Minggu, 29 Juli 2012

Terkabulnya Doa "Orang-orang Berakal" yang Dizalimi



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


  SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN

BAB 20

Terkabulnya  Doa “Orang-orang   Berakal”  
yang Dizalimi

                                                                    Oleh
                                                                                
Ki Langlang Buana Kusuma


Dalam BAB  19 telah dijelaskan mengenai ancaman pengusiran  dan ancaman untuk melakukan kemurtadan dari agama Allah yang diajarkan oleh para rasul Allah, sebagaimana yang dilakukan para pemuka kaum Nabi Syu’aib a.s. terhadap beliau dan para pengikutnya yang beriman, firman-Nya:
قَالَ الۡمَلَاُ الَّذِیۡنَ اسۡتَکۡبَرُوۡا مِنۡ قَوۡمِہٖ لَنُخۡرِجَنَّکَ یٰشُعَیۡبُ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مَعَکَ مِنۡ قَرۡیَتِنَاۤ  اَوۡ  لَتَعُوۡدُنَّ فِیۡ مِلَّتِنَا ؕ قَالَ اَوَ لَوۡ  کُنَّا کٰرِہِیۡنَ ﴿۟﴾ قَدِ افۡتَرَیۡنَا عَلَی اللّٰہِ  کَذِبًا اِنۡ عُدۡنَا فِیۡ مِلَّتِکُمۡ  بَعۡدَ  اِذۡ  نَجّٰنَا اللّٰہُ مِنۡہَا ؕ وَ مَا یَکُوۡنُ  لَنَاۤ  اَنۡ نَّعُوۡدَ  فِیۡہَاۤ  اِلَّاۤ  اَنۡ یَّشَآءَ اللّٰہُ رَبُّنَا ؕ وَسِعَ رَبُّنَا کُلَّ شَیۡءٍ عِلۡمًا ؕ عَلَی اللّٰہِ تَوَکَّلۡنَا ؕ رَبَّنَا افۡتَحۡ بَیۡنَنَا وَ بَیۡنَ قَوۡمِنَا بِالۡحَقِّ وَ اَنۡتَ خَیۡرُ  الۡفٰتِحِیۡنَ ﴿﴾
Pemuka-pemuka kaumnya yang sombong berkata: “Hai Syu’aib, niscaya  kami akan mengusir engkau, dan juga orang-orang yang telah beriman beserta engkau dari kota kami, atau kamu harus kembali ke dalam agama kami.” Ia berkata: “Apakah walaupun kami benar-benar tidak menyukainya?  Sungguh kami telah mengada-adakan kedustaan terhadap  Allah, seandainya  kami kembali ke dalam agama kamu, setelah Allah menyelamatkan kami darinya. Dan sekali-kali tidak  layak bagi kami kembali ke dalamnya kecuali jika Allah Tuhan kami menghendaki. Ilmu  Tuhan kami meliputi segala sesuatu, kepada Allah-lah kami bertawakal. Ya Tuhan kami,  berilah keputusan di antara kami dan kaum kami dengan haq dan Engkau adalah sebaik-baik Pemberi Keputusan.” (Al-A’rāf [6]:89-90).

Kezaliman yang Berulang

  Ancaman melakukan kekerasan dan pemaksaan seperti itu terjadi di setiap zaman kedatangan para rasul Allah, termasuk di Akhir Zaman ini, firman-Nya:
 وَ قَالَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا لِرُسُلِہِمۡ لَنُخۡرِجَنَّکُمۡ مِّنۡ اَرۡضِنَاۤ  اَوۡ لَتَعُوۡدُنَّ فِیۡ مِلَّتِنَا ؕ فَاَوۡحٰۤی اِلَیۡہِمۡ رَبُّہُمۡ لَنُہۡلِکَنَّ  الظّٰلِمِیۡنَ ﴿ۙ﴾  وَ لَنُسۡکِنَنَّـکُمُ الۡاَرۡضَ مِنۡۢ بَعۡدِہِمۡ ؕ ذٰلِکَ لِمَنۡ خَافَ مَقَامِیۡ وَ خَافَ وَعِیۡدِ ﴿﴾
Dan   orang-orang yang kafir  kepada rasul-rasul mereka berkata: “Niscaya   kami akan mengusir kamu dari kota kami, atau kamu harus kembali kepada agama kami.” Maka Tuhan mereka mewahyukan kepada mereka: “Niscaya Kami akan membina-sakan  orang-orang yang zalim itu. Dan  niscaya Kami akan menempatkan kamu di bumi ini setelah mereka. Inilah janji bagi siapa yang takut akan martabat-Ku dan takut kepada ancaman-Ku.”   (Ibrahim [14]:14-15).
       Dengan demikian ancaman para pemuka “penduduk kota”   terhadap 3 orang rasul Allah yang diutus kepada mereka pada hakikatnya merupakan “ancaman klasik” yang  kembali berulang, firman-Nya:
قَالُوۡۤا اِنَّا تَطَیَّرۡنَا بِکُمۡ ۚ لَئِنۡ لَّمۡ تَنۡتَہُوۡا لَنَرۡجُمَنَّکُمۡ وَ لَیَمَسَّنَّکُمۡ مِّنَّا عَذَابٌ  اَلِیۡمٌ ﴿﴾
Mereka berkata: “Sesungguhnya kemalangan kami karena kamu, jika kamu tidak benar-benar berhenti, niscaya kami akan merajammu,  dan niscaya azab yang pedih akan menimpa kamu dari  kami” (Yā Sīn [36]:19).
Rajama-hu berarti: ia merajamnya; ia melempari dan membunuh dia (Lexicon Lane). Jadi, mereka bukan hanya telah menisbahkan berbagai kemalangan  dan bencana yang menimpa mereka kepada para rasul Allah, bahkan mereka mengancam akan mengusir  dengan paksa atau akan membunuh para rasul Allah tersebut.  
        Terhadap tuduhan dan ancaman   dari para pemuka “penduduk  kota” tersebut  selanjutnya Allah Swt. berfirman:
قَالُوۡا طَآئِرُکُمۡ مَّعَکُمۡ ؕ اَئِنۡ ذُکِّرۡتُمۡ ؕ بَلۡ  اَنۡتُمۡ  قَوۡمٌ  مُّسۡرِفُوۡنَ ﴿﴾
Mereka, para rasul, berkata: “Kemalangan kamu itu bersama dirimu sendiri. Apakah jika kamu  diperingatkan kamu mengancam kami? Bahkan kamu adalah  kaum yang melampaui batas.” (Yā Sīn [36]:20).

Mereka yang Mata Ruhaninya Buta &
“Orang-orang yang Berakal”

      Demikianlah, apabila hati telah keras membatu maka mata ruhani pun menjadi buta (QS.17:73; QS.22:46-49),    akibatnya sekali pun berbagai Tanda-tanda Allah atau mukjizat diperlihatkan oleh para rasul Allah di hadapan mereka maka semuanya itu tidak akan membuat mereka sadar dari kesesatannya  (QS.6:112-114), firman-Nya:
وَ مَنۡ کَانَ فِیۡ ہٰذِہٖۤ  اَعۡمٰی فَہُوَ فِی الۡاٰخِرَۃِ   اَعۡمٰی  وَ اَضَلُّ  سَبِیۡلًا ﴿﴾
Dan barangsiapa buta di dunia ini maka di akhirat  pun  ia akan buta juga  dan bahkan mungkin lebih tersesat dari jalan. (Bani Israil [17]:73).
 Mereka yang tidak mempergunakan mata ruhani mereka dengan cara yang wajar di dunia ini (QS.3:191-195)   akan tetap  luput dari penglihatan ruhani di dalam akhirat. Al-Quran menyebut mereka yang tidak merenungkan Tanda-tanda Allah serta tidak memperoleh manfaat darinya  “buta”. Orang-orang seperti itu di alam akhirat pun akan tetap dalam keadaan buta.
      Sebaliknya, mereka yang “mata ruhaninya” berfungsi dengan baik --  yakni “ūlil albāb – orang-orang yang berakal” -- maka dengan melihat Tanda-tanda Allah yang tersebar di alam semesta  ini dan dengan melihat Tanda-tanda zaman,  mereka itu akhirnya akan dapat mengenal  dan beriman kepada rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan kepada mereka (QS.7:35-37), firman-Nya:
اِنَّ فِیۡ خَلۡقِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ اخۡتِلَافِ الَّیۡلِ وَ النَّہَارِ لَاٰیٰتٍ  لِّاُولِی الۡاَلۡبَابِ ﴿ ﴾ۚۙ   الَّذِیۡنَ یَذۡکُرُوۡنَ اللّٰہَ  قِیٰمًا وَّ قُعُوۡدًا وَّ عَلٰی جُنُوۡبِہِمۡ وَ یَتَفَکَّرُوۡنَ فِیۡ خَلۡقِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ۚ رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ ہٰذَا بَاطِلًا ۚ سُبۡحٰنَکَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ﴿ ﴾  رَبَّنَاۤ اِنَّکَ مَنۡ تُدۡخِلِ النَّارَ فَقَدۡ اَخۡزَیۡتَہٗ ؕ وَ مَا لِلظّٰلِمِیۡنَ مِنۡ اَنۡصَارٍ ﴿ ﴾   رَبَّنَاۤ اِنَّنَا سَمِعۡنَا مُنَادِیًا یُّنَادِیۡ لِلۡاِیۡمَانِ اَنۡ اٰمِنُوۡا بِرَبِّکُمۡ  فَاٰمَنَّا ٭ۖ رَبَّنَا فَاغۡفِرۡ لَنَا ذُنُوۡبَنَا وَ کَفِّرۡ عَنَّا سَیِّاٰتِنَا وَ تَوَفَّنَا مَعَ  الۡاَبۡرَارِ ﴿ ﴾ۚ  رَبَّنَا وَ اٰتِنَا مَا وَعَدۡتَّنَا عَلٰی رُسُلِکَ وَ لَا تُخۡزِنَا یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ ؕ اِنَّکَ لَا تُخۡلِفُ الۡمِیۡعَادَ ﴿  ﴾
Sesungguhnya dalam penciptaan seluruh langit dan bumi serta   pertukaran malam dan siang benar-benar terdapat Tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu  orang-orang yang  mengingat Allah sambil berdiri, duduk, dan sambil  berbaring atas rusuk mereka, dan mereka memikirkan mengenai penciptaan seluruh langit dan bumi  seraya berkata: “Ya Tuhan kami, sekali-kali tidaklah Engkau menciptakan  semua ini  sia-sia, Maha Suci Engkau dari perbuatan sia-sia maka peliharalah kami dari azab Api. Wahai Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam Api maka sungguh Engkau telah menghinakannya, dan sekali-kali tidak ada bagi orang-orang zalim seorang penolong pun.  Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mendengar seorang Penyeru menyeru kami kepada  ke-imanan seraya berkata:  "Berimanlah kamu kepada Tuhan-mu" maka kami telah beriman. Wahai Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami, hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami bersama  orang-orang yang berbuat kebajikan. Wahai Tuhan kami, karena itu berikanlah kepada kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau, dan janganlah Engkau menghinakan kami pada Hari Kiamat, sesungguhnya Engkau tidak pernah menyalahi janji.” (Ali ‘Imran [3]:191-195).
        Berfungsinya  mata ruhani   orang-orang yang berakal (ūlil albāb) itulah -- yang  dengan karunia Allah Swt. -- menyebabkan mereka mengenal dan beriman kepada rasul Allah,  yang kedatangannya dijanjikan kepada mereka. Namun sebagai akibat dari berimannya mereka itu maka Sunnatullah -- yang terjadi para para rasul Allah terdahulu dan para pengikutnya -- berlaku pula atas mereka, yakni mereka akan mengalami  berbagai bentuk kezaliman  dari para pemuka kaum yang mendustakan dan menentang rasul Allah tersebut, sebagaimana firman-Nya sebelum ini:
قَالُوۡۤا اِنَّا تَطَیَّرۡنَا بِکُمۡ ۚ لَئِنۡ لَّمۡ تَنۡتَہُوۡا لَنَرۡجُمَنَّکُمۡ وَ لَیَمَسَّنَّکُمۡ مِّنَّا عَذَابٌ  اَلِیۡمٌ ﴿﴾
Mereka berkata: “Sesungguhnya kemalangan kami karena kamu, jika kamu tidak benar-benar berhenti, niscaya kami akan merajammu,  dan niscaya azab yang pedih akan menimpa kamu dari  kami” (Yā Sīn [36]:19).

Pengabulan Doa dan Penerimaan Amal Shaleh

       Namun justru berbagai bentuk penderitaan di jalan Allah itulah yang membuat  doa-doa mereka dikabulkan Allah Swt., sebagaimana   dikemukakan oleh lanjutan firman Allah Swt. tersebut:
فَاسۡتَجَابَ لَہُمۡ رَبُّہُمۡ اَنِّیۡ لَاۤ اُضِیۡعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِّنۡکُمۡ مِّنۡ ذَکَرٍ اَوۡ اُنۡثٰی ۚ بَعۡضُکُمۡ مِّنۡۢ  بَعۡضٍ ۚ فَالَّذِیۡنَ ہَاجَرُوۡا وَ اُخۡرِجُوۡا مِنۡ دِیَارِہِمۡ وَ اُوۡذُوۡا فِیۡ سَبِیۡلِیۡ وَ قٰتَلُوۡا وَ قُتِلُوۡا لَاُکَفِّرَنَّ عَنۡہُمۡ سَیِّاٰتِہِمۡ وَ لَاُدۡخِلَنَّہُمۡ جَنّٰتٍ   تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ۚ ثَوَابًا مِّنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ ؕ وَ اللّٰہُ عِنۡدَہٗ حُسۡنُ الثَّوَابِ ﴿﴾
Maka Tuhan mereka telah mengabulkan doa mereka seraya berfirman: “Sesungguhnya Aku tidak akan menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal dari antara kamu baik laki-laki maupun perempuan. Sebagian kamu adalah dari sebagian lain,  maka orang-orang yang  hijrah, yang diusir dari rumah-rumahnya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang terbunuh, niscaya Aku akan menghapuskan dari mereka keburukan-keburukannya, dan niscaya Aku  akan memasukkan mereka ke dalam kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai sebagai ganjaran dari sisi Allah,   dan Allah di sisi-Nya sebaik-baik ganjaran.”  (Ali ‘Imran [3]:196).
     Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai  keadaan akhir yang pasti akan menimpa para penganiaya mereka, jika mereka tidak juga mau bertaubat dari kesesatannya, dan keadaan akhir yang akan dinikmati oleh orang-orang yang bertakwa kepada Allah Swt. dan taat kepada rasul Allah yang mereka imani, firman-Nya:
لَا یَغُرَّنَّکَ تَقَلُّبُ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فِی الۡبِلَادِ  ﴿﴾ؕ  مَتَاعٌ قَلِیۡلٌ ۟ ثُمَّ مَاۡوٰىہُمۡ جَہَنَّمُ ؕ وَ بِئۡسَ الۡمِہَادُ ﴿﴾   لٰکِنِ الَّذِیۡنَ اتَّقَوۡا رَبَّہُمۡ لَہُمۡ جَنّٰتٌ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا نُزُلًا مِّنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ ؕ وَ مَا عِنۡدَ اللّٰہِ خَیۡرٌ  لِّلۡاَبۡرَارِ ﴿﴾
Janganlah sekali-kali engkau terpedaya oleh lalu-lalang orang-orang kafir di dalam negeri.   Itu adalah sedikit kesenangan sementara  kemudian tempat kediaman mereka adalah Jahannam, dan Jahanam itu tempat yang seburuk-buruknya.   Tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya, bagi mereka ada kebun-kebun yang di bawah-nya mengalir sungai-sungai, mereka kekal  di dalamnya, suatu hidangan dari sisi Allah, dan apa yang ada di sisi Allah adalah lebih baik bagi orang-orang berbuat kebajikan.  (Ali ‘Imran [3]:197-199).
       Kalimat “suatu hidangan dari sisi Allah”, kata nuzul itu ism masdar dari nazala, yang berarti: ia turun; ia tinggal atau menetap di satu tempat; mengandung arti (1) tempat tamu-tamu menginap (2) makanan yang disediakan untuk tamu-tamu (Lexicon Lane). Kalimat tersebut  merupakan  “penghormatan khusus” dari Allah Swt. terhadap hamba-hamba-Nya yang hakiki, yang demi mempertahankan Tauhid Ilahi telah rela menderita  mengalami berbagai bentuk kezaliman yang dilakukan para para penentang rasul Allah yang mereka telah beriman kepadanya, sebagaimana firman-Nya sebelum ini menganei “orang-orang yang berakal”:
رَبَّنَاۤ اِنَّنَا سَمِعۡنَا مُنَادِیًا یُّنَادِیۡ لِلۡاِیۡمَانِ اَنۡ اٰمِنُوۡا بِرَبِّکُمۡ  فَاٰمَنَّا
“Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mendengar seorang Penyeru menyeru kami kepada  keimanan seraya berkata:  "Berimanlah kamu kepada Tuhan-mu" maka kami telah beriman…” (Ali ‘Imran [3]:191).

(Bersambung).


Rujukan: The Holy Quran
Editor:    Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar”, 10 Ramadhan 2012
Ki Langlang Buana Kusuma



Tidak ada komentar:

Posting Komentar