Senin, 24 September 2012

"Bidadari Surgawi" & Istri-istri yang Bertakwa




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


  SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN


Bab  85
     
"Bidadari Surgawi" &  Istri-istri yang Bertakwa 

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


Pada bagian akhir Bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai  firman Allah Swt. berikut ini:
 وَ یَطُوۡفُ عَلَیۡہِمۡ وِلۡدَانٌ  مُّخَلَّدُوۡنَ ۚ اِذَا  رَاَیۡتَہُمۡ حَسِبۡتَہُمۡ  لُؤۡلُؤًا مَّنۡثُوۡرًا ﴿ ﴾  وَ اِذَا  رَاَیۡتَ ثَمَّ رَاَیۡتَ نَعِیۡمًا وَّ مُلۡکًا کَبِیۡرًا ﴿ ﴾  عٰلِیَہُمۡ  ثِیَابُ سُنۡدُسٍ خُضۡرٌ وَّ اِسۡتَبۡرَقٌ ۫ وَّ حُلُّوۡۤا  اَسَاوِرَ مِنۡ فِضَّۃٍ ۚ وَ  سَقٰہُمۡ  رَبُّہُمۡ  شَرَابًا طَہُوۡرًا ﴿ ﴾  اِنَّ  ہٰذَا کَانَ لَکُمۡ جَزَآءً وَّ کَانَ سَعۡیُکُمۡ  مَّشۡکُوۡرًا ﴿٪ ﴾ اِنَّا نَحۡنُ نَزَّلۡنَا عَلَیۡکَ الۡقُرۡاٰنَ تَنۡزِیۡلًا ﴿ۚ ﴾
Dan mereka dikelilingi pemuda-pemuda yang tetap muda. Apabila engkau melihat mereka, engkau menyangka mereka itu mutiara-mutiara yang bertaburan.  Dan apabila engkau melihat niscaya engkau akan melihat kenikmatan dan kerajaan besar. Pada mereka ada pakaian-pakaian dari  sutera halus hijau dan sutera tebal, dan mereka dipakaikan  gelang-gelang perak, dan Tuhan mereka memberi mereka minum-minuman murni.  Sesungguhnya ini adalah ganjaran bagi kamu dan usahamu dihargai. (Al-Dahr [76]:20-24).
   Sebagai imbuhan bagi kerajaan ruhani yang dijanjikan kepada orang-orang beriman yang bertakwa di akhirat, para sahabat Nabi Besar Muhammad saw.   diberi hak menguasai kerajaan-kerajaan besar di zaman mereka dalam kehidupan ini juga. Inilah makna lain  dari kalimat  mereka akan mengenakan gelang-gelang emas dan mutiara” dan “duduk di atas tahta-tahta” (QS.34:34-36;  QS.15:46-49).
  Sementara di tingkat kafūr pada perjalanan ruhani sang pengembara ruhani  yang mabuk cinta Ilahi, ia dilukiskan berusaha minum anggur cinta Ilahi atau sungai Arak (QS.47:16; QS.76:6) dan pada tingkat zanjabil ia diberi oleh orang-orang lain minuman yang menghidupkan (QS.76:18), pada tingkat terakhir atau tingkat salsabil Allah Swt. Sendiri memberi dia eliksir atau zat kehidupan kekal abadi. Itulah peningkatan penting dalam ketiga macam minuman surgawi.
    Minuman pertama dicampur dengan kamper (kapur)  yang mempunyai khasiat menyejukkan. Minuman itu mendinginkan hasrat-hasrat dan hawa nafsu rendah. Minuman kedua dicampur dengan jahe (zanjabil) mempunyai khasiat memanasi yang merangsang keinginan mengejar nilai ketakwaan, dan salsabil menandai tingkat ketiga, ketika orang-orang beriman dengan sendirinya akan taat menempuh jalan yang ditunjukkan dan mengikuti jalan ketakwaan.

Bidadari Surgawi  adalah “Perempuan  Bertakwa

     Kembali kepada para penghuni surga yang dikemukakan dalam Surah Al-Thūr, selanjutnya Allah Swt. berfirman:
مُتَّکِئِیۡنَ عَلٰی سُرُرٍ  مَّصۡفُوۡفَۃٍ ۚ وَ زَوَّجۡنٰہُمۡ  بِحُوۡرٍ عِیۡنٍ ﴿﴾
Mereka duduk-duduk bersandar pada dipan-dipan yang berjajar-jajar,   dan Kami akan menjodohkan mereka dengan jodoh-jodoh yang  cantik bermata jeli. (Al-Thūr [52]:21).
  Zawwaja syai’an bi-syai’in, artinya, ia memperpasangkan atau menjodohkan sebuah benda dengan sebuah benda lain; ia mempersatukannya sebagai kawannya atau sesamanya. Hūr adalah jamak dari ahwar (bentuk mudzakar, atau laki-laki) dan haura’ (muannats, atau perempuan) dan berarti orang yang matanya ditandai sifat yang disebut hawar, yakni putih-mata yang sangat putih dan hitam-mata yang sangat hitam, dengan warna putih sekali, atau keindahan yang sangat pada diri orang itu. Ahwar berarti juga kecerdasan yang murni atau jernih.
      ‘Īn adalah jamak dari ‘ayan dan aina’, yang masing-masing berarti laki-laki dan perempuan bermata hitam dan lebar; kata yang terakhir berarti juga ucapan atau perkataan bagus atau indah (Lexicon Lane; Al-Mufradat, dan Taj-ul ‘Urus). Dengan demikian kata hūr dan ‘īn mengandung arti keindahan serta kemurnian pribadi dan watak.
   Itulah sebabnya dikisahkan  ketika ada seorang perempuan beriman  yang usianya  sudah lanjut (nenek-nenek) memohon doa kepada Nabi Besar Muhammad saw. agar ia termasuk penghuni surga, Nabi Besar Muhammad saw. menjawab dengan gurauan bahwa “di surga tidak ada nenek-nenek, yang ada adalah gadis-gadis remaja  sehingga  perempuan tua itu merasa sedih. Tetapi kemudian beliau saw. menghiburnya bahwa ia pun di surga akan menjadi seperti “gadis remaja”, sehingga perempuan tua itu pun merasa gembira mendengar keterangan tersebut.
   Kehidupan sesudah mati merupakan citra (bayangan) dan penjelmaan kehidupan di dunia ini, dan ganjaran serta hukuman di akhirat hanyalah akan berupa perwujudan-perwujudan dan bayangan-bayangan perbuatan manusia selama di dunia ini. Surga dan neraka bukanlah suatu alam serba-kebendaan baru yang datang dari luar.
     Sungguh benar, surga dan neraka akan dapat dilihat dan dirasakan, katakanlah kedua-duanya itu kebendaan, jika anda inginkan, akan tetapi surga dan neraka hanyalah perwujudan kenyataan ruhani kehidupan ini. Segala kesulitan mengamalkan agama di dunia ini akan nampak di akhirat kelak sebagai belenggu-belenggu yang melingkari kedua belah kaki.
  Begitu juga panas yang membakar hati di dunia ini akan nampak dengan jelas sebagai nyala api yang berkobar-kobar; dan kecintaan kepada Allah Swt. dan Al-Khāliq, yang dirasakan oleh orang  beriman akan nampak di alam akhirat dalam wujud seperti anggur, dan sebagainya. Oleh karena itu akan ada kebun-kebun, sungai-sungai, susu, madu, daging burung, anggur, buah-buahan, mahligai-mahligai, jodoh-jodoh, dan banyak benda lain lagi di surga,  tetapi benda-benda itu tidak akan serupa benda-benda yang ada di dunia ini  melainkan berupa perwujudan kenyataan-kenyataan ruhani kehidupan di dunia ini.
     Kenyataan bahwa di surga nanti tidak akan ada dosa, kejanggalan atau pembicaraan hampa, tidak ada kesenangan jasmani yang kita pahami mengenai itu di sini, melainkan keamanan dan keridhaan Allah Swt.  belaka yang  meliputi segala sesuatu (QS.56:26-27)  menjelaskan keadaan surga, sebagaimana dimengerti oleh orang-orang bertakwa dan dijanjikan kepada mereka oleh Al-Quran.

“Istri-istri yang Bertakwa”
Di Bawah Telapak Kakinya Terdapat “Surga”

   Kata-kata zawwajnā, hūr dan ‘īn, sebagaimana diterangkan di atas menunjukkan bahwa di surga, hamba Allah yang bertakwa akan dibuat hidup bersama jodoh-jodoh suci-murni yang berwajah berseri-seri oleh kejuitaan ruhani yang cemerlang; atau, mereka akan mempunyai teman hidup – bidadari-bidadari cantik -- yakni istri-istri mereka sendiri.
    Untuk mengerti dan memahami sifat ganjaran-ganjaran dan hukuman-hukuman dalam kehidupan sesudah mati, hendaknya diingat bahwa kehidupan di sana adalah kelanjutan kehidupan yang telah kita jalani di dunia ini. Segera sesudah ruh manusia meninggalkan jasad tanahnya ia diberi tubuh baru, sebab ruh tidak dapat membuat kemajuan atau tidak dapat merasai kenikmatan atau sakit tanpa tubuh.
   Tubuh baru itu sama halus dan latifnya seperti ruh di dunia ini sebelum mati. Karena bentuk dan sifat tubuh baru kita akan berbeda dengan tubuh jasmani kita sekarang ini, lagi pula perbedaan  itu sukar kita pahami maka sifat ganjaran dan hukuman di alam akhirat nanti pun berada di luar jangkauan pengertian kita. Itulah sebabnya  mengapa Al-Quran mengatakan “Dan tidak ada seorang pun mengetahui apa yang tersembunyi bagi mereka dari penyejuk mata sebagai pahala atas apa-apa yang telah mereka kerja-kan.” (QS.32:18). Dan Nabi Besar Muhammad saw.  menurut riwayat pernah bersabda: “Tidak ada mata pernah melihat nikmat-nikmat surga, begitu pun tidak ada telinga pernah mendengamya, begitu juga tidak ada pikiran manusia memakluminya” (Bukhari).
    Oleh karena para suami  dan ayah yang ketika dunia ini  tidak berusaha  menjadikan istri-istrinya serta anak-anak perempuannya menjadi orang-orang yang bertakwa atau sebagai calon-calon “bidadari surgawi”, lalu ia (suami) mengharapkan akan memperoleh “bidadari surgawi” di akhirat maka ia tidak akan memperoleh “bidadari surgawi” yang didambakannya tersebut.
      Sehubungan dengan itu pulalah Nabi Besar Muhammad saw. telah bersabda  mengenai  perempuan bahwa “surga  ada di bawah telapak kaki ibu”, yakni ibu-ibu yang bertakwa yang menjadi  calon “bidadari surgawi” itulah yang di bawah telapak kakinya ada “surga” bagi anak-anaknya. Dan merupakan kewajiban para suami untuk menjadikan istri-istrinya sebagai calon “bidadari surgawi.”

Dialog Umum Mukminin, Umi Salamah r.a.
Dengan Nabi Besar Muhammad Saw.

    Bahwa para hakikatnya “bidadari-bidadari surgawi” yang akan menjadi jodoh (istri) kaum lelaki para penghuni surga adalah istri-istri mereka sendiri yang bertakwa dapat diketahui dari dialog antara Umum Mukminin, Umi Salamah r.a. dengan Nabi Besar Muhammad Saw..
      Sebagaimana diketahui bahwa Umi Salamah r.a. sebelum adalah istri dari Abu Talhah r.a., seorang sahabat Nabi Besar Muhammad saw., seorang suami yang sangat dibanggakan oleh Umi Salamah r.a., istrinya, karena ketakwaan serta akhlak-akhlak baik lainnya.
      Ketika Abu Talhah  r.a. meninggal dunia, Umi Salamah r.a. memberitahukannya kepada Nabi Besar Muhammad saw., dan beliau saw. menghibur kesedihan Umi Salamah r.a. dengan bersabda, “Berdoalah kepada Allah Ta’ala agar Dia menganugerahkan   suami yang lebih baik daripada Abu Talhah.” Mendengar sabda beliau saw., Umi Salamah berkata, “Ya Rasulullah, mungkinkah ada laki-laki (suami) yang lebih baik daripada Abu Talhah?”
       Takdir Ilahi   menentukan, Ummi Salamah kemudian diperistri (dinikahi) oleh Nabi Besar Muhammad saw.. Dengan demikian terbuktilah kebenaran sabda Nabi Besar Muhammad saw., bahwa Umi Salamah r.a., seorang perempuan (istri) yang sangat bertakwa ketika menjadi istri Abu Talhah r.a., mendapatkan suami baru yang segala sesuatunya jauh lebih baik daripada Abu Talhah r.a..
      Dalam suatu kesempatan, Umi Salamah r.a. bertanya kepada Nabi Besar Muhammad saw., “Ya Rasulullah, jika ada seorang  perempuan mempunyai dua orang suami, nanti di akhirat  perempuan itu akan menjadi suami yang mana?” Beliau saw. menjawab, “Perempuan itu akan menjadi istri dari suaminya yang  lebih bertakwa.”
     Dari dialog tersebut jelaslah bahwa pada hakikatnya “bidadari-bidadari surgawi” bukanlah makhluk lain yang speciesnya berbeda dengan manusia, melainkan perempuan-perempuan bertakwa – yakni istri-istri dari laki-laki (suami) yang bertakwa ketika mereka hidup di dunia. Itulah sebabnya Allah Swt. telah mengajarkan  doa berikut ini:
وَ الَّذِیۡنَ یَقُوۡلُوۡنَ رَبَّنَا ہَبۡ لَنَا مِنۡ اَزۡوَاجِنَا وَ ذُرِّیّٰتِنَا قُرَّۃَ اَعۡیُنٍ وَّ اجۡعَلۡنَا لِلۡمُتَّقِیۡنَ اِمَامًا ﴿﴾
Dan orang-orang yang mengatakan: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami menjadi penyejuk mata kami,dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (Al-Furqān [25]:75).
       Sehubungan dengan peran istri yang bertakwa terhadap keberhasilan suaminya dalam membina keluarganya Allah Swt. berfirman:
اَلَّذِیۡنَ یَحۡمِلُوۡنَ الۡعَرۡشَ وَ مَنۡ حَوۡلَہٗ یُسَبِّحُوۡنَ بِحَمۡدِ  رَبِّہِمۡ وَ یُؤۡمِنُوۡنَ بِہٖ وَ یَسۡتَغۡفِرُوۡنَ  لِلَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا ۚ رَبَّنَا وَسِعۡتَ کُلَّ  شَیۡءٍ رَّحۡمَۃً  وَّ عِلۡمًا فَاغۡفِرۡ  لِلَّذِیۡنَ تَابُوۡا وَ اتَّبَعُوۡا سَبِیۡلَکَ وَ قِہِمۡ  عَذَابَ  الۡجَحِیۡمِ ﴿﴾     
Wujud-wujud  yang memikul ‘Arasy  dan yang di sekitarnya, mereka bertasbih dengan pujian Tuhan mereka, mereka beriman kepada-Nya dan mereka memohon ampunan bagi orang-orang yang beriman: “Wahai Tuhan kami, Engkau meliputi segala sesuatu dengan rahmat dan ilmu maka ampunilah orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau, dan lindungilah mereka dari azab Jahannam. (Al-Mukmin [40]:8).
 
 (Bersambung). 

Rujukan: The Holy Quran
Editor:    Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar”, 25 September 2012
Ki Langlang Buana Kusuma



Tidak ada komentar:

Posting Komentar