بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN
Bab 86
Hakikat “Memperedarkan Minuman Surgawi" & Para Pemuda Surgawi
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Ki Langlang Buana Kusuma
Pada bagian akhir Bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai doa dalam firman Allah Swt. berikut ini:
وَ الَّذِیۡنَ یَقُوۡلُوۡنَ رَبَّنَا ہَبۡ لَنَا مِنۡ
اَزۡوَاجِنَا وَ ذُرِّیّٰتِنَا قُرَّۃَ اَعۡیُنٍ وَّ اجۡعَلۡنَا لِلۡمُتَّقِیۡنَ اِمَامًا ﴿﴾
Dan
orang-orang yang mengatakan: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami menjadi penyejuk mata kami,dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang
bertakwa.” (Al-Furqān [25]:75).
Sehubungan dengan peran istri yang bertakwa terhadap
keberhasilan suaminya dalam membina keluarganya selanjutnya Allah
Swt. berfirman:
اَلَّذِیۡنَ یَحۡمِلُوۡنَ الۡعَرۡشَ وَ مَنۡ
حَوۡلَہٗ یُسَبِّحُوۡنَ بِحَمۡدِ
رَبِّہِمۡ وَ یُؤۡمِنُوۡنَ بِہٖ وَ یَسۡتَغۡفِرُوۡنَ لِلَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا ۚ رَبَّنَا وَسِعۡتَ
کُلَّ شَیۡءٍ رَّحۡمَۃً وَّ عِلۡمًا فَاغۡفِرۡ لِلَّذِیۡنَ تَابُوۡا وَ اتَّبَعُوۡا
سَبِیۡلَکَ وَ قِہِمۡ عَذَابَ الۡجَحِیۡمِ ﴿﴾
Wujud-wujud yang memikul ‘Arasy
dan yang di sekitarnya, mereka bertasbih
dengan pujian Tuhan mereka, mereka beriman kepada-Nya dan mereka memohon ampunan bagi orang-orang yang beriman: “Wahai Tuhan
kami, Engkau meliputi segala sesuatu dengan
rahmat dan ilmu maka ampunilah
orang-orang yang bertaubat dan mengikuti
jalan Engkau, dan lindungilah mereka
dari azab Ja-hannam. (Al-Mukmin
[40]:8).
Dukungan dan Peran-serta Keluarga
Karena ‘Arasy berarti Sifat-sifat Ilahi maka kata-kata “para pemikul ‘Arasy” akan berarti makhluk-makhluk atau orang-orang
yang dengan perantaraan mereka sifat-sifat
Ilahi itu diwujudkan. Karena hukum
alam bekerja dengan perantaraan malaikat-malaikat,
dan para nabi Allah merupakan wahana yang dengan perantaraan mereka Kalamullāh (firman Allah) disampaikan
kepada umat manusia, maka kata-kata “para
pemikul ‘Arasy” dapat berarti pula para malaikat
dan para rasul Tuhan, dan kata-kata “mereka yang ada di sekitarnya” dapat
berarti para malaikat yang dibawahi
dan membantu para malaikat yang utama
dalam menyelenggarakan urusan-urusan dunia atau para pengikut sejati rasul-rasul yang menyampaikan dan menyebarkan ajaran nabi-nabi itu. Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
رَبَّنَا وَ
اَدۡخِلۡہُمۡ جَنّٰتِ عَدۡنِۣ الَّتِیۡ وَعَدۡتَّہُمۡ وَ مَنۡ صَلَحَ مِنۡ
اٰبَآئِہِمۡ وَ اَزۡوَاجِہِمۡ وَ
ذُرِّیّٰتِہِمۡ ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ۙ﴿﴾ وَ
قِہِمُ السَّیِّاٰتِ ؕ وَ مَنۡ تَقِ السَّیِّاٰتِ یَوۡمَئِذٍ فَقَدۡ رَحِمۡتَہٗ ؕ وَ ذٰلِکَ ہُوَ الۡفَوۡزُ
الۡعَظِیۡمُ ٪﴿﴾
Hai Tuhan
kami karena itu masukkanlah mereka ke
dalam surga-surga abadi yang telah Engkau janjikan kepada mereka, dan
begitu pun orang-orang yang beramal saleh dari bapak-bapak
mereka, istri-istri mereka dan
keturunan-keturunan mereka.
Sesungguhnya Engkau benar-benar Maha
Perkasa, Maha Bijaksana. Dan lindungilah mereka dari segala keburukan. Dan barangsiapa Engkau pelihara dari keburukan-keburukan pada hari
itu maka sungguh Engkau
telah mengasihinya, dan yang demikian itu
kemenangan yang besar.” (Al-Mukmin
[40]:9-10). Lihat pula QS.13:24-25.
Ayat
ini meletakkan suatu asas yang agung. Tidak ada pekerjaan dilaksanakan dan tidak ada kemenangan dapat dicapai oleh seseorang di dunia ini tanpa bantuan orang lain. Orang-orang lain -- masing-masing
dengan sadar atau tidak sadar -- telah memberikan sumbangan kepada pekerjaan itu. Sekutu-sekutu dan pembantu-pembantu
yang sadar atau tidak sadar itu, terutama ayah
bunda, istri, dan anak-anaknya, maka anggota keluarga yang
terdekat itu pun akan diizinkan ikut
serta menikmati karunia-karunia yang
akan dianugerahkan kepada orang-orang yang beriman atas amal-amal
shalihnya.
Berkumpul di Dalam Surga
Selaras
dengan kenyataan tersebut Allah Swt.
berfirman dalam Surah Al-Thur
selanjutnya:
وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ اتَّبَعَتۡہُمۡ ذُرِّیَّتُہُمۡ بِاِیۡمَانٍ اَلۡحَقۡنَا بِہِمۡ ذُرِّیَّتَہُمۡ وَ مَاۤ
اَلَتۡنٰہُمۡ مِّنۡ
عَمَلِہِمۡ مِّنۡ شَیۡءٍ ؕ کُلُّ
امۡرِیًٔۢ بِمَا کَسَبَ رَہِیۡنٌ ﴿﴾
Dan orang-orang yang beriman serta keturunan mereka pun mengikuti mereka dalam
keimanan, akan Kami pertemukan keturunan mereka dengan mereka, dan Kami tidak
mengurangi dari amal mereka sedikit pun. Tiap-tiap
orang terikat pada apa yang telah dikerjakannya. (Al-Thūr
[52]:22).
Kalau dalam ayat
terdahulu dinyatakan bahwa orang bertakwa
akan dibuat hidup bersama istri-istri
mereka yang suci lagi cantik, maka ayat ini menerangkan bahwa anak-anak mereka pun akan berkumpul bersama mereka, dan dengan
demikian kegembiraan mereka akan
menjadi lengkap.
Kenyataan bahwa hanya mempunyai perhubungan belaka dengan orang bertakwa -- bahkan
rasul Allah sekali pun -- semata
tidak akan menimbulkan kebaikan pada
orang beriman, amal baiknya
sendirilah yang akan menyebabkan dia memperoleh tempatnya di surga. Itulah makna kalimat “Tiap-tiap
orang terikat pada apa yang telah dikerjakannya.“
Selanjutnya Allah Swt. berfirman lagi:
وَ اَمۡدَدۡنٰہُمۡ
بِفَاکِہَۃٍ وَّ لَحۡمٍ مِّمَّا یَشۡتَہُوۡنَ ﴿ ﴾ یَتَنَازَعُوۡنَ فِیۡہَا کَاۡسًا لَّا لَغۡوٌ
فِیۡہَا وَ لَا تَاۡثِیۡمٌ ﴿ ﴾
وَ یَطُوۡفُ عَلَیۡہِمۡ غِلۡمَانٌ
لَّہُمۡ کَاَنَّہُمۡ لُؤۡلُؤٌ مَّکۡنُوۡنٌ ﴿ ﴾
Dan Kami menganugerahi mereka secara
berlimpah buah-buahan
dan daging yang mereka ingini. Di dalamnya mereka saling memperedarkan piala
minuman yang di dalamnya tidak
berisikan sesuatu yang sia-sia dan tidak
pula dosa. Dan di sekitar mereka berkeliling pemuda-pemuda milik
mereka, bagaikan mutiara-mutiara
yang tersimpan baik. (Al-Thūr [52]:23-25).
Tanāza’u al-ka’sa berarti: mereka merebut piala minuman yang seorang dari tangan seorang lainnya (Aqrab-ul-Mawārid). Dalam Surah
Al-Quran lainnya (QS.56:27) dikatakan
bahwa ucapan ahli surga itu satu sama lain adalah “Salām” (selamat sejahtera), dengan demikian makna lain dari kalimat
“Di dalamnya mereka saling memperedarkan piala minuman yang di dalamnya tidak
berisikan sesuatu yang sia-sia dan tidak
pula dosa,“ adalah bahwa
mereka akan saling memberikan manfaat
satu sama lain salam perbincangan-perbincangan mereka dengan ucapan-ucapan suci yang bagaikan minuman-minuman segar, yang tidak
berisikan sesuatu yang sia-sia mau pun dosa.
Sehubungan dengan hal
tersebut, Nabi Besar Muhammad saw. memberikan nasihat kepada para Sahabat
beliau saw., bahwa jika tidak dapat mengatakan (berbicara) hal-hal yang baik
lebih baik diam. Dalam hadits lain
beliau saw. bersabda bahwa: “Aku menjamin dengan surga, orang yang dapat menjaga apa yang ada di antara dua
bibirnya -- maksudnya lidah – dan apa yang ada di antara dua pahanya.”
Ghilman (pemuda-pemuda) adalah jamak
dari ghulam, yang berarti: pemuda; pelayan; putra (QS.3:41; QS.15:54;
QS.19:8; QS.37:102; QS.51:29). Di tempat lain dalam Al-Quran (QS.76:20), kata wildan
(putra-putra) menggantikan kata ghilman, yang menunjukkan bahwa pemuda-pemuda yang akan hilir-mudik
menyertai orang-orang bertakwa di
surga itu putra-putra mereka sendiri.
Kalimat
“Dan di sekitar mereka berkeliling pemuda-pemuda milik
mereka, bagaikan mutiara-mutiara
yang tersimpan baik.“ dapat pula
menunjuk kepada janji Ilahi mengenai kekayaan dan kekuasaan besar yang akan jatuh ke tangan orang-orang Muslim, dan
pula kepada pelayan-pelayan yang akan
mengkhidmati mereka.
Golongan “Sābiqūna- sābiqūn“
Selaras dengan keterangan
Surah Al-Thūr 23-25 tersebut, Allah
Swt. berfirman dalam Surah Al-Wāqi’ah mengenai golongan ahli surga yang disebut sābiqūna-
sābiqūn (yang paling dahulu, mereka benar-benar paling dahulu):
وَّ
کُنۡتُمۡ اَزۡوَاجًا ثَلٰثَۃً ؕ﴿﴾ فَاَصۡحٰبُ الۡمَیۡمَنَۃِ ۬ۙ مَاۤ اَصۡحٰبُ الۡمَیۡمَنَۃِ ؕ﴿﴾ وَ اَصۡحٰبُ الۡمَشۡـَٔمَۃِ ۬ۙ مَاۤ اَصۡحٰبُ الۡمَشۡـَٔمَۃِ ؕ﴿﴾ وَ السّٰبِقُوۡنَ السّٰبِقُوۡنَ ﴿ۚۙ﴾ اُولٰٓئِکَ
الۡمُقَرَّبُوۡنَ ﴿ۚ﴾
Dan kamu
menjadi tiga golongan. Maka mereka yang di sebelah kanan, alangkah bahagianya
mereka yang di sebelah kanan itu! Dan mereka
yang di sebelah kiri, alangkah celakanya mereka yang di sebelah kiri
itu! Dan yang paling dahulu, mereka benar-benar paling dahulu. Mereka
itulah orang-orang yang didekatkan kepada Tuhan. (Al-Wāqi’ah [56]:8-12).
Di tempat lain Al-Quran
mengenakan istilah “jiwa yang menyesali
diri sendiri” (nafs Lawwamah - QS.75:3) kepada golongan orang-orang beriman yang “di
sebelah kanan“. Sedangkan “mereka
yang di sebelah kiri” adalah orang-orang yang berada pada tingkatan nafs Ammarah – “jiwa yang
senantiasa menyuruh kepada kejahatan” (QS.12:54). Ada pun
yang dimaksud dengan “Dan yang paling dahulu, mereka benar-benar
paling dahulu,“ adalah orang-orang
beriman yang telah meraih tingkatan nafs Muthmainnah – “jiwa yang tenteram” (QS.89:28).
Selanjutnya Allah Swt.
menjelaskan mengenai golongan ahli surga
““Dan yang paling dahulu, mereka benar-benar
paling dahulu“, firman-Nya:
فِیۡ جَنّٰتِ النَّعِیۡمِ ﴿ ﴾ ثُلَّۃٌ مِّنَ الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿ۙ ﴾ وَ قَلِیۡلٌ مِّنَ الۡاٰخِرِیۡنَ ﴿ؕ ﴾ عَلٰی سُرُرٍ مَّوۡضُوۡنَۃٍ ﴿ۙ ﴾ مُّتَّکِـِٕیۡنَ
عَلَیۡہَا مُتَقٰبِلِیۡنَ ﴿ ﴾
Mereka
berada di dalam surga-surga kenikmatan. Segolongan besar dari orang-orang
terdahulu, dan segolongan kecil dari orang-orang kemudian.
Mereka
di atas dipan bertatahkan emas
dan permata, bersandar padanya
sambil berhadap-hadapan, (Al-Wāqi’ah [56]:13-17).
Nikmat-nikmat surga yang
akan dianugerahkan kepada assābiqūn -- yakni orang-orang beriman bernasib baik
yang akan dikaruniai kedekatan istimewa kepada Tuhan, sebagaimana disebut dalam
ayat-ayat 11-27 dalam Surah ini -- sangat
menyerupai karunia-karunia Tuhan yang
telah disebut dalam Surah Al-Rahmān ayat 47-62. Hal itu menunjukkan bahwa orang-orang mukmin yang disebut dalam Surah Al-Rahmān
47-62 itu dari golongan assābiqūn adalah mereka yang telah diberi anugerah kedekatan istimewa kepada Allah dalam Surah ini. Selanjutnya Allah Swt.
berfirman:
یَطُوۡفُ عَلَیۡہِمۡ وِلۡدَانٌ
مُّخَلَّدُوۡنَ ﴿ۙ ﴾ بِاَکۡوَابٍ وَّ
اَبَارِیۡقَ ۬ۙ وَ کَاۡسٍ مِّنۡ مَّعِیۡنٍ ﴿ۙ ﴾ لَّا یُصَدَّعُوۡنَ
عَنۡہَا وَ لَا یُنۡزِفُوۡنَ ﴿ۙ ﴾ وَ فَاکِہَۃٍ مِّمَّا
یَتَخَیَّرُوۡنَ ﴿ۙ ﴾ وَ لَحۡمِ طَیۡرٍ مِّمَّا
یَشۡتَہُوۡنَ ﴿ؕ ﴾
Mereka dikelilingi pemuda-pemuda yang dikekalkan dalam
kebaikan, dengan membawa gelas, cerek dan cangkir yang diisi dari mata air. Mereka tidak
akan pening karenanya, dan
tidak pula mereka akan mabuk. Dan membawa
buah-buahan yang mereka pilih, dan daging
burung-burung yang mereka inginkan. (Al-Wāqi’ah [56]:18-22).
Kalimat “pemuda-pemuda yang dikekalkan“ ini menjelaskan kemaksuman (tuna-dosa) dan
kesegaran yang lestari khadim-khadim
yang akan mengkhidmati orang-orang beriman. Sedangkan mengenai “minuman surgawi” yang dijelaskan dalam kalimat selanjutnya “dengan membawa cgelas, cerek dan cangkir yang diisi dari mata air, mereka
tidak akan pening karenanya, dan tidak pula mereka akan mabuk“
mengisyaratkan kepada “sungai arak”
(QS.47:16) atau “minuman yang dicampur
zanjabil” (QS.76:18-19). Selanjutnya Allah Swt. berfirman lagi:
وَ حُوۡرٌ عِیۡنٌ ﴿ۙ ﴾ کَاَمۡثَالِ اللُّؤۡلُؤَ الۡمَکۡنُوۡنِ ﴿ۚ ﴾ جَزَآءًۢ بِمَا کَانُوۡا یَعۡمَلُوۡنَ ﴿ ﴾ لَا یَسۡمَعُوۡنَ
فِیۡہَا لَغۡوًا وَّ لَا تَاۡثِیۡمًا ﴿ۙ ﴾ اِلَّا قِیۡلًا
سَلٰمًا سَلٰمًا ﴿ ﴾
Dan pasangan-pasangan yang bermata jeli, laksana
mutiara yang tersimpan baik. Sebagai
ganjaran atas apa yang telah mereka kerjakan. Di
dalamnya mereka tidak mendengar ucapan
sia-sia dan tidak pula ucapan yang
menimbulkan dosa, melainkan hanya ucapan: “Selamat sejahtera, selamat sejahtera.” (Al-Wāqi’ah [56]:23-27).
Makna Ucapan “Salam” (Selamat Sejahtera)
Ayat 27 dan
ayat sebelumnya, seperti banyak lagi ayat-ayat Al-Quran lainnya, dengan sangat
ampuh menyangkal semua anggapan bodoh para pengorek kesalahan dan pengecam Islam yang berdalih menemukan dalam Al-Quran sebutan mengenai surga
yang mesum. Ayat ini pun memberi
pengertian untuk menyelami sifat inti, dan hakikat sebenarnya mengenai surga.
Surga, sebagaimana di
bayangkan dan dijanjikan kepada orang-orang Muslim oleh Al-Quran, akan
merupakan tempat kenikmatan ruhani,
di dalam tempat itu percakapan yang
berbau dosa, sia-sia atau kosong atau dusta (QS.78:36) tidak akan terdengar.
Semua rahmat-Nya akan mencapai
puncaknya serta kesempurnaannya dalam kedamaian
– yaitu kedamaian paripurna pada alam
pikiran dan jiwa -- yang tidak akan ada rahmat lebih besar lagi daripada itu.
Surga yang dijanjikan
kepada seorang Muslim telah ditetapkan sebagai “rumah keselamatan” dalam
Al-Quran (QS.6:128); martabat tertinggi dalam perkembangan ruhani yang dapat dicapai orang-orang beriman ialah “jiwa yang tenteram” (QS.89:28);
dan karunia terbesar yang akan diterima oleh para penghuni surga dari Allah
adalah “damai” (QS.36:59), karena Allah Sendiri adalah Pencipta kedamaian (QS.59:24).
Demikianlah tanggapan luhur Al-Quran mengenai surga.
(Bersambung).
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam
Farid
***
“Pajajaran Anyar”, 26 September 2012
Ki Langlang Buana Kusuma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar