بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
SURAH YÂ SÎN
JANTUNG AL-QURAN
BAB 20
Terkabulnya Doa “Orang-orang Berakal”
yang Dizalimi
yang Dizalimi
Oleh
Ki Langlang
Buana Kusuma
Dalam BAB 19 telah dijelaskan mengenai ancaman pengusiran dan ancaman
untuk melakukan kemurtadan dari agama Allah yang diajarkan oleh para rasul Allah, sebagaimana yang dilakukan
para pemuka kaum Nabi Syu’aib a.s. terhadap beliau dan para pengikutnya yang beriman, firman-Nya:
قَالَ الۡمَلَاُ الَّذِیۡنَ اسۡتَکۡبَرُوۡا
مِنۡ قَوۡمِہٖ لَنُخۡرِجَنَّکَ یٰشُعَیۡبُ وَ الَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡا مَعَکَ مِنۡ قَرۡیَتِنَاۤ اَوۡ لَتَعُوۡدُنَّ فِیۡ مِلَّتِنَا ؕ قَالَ اَوَ لَوۡ کُنَّا کٰرِہِیۡنَ ﴿۟﴾ قَدِ افۡتَرَیۡنَا عَلَی اللّٰہِ کَذِبًا اِنۡ عُدۡنَا فِیۡ مِلَّتِکُمۡ بَعۡدَ اِذۡ نَجّٰنَا اللّٰہُ
مِنۡہَا ؕ وَ مَا یَکُوۡنُ لَنَاۤ
اَنۡ نَّعُوۡدَ فِیۡہَاۤ اِلَّاۤ
اَنۡ یَّشَآءَ اللّٰہُ رَبُّنَا ؕ وَسِعَ رَبُّنَا کُلَّ شَیۡءٍ عِلۡمًا ؕ
عَلَی اللّٰہِ تَوَکَّلۡنَا ؕ رَبَّنَا افۡتَحۡ بَیۡنَنَا وَ بَیۡنَ قَوۡمِنَا
بِالۡحَقِّ وَ اَنۡتَ خَیۡرُ الۡفٰتِحِیۡنَ ﴿﴾
Pemuka-pemuka kaumnya yang sombong
berkata: “Hai Syu’aib, niscaya
kami akan mengusir engkau, dan juga orang-orang yang telah beriman beserta engkau dari kota kami, atau kamu harus kembali ke dalam agama kami.” Ia berkata: “Apakah
walaupun kami benar-benar tidak
menyukainya? Sungguh
kami telah mengada-adakan kedustaan
terhadap Allah,
seandainya kami kembali ke dalam agama
kamu, setelah Allah
menyelamatkan kami darinya. Dan sekali-kali tidak layak bagi kami kembali ke
dalamnya kecuali jika Allah Tuhan kami menghendaki. Ilmu Tuhan kami meliputi segala sesuatu,
kepada Allah-lah
kami bertawakal. Ya Tuhan kami, berilah keputusan di antara kami dan kaum
kami dengan haq dan Engkau adalah
sebaik-baik Pemberi Keputusan.” (Al-A’rāf [6]:89-90).
Kezaliman yang Berulang
Ancaman
melakukan kekerasan dan pemaksaan seperti itu terjadi di setiap
zaman kedatangan para rasul Allah,
termasuk di Akhir Zaman ini, firman-Nya:
وَ قَالَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا
لِرُسُلِہِمۡ لَنُخۡرِجَنَّکُمۡ مِّنۡ اَرۡضِنَاۤ
اَوۡ لَتَعُوۡدُنَّ فِیۡ مِلَّتِنَا ؕ فَاَوۡحٰۤی اِلَیۡہِمۡ رَبُّہُمۡ
لَنُہۡلِکَنَّ الظّٰلِمِیۡنَ ﴿ۙ﴾ وَ لَنُسۡکِنَنَّـکُمُ الۡاَرۡضَ
مِنۡۢ بَعۡدِہِمۡ ؕ ذٰلِکَ لِمَنۡ خَافَ مَقَامِیۡ وَ خَافَ وَعِیۡدِ ﴿﴾
Dan orang-orang
yang kafir kepada rasul-rasul mereka berkata: “Niscaya
kami akan mengusir kamu dari kota kami, atau kamu harus kembali kepada agama kami.” Maka Tuhan mereka mewahyukan kepada mereka: “Niscaya Kami akan membina-sakan orang-orang yang zalim itu. Dan niscaya Kami akan menempatkan kamu di bumi ini setelah mereka. Inilah janji
bagi siapa yang takut akan martabat-Ku
dan takut kepada ancaman-Ku.” (Ibrahim [14]:14-15).
Dengan demikian
ancaman para pemuka “penduduk kota” terhadap 3 orang rasul Allah yang diutus
kepada mereka pada hakikatnya merupakan “ancaman klasik” yang kembali berulang, firman-Nya:
قَالُوۡۤا اِنَّا تَطَیَّرۡنَا بِکُمۡ ۚ لَئِنۡ لَّمۡ
تَنۡتَہُوۡا لَنَرۡجُمَنَّکُمۡ وَ لَیَمَسَّنَّکُمۡ مِّنَّا عَذَابٌ اَلِیۡمٌ ﴿﴾
Mereka
berkata: “Sesungguhnya kemalangan kami
karena kamu, jika kamu tidak benar-benar berhenti, niscaya kami akan
merajammu, dan niscaya azab yang pedih akan menimpa kamu
dari kami” (Yā Sīn [36]:19).
Rajama-hu berarti: ia merajamnya; ia
melempari dan membunuh dia (Lexicon
Lane). Jadi, mereka bukan hanya telah menisbahkan berbagai kemalangan dan bencana
yang menimpa mereka kepada para rasul
Allah, bahkan mereka mengancam
akan mengusir dengan paksa
atau akan membunuh para rasul Allah
tersebut.
Terhadap tuduhan dan ancaman dari
para pemuka “penduduk kota” tersebut selanjutnya Allah Swt. berfirman:
قَالُوۡا طَآئِرُکُمۡ مَّعَکُمۡ ؕ اَئِنۡ ذُکِّرۡتُمۡ
ؕ بَلۡ اَنۡتُمۡ قَوۡمٌ
مُّسۡرِفُوۡنَ ﴿﴾
Mereka, para
rasul, berkata: “Kemalangan kamu
itu bersama dirimu sendiri. Apakah
jika kamu diperingatkan kamu mengancam kami? Bahkan kamu adalah kaum
yang melampaui batas.” (Yā Sīn [36]:20).
Mereka yang Mata Ruhaninya Buta &
“Orang-orang yang Berakal”
Demikianlah, apabila hati telah keras membatu maka mata
ruhani pun menjadi buta (QS.17:73; QS.22:46-49), akibatnya sekali pun berbagai Tanda-tanda Allah atau mukjizat diperlihatkan oleh para rasul Allah di hadapan mereka maka
semuanya itu tidak akan membuat mereka sadar
dari kesesatannya (QS.6:112-114), firman-Nya:
وَ مَنۡ کَانَ
فِیۡ ہٰذِہٖۤ اَعۡمٰی فَہُوَ فِی
الۡاٰخِرَۃِ اَعۡمٰی وَ اَضَلُّ سَبِیۡلًا ﴿﴾
Dan
barangsiapa buta di dunia ini maka di akhirat
pun ia akan buta
juga dan bahkan mungkin lebih tersesat dari jalan. (Bani Israil [17]:73).
Mereka yang tidak
mempergunakan mata ruhani mereka
dengan cara yang wajar di dunia ini (QS.3:191-195) akan
tetap luput dari penglihatan ruhani di dalam akhirat.
Al-Quran menyebut mereka yang tidak merenungkan Tanda-tanda Allah
serta tidak memperoleh manfaat darinya “buta”.
Orang-orang seperti itu di alam akhirat
pun akan tetap dalam keadaan buta.
Sebaliknya, mereka yang “mata ruhaninya” berfungsi dengan baik -- yakni “ūlil
albāb – orang-orang yang berakal” -- maka dengan melihat Tanda-tanda Allah yang tersebar di alam semesta ini dan dengan melihat Tanda-tanda zaman, mereka itu akhirnya akan dapat mengenal dan beriman
kepada rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan kepada mereka (QS.7:35-37), firman-Nya:
اِنَّ فِیۡ خَلۡقِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ اخۡتِلَافِ
الَّیۡلِ وَ النَّہَارِ لَاٰیٰتٍ لِّاُولِی
الۡاَلۡبَابِ ﴿ ﴾ۚۙ الَّذِیۡنَ
یَذۡکُرُوۡنَ اللّٰہَ قِیٰمًا وَّ قُعُوۡدًا
وَّ عَلٰی جُنُوۡبِہِمۡ وَ یَتَفَکَّرُوۡنَ فِیۡ خَلۡقِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ
ۚ رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ ہٰذَا بَاطِلًا ۚ سُبۡحٰنَکَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ﴿ ﴾ رَبَّنَاۤ اِنَّکَ
مَنۡ تُدۡخِلِ النَّارَ فَقَدۡ اَخۡزَیۡتَہٗ ؕ وَ مَا لِلظّٰلِمِیۡنَ مِنۡ
اَنۡصَارٍ ﴿ ﴾ رَبَّنَاۤ اِنَّنَا
سَمِعۡنَا مُنَادِیًا یُّنَادِیۡ لِلۡاِیۡمَانِ اَنۡ اٰمِنُوۡا بِرَبِّکُمۡ فَاٰمَنَّا ٭ۖ رَبَّنَا فَاغۡفِرۡ لَنَا
ذُنُوۡبَنَا وَ کَفِّرۡ عَنَّا سَیِّاٰتِنَا وَ تَوَفَّنَا مَعَ الۡاَبۡرَارِ ﴿ ﴾ۚ رَبَّنَا وَ اٰتِنَا مَا
وَعَدۡتَّنَا عَلٰی رُسُلِکَ وَ لَا تُخۡزِنَا یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ ؕ اِنَّکَ لَا
تُخۡلِفُ الۡمِیۡعَادَ ﴿ ﴾
Sesungguhnya
dalam penciptaan seluruh langit dan bumi
serta pertukaran malam dan siang benar-benar terdapat Tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang
yang mengingat Allah
sambil berdiri, duduk, dan sambil
berbaring atas rusuk mereka, dan mereka memikirkan mengenai penciptaan seluruh langit dan bumi seraya berkata: “Ya Tuhan kami, sekali-kali tidaklah Engkau
menciptakan semua ini sia-sia, Maha Suci Engkau
dari perbuatan sia-sia maka peliharalah
kami dari azab Api. Wahai Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam Api maka sungguh Engkau telah menghinakannya, dan sekali-kali tidak ada bagi orang-orang
zalim seorang penolong pun. Wahai
Tuhan kami, sesungguhnya kami telah
mendengar seorang Penyeru menyeru kami kepada ke-imanan seraya berkata: "Berimanlah
kamu kepada Tuhan-mu" maka kami
telah beriman. Wahai Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami, hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan
kami, dan wafatkanlah kami bersama orang-orang yang berbuat kebajikan. Wahai
Tuhan kami, karena itu berikanlah kepada kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau, dan janganlah Engkau menghinakan kami pada Hari
Kiamat, sesungguhnya Engkau tidak pernah
menyalahi janji.” (Ali ‘Imran [3]:191-195).
Berfungsinya mata
ruhani orang-orang yang berakal (ūlil albāb) itulah -- yang dengan
karunia Allah Swt. -- menyebabkan
mereka mengenal dan beriman kepada rasul Allah, yang kedatangannya dijanjikan kepada mereka. Namun sebagai akibat dari berimannya mereka itu maka Sunnatullah -- yang terjadi para para
rasul Allah terdahulu dan para pengikutnya
-- berlaku pula atas mereka, yakni mereka akan mengalami berbagai bentuk kezaliman dari para pemuka
kaum yang mendustakan dan menentang rasul Allah tersebut, sebagaimana firman-Nya sebelum ini:
قَالُوۡۤا اِنَّا تَطَیَّرۡنَا بِکُمۡ ۚ لَئِنۡ لَّمۡ
تَنۡتَہُوۡا لَنَرۡجُمَنَّکُمۡ وَ لَیَمَسَّنَّکُمۡ مِّنَّا عَذَابٌ اَلِیۡمٌ ﴿﴾
Mereka
berkata: “Sesungguhnya kemalangan kami
karena kamu, jika kamu tidak benar-benar berhenti, niscaya kami akan
merajammu, dan niscaya azab yang pedih akan menimpa kamu
dari kami” (Yā Sīn [36]:19).
Pengabulan Doa dan Penerimaan
Amal Shaleh
Namun justru berbagai bentuk penderitaan di jalan Allah itulah yang membuat
doa-doa mereka dikabulkan Allah Swt., sebagaimana dikemukakan oleh lanjutan firman Allah Swt.
tersebut:
فَاسۡتَجَابَ لَہُمۡ رَبُّہُمۡ اَنِّیۡ لَاۤ اُضِیۡعُ
عَمَلَ عَامِلٍ مِّنۡکُمۡ مِّنۡ ذَکَرٍ اَوۡ اُنۡثٰی ۚ بَعۡضُکُمۡ مِّنۡۢ بَعۡضٍ ۚ فَالَّذِیۡنَ ہَاجَرُوۡا وَ اُخۡرِجُوۡا
مِنۡ دِیَارِہِمۡ وَ اُوۡذُوۡا فِیۡ سَبِیۡلِیۡ وَ قٰتَلُوۡا وَ قُتِلُوۡا
لَاُکَفِّرَنَّ عَنۡہُمۡ سَیِّاٰتِہِمۡ وَ لَاُدۡخِلَنَّہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ۚ ثَوَابًا مِّنۡ
عِنۡدِ اللّٰہِ ؕ وَ اللّٰہُ عِنۡدَہٗ حُسۡنُ الثَّوَابِ ﴿﴾
Maka Tuhan mereka telah mengabulkan doa mereka seraya berfirman: “Sesungguhnya
Aku tidak akan menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal dari antara kamu
baik laki-laki maupun perempuan. Sebagian
kamu adalah dari sebagian lain, maka orang-orang yang hijrah,
yang diusir dari rumah-rumahnya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang terbunuh, niscaya Aku
akan menghapuskan dari mereka keburukan-keburukannya, dan niscaya Aku akan memasukkan mereka ke dalam
kebun-kebun yang di bawahnya
mengalir sungai-sungai sebagai ganjaran
dari sisi Allah, dan Allah di sisi-Nya sebaik-baik ganjaran.” (Ali ‘Imran [3]:196).
Selanjutnya Allah Swt. berfirman
mengenai keadaan akhir yang pasti akan menimpa para penganiaya mereka, jika mereka tidak juga mau bertaubat dari kesesatannya,
dan keadaan akhir yang akan dinikmati
oleh orang-orang yang bertakwa kepada
Allah Swt. dan taat kepada rasul Allah
yang mereka imani, firman-Nya:
لَا یَغُرَّنَّکَ تَقَلُّبُ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فِی
الۡبِلَادِ ﴿﴾ؕ مَتَاعٌ قَلِیۡلٌ ۟ ثُمَّ مَاۡوٰىہُمۡ جَہَنَّمُ
ؕ وَ بِئۡسَ الۡمِہَادُ ﴿﴾ لٰکِنِ الَّذِیۡنَ
اتَّقَوۡا رَبَّہُمۡ لَہُمۡ جَنّٰتٌ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ
خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا نُزُلًا مِّنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ ؕ وَ مَا عِنۡدَ اللّٰہِ خَیۡرٌ لِّلۡاَبۡرَارِ ﴿﴾
Janganlah
sekali-kali engkau terpedaya oleh
lalu-lalang orang-orang kafir di dalam
negeri. Itu adalah sedikit kesenangan sementara kemudian tempat
kediaman mereka adalah Jahannam, dan Jahanam itu tempat yang seburuk-buruknya. Tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya,
bagi mereka ada kebun-kebun yang di
bawah-nya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, suatu hidangan dari sisi Allah, dan apa yang ada di sisi Allah
adalah lebih baik bagi orang-orang
berbuat kebajikan. (Ali ‘Imran [3]:197-199).
Kalimat “suatu hidangan dari
sisi Allah”, kata nuzul
itu ism masdar dari nazala, yang berarti: ia turun; ia tinggal atau
menetap di satu tempat; mengandung arti (1) tempat tamu-tamu menginap (2)
makanan yang disediakan untuk tamu-tamu (Lexicon
Lane). Kalimat tersebut
merupakan “penghormatan khusus”
dari Allah Swt. terhadap hamba-hamba-Nya
yang hakiki, yang demi mempertahankan Tauhid Ilahi telah rela menderita mengalami berbagai bentuk kezaliman yang
dilakukan para para penentang rasul Allah
yang mereka telah beriman kepadanya,
sebagaimana firman-Nya sebelum ini menganei “orang-orang yang berakal”:
رَبَّنَاۤ اِنَّنَا سَمِعۡنَا مُنَادِیًا یُّنَادِیۡ
لِلۡاِیۡمَانِ اَنۡ اٰمِنُوۡا بِرَبِّکُمۡ فَاٰمَنَّا
“Wahai Tuhan
kami, sesungguhnya kami telah mendengar
seorang Penyeru menyeru kami kepada
keimanan seraya berkata:
"Berimanlah kamu kepada
Tuhan-mu" maka kami telah
beriman…” (Ali ‘Imran [3]:191).
(Bersambung).
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
“Pajajaran
Anyar”, 10 Ramadhan 2012
Ki Langlang Buana Kusuma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar