Selasa, 25 September 2012

Hakikat "Memperedarkan Minuman Surgawi" & Para Pemuda Surgawi




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


  SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN


Bab 86
    
 Hakikat “Memperedarkan Minuman Surgawi" &  Para Pemuda Surgawi
  
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


Pada bagian akhir Bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai  doa dalam firman Allah Swt. berikut ini:
وَ الَّذِیۡنَ یَقُوۡلُوۡنَ رَبَّنَا ہَبۡ لَنَا مِنۡ اَزۡوَاجِنَا وَ ذُرِّیّٰتِنَا قُرَّۃَ اَعۡیُنٍ وَّ اجۡعَلۡنَا لِلۡمُتَّقِیۡنَ اِمَامًا ﴿﴾
Dan orang-orang yang mengatakan: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami menjadi penyejuk mata kami,dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (Al-Furqān [25]:75).
       Sehubungan dengan peran istri yang bertakwa terhadap keberhasilan suaminya dalam membina keluarganya selanjutnya Allah Swt. berfirman:
اَلَّذِیۡنَ یَحۡمِلُوۡنَ الۡعَرۡشَ وَ مَنۡ حَوۡلَہٗ یُسَبِّحُوۡنَ بِحَمۡدِ  رَبِّہِمۡ وَ یُؤۡمِنُوۡنَ بِہٖ وَ یَسۡتَغۡفِرُوۡنَ  لِلَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا ۚ رَبَّنَا وَسِعۡتَ کُلَّ  شَیۡءٍ رَّحۡمَۃً  وَّ عِلۡمًا فَاغۡفِرۡ  لِلَّذِیۡنَ تَابُوۡا وَ اتَّبَعُوۡا سَبِیۡلَکَ وَ قِہِمۡ  عَذَابَ  الۡجَحِیۡمِ ﴿﴾     
Wujud-wujud  yang memikul ‘Arasy  dan yang di sekitarnya, mereka bertasbih dengan pujian Tuhan mereka, mereka beriman kepada-Nya dan mereka memohon ampunan bagi orang-orang yang beriman: “Wahai Tuhan kami, Engkau meliputi segala sesuatu dengan rahmat dan ilmu maka ampunilah orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau, dan lindungilah mereka dari azab Ja-hannam. (Al-Mukmin [40]:8).

Dukungan dan Peran-serta Keluarga

         Karena ‘Arasy berarti Sifat-sifat Ilahi   maka kata-kata “para pemikul ‘Arasy” akan berarti makhluk-makhluk atau orang-orang yang dengan perantaraan mereka sifat-sifat Ilahi  itu diwujudkan. Karena hukum alam bekerja dengan perantaraan malaikat-malaikat, dan para nabi Allah merupakan wahana yang dengan perantaraan mereka Kalamullāh (firman Allah) disampaikan kepada umat manusia, maka kata-kata “para pemikul ‘Arasy” dapat berarti pula para malaikat dan para rasul Tuhan, dan kata-kata “mereka yang ada di sekitarnya” dapat berarti para malaikat yang dibawahi dan membantu para malaikat yang utama dalam menyelenggarakan urusan-urusan dunia atau para pengikut sejati rasul-rasul yang menyampaikan dan menyebarkan ajaran nabi-nabi itu.  Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
رَبَّنَا وَ اَدۡخِلۡہُمۡ جَنّٰتِ عَدۡنِۣ الَّتِیۡ وَعَدۡتَّہُمۡ وَ مَنۡ صَلَحَ مِنۡ اٰبَآئِہِمۡ وَ اَزۡوَاجِہِمۡ وَ  ذُرِّیّٰتِہِمۡ ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ۙ﴿﴾   وَ قِہِمُ السَّیِّاٰتِ ؕ وَ مَنۡ تَقِ السَّیِّاٰتِ یَوۡمَئِذٍ  فَقَدۡ رَحِمۡتَہٗ ؕ وَ ذٰلِکَ ہُوَ الۡفَوۡزُ الۡعَظِیۡمُ ٪﴿﴾
Hai Tuhan kami karena itu masukkanlah mereka ke dalam surga-surga abadi yang telah Engkau janjikan kepada mereka, dan begitu pun  orang-orang yang beramal saleh  dari bapak-bapak mereka, istri-istri mereka dan keturunan-keturunan mereka. Sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Dan lindungilah mereka dari segala keburukan.  Dan barangsiapa Engkau pelihara dari keburukan-keburukan pada hari itu  maka sungguh  Engkau telah mengasihinya, dan yang demikian itu  kemenangan yang besar.” (Al-Mukmin [40]:9-10). Lihat pula  QS.13:24-25.
    Ayat ini meletakkan suatu asas yang agung. Tidak ada pekerjaan dilaksanakan dan tidak ada kemenangan dapat dicapai oleh seseorang di dunia ini tanpa bantuan orang lain. Orang-orang lain -- masing-masing dengan sadar atau tidak sadar -- telah memberikan sumbangan kepada pekerjaan itu. Sekutu-sekutu dan pembantu-pembantu yang sadar atau tidak sadar itu,  terutama ayah bunda, istri, dan anak-anaknya, maka anggota keluarga yang terdekat itu pun akan diizinkan ikut serta menikmati karunia-karunia yang akan dianugerahkan kepada orang-orang yang beriman  atas amal-amal shalihnya.

Berkumpul di Dalam Surga

    Selaras dengan kenyataan tersebut   Allah Swt. berfirman dalam Surah Al-Thur selanjutnya:
وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ اتَّبَعَتۡہُمۡ  ذُرِّیَّتُہُمۡ بِاِیۡمَانٍ  اَلۡحَقۡنَا بِہِمۡ  ذُرِّیَّتَہُمۡ  وَ مَاۤ  اَلَتۡنٰہُمۡ  مِّنۡ عَمَلِہِمۡ  مِّنۡ شَیۡءٍ ؕ کُلُّ امۡرِیًٔۢ  بِمَا کَسَبَ  رَہِیۡنٌ ﴿﴾
Dan orang-orang yang beriman serta keturunan mereka pun mengikuti mereka dalam keimanan,  akan Kami    pertemukan keturunan mereka  dengan mereka, dan Kami tidak mengurangi dari amal mereka sedikit pun. Tiap-tiap orang terikat pada apa yang telah dikerjakannya. (Al-Thūr [52]:22).
    Kalau dalam ayat terdahulu dinyatakan bahwa orang bertakwa akan dibuat hidup bersama istri-istri mereka yang suci lagi cantik, maka ayat ini menerangkan bahwa anak-anak mereka pun akan berkumpul bersama mereka, dan dengan demikian kegembiraan mereka akan menjadi lengkap.
  Kenyataan bahwa hanya mempunyai perhubungan belaka dengan orang bertakwa  -- bahkan  rasul Allah sekali pun -- semata tidak akan menimbulkan kebaikan pada orang beriman, amal baiknya sendirilah yang akan menyebabkan dia memperoleh tempatnya di surga. Itulah makna kalimat “Tiap-tiap orang terikat pada apa yang telah dikerjakannya.“ Selanjutnya Allah Swt. berfirman lagi:
وَ اَمۡدَدۡنٰہُمۡ  بِفَاکِہَۃٍ  وَّ لَحۡمٍ  مِّمَّا یَشۡتَہُوۡنَ ﴿ ﴾   یَتَنَازَعُوۡنَ  فِیۡہَا کَاۡسًا  لَّا  لَغۡوٌ  فِیۡہَا وَ لَا  تَاۡثِیۡمٌ ﴿ ﴾  وَ یَطُوۡفُ عَلَیۡہِمۡ غِلۡمَانٌ  لَّہُمۡ  کَاَنَّہُمۡ لُؤۡلُؤٌ  مَّکۡنُوۡنٌ ﴿ ﴾
Dan Kami menganugerahi mereka secara berlimpah   buah-buahan dan daging yang mereka ingini.  Di dalamnya mereka saling memperedarkan  piala minuman yang di dalamnya tidak berisikan sesuatu yang sia-sia dan tidak pula  dosa.    Dan di sekitar mereka berkeliling pemuda-pemuda  milik  mereka, bagaikan mutiara-mutiara yang tersimpan baik. (Al-Thūr [52]:23-25).
    Tanāza’u al-ka’sa berarti: mereka merebut piala minuman yang seorang dari tangan seorang lainnya (Aqrab-ul-Mawārid). Dalam Surah Al-Quran lainnya (QS.56:27) dikatakan bahwa ucapan ahli surga itu satu sama lain adalah “Salām” (selamat sejahtera), dengan demikian makna lain dari kalimat “Di dalamnya mereka saling memperedarkan  piala minuman yang di dalamnya tidak berisikan sesuatu yang sia-sia dan tidak pula  dosa,“ adalah bahwa mereka akan saling memberikan manfaat satu sama lain salam perbincangan-perbincangan mereka dengan ucapan-ucapan suci yang bagaikan minuman-minuman segar, yang tidak berisikan sesuatu yang sia-sia mau pun dosa.
    Sehubungan dengan hal tersebut, Nabi Besar Muhammad saw. memberikan nasihat kepada para Sahabat beliau saw., bahwa jika tidak dapat  mengatakan (berbicara) hal-hal yang baik lebih baik diam. Dalam hadits lain beliau saw. bersabda bahwa: “Aku menjamin dengan surga,  orang yang dapat menjaga apa yang ada di antara dua bibirnya  -- maksudnya lidah – dan apa yang ada di antara dua pahanya.”
   Ghilman (pemuda-pemuda) adalah jamak dari ghulam, yang berarti: pemuda; pelayan; putra (QS.3:41; QS.15:54; QS.19:8; QS.37:102; QS.51:29). Di tempat lain dalam Al-Quran (QS.76:20), kata wildan (putra-putra) menggantikan kata ghilman, yang menunjukkan bahwa pemuda-pemuda yang akan hilir-mudik menyertai orang-orang bertakwa di surga itu putra-putra mereka sendiri.
    Kalimat “Dan di sekitar mereka berkeliling pemuda-pemuda  milik  mereka, bagaikan mutiara-mutiara yang tersimpan baik.“  dapat pula menunjuk kepada janji Ilahi mengenai kekayaan dan kekuasaan besar yang akan jatuh ke tangan orang-orang Muslim, dan pula kepada pelayan-pelayan yang akan mengkhidmati mereka.

Golongan “Sābiqūna- sābiqūn

 Selaras dengan keterangan Surah Al-Thūr 23-25 tersebut, Allah Swt. berfirman dalam Surah Al-Wāqi’ah  mengenai golongan ahli surga yang disebut sābiqūna- sābiqūn (yang paling dahulu, mereka benar-benar paling dahulu):
وَّ کُنۡتُمۡ  اَزۡوَاجًا  ثَلٰثَۃً ؕ﴿﴾   فَاَصۡحٰبُ الۡمَیۡمَنَۃِ ۬ۙ مَاۤ  اَصۡحٰبُ الۡمَیۡمَنَۃِ ؕ﴿﴾  وَ اَصۡحٰبُ الۡمَشۡـَٔمَۃِ ۬ۙ مَاۤ  اَصۡحٰبُ الۡمَشۡـَٔمَۃِ ؕ﴿﴾   وَ السّٰبِقُوۡنَ  السّٰبِقُوۡنَ ﴿ۚۙ﴾  اُولٰٓئِکَ  الۡمُقَرَّبُوۡنَ ﴿ۚ﴾
Dan kamu menjadi tiga golongan.   Maka mereka yang di sebelah kanan, alangkah bahagianya mereka yang di sebelah kanan itu!  Dan mereka yang di sebelah kiri, alangkah celakanya mereka yang di sebelah kiri itu!  Dan yang paling dahulu, mereka benar-benar paling dahulu.   Mereka itulah orang-orang yang didekatkan  kepada Tuhan. (Al-Wāqi’ah  [56]:8-12).
  Di tempat lain Al-Quran mengenakan istilah “jiwa yang menyesali diri sendiri” (nafs Lawwamah  - QS.75:3)  kepada golongan orang-orang beriman  yang “di sebelah kanan“.  Sedangkan  mereka yang di sebelah kiri” adalah orang-orang yang  berada pada tingkatan nafs Ammarah – “jiwa yang senantiasa menyuruh kepada kejahatan” (QS.12:54).  Ada pun  yang dimaksud dengan  Dan yang paling dahulu, mereka benar-benar paling dahulu,“ adalah orang-orang beriman yang telah meraih tingkatan  nafs Muthmainnah – “jiwa yang tenteram” (QS.89:28).
 Selanjutnya Allah Swt. menjelaskan mengenai  golongan ahli surga ““Dan yang paling dahulu,  mereka benar-benar paling dahulu“, firman-Nya:
 فِیۡ  جَنّٰتِ النَّعِیۡمِ ﴿ ﴾   ثُلَّۃٌ  مِّنَ الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿ۙ ﴾  وَ قَلِیۡلٌ  مِّنَ الۡاٰخِرِیۡنَ ﴿ؕ ﴾   عَلٰی سُرُرٍ مَّوۡضُوۡنَۃٍ ﴿ۙ ﴾   مُّتَّکِـِٕیۡنَ عَلَیۡہَا مُتَقٰبِلِیۡنَ ﴿ ﴾
Mereka berada di dalam surga-surga kenikmatan.  Segolongan besar dari  orang-orang terdahulu,   dan segolongan kecil dari orang-orang kemudian.   Mereka di atas dipan bertatahkan emas dan permata, bersandar padanya  sambil berhadap-hadapan, (Al-Wāqi’ah  [56]:13-17).
   Nikmat-nikmat surga yang akan dianugerahkan kepada assābiqūn  -- yakni orang-orang beriman bernasib baik yang akan dikaruniai kedekatan istimewa kepada Tuhan, sebagaimana disebut dalam ayat-ayat 11-27 dalam Surah ini --  sangat menyerupai karunia-karunia Tuhan yang telah disebut   dalam Surah Al-Rahmān ayat 47-62.  Hal itu menunjukkan bahwa orang-orang mukmin yang disebut dalam   Surah Al-Rahmān 47-62 itu dari golongan assābiqūn  adalah mereka yang telah diberi anugerah kedekatan istimewa kepada Allah  dalam Surah ini. Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
 یَطُوۡفُ عَلَیۡہِمۡ  وِلۡدَانٌ   مُّخَلَّدُوۡنَ ﴿ۙ ﴾   بِاَکۡوَابٍ وَّ اَبَارِیۡقَ ۬ۙ وَ کَاۡسٍ مِّنۡ مَّعِیۡنٍ ﴿ۙ ﴾  لَّا  یُصَدَّعُوۡنَ عَنۡہَا وَ لَا  یُنۡزِفُوۡنَ ﴿ۙ ﴾   وَ فَاکِہَۃٍ   مِّمَّا یَتَخَیَّرُوۡنَ ﴿ۙ ﴾  وَ  لَحۡمِ  طَیۡرٍ  مِّمَّا یَشۡتَہُوۡنَ ﴿ؕ ﴾
Mereka  dikelilingi pemuda-pemuda yang dikekalkan dalam kebaikan, dengan membawa  gelas, cerek dan cangkir yang diisi dari mata air.  Mereka tidak akan pening karenanya, dan tidak pula mereka akan mabuk. Dan membawa buah-buahan yang mereka pilih,    dan daging burung-burung yang  mereka  inginkan. (Al-Wāqi’ah  [56]:18-22).
   Kalimat   pemuda-pemuda yang dikekalkan  ini menjelaskan kemaksuman (tuna-dosa) dan kesegaran yang lestari khadim-khadim yang akan mengkhidmati orang-orang beriman. Sedangkan   mengenai “minuman surgawi” yang dijelaskan dalam kalimat selanjutnya “dengan membawa cgelas, cerek dan cangkir yang diisi dari mata air, mereka tidak akan pening karenanya,  dan tidak pula mereka akan mabuk“ mengisyaratkan kepada “sungai arak” (QS.47:16) atau “minuman yang dicampur zanjabil” (QS.76:18-19). Selanjutnya Allah Swt. berfirman lagi: 
وَ حُوۡرٌ عِیۡنٌ ﴿ۙ ﴾   کَاَمۡثَالِ اللُّؤۡلُؤَ  الۡمَکۡنُوۡنِ ﴿ۚ ﴾  جَزَآءًۢ  بِمَا کَانُوۡا یَعۡمَلُوۡنَ ﴿ ﴾   لَا یَسۡمَعُوۡنَ فِیۡہَا لَغۡوًا  وَّ لَا  تَاۡثِیۡمًا ﴿ۙ ﴾   اِلَّا  قِیۡلًا  سَلٰمًا سَلٰمًا ﴿ ﴾
Dan pasangan-pasangan   yang bermata jeli,    laksana mutiara yang tersimpan baik. Sebagai ganjaran atas apa yang telah mereka kerjakan.    Di dalamnya mereka tidak mendengar  ucapan sia-sia dan tidak pula ucapan yang menimbulkan dosa, melainkan hanya ucapan: “Selamat sejahtera, selamat sejahtera.” (Al-Wāqi’ah  [56]:23-27).

Makna Ucapan “Salam” (Selamat Sejahtera)

   Ayat 27   dan ayat sebelumnya, seperti banyak lagi ayat-ayat Al-Quran lainnya, dengan sangat ampuh menyangkal semua anggapan bodoh para pengorek kesalahan dan pengecam Islam yang berdalih menemukan dalam Al-Quran sebutan mengenai surga yang mesum. Ayat ini pun memberi pengertian untuk menyelami sifat inti, dan hakikat sebenarnya mengenai  surga.
    Surga, sebagaimana di bayangkan dan dijanjikan kepada orang-orang Muslim oleh Al-Quran, akan merupakan tempat kenikmatan ruhani, di dalam tempat itu percakapan yang berbau dosa, sia-sia atau kosong atau dusta (QS.78:36) tidak akan terdengar. Semua rahmat-Nya akan mencapai puncaknya serta kesempurnaannya dalam kedamaian – yaitu  kedamaian paripurna pada alam pikiran dan jiwa --  yang tidak akan ada rahmat lebih besar lagi daripada itu.
   Surga yang dijanjikan kepada seorang Muslim telah ditetapkan sebagai “rumah keselamatan” dalam Al-Quran (QS.6:128); martabat tertinggi dalam perkembangan ruhani yang dapat dicapai orang-orang beriman  ialah “jiwa yang tenteram” (QS.89:28); dan karunia terbesar yang akan diterima oleh para penghuni surga dari Allah adalah “damai” (QS.36:59), karena Allah Sendiri adalah Pencipta kedamaian (QS.59:24). Demikianlah tanggapan luhur Al-Quran mengenai surga.

 (Bersambung). 
Rujukan: The Holy Quran
Editor:    Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar”, 26 September 2012
Ki Langlang Buana Kusuma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar