Kamis, 27 September 2012

Hakikat "Pohon Terlarang" dan Terbukanya "Aurat" serta "Daun-daun Surga"








بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


  SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN

Bab 87
    
 Hakikat “Pohon Terlarang” dan
Terbukanya “Aurat serta “Daun-daun Surga 

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


Pada bagian akhir Bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai  firman Allah Swt. berikut ini:
وَ حُوۡرٌ عِیۡنٌ ﴿ۙ ﴾   کَاَمۡثَالِ اللُّؤۡلُؤَ  الۡمَکۡنُوۡنِ ﴿ۚ ﴾  جَزَآءًۢ  بِمَا کَانُوۡا یَعۡمَلُوۡنَ ﴿ ﴾   لَا یَسۡمَعُوۡنَ فِیۡہَا لَغۡوًا  وَّ لَا  تَاۡثِیۡمًا ﴿ۙ ﴾   اِلَّا  قِیۡلًا  سَلٰمًا سَلٰمًا ﴿ ﴾
Dan pasangan-pasangan   yang bermata jeli,    laksana mutiara yang tersimpan baik. Sebagai ganjaran atas apa yang telah mereka kerjakan.    Di dalamnya mereka tidak   mendengar ucapan sia-sia dan tidak pula ucapan yang menimbulkan dosa.   Melainkan hanya ucapan: “Selamat sejahtera, selamat sejahtera.” (Al-Wāqi’ah  [56]:23-27).
    Kembali kepada  Surah Al-Thur, selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai suasana  damai   yang dirasakan oleh para penghuni surga:
قَالُوۡۤا اِنَّا کُنَّا قَبۡلُ فِیۡۤ   اَہۡلِنَا مُشۡفِقِیۡنَ ﴿﴾   فَمَنَّ اللّٰہُ عَلَیۡنَا وَ  وَقٰىنَا عَذَابَ السَّمُوۡمِ ﴿﴾  اِنَّا کُنَّا مِنۡ قَبۡلُ نَدۡعُوۡہُ ؕ اِنَّہٗ  ہُوَ الۡبَرُّ   الرَّحِیۡمُ ﴿٪﴾
Dan sebagian mereka duduk berhadap-hadapan dengan sebagian lain  akan saling bertanya. Mereka berkata: “Sesungguhnya dahulu ketika kami di tengah-tengah keluarga kami, kami merasa takut kepada azab.  Lalu Allah telah memberi anugerah atas kami dan telah memelihara kami dari azab angin panas.   Sesungguhnya kami senantiasa berdoa kepada-Nya. Sesungguhnya Dia benar-benar Maha Pelimpah kebaikan, Maha Penyayang.” (Al-Thūr [52]:26-28).
       Di samping arti yang diberikan dalam teks terjemahan ayat, ayat ini dapat juga berarti  “Oleh karena terkepung oleh musuh-musuh, ancaman mereka kadang-kadang mengejutkan dan menggetarkan hati kami. Akan tetapi sekarang kami menikmati ketenteraman dan keamanan yang sempurna.”

Makna Ucapan Allah Swt. “Salām” kepada Ahli Surga &
Hardikan Allah Swt. kepada Ahli Neraka

       Jadi, kembali kepada pembahasan awal mengenai aktivitas ahli surga yang dikemukakan dalam Surah Yā Sīn, firman-Nya:
اِنَّ  اَصۡحٰبَ الۡجَنَّۃِ  الۡیَوۡمَ فِیۡ  شُغُلٍ فٰکِہُوۡنَ ﴿ۚ ﴾  ہُمۡ وَ اَزۡوَاجُہُمۡ فِیۡ ظِلٰلٍ عَلَی الۡاَرَآئِکِ مُتَّکِـُٔوۡنَ ﴿ ﴾  لَہُمۡ فِیۡہَا فَاکِہَۃٌ  وَّ لَہُمۡ مَّا یَدَّعُوۡنَ ﴿ۚۖ ﴾   سَلٰمٌ ۟ قَوۡلًا  مِّنۡ  رَّبٍّ  رَّحِیۡمٍ ﴿ ﴾
Sesungguhnya para ahli surga pada hari itu akan bergembira dalam kesibukan mereka.  Mereka dan istri-istri mereka berada di tempat-tempat teduh   sambil bersandar di atas dipan-dipan.  Bagi mereka di dalamnya tersedia buah-buahan, dan bagi mereka  apa pun yang mereka minta.   Salām  (selamat sejahtera ) adalah  ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang. (Yā Sīn [36]:56-59).
        Ayat 56 menjelaskan bahwa kehidupan di alam akhirat yang pada umumnya keliru diartikan itu, bukanlah kehidupan santai dan bermalas-malas, melainkan suatu kehidupan dengan kesibukan kerja terus-menerus dan kemajuan ruhani yang senantiasa meningkat, sebab “bertemu” dengan Allah Swt.   tidak seperti bertemunya dua wujud jasmani --   yang apabila sudah bertemu  serta berhadap-hadapan tidak ada bertemu yang lebih jauh daripada itu – melainkan merupakan suatu “pertemuan” yang tidak ada habis-habisnya kesempurnaan pertemuan tersebut, sebab Allah Swt. berfirman:
یَسۡـَٔلُہٗ  مَنۡ  فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ؕ کُلَّ  یَوۡمٍ ہُوَ  فِیۡ  شَاۡنٍ ﴿ۚ﴾
Kepada-Nya memohon  segala yang ada di seluruh langit dan bumi. Setiap hari Dia menampakkan sifat-Nya dalam keadaan yang berlainan. (Al-Rahmān [55]:30). 
   Untuk mempertahankan hidup dan memenuhi segala keperluannya, sekalian makhluk bergantung pada Allah Swt., Yang adalah Sang Pencipta, Pemberi rezeki, dan Pemelihara mereka. Sifat-sifat Ilahi tidak mengenal batas atau hitungan, dan Sifat-sifat itu menjelmakan diri dalam berbagai cara di sepanjang masa.
        Surah Yā Sīn ayat  57  sebelumnya  menjelaskan – “Mereka dan istri-istri mereka berada di tempat-tempat teduh   sambil bersandar di atas dipan-dipan“ -- menjelaskan bahwa segala kegembiraan dan kebahagiaan bertambah lipat ganda bila seseorang menikmatinya bersama-sama dengan orang-orang yang dicintainya. Ayat selanjutnya (57) menjelaskan,  bahwa dengan  satu kata tunggal, salām (selamat sejahtera), yang artinya  damai,” ayat ini mengikhtisarkan semua nikmat surga yang beraneka ragam itu  ialah “damai dengan Tuhan dan damai dengan diri sendiri,” yaitu  ketenteraman alam pikiran dan jiwa. Inilah taraf tertinggi rahmat surgawi.
        Selanjutnya Allah Swt. berfirman  kepada  calon penghuni  neraka jahannam  dengan nada keras:
وَ امۡتَازُوا الۡیَوۡمَ اَیُّہَا الۡمُجۡرِمُوۡنَ ﴿ ﴾   اَلَمۡ  اَعۡہَدۡ  اِلَیۡکُمۡ یٰبَنِیۡۤ  اٰدَمَ اَنۡ  لَّا تَعۡبُدُوا الشَّیۡطٰنَ ۚ اِنَّہٗ  لَکُمۡ  عَدُوٌّ مُّبِیۡنٌ ﴿ۙ ﴾   وَّ  اَنِ اعۡبُدُوۡنِیۡ ؕؔ ہٰذَا  صِرَاطٌ مُّسۡتَقِیۡمٌ ﴿ ﴾   وَ لَقَدۡ اَضَلَّ  مِنۡکُمۡ  جِبِلًّا کَثِیۡرًا ؕ اَفَلَمۡ  تَکُوۡنُوۡا تَعۡقِلُوۡنَ ﴿ ﴾  ہٰذِہٖ  جَہَنَّمُ  الَّتِیۡ  کُنۡتُمۡ  تُوۡعَدُوۡنَ ﴿    اِصۡلَوۡہَا الۡیَوۡمَ بِمَا کُنۡتُمۡ تَکۡفُرُوۡنَ ﴿ ﴾
“Dan pisahkanlah diri kamu pada hari ini, hai orang-orang yang berdosa.  Bukankah  Aku telah memerintahkan kepada kamu hai Bani Adam, bahwa  janganlah kamu menyembah syaitan sesungguhnya ia bagimu adalah  musuh yang nyata. Dan hendaknya kamu menyembah-Ku, inilah jalan yang lurus.   Dan  sungguh  syaitan benar-benar telah menyesatkan sebagian besar dari antara kamu, maka apakah ka-mu tidak mau berpikir? Inilah Jahannam yang telah dijanjikan kepada kamu. Masukilah itu pada hari ini, disebabkan kamu dahulu selalu  mengingkari.”  (Yā Sīn [36]:60-64).

Makna “Bani Adam” &
Fungsi “Godaan Syaitan

     Pertama, yang perlu diperhatikan bahwa pihak yang diperingatkan Allah Swt. dalam ayat tersebut adalah “Bani Adam”, bukan manusia secara umum. Hal ini erat hubungannya dengan firman Allah Swt. berikut ini:
یٰبَنِیۡۤ  اٰدَمَ  قَدۡ  اَنۡزَلۡنَا عَلَیۡکُمۡ  لِبَاسًا یُّوَارِیۡ سَوۡاٰتِکُمۡ وَ رِیۡشًا ؕ وَ لِبَاسُ التَّقۡوٰی ۙ ذٰلِکَ خَیۡرٌ ؕ ذٰلِکَ مِنۡ اٰیٰتِ اللّٰہِ  لَعَلَّہُمۡ  یَذَّکَّرُوۡنَ ﴿﴾
Wahai Bani Adam,  sungguh  Kami telah menurunkan kepada kamu pakaian penutup auratmu dan sebagai  perhiasan, dan pakaian takwa  itulah yang terbaik, yang demikian itu adalah sebagian dari Tanda-tanda Allah, supaya  mereka mendapat nasihat. (Al-A’rāf [7]:27).
          Selanjutnya Allah Swt. berfirman memperingatkan Bani Adam mengenai  tipu-daya syaitan  yang telah mengakibatkan  Adam terpaksa  harus keluar dari “jannah” (kebun/taman) --  yakni “kehidupan surgawi” – yang sebelumnya beliau nikmati bersama istrinya atau jama’ahnya , firman-Nya:
   یٰبَنِیۡۤ  اٰدَمَ  لَا یَفۡتِنَنَّکُمُ الشَّیۡطٰنُ کَمَاۤ اَخۡرَجَ  اَبَوَیۡکُمۡ  مِّنَ الۡجَنَّۃِ یَنۡزِعُ عَنۡہُمَا لِبَاسَہُمَا لِیُرِیَہُمَا سَوۡاٰتِہِمَا ؕ اِنَّہٗ یَرٰىکُمۡ ہُوَ وَ قَبِیۡلُہٗ مِنۡ حَیۡثُ لَا تَرَوۡنَہُمۡ ؕ اِنَّا جَعَلۡنَا الشَّیٰطِیۡنَ اَوۡلِیَآءَ  لِلَّذِیۡنَ لَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾
Wahai Bani Adam, janganlah sekali-kali membiarkan syaitan menggoda kamu sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua orang-tua kamu dari kebun, ia menanggalkan pakaian keduanya itu untuk  menampakkan kepada keduanya  aurat mereka, sesungguhnya ia dan suku bangsanya melihat kamu dari tempat yang kamu tidak dapat melihat mereka. Sesungguhnya  Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu  sahabat-sahabat bagi orang-orang yang tidak beriman.  (Al-A’rāf [7]:28).
  Ruh jahat yang disebut syaitan dan mereka yang sebangsanya, pada umumnya tidak nampak oleh mata. Mereka mempergunakan pengaruh secara tidak nampak dan mencari-cari kelemahan-kelemahan tersembunyi pada diri manusia agar dapat membuatnya tetap mengumbar kelakuan jahatnya.

    Selanjutnya Allah Swt. berfirman memperingatkan Bani Adam mengenai  tipu-daya syaitan  yang telah mengakibatkan  Adam terpaksa  harus keluar dari “jannah” (kebun/taman) --  yakni “kehidupan surgawi” – yang sebelumnya beliau nikmati bersama istrinya atau jama’ahnya , firman-Nya:
    یٰبَنِیۡۤ  اٰدَمَ  لَا یَفۡتِنَنَّکُمُ الشَّیۡطٰنُ کَمَاۤ اَخۡرَجَ  اَبَوَیۡکُمۡ  مِّنَ الۡجَنَّۃِ یَنۡزِعُ عَنۡہُمَا لِبَاسَہُمَا لِیُرِیَہُمَا سَوۡاٰتِہِمَا ؕ اِنَّہٗ یَرٰىکُمۡ ہُوَ وَ قَبِیۡلُہٗ مِنۡ حَیۡثُ لَا تَرَوۡنَہُمۡ ؕ اِنَّا جَعَلۡنَا الشَّیٰطِیۡنَ اَوۡلِیَآءَ  لِلَّذِیۡنَ لَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾

 Wahai Bani Adam, janganlah sekali-kali membiarkan syaitan menggoda kamu sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua orang-tua kamu dari kebun, ia menanggalkan pakaian keduanya itu untuk  menampakkan kepada keduanya  aurat mereka, sesungguhnya ia dan suku bangsanya melihat kamu dari tempat yang kamu tidak dapat melihat mereka. Sesungguhnya  Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu  sahabat-sahabat bagi orang-orang yang tidak beriman.  (Al-A’rāf [7]:28).
  Ruh jahat yang disebut syaitan dan mereka yang sebangsanya, pada umumnya tidak nampak oleh mata. Mereka mempergunakan pengaruh secara tidak nampak dan mencari-cari kelemahan-kelemahan tersembunyi pada diri manusia agar dapat membuatnya tetap mengumbar kelakuan jahatnya.
 Allah Swt. telah menciptakan syaitan hanya sebagai ujian bagi manusia. Syaitan berlaku sebagai perintang dalam perlombaan ruhani yang sedang dihadapi manusia. Perintang-perintang itu dimaksudkan tidak sebagai penghambat melainkan untuk menciptakan persaingan dalam perlombaan itu dan melipatgandakan upaya mereka. Mereka yang tidak berhati-hati dan lalai, yaitu mereka yang tergelincir karena rintangan-rintangan itu dan kemudian kalah dalam perlombaan harus menyesali diri mereka sendiri dan jangan menyalahkan  orang atau orang-orang yang menempatkan perintang-perintang di jalan mereka untuk mencoba dan menguji ketabahan mereka, firman-Nya:
وَ قَالَ  الشَّیۡطٰنُ لَمَّا قُضِیَ الۡاَمۡرُ اِنَّ اللّٰہَ وَعَدَکُمۡ وَعۡدَ الۡحَقِّ وَ وَعَدۡتُّکُمۡ فَاَخۡلَفۡتُکُمۡ ؕ وَ مَا کَانَ لِیَ عَلَیۡکُمۡ مِّنۡ سُلۡطٰنٍ  اِلَّاۤ  اَنۡ دَعَوۡتُکُمۡ فَاسۡتَجَبۡتُمۡ لِیۡ ۚ فَلَا تَلُوۡمُوۡنِیۡ وَ لُوۡمُوۡۤا اَنۡفُسَکُمۡ ؕ مَاۤ  اَنَا بِمُصۡرِخِکُمۡ وَ مَاۤ  اَنۡتُمۡ بِمُصۡرِخِیَّ ؕ اِنِّیۡ کَفَرۡتُ بِمَاۤ اَشۡرَکۡتُمُوۡنِ مِنۡ قَبۡلُ ؕ اِنَّ الظّٰلِمِیۡنَ لَہُمۡ  عَذَابٌ اَلِیۡمٌ ﴿﴾
Dan tatkala perkara itu telah diputuskan syaitan berkata: “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepada kamu suatu janji yang benar, dan aku pun menjanjikan kepadamu tetapi aku telah menyalahinya, dan aku  se-kali-kali tidak memiliki kekuasaan apa pun atas kamu, melainkan aku telah mengajakmu lalu kamu telah mengabulkan ajakanku. Karena itu janganlah kamu mengecamku tetapi kecamlah dirimu sendiri. Aku sama sekali tidak dapat menolongmu dan kamu pun sama sekali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku telah mengingkari apa yang kamu persekutukan denganku sebelumnya, sesungguhnya orang-orang yang zalim itu bagi mereka ada azab yang pedih.” (Ibrahim [14]:23).

“Pohon Terlarang” &
Makna  Terbukanya “Aurat

         Dengan demikian jelaslah, bahwa yang dimaksud dengan “Bani Adam” adalah orang-orang beriman  dari kalangan para pengikut  atau jama’ah Nabi Adam a.s., yang beliau himpun kembali setelah peristiwa terjadinya “perpecahan” di kalangan mereka akibat tipu-daya syaitan.
       Mereka itulah yang dimaksud dengan waraq atau auraq atau “daun-daun surga” yang digunakan oleh Adam dan istrinya untuk menutupi “aurat” (kelemahan) yang tampak kepada beliau akibat tergoda oleh   tipu-daya syaitan, firman-Nya:
وَ یٰۤاٰدَمُ  اسۡکُنۡ اَنۡتَ وَ زَوۡجُکَ الۡجَنَّۃَ فَکُلَا مِنۡ حَیۡثُ شِئۡتُمَا وَ لَا تَقۡرَبَا ہٰذِہِ الشَّجَرَۃَ  فَتَکُوۡنَا مِنَ  الظّٰلِمِیۡنَ ﴿ ﴾  فَوَسۡوَسَ لَہُمَا الشَّیۡطٰنُ لِیُبۡدِیَ لَہُمَا مَا وٗرِیَ عَنۡہُمَا مِنۡ سَوۡاٰتِہِمَا وَ قَالَ مَا نَہٰکُمَا رَبُّکُمَا عَنۡ ہٰذِہِ الشَّجَرَۃِ  اِلَّاۤ اَنۡ  تَکُوۡنَا مَلَکَیۡنِ اَوۡ تَکُوۡنَا مِنَ  الۡخٰلِدِیۡنَ ﴿ ﴾   وَ قَاسَمَہُمَاۤ  اِنِّیۡ لَکُمَا لَمِنَ النّٰصِحِیۡنَ ﴿ۙ ﴾
“Dan  hai Adam, tinggallah engkau dan istri engkau di dalam  jannah (kebun)  ini, lalu makanlah dan minumlah dari mana saja kamu berdua sukai,  tetapi janganlah kamu berdua mendekati pohon ini,   karena kamu berdua akan termasuk orang-orang  yang  zalim.”   Lalu   syaitan membisikkan nasihat jahat kepada keduanya itu supaya ia dapat menampakkan kepada keduanya itu apa yang tersembunyi dari keduanya itu aurat   mereka dan ia berkata: “Tuhan kamu berdua sekali-kali tidak   melarang kamu be-dua dari pohon ini melainkan agar kamu berdua jangan menjadi malaikat atau menjadi di antara orang-orang yang hidup kekal.”   Dan ia bersumpah kepada keduanya itu: “Sesungguhnya aku benar-benar termasuk orang yang memberi nasihat yang tulus bagi kamu berdua.” (Al-A’rāf [7]:20-22).
   Pohon terlarang  dapat juga diartikan perintah-perintah yang menetapkan beberapa benda tertentu dilarang bagi Adam dan istrinya. “Kalimah yang baik” diumpamakan sebagai “pohon baik” dalam Al-Quran (QS.14:25) dan “kalimah buruk” sebagai “pohon jahat” (QS.14:27).
  Sementara pikiran-pikiran jahat pada akhirnya menjuruskan seseorang kepada kehancuran, maka pikiran-pikiran jahat itu pun menampakkan kepada dia kelemahan-kelemahan dirinya. Karena tempat ketika Adam   disuruh tinggal digambarkan secara tamsil dalam Al-Quran sebagai “jannah” (kebun) – bukan surga sebagaimana yang dipercayai umum, karena orang yang telah masuk surga di alam akhirat tidak akan pernah dapat keluar atau  dikeluarkan lagi dari dalamnya  (QS.2:26; QS.46:15;  QS.98:9) --   karena itu dalam gambaran berikutnya tamsil itu dilanjutkan.
Nabi Adam a.s.  digambarkan sebagai dilarang mendekati “pohon” tertentu  -- yang bukan pohon dalam arti kata harfiah dan fisik, melainkan suatu keluarga atau suku tertentu. Kepada beliau diperintahkan supaya menjauhi keluarga atau suku itu, sebab anggota-anggota keluarga atau suku tersebut adalah musuh beliau dan mereka itu niscaya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk mencelakakan beliau dan “istri”  yakni jama’ah beliau. Selanjutnya Allah Swt. berfirman: 
فَدَلّٰىہُمَا بِغُرُوۡرٍ ۚ فَلَمَّا ذَاقَا الشَّجَرَۃَ بَدَتۡ لَہُمَا سَوۡاٰتُہُمَا وَ طَفِقَا  َخۡصِفٰنِ عَلَیۡہِمَا مِنۡ وَّرَقِ الۡجَنَّۃِ ؕ وَ نَادٰىہُمَا رَبُّہُمَاۤ  اَلَمۡ اَنۡہَکُمَا عَنۡ تِلۡکُمَا الشَّجَرَۃِ  وَ اَقُلۡ لَّکُمَاۤ  اِنَّ الشَّیۡطٰنَ لَکُمَا عَدُوٌّ مُّبِیۡنٌ ﴿﴾
Lalu ia, syaitan,  membujuk kedua mereka itu dengan tipu-daya, maka tatkala keduanya   merasai buah pohon itu  tampaklah kepada kedua-nya  aurat mereka berdua dan mulailah keduanya  menutupi diri mereka dengan daun-daun kebun itu. Dan keduanya  diseru oleh Tuhan mereka: “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari mendekati pohon itu dan Aku telah katakan kepada kamu berdua  bahwa sesungguhnya syaitan itu  musuh yang nyata bagi kamu berdua?”   (Al-A’rāf [7]:23).

Makna “Daun-daun Surga
Penutup “Aurat” Adam dan Istrinya

   Kata sayy’ah yang berarti tiap ucapan atau kebiasaan atau perbuatan jahat, kotor, tidak senonoh atau menjijikkan yang orang biasanya ingin menyembunyikan; aurat; ketelanjangan (Lexicon Lane), di sini dipergunakan dalam artian “aurat” atau “kelemahan”, sebab  tiada aurat manusia yang tersembunyi daripadanya. Beberapa kelemahan Adam   sungguh tersembunyi dari beliau dan beliau baru menyadari hal itu ketika musuh-musuh membujuk beliau keluar dari kedudukan beliau yang aman.
   Tiap-tiap orang mempunyai beberapa kelemahan (aurat) tertentu yang bahkan tersembunyi dari dirinya sendiri, tetapi  menjadi terbuka pada saat genting dan tegang atau bila ia digoda dan dicoba. Jadi  ketika Adam  tergoda dan terpedaya oleh syaitan barulah beliau menjadi sadar akan beberapa kelemahan fitrinya.
   Al-Quran tidak mengatakan bahwa kelemahan Adam   dan istri beliau diketahui orang lain, melainkan mereka sendiri menjadi sadar akan kelemahan-kelemahan mereka itu setelah mereka terpedaya oleh  bujuk-rayu syaitan yang menipu. Dalam hal ini yang dimaksud dengan terbukanya aurat  keduanya adalah timbulnya pertentangan di kalangan para pengikut (jamaah) Nabi Adam a.s., dan   di antara para pengikut beliau ada yang melakukan  pembangkangan karena terhasut oleh tipu-daya syaitan.
     Waraq berarti: bagian terbaik lagi segar dari sesuatu; kaum muda dalam masyarakat (Lexicon Lane), menunjukkan bahwa tatkala syaitan berhasil menimbulkan perpecahan dalam masyarakat,  Nabi Adam a.s.   dan beberapa anggota jemaat beliau yang lemah telah keluar dari lingkungan itu; maka beliau menghimpun auraq (daun-daun) dari taman itu -- yakni  pemuda-pemuda dalam jemaat itu, dan mulai mempersatukan serta menertibkan kembali kaumnya dengan pertolongan mereka. Pada umumnya pemudalah yang, disebabkan kebanyakan mereka bebas dari prarasa-prarasa dan prasangka-prasangka, mengikuti dan menolong nabi-nabi Allah (QS.10:84).

(Bersambung). 

Rujukan: The Holy Quran
Editor:    Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar”, 27 September 2012
Ki Langlang Buana Kusuma

1 komentar:

  1. apakah aki sudah pernah mengalami apa yang ada di dalam Al Qur'an??kalau belum mengalami jangan menyampaikan,,karna itu adalah dusta yang besar..

    BalasHapus