بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN
Bab 87
Hakikat “Pohon Terlarang” dan
Terbukanya
“Aurat” serta “Daun-daun
Surga”
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Ki Langlang Buana Kusuma
Pada bagian akhir Bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai firman Allah Swt. berikut ini:
وَ حُوۡرٌ عِیۡنٌ ﴿ۙ ﴾ کَاَمۡثَالِ اللُّؤۡلُؤَ الۡمَکۡنُوۡنِ ﴿ۚ ﴾ جَزَآءًۢ بِمَا کَانُوۡا یَعۡمَلُوۡنَ ﴿ ﴾ لَا یَسۡمَعُوۡنَ
فِیۡہَا لَغۡوًا وَّ لَا تَاۡثِیۡمًا ﴿ۙ ﴾ اِلَّا قِیۡلًا
سَلٰمًا سَلٰمًا ﴿ ﴾
Dan pasangan-pasangan yang bermata jeli, laksana
mutiara yang tersimpan baik. Sebagai
ganjaran atas apa yang telah mereka kerjakan. Di
dalamnya mereka tidak mendengar ucapan sia-sia dan tidak pula ucapan yang menimbulkan dosa. Melainkan hanya ucapan: “Selamat sejahtera, selamat sejahtera.” (Al-Wāqi’ah [56]:23-27).
Kembali kepada Surah Al-Thur,
selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai suasana damai
yang dirasakan oleh para penghuni surga:
قَالُوۡۤا اِنَّا کُنَّا قَبۡلُ فِیۡۤ اَہۡلِنَا مُشۡفِقِیۡنَ ﴿﴾ فَمَنَّ اللّٰہُ عَلَیۡنَا وَ وَقٰىنَا عَذَابَ السَّمُوۡمِ ﴿﴾ اِنَّا کُنَّا مِنۡ قَبۡلُ نَدۡعُوۡہُ ؕ
اِنَّہٗ ہُوَ الۡبَرُّ الرَّحِیۡمُ ﴿٪﴾
Dan sebagian mereka duduk berhadap-hadapan
dengan sebagian lain akan saling bertanya. Mereka berkata:
“Sesungguhnya dahulu ketika kami di tengah-tengah keluarga kami, kami merasa takut kepada azab. “Lalu
Allah telah memberi anugerah atas kami dan telah memelihara kami dari azab angin panas. Sesungguhnya kami senantiasa berdoa kepada-Nya. Sesungguhnya Dia benar-benar Maha Pelimpah kebaikan,
Maha Penyayang.” (Al-Thūr
[52]:26-28).
Di samping arti yang diberikan dalam
teks terjemahan ayat, ayat ini dapat juga berarti “Oleh karena terkepung oleh musuh-musuh, ancaman mereka kadang-kadang mengejutkan dan menggetarkan hati kami. Akan tetapi sekarang kami menikmati ketenteraman dan keamanan yang sempurna.”
Makna Ucapan Allah Swt. “Salām” kepada Ahli Surga &
Hardikan Allah Swt. kepada Ahli Neraka
Jadi, kembali kepada pembahasan awal
mengenai aktivitas ahli surga yang
dikemukakan dalam Surah Yā Sīn,
firman-Nya:
اِنَّ اَصۡحٰبَ
الۡجَنَّۃِ الۡیَوۡمَ فِیۡ شُغُلٍ فٰکِہُوۡنَ ﴿ۚ ﴾ ہُمۡ وَ اَزۡوَاجُہُمۡ فِیۡ ظِلٰلٍ عَلَی
الۡاَرَآئِکِ مُتَّکِـُٔوۡنَ ﴿ ﴾ لَہُمۡ فِیۡہَا فَاکِہَۃٌ وَّ لَہُمۡ مَّا یَدَّعُوۡنَ ﴿ۚۖ ﴾ سَلٰمٌ ۟ قَوۡلًا مِّنۡ رَّبٍّ رَّحِیۡمٍ ﴿ ﴾
Sesungguhnya
para ahli surga pada hari itu akan
bergembira dalam kesibukan mereka.
Mereka dan istri-istri mereka berada di tempat-tempat teduh sambil
bersandar di atas dipan-dipan.
Bagi mereka di dalamnya
tersedia buah-buahan, dan bagi mereka apa
pun yang mereka minta. ”Salām” (selamat sejahtera ) adalah ucapan
selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang. (Yā Sīn [36]:56-59).
Ayat 56 menjelaskan bahwa kehidupan di alam akhirat yang pada
umumnya keliru diartikan itu, bukanlah kehidupan
santai dan bermalas-malas,
melainkan suatu kehidupan dengan kesibukan
kerja terus-menerus dan kemajuan
ruhani yang senantiasa meningkat, sebab “bertemu” dengan Allah Swt. tidak seperti bertemunya dua wujud jasmani
-- yang apabila sudah bertemu
serta berhadap-hadapan tidak
ada bertemu yang lebih jauh daripada
itu – melainkan merupakan suatu “pertemuan”
yang tidak ada habis-habisnya kesempurnaan pertemuan
tersebut, sebab Allah Swt. berfirman:
یَسۡـَٔلُہٗ
مَنۡ فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ
ؕ کُلَّ یَوۡمٍ ہُوَ فِیۡ شَاۡنٍ ﴿ۚ﴾
Kepada-Nya
memohon segala yang ada di seluruh
langit dan bumi. Setiap hari Dia menampakkan
sifat-Nya dalam keadaan yang
berlainan. (Al-Rahmān [55]:30).
Untuk mempertahankan
hidup dan memenuhi segala keperluannya, sekalian makhluk bergantung pada Allah
Swt., Yang adalah Sang Pencipta, Pemberi rezeki, dan Pemelihara mereka. Sifat-sifat
Ilahi tidak mengenal batas atau hitungan, dan Sifat-sifat itu
menjelmakan diri dalam berbagai cara
di sepanjang masa.
Surah Yā Sīn ayat 57 sebelumnya
menjelaskan – “Mereka dan istri-istri mereka
berada di tempat-tempat teduh sambil bersandar di atas dipan-dipan“ -- menjelaskan bahwa segala kegembiraan dan kebahagiaan bertambah lipat ganda bila seseorang menikmatinya
bersama-sama dengan orang-orang yang
dicintainya. Ayat selanjutnya (57) menjelaskan, bahwa dengan
satu kata tunggal, salām (selamat
sejahtera), yang artinya “damai,” ayat ini mengikhtisarkan semua nikmat
surga yang beraneka ragam itu ialah
“damai dengan Tuhan dan damai dengan diri sendiri,” yaitu ketenteraman
alam pikiran dan jiwa. Inilah
taraf tertinggi rahmat surgawi.
Selanjutnya Allah Swt. berfirman kepada
calon penghuni neraka jahannam dengan nada keras:
وَ امۡتَازُوا الۡیَوۡمَ اَیُّہَا الۡمُجۡرِمُوۡنَ ﴿ ﴾ اَلَمۡ اَعۡہَدۡ
اِلَیۡکُمۡ یٰبَنِیۡۤ اٰدَمَ
اَنۡ لَّا تَعۡبُدُوا الشَّیۡطٰنَ ۚ
اِنَّہٗ لَکُمۡ عَدُوٌّ مُّبِیۡنٌ ﴿ۙ ﴾ وَّ اَنِ
اعۡبُدُوۡنِیۡ ؕؔ ہٰذَا صِرَاطٌ
مُّسۡتَقِیۡمٌ ﴿ ﴾ وَ لَقَدۡ اَضَلَّ مِنۡکُمۡ جِبِلًّا کَثِیۡرًا ؕ اَفَلَمۡ تَکُوۡنُوۡا تَعۡقِلُوۡنَ ﴿ ﴾ ہٰذِہٖ جَہَنَّمُ الَّتِیۡ کُنۡتُمۡ تُوۡعَدُوۡنَ ﴿
﴾ اِصۡلَوۡہَا الۡیَوۡمَ بِمَا
کُنۡتُمۡ تَکۡفُرُوۡنَ ﴿ ﴾
“Dan pisahkanlah diri kamu pada hari ini, hai orang-orang yang berdosa.
Bukankah Aku telah memerintahkan kepada kamu hai Bani Adam, bahwa janganlah kamu menyembah syaitan
sesungguhnya ia bagimu adalah musuh yang nyata. Dan hendaknya kamu menyembah-Ku, inilah jalan yang lurus. Dan
sungguh syaitan benar-benar
telah menyesatkan sebagian besar
dari antara kamu, maka apakah ka-mu tidak
mau berpikir? Inilah Jahannam yang
telah dijanjikan kepada kamu. Masukilah itu pada hari ini, disebabkan kamu
dahulu selalu mengingkari.” (Yā Sīn [36]:60-64).
Makna “Bani Adam” &
Fungsi “Godaan Syaitan”
Pertama, yang perlu diperhatikan bahwa
pihak yang diperingatkan Allah Swt.
dalam ayat tersebut adalah “Bani Adam”,
bukan manusia secara umum. Hal ini
erat hubungannya dengan firman Allah Swt. berikut ini:
یٰبَنِیۡۤ
اٰدَمَ قَدۡ اَنۡزَلۡنَا عَلَیۡکُمۡ لِبَاسًا یُّوَارِیۡ سَوۡاٰتِکُمۡ وَ رِیۡشًا ؕ
وَ لِبَاسُ التَّقۡوٰی ۙ ذٰلِکَ خَیۡرٌ ؕ ذٰلِکَ مِنۡ اٰیٰتِ اللّٰہِ لَعَلَّہُمۡ یَذَّکَّرُوۡنَ ﴿﴾
Wahai Bani Adam, sungguh
Kami telah menurunkan kepada kamu
pakaian penutup auratmu dan sebagai
perhiasan, dan pakaian takwa itulah yang terbaik, yang demikian
itu adalah sebagian dari Tanda-tanda Allah,
supaya mereka mendapat nasihat. (Al-A’rāf [7]:27).
Selanjutnya Allah Swt. berfirman
memperingatkan Bani Adam mengenai tipu-daya syaitan yang telah mengakibatkan Adam terpaksa harus keluar dari “jannah” (kebun/taman)
-- yakni “kehidupan surgawi” – yang
sebelumnya beliau nikmati bersama istrinya
atau jama’ahnya , firman-Nya:
یٰبَنِیۡۤ
اٰدَمَ لَا یَفۡتِنَنَّکُمُ
الشَّیۡطٰنُ کَمَاۤ اَخۡرَجَ اَبَوَیۡکُمۡ
مِّنَ الۡجَنَّۃِ یَنۡزِعُ عَنۡہُمَا
لِبَاسَہُمَا لِیُرِیَہُمَا سَوۡاٰتِہِمَا ؕ اِنَّہٗ یَرٰىکُمۡ ہُوَ وَ قَبِیۡلُہٗ
مِنۡ حَیۡثُ لَا تَرَوۡنَہُمۡ ؕ اِنَّا جَعَلۡنَا الشَّیٰطِیۡنَ اَوۡلِیَآءَ لِلَّذِیۡنَ لَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾
Wahai Bani Adam, janganlah sekali-kali
membiarkan syaitan menggoda kamu
sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua
orang-tua kamu dari kebun, ia menanggalkan
pakaian keduanya itu untuk menampakkan kepada keduanya aurat mereka, sesungguhnya ia dan suku bangsanya melihat kamu dari
tempat yang kamu tidak dapat melihat mereka. Sesungguhnya Kami
telah menjadikan syaitan-syaitan itu
sahabat-sahabat bagi orang-orang
yang tidak beriman. (Al-A’rāf
[7]:28).
Ruh
jahat yang disebut syaitan dan mereka yang sebangsanya, pada umumnya
tidak nampak oleh mata. Mereka mempergunakan pengaruh secara tidak nampak dan mencari-cari kelemahan-kelemahan tersembunyi pada diri manusia agar dapat
membuatnya tetap mengumbar kelakuan
jahatnya.
Selanjutnya Allah Swt. berfirman
memperingatkan Bani Adam mengenai tipu-daya syaitan yang telah mengakibatkan Adam terpaksa harus keluar dari “jannah” (kebun/taman)
-- yakni “kehidupan surgawi” – yang
sebelumnya beliau nikmati bersama istrinya
atau jama’ahnya , firman-Nya:
یٰبَنِیۡۤ
اٰدَمَ لَا یَفۡتِنَنَّکُمُ
الشَّیۡطٰنُ کَمَاۤ اَخۡرَجَ اَبَوَیۡکُمۡ
مِّنَ الۡجَنَّۃِ یَنۡزِعُ عَنۡہُمَا
لِبَاسَہُمَا لِیُرِیَہُمَا سَوۡاٰتِہِمَا ؕ اِنَّہٗ یَرٰىکُمۡ ہُوَ وَ قَبِیۡلُہٗ
مِنۡ حَیۡثُ لَا تَرَوۡنَہُمۡ ؕ اِنَّا جَعَلۡنَا الشَّیٰطِیۡنَ اَوۡلِیَآءَ لِلَّذِیۡنَ لَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾
Wahai Bani Adam, janganlah sekali-kali
membiarkan syaitan menggoda kamu
sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua
orang-tua kamu dari kebun, ia menanggalkan
pakaian keduanya itu untuk menampakkan kepada keduanya aurat mereka, sesungguhnya ia dan suku bangsanya melihat kamu dari
tempat yang kamu tidak dapat melihat mereka. Sesungguhnya Kami
telah menjadikan syaitan-syaitan itu
sahabat-sahabat bagi orang-orang
yang tidak beriman. (Al-A’rāf
[7]:28).
Ruh
jahat yang disebut syaitan dan mereka yang sebangsanya, pada umumnya
tidak nampak oleh mata. Mereka mempergunakan pengaruh secara tidak nampak dan mencari-cari kelemahan-kelemahan tersembunyi pada diri manusia agar dapat
membuatnya tetap mengumbar kelakuan
jahatnya.
Allah Swt. telah menciptakan syaitan hanya sebagai ujian
bagi manusia. Syaitan berlaku sebagai perintang
dalam perlombaan ruhani yang sedang
dihadapi manusia. Perintang-perintang
itu dimaksudkan tidak sebagai penghambat
melainkan untuk menciptakan persaingan
dalam perlombaan itu dan melipatgandakan upaya mereka. Mereka
yang tidak berhati-hati dan lalai, yaitu mereka yang tergelincir karena rintangan-rintangan itu dan kemudian kalah dalam perlombaan harus menyesali
diri mereka sendiri dan jangan menyalahkan orang atau orang-orang yang menempatkan perintang-perintang di jalan mereka
untuk mencoba dan menguji ketabahan mereka, firman-Nya:
وَ قَالَ الشَّیۡطٰنُ
لَمَّا قُضِیَ الۡاَمۡرُ اِنَّ اللّٰہَ وَعَدَکُمۡ وَعۡدَ الۡحَقِّ وَ
وَعَدۡتُّکُمۡ فَاَخۡلَفۡتُکُمۡ ؕ وَ مَا کَانَ لِیَ عَلَیۡکُمۡ مِّنۡ
سُلۡطٰنٍ اِلَّاۤ اَنۡ دَعَوۡتُکُمۡ فَاسۡتَجَبۡتُمۡ لِیۡ ۚ فَلَا
تَلُوۡمُوۡنِیۡ وَ لُوۡمُوۡۤا اَنۡفُسَکُمۡ ؕ مَاۤ اَنَا بِمُصۡرِخِکُمۡ وَ مَاۤ اَنۡتُمۡ بِمُصۡرِخِیَّ ؕ اِنِّیۡ کَفَرۡتُ
بِمَاۤ اَشۡرَکۡتُمُوۡنِ مِنۡ قَبۡلُ ؕ اِنَّ الظّٰلِمِیۡنَ لَہُمۡ عَذَابٌ اَلِیۡمٌ ﴿﴾
Dan tatkala
perkara itu telah diputuskan syaitan
berkata: “Sesungguhnya Allah telah
menjanjikan kepada kamu suatu janji yang benar, dan aku pun menjanjikan kepadamu tetapi aku telah menyalahinya, dan aku se-kali-kali tidak memiliki
kekuasaan apa pun atas kamu, melainkan aku
telah mengajakmu lalu kamu telah mengabulkan ajakanku. Karena itu janganlah kamu mengecamku tetapi kecamlah
dirimu sendiri. Aku sama sekali tidak
dapat menolongmu dan kamu pun sama
sekali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku telah mengingkari apa yang kamu persekutukan denganku sebelumnya,
sesungguhnya orang-orang yang zalim itu
bagi mereka ada azab yang pedih.” (Ibrahim [14]:23).
“Pohon
Terlarang” &
Makna Terbukanya “Aurat”
Dengan demikian jelaslah, bahwa
yang dimaksud dengan “Bani Adam”
adalah orang-orang beriman dari kalangan para pengikut atau jama’ah Nabi Adam a.s., yang beliau himpun kembali setelah peristiwa
terjadinya “perpecahan” di kalangan
mereka akibat tipu-daya syaitan.
Mereka itulah yang dimaksud dengan waraq atau auraq atau “daun-daun surga”
yang digunakan oleh Adam dan istrinya untuk menutupi “aurat” (kelemahan) yang tampak kepada beliau akibat tergoda oleh
tipu-daya
syaitan, firman-Nya:
وَ یٰۤاٰدَمُ
اسۡکُنۡ اَنۡتَ وَ زَوۡجُکَ الۡجَنَّۃَ فَکُلَا مِنۡ حَیۡثُ شِئۡتُمَا وَ
لَا تَقۡرَبَا ہٰذِہِ الشَّجَرَۃَ فَتَکُوۡنَا
مِنَ الظّٰلِمِیۡنَ ﴿ ﴾ فَوَسۡوَسَ لَہُمَا الشَّیۡطٰنُ
لِیُبۡدِیَ لَہُمَا مَا وٗرِیَ عَنۡہُمَا مِنۡ سَوۡاٰتِہِمَا وَ قَالَ مَا
نَہٰکُمَا رَبُّکُمَا عَنۡ ہٰذِہِ الشَّجَرَۃِ
اِلَّاۤ اَنۡ تَکُوۡنَا مَلَکَیۡنِ
اَوۡ تَکُوۡنَا مِنَ الۡخٰلِدِیۡنَ ﴿ ﴾ وَ قَاسَمَہُمَاۤ اِنِّیۡ لَکُمَا لَمِنَ النّٰصِحِیۡنَ ﴿ۙ ﴾
“Dan hai Adam, tinggallah engkau dan istri engkau di dalam jannah
(kebun) ini, lalu makanlah dan minumlah dari mana saja kamu berdua sukai, tetapi janganlah
kamu berdua mendekati pohon ini, karena kamu
berdua akan termasuk orang-orang
yang zalim.” Lalu syaitan
membisikkan nasihat jahat kepada keduanya itu supaya ia dapat menampakkan kepada keduanya itu apa yang tersembunyi dari keduanya itu aurat mereka dan ia berkata: “Tuhan kamu
berdua sekali-kali tidak melarang kamu
be-dua dari pohon ini melainkan agar
kamu berdua jangan menjadi malaikat atau menjadi di antara orang-orang yang hidup
kekal.” Dan ia bersumpah
kepada keduanya itu: “Sesungguhnya aku
benar-benar termasuk orang yang memberi nasihat yang tulus bagi kamu
berdua.” (Al-A’rāf [7]:20-22).
Pohon terlarang dapat juga diartikan perintah-perintah yang menetapkan beberapa benda tertentu dilarang bagi Adam dan istrinya. “Kalimah yang baik” diumpamakan sebagai “pohon baik” dalam Al-Quran (QS.14:25)
dan “kalimah buruk” sebagai “pohon jahat” (QS.14:27).
Sementara pikiran-pikiran
jahat pada akhirnya menjuruskan seseorang kepada kehancuran, maka pikiran-pikiran
jahat itu pun menampakkan kepada
dia kelemahan-kelemahan dirinya.
Karena tempat ketika Adam disuruh tinggal digambarkan secara tamsil dalam Al-Quran sebagai “jannah” (kebun) – bukan surga sebagaimana yang dipercayai umum,
karena orang yang telah masuk surga
di alam akhirat tidak akan pernah
dapat keluar atau dikeluarkan
lagi dari dalamnya (QS.2:26; QS.46:15; QS.98:9) --
karena itu dalam gambaran
berikutnya tamsil itu dilanjutkan.
Nabi Adam a.s. digambarkan
sebagai dilarang mendekati “pohon”
tertentu -- yang bukan pohon dalam arti kata harfiah dan fisik, melainkan suatu
keluarga atau suku tertentu.
Kepada beliau diperintahkan supaya menjauhi
keluarga atau suku itu, sebab anggota-anggota keluarga atau suku tersebut adalah musuh beliau dan mereka itu niscaya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan
untuk mencelakakan beliau dan
“istri” yakni jama’ah beliau. Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
فَدَلّٰىہُمَا بِغُرُوۡرٍ ۚ فَلَمَّا ذَاقَا الشَّجَرَۃَ
بَدَتۡ لَہُمَا سَوۡاٰتُہُمَا وَ طَفِقَا
َخۡصِفٰنِ عَلَیۡہِمَا مِنۡ وَّرَقِ الۡجَنَّۃِ ؕ وَ نَادٰىہُمَا
رَبُّہُمَاۤ اَلَمۡ اَنۡہَکُمَا عَنۡ
تِلۡکُمَا الشَّجَرَۃِ وَ اَقُلۡ
لَّکُمَاۤ اِنَّ الشَّیۡطٰنَ لَکُمَا
عَدُوٌّ مُّبِیۡنٌ ﴿﴾
Lalu ia, syaitan, membujuk kedua mereka itu dengan tipu-daya, maka tatkala keduanya merasai
buah pohon itu tampaklah kepada kedua-nya aurat mereka berdua dan mulailah keduanya menutupi diri mereka dengan daun-daun kebun itu. Dan keduanya diseru
oleh Tuhan mereka: “Bukankah Aku
telah melarang kamu berdua dari mendekati pohon itu dan Aku telah
katakan kepada kamu berdua bahwa sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagi kamu berdua?” (Al-A’rāf [7]:23).
Makna “Daun-daun Surga”
Penutup “Aurat” Adam dan Istrinya
Kata sayy’ah yang berarti
tiap ucapan atau kebiasaan atau perbuatan jahat, kotor, tidak senonoh atau
menjijikkan yang orang biasanya ingin menyembunyikan;
aurat;
ketelanjangan (Lexicon Lane),
di sini dipergunakan dalam artian “aurat”
atau “kelemahan”, sebab tiada aurat manusia yang tersembunyi daripadanya. Beberapa kelemahan Adam sungguh tersembunyi dari beliau dan beliau baru menyadari hal itu ketika musuh-musuh membujuk beliau keluar dari kedudukan
beliau yang aman.
Tiap-tiap orang mempunyai beberapa kelemahan
(aurat) tertentu yang bahkan tersembunyi
dari dirinya sendiri, tetapi menjadi terbuka pada saat genting dan tegang
atau bila ia digoda dan dicoba. Jadi ketika Adam
tergoda dan terpedaya oleh syaitan barulah beliau menjadi sadar akan beberapa kelemahan fitrinya.
Al-Quran tidak mengatakan bahwa kelemahan
Adam dan istri
beliau diketahui orang lain, melainkan
mereka sendiri menjadi sadar akan kelemahan-kelemahan mereka itu setelah
mereka terpedaya oleh bujuk-rayu
syaitan yang menipu. Dalam hal ini yang dimaksud dengan terbukanya aurat keduanya adalah timbulnya
pertentangan di kalangan para pengikut (jamaah) Nabi Adam a.s., dan di antara para pengikut beliau ada yang
melakukan pembangkangan karena terhasut oleh tipu-daya syaitan.
Waraq berarti: bagian terbaik
lagi segar dari sesuatu; kaum muda dalam masyarakat (Lexicon Lane), menunjukkan bahwa tatkala syaitan berhasil menimbulkan perpecahan dalam masyarakat, Nabi Adam a.s. dan beberapa anggota jemaat beliau yang lemah telah keluar
dari lingkungan itu; maka beliau menghimpun auraq (daun-daun) dari taman
itu -- yakni pemuda-pemuda dalam jemaat itu, dan mulai mempersatukan serta menertibkan
kembali kaumnya dengan pertolongan
mereka. Pada umumnya pemudalah yang,
disebabkan kebanyakan mereka bebas dari prarasa-prarasa
dan prasangka-prasangka, mengikuti
dan menolong nabi-nabi Allah (QS.10:84).
(Bersambung).
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam
Farid
***
“Pajajaran Anyar”, 27 September 2012
Ki Langlang Buana Kusuma
apakah aki sudah pernah mengalami apa yang ada di dalam Al Qur'an??kalau belum mengalami jangan menyampaikan,,karna itu adalah dusta yang besar..
BalasHapus