Rabu, 12 September 2012

Etika Berkendara & Pentingnya "Mencari Rumah Akhirat"







بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


  SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN

 Bab 72 

   Etika Berkendara &
  Pentingnya “Mencari Rumah Akhirat”  


 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma
                                                                                

Dalam bagian akhir Bab sebelum ini telah dijelaskan mengenai  keledai Dajjal pemakan Api” yang  berhasil menyampaikan manusia ke luar angkasa, firman-Nya:
یٰمَعۡشَرَ الۡجِنِّ وَ الۡاِنۡسِ  اِنِ اسۡتَطَعۡتُمۡ اَنۡ  تَنۡفُذُوۡا مِنۡ  اَقۡطَارِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ فَانۡفُذُوۡا ؕ لَا  تَنۡفُذُوۡنَ  اِلَّا بِسُلۡطٰنٍ ﴿ۚ﴾   فَبِاَیِّ  اٰلَآءِ  رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ ﴿﴾
Hai golongan jin dan ins (manusia)! Jika kamu memiliki kekuatan untuk menembus batas-batas seluruh langit dan bumi maka tembuslah, namun kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.   Maka  nikmat-nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu  berdua dustakan? (Al-Rahmān [34-35).
   Ayat ini telah diberi bermacam-macam penafsiran. Menurut suatu penafsiran, para ilmuwan dan para ahli filsafat yang membanggakan diri mengenai kemajuan besar yang telah dicapai mereka dalam bidang ilmu duniawi, telah diberitahu bahwa kendati pun betapa besarnya kemajuan yang mungkin telah dicapai mereka dalam pengetahuan dan ilmu, mereka tidak dapat memahami semua hukum alam yang mengatur alam semesta ini dengan sepenuhnya. Betapa pun mereka berusaha, mereka tidak akan berhasil dalam pencarian mereka.

“Musibah-musibah dalam Perjalanan”

   Menurut penafsiran lain, ayat ini memperingatkan orang-orang berdosa; “Biarkanlah mereka memberanikan diri menembus batas-batas langit dan bumi, mereka tidak akan mampu menentang hukum-hukum Ilahi tanpa mendapat hukuman, dan mereka tidak akan dapat meloloskan diri dari azab Ilahi.”  
    Ayat ini dapat juga mengisyaratkan kepada pembuatan roket-roket, sputnik-sputnik, dan sebagainya; dengan alat-alat tersebut orang-orang Rusia (Uni Sovyet) dan Amerika Serikat berusaha mencapai benda-benda langit. Mereka diberitahu, bahwa paling-paling mereka hanya akan dapat mencapai beberapa planet terdekat dari bumi, tetapi jagat-jagat raya kepunyaan Tuhan tidak mungkin dapat dijelajahi seluruhnya.
   Bahkan  di antara  pesawat ulang-alik tersebut ada yang  gagal mencapai  tujuannya dan meledak bersama semua awaknya di angkasa. Pada 28 Januari 1986, pesawat ulang-alik Challenger milik NASA meledak saat baru menempuh 73 detik perjalanan dalam mengarungi langit, menuju ruang angkasa. 
   Tujuh orang astronot tewas seketika. Termasuk satu orang perempuan, Christa McAuliffe, yang diharapkan akan menjadi guru sekolah pertama yang pergi ke luar angkasa. Dengan adanya bencana ini, jumlah astronot yang tewas sejak dimulainya program luar angkasa bertambah menjadi 14 orang.
       Dengan demikian benarlah pernyataan Allah Swt. dalam firman-Nya berikut ini, bahwa banyak pula “bahtera-bahtera” (kapal-kapal laut) ciptaan manusia – sekali pun yang menggunakan teknologi yang tercanggih – yang tenggelam  di lautan, contohnya kapal pesiar legendaris “Titanic” pada tahun 1912, dan kapal pesiar mewah raksasa milik Italia, “Costa Concordia”, yang membawa 4000 penumpang, firman-Nya:
وَ اٰیَۃٌ  لَّہُمۡ  اَنَّا حَمَلۡنَا ذُرِّیَّتَہُمۡ  فِی الۡفُلۡکِ  الۡمَشۡحُوۡنِ ﴿ۙ ﴾  وَ خَلَقۡنَا  لَہُمۡ مِّنۡ مِّثۡلِہٖ مَا یَرۡکَبُوۡنَ ﴿ ﴾  وَ  اِنۡ نَّشَاۡ نُغۡرِقۡہُمۡ  فَلَا صَرِیۡخَ لَہُمۡ وَ لَا ہُمۡ  یُنۡقَذُوۡنَ ﴿ۙ۴۳﴾  اِلَّا رَحۡمَۃً  مِّنَّا وَ مَتَاعًا اِلٰی حِیۡنٍ ﴿ ﴾
Dan  suatu Tanda bagi mereka bahwasanya Kami angkut  anak-cucu mereka dalam bahtera-bahtera yang bermuatan penuh. Dan Kami akan menciptakan bagi mereka semacam itu juga  yang akan mereka kendarai.  Dan jika Kami menghendaki    Kami dapat menenggelamkan mereka  maka tidak ada yang menolong mereka, dan tidak pula mereka akan diselamatkan.  Kecuali dengan rahmat dari Kami dan sebagai bekal sampai suatu masa. (Yā Sīn [36]:42-45).

Etika Berkendara &
Ketakaburan Qarun

 Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai pentingnya  merendahkan diri” dalam berkendara apa pun, karena manusia tidak akan pernah menguasai sepenuhnya sarana transportasi ciptaannya, bagaimana pun canggih  teknologinya, firman-Nya:
وَ الَّذِیۡ خَلَقَ الۡاَزۡوَاجَ کُلَّہَا وَ جَعَلَ لَکُمۡ مِّنَ الۡفُلۡکِ وَ الۡاَنۡعَامِ مَا  تَرۡکَبُوۡنَ ﴿ۙ ﴾  لِتَسۡتَوٗا عَلٰی ظُہُوۡرِہٖ  ثُمَّ تَذۡکُرُوۡا نِعۡمَۃَ  رَبِّکُمۡ  اِذَا اسۡتَوَیۡتُمۡ عَلَیۡہِ وَ تَقُوۡلُوۡا سُبۡحٰنَ الَّذِیۡ سَخَّرَ لَنَا ہٰذَا  وَ مَا کُنَّا لَہٗ  مُقۡرِنِیۡنَ ﴿ۙ ﴾   وَ  اِنَّاۤ  اِلٰی  رَبِّنَا  لَمُنۡقَلِبُوۡنَ ﴿ ﴾  وَ جَعَلُوۡا لَہٗ  مِنۡ عِبَادِہٖ جُزۡءًا ؕ اِنَّ الۡاِنۡسَانَ  لَکَفُوۡرٌ  مُّبِیۡنٌ ﴿ؕ٪ ﴾
Dan Yang telah menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan, dan menjadikan bagi kamu kapal-kapal serta binatang-binatang ternak yang kamu tunggangi, supaya kamu duduk dengan di atas punggungnya kemudian kamu mengingat nikmat Tuhan-mu apabila kamu telah duduk di atasnya dan kamu berkata: "Maha Suci Dia Yang telah menundukkan ini kepada kami, dan kami sekali-kali tidak mampu me-nundukkannya sebagai teman,  dan sesungguhnya kami kepada Tuhan kami benar-benar  akan kembali."  Tetapi mereka menjadikan  dari hamba-hamba-Nya sebagai bagian dari-Nya. Sesungguhnya manusia itu benar-benar pengingkar yang nyata. (Al-Zukhruf [43]:13-16).
      Contoh salah seorang dari kalangan  kaum purbakala yang berlaku takabur dengan ilmu pengetahuan dan kekayaan yang dianugerahkan Allah Swt. kepadanya adalah Qarun – seorang kepercayaan Fir’aun -- yang hidup di zaman Nabi Musa a.s.,firman-Nya:
اِنَّ قَارُوۡنَ کَانَ مِنۡ قَوۡمِ  مُوۡسٰی فَبَغٰی عَلَیۡہِمۡ ۪ وَ اٰتَیۡنٰہُ مِنَ الۡکُنُوۡزِ مَاۤ  اِنَّ مَفَاتِحَہٗ  لَتَنُوۡٓاُ بِالۡعُصۡبَۃِ  اُولِی الۡقُوَّۃِ ٭ اِذۡ  قَالَ  لَہٗ  قَوۡمُہٗ  لَا تَفۡرَحۡ  اِنَّ اللّٰہَ  لَا یُحِبُّ الۡفَرِحِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya Qarun  adalah dari kaum Musa tetapi ia berlaku aniaya terhadap mereka. Dan Kami telah memberikan kepadanya begitu banyak khazanah-khazanah  yang kunci-kuncinya  sangat susah diangkat oleh sejumlah orang-orang kuat. Ketika kaumnya berkata kepadanya: “Janganlah engkau terlalu bangga, sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.”  (Al-Qashash [28]:77)
      Qarun adalah seorang  yang kaya raya. Ia dihargai sekali oleh Fir’aun dan sangat mungkin ia bendaharanya. Agaknya ia pejabat yang mengawasi tambang-tambang mas milik Fir’aun dan seorang ahli dalam teknik penggalian mas dari tambang-tambang.
Bagian selatan Mesir, wilayah Qaru, terkenal dengan tambang-tambang emasnya. Karena akhiran “an” atau “on” berarti “tiang,” atau “cahaya,” maka kata majemuknya “Qur-on” berarti “tiang Qaru” dan merupakan gelar menteri pertambangan. Konon ia seorang orang Israil dan beriman kepada Nabi Musa a.s.. Namun untuk mengambil hati Fir’aun agaknya ia telah menganiaya bangsanya sendiri dan berlaku sombong terhadap mereka. Sebagai akibatnya azab Tuhan menimpa dirinya dan ia binasa.

Pentingnya “Mencari Rumah Akhirat”

       Mafatih dari kalimat “yang kunci-kuncinya  sangat susah diangkat oleh sejumlah orang-orang kuat“ adalah jamak dari dua kata maftah dan miftah, yang pertama berarti timbunan; khazanah; dan kata yang kedua berarti anak kunci (Lexicon Lane). Kaumnya lebih lanjut menasihati dia, firman-Nya:
وَ ابۡتَغِ  فِیۡمَاۤ  اٰتٰىکَ اللّٰہُ  الدَّارَ الۡاٰخِرَۃَ  وَ لَا تَنۡسَ نَصِیۡبَکَ مِنَ الدُّنۡیَا وَ اَحۡسِنۡ کَمَاۤ  اَحۡسَنَ اللّٰہُ  اِلَیۡکَ وَ لَا تَبۡغِ الۡفَسَادَ فِی الۡاَرۡضِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  لَا یُحِبُّ الۡمُفۡسِدِیۡنَ ﴿﴾
“Dan carilah rumah akhirat  itu dalam apa yang telah Allah berikan kepada engkau,  tetapi  janganlah engkau melupakan nasib engkau di dunia, dan berbuat ihsanlah sebagaimana Allah telah berbuat ihsan terhadap engkau, dan janganlah engkau menimbulkan kerusakan di bumi, sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang yang berbuat kerusakan.”  (Al-Qashash [28]:78).
       Dua kegiatan utama ibadah kepada Allah Swt. (QS.51:57) adalah haququllāh (memenuhi hak-hak Allah) dan haququl ‘ibād (memenuhi hak-hak sesama hamba Allah), antara lain dengan membelanjakan harta di jalan Allah, mengisyaratkan kepada hal inilah kalimat “Dan carilah rumah akhirat  itu dalam apa yang telah Allah berikan kepada engkau“.
       Menurut Nabi Besar Muhammad saw., peraturan Al-Quran yang berlaku umum dalam hal pembelanjaan harta atau wasiyat di jalan Allah Swt.  paling banyak 1/3 bagian dari kekayaan yang dimiliki, ada pun   sisanya (2/3 bagian)  selain    untuk kepentingan diri  sendiri juga ada hak-hak istri dan  anak-keturunan antara lain sebagai warisan. Itulah salah satu makna kalimat selanjutnya “tetapi  janganlah engkau melupakan nasib engkau di dunia.“
      Salah satu manfaat dari “pembelanjaan harta di jalan Allah  selain untuk “mencari  rumah   akhirat” adalah sebagaimana firman-Nya Surah Yā Sīn selanjutnya:
وَ اِذَا قِیۡلَ لَہُمُ اتَّقُوۡا مَا بَیۡنَ اَیۡدِیۡکُمۡ وَ مَا خَلۡفَکُمۡ لَعَلَّکُمۡ تُرۡحَمُوۡنَ ﴿ ﴾
Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Lindungilah diri kamu dari apa yang ada di hadapan kamu  dan terhadap apa yang di belakang kamu   supaya kamu dikasihani.” (Yā Sīn [36]:46).
Makna kalimat “Lindungilah diri kamu dari apa yang ada di hadapan kamu“ adalah akibat-akibat jahat perbuatan-perbuatan pada hari-hari kemudian. Sedangkan maksud kalimat “terhadap apa yang di belakang kamu” adalah akibat perbuatan-perbuatan durjana yang mungkin telah kamu lakukan di masa lampau.
Nabi Besar Muhammad saw. telah bersabda kepada para sahabat beliau saw. ”Selamatkanlah diri kamu dari api (neraka) walau pun hanya dengan menyedekahkan sebutir kurma.” Namun  pada umumnya manusia – terutama orang-orang kaya – seperti contohnya Qarun --   dengan berbagai alasan menolak membelanjakan hartanya di jalan Allah, firman-Nya: 
قَالَ  اِنَّمَاۤ   اُوۡتِیۡتُہٗ  عَلٰی  عِلۡمٍ عِنۡدِیۡ ؕ اَوَ لَمۡ یَعۡلَمۡ اَنَّ اللّٰہَ  قَدۡ اَہۡلَکَ مِنۡ قَبۡلِہٖ مِنَ الۡقُرُوۡنِ مَنۡ ہُوَ اَشَدُّ مِنۡہُ  قُوَّۃً وَّ اَکۡثَرُ جَمۡعًا ؕ وَ لَا یُسۡـَٔلُ عَنۡ ذُنُوۡبِہِمُ  الۡمُجۡرِمُوۡنَ ﴿ ﴾
Ia  berkata: “Sesungguhnya kekayaan ini telah diberikan-Nya kepadaku karena ilmu yang ada padaku.” Tidakkah ia mengetahui bahwa  sungguh  Allah telah membinasakan banyak generasi sebelumnya  yang lebih besar kekuasaannya daripada dia dan lebih banyak harta kekayaannya? Dan   orang-orang yang berdosa tidak akan ditanyakan mengenai dosa-dosa mereka. (Al-Qashash [28]:79).
      Makna kalimat “Dan  orang-orang yang berdosa tidak akan ditanyakan mengenai dosa-dosa mereka“ adalah bahwa kesalahan kaum  yang kafir  akan begitu nyata, sehingga pengusutan lebih lanjut akan dianggap tidak perlu untuk membuktikannya; atau artinya ialah orang-orang yang bersalah tidak akan diberi peluang membela diri, karena dosa-dosa dan keburukan-keburukan mereka telah begitu nyata sekali.

(Bersambung). 

Rujukan: The Holy Quran
Editor:    Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar”, 11 September 2012
Ki Langlang Buana Kusuma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar