بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN
Bab 72
Etika Berkendara &
Pentingnya
“Mencari Rumah Akhirat”
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam bagian
akhir Bab sebelum ini telah dijelaskan mengenai
“keledai Dajjal pemakan Api”
yang berhasil menyampaikan manusia ke
luar angkasa, firman-Nya:
یٰمَعۡشَرَ الۡجِنِّ وَ الۡاِنۡسِ اِنِ اسۡتَطَعۡتُمۡ اَنۡ تَنۡفُذُوۡا مِنۡ اَقۡطَارِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ
فَانۡفُذُوۡا ؕ لَا تَنۡفُذُوۡنَ اِلَّا بِسُلۡطٰنٍ ﴿ۚ﴾ فَبِاَیِّ
اٰلَآءِ رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ
﴿﴾
Hai golongan
jin dan ins (manusia)! Jika kamu
memiliki kekuatan untuk menembus batas-batas seluruh langit dan bumi maka tembuslah,
namun kamu tidak dapat menembusnya
kecuali dengan kekuatan. Maka nikmat-nikmat
Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu
berdua dustakan? (Al-Rahmān [34-35).
Ayat ini telah
diberi bermacam-macam penafsiran. Menurut suatu penafsiran, para ilmuwan dan para ahli filsafat yang membanggakan diri mengenai kemajuan besar yang telah dicapai mereka dalam bidang ilmu duniawi, telah diberitahu bahwa kendati pun betapa
besarnya kemajuan yang mungkin telah
dicapai mereka dalam pengetahuan dan ilmu, mereka tidak dapat memahami semua hukum alam yang mengatur alam semesta ini dengan sepenuhnya. Betapa pun mereka
berusaha, mereka tidak akan berhasil
dalam pencarian mereka.
“Musibah-musibah dalam Perjalanan”
Menurut penafsiran lain, ayat ini memperingatkan orang-orang berdosa;
“Biarkanlah mereka memberanikan diri menembus
batas-batas langit dan bumi, mereka tidak akan mampu menentang hukum-hukum Ilahi tanpa mendapat hukuman, dan mereka tidak akan dapat
meloloskan diri dari azab Ilahi.”
Ayat ini dapat juga mengisyaratkan kepada pembuatan roket-roket, sputnik-sputnik,
dan sebagainya; dengan alat-alat tersebut orang-orang Rusia (Uni Sovyet) dan Amerika
Serikat berusaha mencapai benda-benda
langit. Mereka diberitahu, bahwa paling-paling mereka hanya akan dapat
mencapai beberapa planet terdekat
dari bumi, tetapi jagat-jagat raya kepunyaan Tuhan tidak mungkin dapat
dijelajahi seluruhnya.
Bahkan
di antara pesawat ulang-alik tersebut ada yang gagal mencapai tujuannya dan meledak bersama semua awaknya di angkasa. Pada 28 Januari 1986,
pesawat ulang-alik Challenger milik NASA meledak
saat baru menempuh 73 detik perjalanan dalam mengarungi langit, menuju ruang
angkasa.
Tujuh orang astronot tewas seketika. Termasuk
satu orang perempuan, Christa McAuliffe, yang diharapkan akan menjadi guru
sekolah pertama yang pergi ke luar angkasa. Dengan adanya bencana ini, jumlah
astronot yang tewas sejak dimulainya program luar angkasa bertambah menjadi 14
orang.
Dengan demikian benarlah pernyataan Allah Swt.
dalam firman-Nya berikut ini, bahwa banyak pula “bahtera-bahtera” (kapal-kapal
laut) ciptaan manusia – sekali pun yang menggunakan teknologi yang tercanggih – yang tenggelam di lautan,
contohnya kapal pesiar legendaris “Titanic”
pada tahun 1912, dan kapal pesiar mewah raksasa milik Italia, “Costa Concordia”, yang membawa 4000
penumpang, firman-Nya:
وَ اٰیَۃٌ
لَّہُمۡ اَنَّا حَمَلۡنَا
ذُرِّیَّتَہُمۡ فِی الۡفُلۡکِ الۡمَشۡحُوۡنِ ﴿ۙ ﴾ وَ خَلَقۡنَا
لَہُمۡ مِّنۡ مِّثۡلِہٖ مَا یَرۡکَبُوۡنَ ﴿ ﴾ وَ اِنۡ
نَّشَاۡ نُغۡرِقۡہُمۡ فَلَا صَرِیۡخَ
لَہُمۡ وَ لَا ہُمۡ یُنۡقَذُوۡنَ ﴿ۙ۴۳﴾ اِلَّا رَحۡمَۃً مِّنَّا وَ مَتَاعًا اِلٰی حِیۡنٍ ﴿ ﴾
Dan suatu Tanda bagi mereka bahwasanya Kami angkut
anak-cucu mereka dalam bahtera-bahtera yang bermuatan penuh. Dan Kami akan menciptakan bagi mereka semacam
itu juga yang akan
mereka kendarai. Dan jika Kami menghendaki Kami dapat menenggelamkan mereka maka tidak ada yang menolong mereka, dan
tidak pula mereka akan diselamatkan.
Kecuali dengan rahmat dari Kami
dan sebagai bekal sampai suatu masa.
(Yā
Sīn [36]:42-45).
Etika
Berkendara &
Ketakaburan
Qarun
Selanjutnya Allah Swt.
berfirman mengenai pentingnya “merendahkan diri” dalam berkendara apa pun, karena manusia tidak
akan pernah menguasai sepenuhnya
sarana transportasi ciptaannya,
bagaimana pun canggih teknologinya,
firman-Nya:
وَ الَّذِیۡ خَلَقَ الۡاَزۡوَاجَ کُلَّہَا وَ جَعَلَ
لَکُمۡ مِّنَ الۡفُلۡکِ وَ الۡاَنۡعَامِ مَا
تَرۡکَبُوۡنَ ﴿ۙ ﴾ لِتَسۡتَوٗا
عَلٰی ظُہُوۡرِہٖ ثُمَّ تَذۡکُرُوۡا
نِعۡمَۃَ رَبِّکُمۡ اِذَا اسۡتَوَیۡتُمۡ عَلَیۡہِ وَ تَقُوۡلُوۡا
سُبۡحٰنَ الَّذِیۡ سَخَّرَ لَنَا ہٰذَا وَ
مَا کُنَّا لَہٗ مُقۡرِنِیۡنَ ﴿ۙ ﴾ وَ اِنَّاۤ
اِلٰی رَبِّنَا لَمُنۡقَلِبُوۡنَ ﴿ ﴾ وَ جَعَلُوۡا لَہٗ مِنۡ عِبَادِہٖ جُزۡءًا ؕ اِنَّ الۡاِنۡسَانَ لَکَفُوۡرٌ مُّبِیۡنٌ ﴿ؕ٪ ﴾
Dan Yang
telah menciptakan segala sesuatu
berpasang-pasangan, dan menjadikan
bagi kamu kapal-kapal serta binatang-binatang
ternak yang kamu tunggangi, supaya kamu
duduk dengan di atas punggungnya kemudian kamu mengingat nikmat Tuhan-mu apabila kamu telah duduk di atasnya
dan kamu berkata: "Maha Suci Dia
Yang telah menundukkan ini kepada kami, dan kami sekali-kali tidak mampu
me-nundukkannya sebagai teman, dan sesungguhnya kami kepada Tuhan kami benar-benar
akan kembali." Tetapi
mereka menjadikan dari hamba-hamba-Nya sebagai bagian dari-Nya.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar
pengingkar yang nyata. (Al-Zukhruf [43]:13-16).
Contoh salah seorang dari kalangan kaum
purbakala yang berlaku takabur
dengan ilmu pengetahuan dan kekayaan yang dianugerahkan Allah Swt.
kepadanya adalah Qarun – seorang
kepercayaan Fir’aun -- yang hidup di
zaman Nabi Musa a.s.,firman-Nya:
اِنَّ قَارُوۡنَ کَانَ مِنۡ قَوۡمِ مُوۡسٰی فَبَغٰی عَلَیۡہِمۡ ۪ وَ اٰتَیۡنٰہُ
مِنَ الۡکُنُوۡزِ مَاۤ اِنَّ مَفَاتِحَہٗ
لَتَنُوۡٓاُ بِالۡعُصۡبَۃِ اُولِی
الۡقُوَّۃِ ٭ اِذۡ قَالَ لَہٗ
قَوۡمُہٗ لَا تَفۡرَحۡ اِنَّ اللّٰہَ
لَا یُحِبُّ الۡفَرِحِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya
Qarun adalah dari kaum Musa tetapi ia berlaku aniaya terhadap mereka. Dan Kami telah memberikan kepadanya begitu
banyak khazanah-khazanah yang kunci-kuncinya sangat susah diangkat oleh sejumlah
orang-orang kuat. Ketika kaumnya berkata kepadanya: “Janganlah engkau terlalu bangga, sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.” (Al-Qashash [28]:77)
Qarun adalah seorang yang kaya raya. Ia dihargai sekali oleh Fir’aun dan sangat mungkin ia bendaharanya.
Agaknya ia pejabat yang mengawasi tambang-tambang mas milik Fir’aun dan seorang ahli dalam teknik penggalian mas dari tambang-tambang.
Bagian selatan Mesir, wilayah
Qaru, terkenal dengan tambang-tambang emasnya. Karena akhiran “an” atau “on”
berarti “tiang,” atau “cahaya,” maka kata majemuknya “Qur-on” berarti “tiang
Qaru” dan merupakan gelar menteri
pertambangan. Konon ia seorang orang
Israil dan beriman kepada Nabi Musa
a.s.. Namun untuk mengambil hati
Fir’aun agaknya ia telah menganiaya
bangsanya sendiri dan berlaku sombong
terhadap mereka. Sebagai akibatnya azab
Tuhan menimpa dirinya dan ia binasa.
Pentingnya “Mencari Rumah Akhirat”
Mafatih
dari kalimat “yang kunci-kuncinya sangat susah
diangkat oleh sejumlah orang-orang kuat“ adalah jamak dari dua kata maftah
dan miftah, yang pertama berarti timbunan; khazanah; dan kata yang kedua
berarti anak kunci (Lexicon Lane).
Kaumnya lebih lanjut menasihati dia, firman-Nya:
وَ ابۡتَغِ فِیۡمَاۤ اٰتٰىکَ اللّٰہُ الدَّارَ الۡاٰخِرَۃَ وَ لَا تَنۡسَ نَصِیۡبَکَ مِنَ الدُّنۡیَا وَ
اَحۡسِنۡ کَمَاۤ اَحۡسَنَ اللّٰہُ اِلَیۡکَ وَ لَا تَبۡغِ الۡفَسَادَ فِی
الۡاَرۡضِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ لَا یُحِبُّ
الۡمُفۡسِدِیۡنَ ﴿﴾
“Dan carilah rumah akhirat itu dalam apa yang telah Allah berikan kepada engkau, tetapi janganlah
engkau melupakan nasib engkau di dunia, dan berbuat ihsanlah sebagaimana Allah
telah berbuat ihsan terhadap engkau, dan janganlah engkau menimbulkan kerusakan di bumi, sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang yang
berbuat kerusakan.” (Al-Qashash
[28]:78).
Dua kegiatan utama ibadah kepada Allah Swt. (QS.51:57) adalah haququllāh (memenuhi hak-hak Allah) dan haququl ‘ibād (memenuhi hak-hak sesama hamba Allah), antara lain
dengan membelanjakan harta di jalan
Allah, mengisyaratkan kepada hal inilah kalimat “Dan carilah rumah akhirat itu dalam apa yang telah Allah berikan kepada engkau“.
Menurut
Nabi Besar Muhammad saw., peraturan Al-Quran yang berlaku umum dalam hal pembelanjaan harta atau wasiyat di jalan Allah Swt. paling banyak 1/3 bagian dari kekayaan yang dimiliki, ada pun sisanya (2/3 bagian) selain
untuk kepentingan diri sendiri juga
ada hak-hak istri dan anak-keturunan
antara lain sebagai warisan. Itulah
salah satu makna kalimat selanjutnya “tetapi janganlah
engkau melupakan nasib engkau di dunia.“
Salah satu manfaat dari “pembelanjaan harta di jalan Allah” selain untuk “mencari rumah akhirat”
adalah sebagaimana firman-Nya Surah Yā Sīn
selanjutnya:
وَ اِذَا قِیۡلَ لَہُمُ اتَّقُوۡا مَا بَیۡنَ اَیۡدِیۡکُمۡ
وَ مَا خَلۡفَکُمۡ لَعَلَّکُمۡ تُرۡحَمُوۡنَ ﴿ ﴾
Dan apabila
dikatakan kepada mereka: “Lindungilah
diri kamu dari apa yang ada di hadapan kamu dan terhadap
apa yang di belakang kamu supaya
kamu dikasihani.” (Yā Sīn [36]:46).
Makna kalimat “Lindungilah diri kamu dari apa yang ada di
hadapan kamu“ adalah akibat-akibat
jahat perbuatan-perbuatan pada hari-hari
kemudian. Sedangkan maksud kalimat “terhadap
apa yang di belakang kamu” adalah akibat
perbuatan-perbuatan durjana yang mungkin telah kamu lakukan di masa lampau.
Nabi Besar Muhammad saw. telah
bersabda kepada para sahabat beliau saw. ”Selamatkanlah
diri kamu dari api (neraka) walau pun hanya dengan menyedekahkan sebutir kurma.”
Namun pada umumnya manusia – terutama orang-orang kaya – seperti contohnya Qarun -- dengan berbagai alasan menolak membelanjakan hartanya di jalan Allah, firman-Nya:
قَالَ
اِنَّمَاۤ اُوۡتِیۡتُہٗ
عَلٰی عِلۡمٍ عِنۡدِیۡ ؕ اَوَ لَمۡ
یَعۡلَمۡ اَنَّ اللّٰہَ قَدۡ اَہۡلَکَ
مِنۡ قَبۡلِہٖ مِنَ الۡقُرُوۡنِ مَنۡ ہُوَ اَشَدُّ مِنۡہُ قُوَّۃً وَّ اَکۡثَرُ جَمۡعًا ؕ وَ لَا
یُسۡـَٔلُ عَنۡ ذُنُوۡبِہِمُ الۡمُجۡرِمُوۡنَ ﴿ ﴾
Ia berkata: “Sesungguhnya kekayaan ini telah diberikan-Nya kepadaku karena
ilmu yang ada padaku.” Tidakkah ia mengetahui bahwa sungguh Allah telah membinasakan banyak generasi
sebelumnya yang lebih besar kekuasaannya daripada dia dan lebih banyak harta kekayaannya? Dan orang-orang yang berdosa tidak akan
ditanyakan mengenai dosa-dosa mereka. (Al-Qashash [28]:79).
Makna kalimat “Dan orang-orang yang berdosa tidak akan ditanyakan mengenai dosa-dosa
mereka“ adalah bahwa kesalahan kaum yang kafir
akan begitu nyata, sehingga pengusutan lebih lanjut akan dianggap
tidak perlu untuk membuktikannya; atau artinya ialah orang-orang yang bersalah
tidak akan diberi peluang membela diri,
karena dosa-dosa dan keburukan-keburukan mereka telah begitu nyata sekali.
(Bersambung).
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam
Farid
***
“Pajajaran Anyar”, 11 September 2012
Ki Langlang Buana Kusuma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar