakan upaya mereka. Mereka yang tidak berhati-hati dan lalai, yaitu mereka yang tergelincir karena rintangan-rintangan itu dan kemudian kalah dalam perlombaan harus menyesali diri mereka sendiri dan jangan menyalahkan  orang atau orang-orang yang menempatkan perintang-perintang di jalan mereka untuk mencoba dan menguji ketabahan mereka, firman-Nya:
وَ قَالَ  الشَّیۡطٰنُ لَمَّا قُضِیَ الۡاَمۡرُ اِنَّ اللّٰہَ وَعَدَکُمۡ وَعۡدَ الۡحَقِّ وَ وَعَدۡتُّکُمۡ فَاَخۡلَفۡتُکُمۡ ؕ وَ مَا کَانَ لِیَ عَلَیۡکُمۡ مِّنۡ سُلۡطٰنٍ  اِلَّاۤ  اَنۡ دَعَوۡتُکُمۡ فَاسۡتَجَبۡتُمۡ لِیۡ ۚ فَلَا تَلُوۡمُوۡنِیۡ وَ لُوۡمُوۡۤا اَنۡفُسَکُمۡ ؕ مَاۤ  اَنَا بِمُصۡرِخِکُمۡ وَ مَاۤ  اَنۡتُمۡ بِمُصۡرِخِیَّ ؕ اِنِّیۡ کَفَرۡتُ بِمَاۤ اَشۡرَکۡتُمُوۡنِ مِنۡ قَبۡلُ ؕ اِنَّ الظّٰلِمِیۡنَ لَہُمۡ  عَذَابٌ اَلِیۡمٌ ﴿﴾
Dan tatkala perkara itu telah diputuskan syaitan berkata: “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepada kamu suatu janji yang benar, dan aku pun menjanjikan kepadamu tetapi aku telah menyalahinya, dan aku  sekali-kali tidak memiliki kekuasaan apa pun atas kamu, melainkan aku telah mengajakmu lalu kamu telah mengabulkan ajakanku. Karena itu janganlah kamu mengecamku tetapi kecamlah dirimu sendiri. Aku sama sekali tidak dapat menolongmu dan kamu pun sama sekali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku telah mengingkari apa yang kamu persekutukan denganku sebelumnya, sesungguhnya orang-orang yang zalim itu bagi mereka ada azab yang pedih.” (Ibrahim [14]:23).
       Ketika Suraqah bin Malik bin Jusyam  masih termasuk golongan kaum kafir bersama-sama dengan Abu Jahal dkk, Allah Swt. menyebutnya syaitan, firman-Nya:
وَ اِذۡ زَیَّنَ لَہُمُ الشَّیۡطٰنُ اَعۡمَالَہُمۡ  وَ قَالَ لَا غَالِبَ لَکُمُ  الۡیَوۡمَ مِنَ النَّاسِ  وَ اِنِّیۡ جَارٌ لَّکُمۡ ۚ فَلَمَّا تَرَآءَتِ الۡفِئَتٰنِ نَکَصَ عَلٰی عَقِبَیۡہِ وَ قَالَ اِنِّیۡ بَرِیۡٓءٌ مِّنۡکُمۡ  اِنِّیۡۤ  اَرٰی مَا لَا تَرَوۡنَ  اِنِّیۡۤ  اَخَافُ اللّٰہَ ؕ وَ اللّٰہُ شَدِیۡدُ الۡعِقَابِ ﴿٪ ﴾
Dan ingatlah ketika  syaitan menampakkan indah kepada mereka amal-amal mereka dan berkata:  Tidak seorang pun di antara ma-nusia yang dapat mengalahkan kamu pada hari ini, dan sesungguhnya aku pelindung kamu.” Tetapi  tatkala kedua pasukan itu berhadapan satu sama lain, ia berbalik  atas tumitnya sambil berkata: “Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, sesungguhnya aku meli-hat apa yang tidak kamu lihat, sesungguhnya aku takut kepada Allah dan siksaan Allah sangat keras. (Al-Anfāl [8]:49). Lihat pula QS.6:44; QS.16:64; QS.22:53-54;QS.27:25.
        Diriwayatkan bahwa orang yang dimaksudkan syaitan dalam ayat ini adalah  Suraqah bin Malik bin Jusyam, yang menghasut orang-orang Makkah agar melawan orang-orang Islam dalam Perang Badar --  tetapi kemudian dia sendiri memeluk agama Islam. Lasykar Makkah masih di Makkah tatkala beberapa tokoh kabilah Quraisy menyatakan kekhawatiran bahwa jangan-jangan Banu Bakar, satu cabang Banu Kinanah,  yang bermusuhan dengan kaum Quraisy menyerang Makkah secara tak terduga di waktu mereka tidak ada di tempat atau menyerang lasykar Makkah dari belakang. Kekhawatiran mereka diredakan oleh Suraqah, salah seorang pemuka Banu Kinanah, yang meyakinkan mereka bahwa orang-orang dari sukunya tidak akan mendatangkan kemudaratan apa pun kepada mereka (Tafsir Ibnu Jarir, jld. X, hlm. 13).
      Tetapi ketika Suraqah menyaksikan tekad membaja orang-orang Islam dalam perang Badar maka rasa takut menguasai dirinya, sebab  setelah melihat mereka ia memperoleh keyakinan bahwa tekad mereka  adalah menang atau mati. Persis demikianlah dirasakan oleh Utbah dan Umair pada Hari Badar dan ia memberitahukan kepada orang-orang Makkah, bahwa orang-orang Islam nampaknya “seperti orang-orang yang mencari kematian” (Thabari).
       Dengan demikian jelaslah bahwa yang dimaksud dengan “jangan menyembah syaitan” dalam (QS.36:61-62) maknanya adalah  jangan mentaati orang-orang yang menolak “sujud” kepada Adam (Khalifah Allah) ketika diperintahkan Allah Swt. – sebagaimana yang dilakukan  iblis dan para pengikutnya -- yang akan selalu muncul dari zaman ke zaman,  setiap kali Allah Swt. membangkitkan rasul-Nya di kalangan Bani Adam (QS.7:35-73), termasuk di Akhir Zaman ini.

(Bersambung). 

Rujukan: The Holy Quran
Editor:    Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar”, 30 September 2012
Ki Langlang Buana Kusuma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar