بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN
Bab 118
Orang
Yang Berada “Di Dalam Api” &
Yang
Berada “Di Sekeliling Api”
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam bagian akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan bahwa hanya dalam waktu 23
tahun saja, Nabi Besar Muhammad saw. telah mampu menciptakan revolusi akhlak dan ruhani di kalangan bangsa Arab
jahiliyah yang berada dalam kesesatan yang nyata (QS.62:3-5) berubah
menjadi “manusia-manusia malaikat” yang disebut “khayrul ummah” (umat terbaik – QS.2:144; QS.3:111).
Kesuksesan Nabi Besar Muhammad saw. tersebut bukan hanya membuktikan kebenaran adanya Hari Kebangkitan di alam akhirat, bahkan di dalam kehidupan dunia
ini pun kebangkitan akhlak dan ruhani tersebut benar-benar telah terjadi,
sebab keadaan bangsa Arab jahiliyah yang
keadaannya seperti “tulang-tulang berserakan”
tiba-tiba saja berubah menjadi “satu tubuh yang utuh dan hidup” melalui
Nabi Besar Muhammad saw., setelah mereka berpegang teguh kepada “Tali Allah”, yakni Nabi Besar Muhammad saw. dan
Al-Quran (QS.3:103-105).
Dengan demikian benarlah firman Allah
Swt. sebelum ini mengenai ketidak-bersyukuran
insan (manusia) – yakni orang-orang kafir -- kepada Allah Swt. yang telah
menganugerahkan berbagai kemampuan
melebihi makhluk-makhluk lainnya:
اَوَ لَمۡ یَرَ
الۡاِنۡسَانُ اَنَّا خَلَقۡنٰہُ مِنۡ
نُّطۡفَۃٍ فَاِذَا ہُوَ خَصِیۡمٌ مُّبِیۡنٌ ﴿﴾
وَ ضَرَبَ لَنَا مَثَلًا وَّ نَسِیَ خَلۡقَہٗ ؕ قَالَ
مَنۡ یُّحۡیِ الۡعِظَامَ وَ ہِیَ
رَمِیۡمٌ ﴿۷۸﴾
قُلۡ یُحۡیِیۡہَا الَّذِیۡۤ اَنۡشَاَہَاۤ
اَوَّلَ مَرَّۃٍ ؕ وَ ہُوَ بِکُلِّ خَلۡقٍ عَلِیۡمُۨ ﴿ۙ﴾
Apakah insan (manusia) tidak melihat bahwasanya Kami telah menciptakan dia dari
setetes air mani lalu tiba-tiba ia
menjadi pembantah yang nyata? Dan ia mengemukakan perumpamaan mengenai Kami dan ia melupakan penciptaan dirinya sendiri,
ia berkata: ”Siapakah yang akan menghidupkan tulang
itu setelah hancur-luluh?” Katakanlah: “Dia-lah Yang menghidupkannya, Yang
menciptakannya pertama kali, dan Dia
Maha Mengetahui keadaan setiap
makhluk. (Yā Sīn [36]:78-80).
Kebangkitan Ruhani di Dunia
Ketidak-percayaan insan (manusia) -- yakni
kaum-kaum purbakala -- terhadap
adanya hari Kebangkitan di alam akhirat yang
dikemukakan oleh para rasul Allah
tersebut, terjadi juga para kaum Nabi
Besar Muhammad saw., firman-Nya:
وَ قَالُوۡۤاءَ اِذَا کُنَّا عِظَامًا
وَّ رُفَاتًاءَ اِنَّا لَمَبۡعُوۡثُوۡنَ خَلۡقًا جَدِیۡدًا ﴿ ﴾ قُلۡ
کُوۡنُوۡا حِجَارَۃً اَوۡ
حَدِیۡدًا ﴿ۙ ﴾ اَوۡ خَلۡقًا
مِّمَّا یَکۡبُرُ فِیۡ صُدُوۡرِکُمۡ ۚ فَسَیَقُوۡلُوۡنَ مَنۡ یُّعِیۡدُنَا ؕ قُلِ
الَّذِیۡ فَطَرَکُمۡ اَوَّلَ مَرَّۃٍ ۚ فَسَیُنۡغِضُوۡنَ
اِلَیۡکَ رُءُوۡسَہُمۡ وَ یَقُوۡلُوۡنَ مَتٰی ہُوَ ؕ قُلۡ
عَسٰۤی اَنۡ یَّکُوۡنَ
قَرِیۡبًا ﴿ ﴾ یَوۡمَ
یَدۡعُوۡکُمۡ فَتَسۡتَجِیۡبُوۡنَ بِحَمۡدِہٖ وَ تَظُنُّوۡنَ
اِنۡ لَّبِثۡتُمۡ اِلَّا
قَلِیۡلًا ﴿٪ ﴾
Dan mereka
berkata: ”Apakah apabila kami telah menjadi
tulang-belulang dan benda yang hancur, apakah kami benar-benar akan di-bangkitkan kembali sebagai makhluk yang
baru?” Katakanlah: “Jadilah kamu batu atau besi,
atau makhluk yang nampak-nya terkeras dalam pikiran kamu, kamu pasti akan
dibangkitkan lagi.” Maka
pasti mereka akan mengatakan: “Siapakah yang akan menghidupkan kami
kembali?” Katakanlah: “Dia Yang
telah menjadikan kamu pertama kali.” Maka pasti mereka akan menggelengkan kepalanya terhadap engkau dan berkata: ”Kapankah itu akan terjadi?” Katakanlah: “Boleh jadi itu dekat. Yaitu pada hari ketika Dia memanggil
kamu lalu kamu menyambut dengan
memuji-Nya dan kamu akan beranggapan bahwa kamu
tidak tinggal di dunia kecuali hanya sebentar.” (Bani
Israil [17]:50:53).
Kalimat “Katakanlah: “Jadilah kamu batu atau besi,
atau makhluk yang nampaknya terkeras dalam pikiran kamu, kamu pasti akan
dibangkitkan lagi” dapat
dianggap mengatakan kepada orang-orang kafir, bahwa meskipun seandainya hati mereka menjadi keras seperti besi atau batu
atau suatu benda lain semacam itu, namun demikian Allah
Swt. akan menimbulkan di
antara mereka perubahan segar yang
kedatangannya Dia takdirkan melalui Nabi Besar Muhammad saw. (QS.57:17-18), sehingga bangsa Arab yang disebut kaum jahiliyah, yang berada dalam kesesatan yang nyata (QS.62:3-5), hanya dalam waktu 23 tahun saja telah berubah
menjadi “manusia-manusia malaikat”
yang disebut “khayrul ummah” (umat
terbaik – QS.2:144; QS.3:111).
Atau dapat pula diartikan menjawab keragu-raguan mereka mengenai hari kebangkitan, seperti disebutkan
dalam ayat sebelumnya, seraya berkata kepada mereka, bahwa mereka tidak dapat
menghindarkan diri dari azab Ilahi,
seandainya mereka akan berubah menjadi besi
atau batu atau suatu benda keras yang lain.
“Pohon Hijau” & Nyala “Api Tauhid Ilahi”
Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai “pohon hijau” yang mampu
menimbulkan api:
الَّذِیۡ جَعَلَ لَکُمۡ مِّنَ الشَّجَرِ الۡاَخۡضَرِ
نَارًا فَاِذَاۤ اَنۡتُمۡ مِّنۡہُ تُوۡقِدُوۡنَ ﴿﴾
Dia Yang telah menjadikan bagi kamu api dari pohon yang hijau itu, lalu lihatlah darinya kamu menyalakan api. (Yā Sīn [36]:81).
“Pohon hijau” agaknya
sebangsa pohon yang mengandung getah
damar dan dahan-dahannya mudah menyala
dan terbakar, bila terjadi pergesekan antara dahan-dahannya itu oleh hembusan angin; maksud yang tersimpul di
dalamnya yaitu bahwa seperti halnya api timbul akibat pergesekan antara dahan-dahan pohon, demikian pula kehidupan ruhani timbul bila kaum yang lemah keruhaniannya mengadakan perhubungan dengan seorang nabi Allah atau seorang mushlih rabbani.
Karena bangsa Arab telah beriman
kepada rasul Allah yang memiliki akhlak dan ruhani serta quat qudsiyah (daya pensucian ruhani)
yang paling sempurna – yakni Nabi Besar Muhammad saw. (QS.2:128-130; QS.3:32;
QS.33:33; QS.53:2-19; QS.62:3-5; QS.68:2-8) yang bergelar Khātaman Nabiyyīn (QS,33:41) – maka nyala api kecintaan kepada
Allah Swt. dan Nabi Besar Muhammmad saw. yang terjadi di kalangan bangsa Arab
pun merupakan “nyala api Tauhid Ilahi” yang paling sempurna dari segala seginya
dibandingkan dengan kaum-kaum para rasul
Allah sebelumnya, benarlah firman-Nya berikut ini mengenai pengalaman ruhani Nabi Musa a.s. melahat tajalli (penampakan) Allah Swt. berupa
“api”:
وَ اِنَّکَ لَتُلَقَّی الۡقُرۡاٰنَ مِنۡ لَّدُنۡ حَکِیۡمٍ عَلِیۡمٍ ﴿۶﴾ اِذۡ قَالَ مُوۡسٰی لِاَہۡلِہٖۤ اِنِّیۡۤ
اٰنَسۡتُ نَارًا ؕ سَاٰتِیۡکُمۡ مِّنۡہَا بِخَبَرٍ اَوۡ اٰتِیۡکُمۡ
بِشِہَابٍ قَبَسٍ لَّعَلَّکُمۡ تَصۡطَلُوۡنَ ﴿۷﴾ فَلَمَّا جَآءَہَا نُوۡدِیَ اَنۡۢ بُوۡرِکَ مَنۡ فِی
النَّارِ وَ مَنۡ حَوۡلَہَا ؕ وَ سُبۡحٰنَ
اللّٰہِ رَبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿۸﴾ یٰمُوۡسٰۤی اِنَّہٗۤ
اَنَا اللّٰہُ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ۙ﴿۹﴾
Dan
sesungguhnya engkau benar-benar menerima
Al-Quran dari sisi Allah Yang
Maha Bijaksana, Maha Mengetahui. Ingatlah ketika Musa berkata kepada
keluarganya: “Sesungguhnya aku melihat
suatu api, aku segera
akan membawa bagi kamu darinya kabar,
atau aku akan membawa bagi kamu bara
yang menyala-nyala, supaya kamu
dapat berdiang diri.” Maka tatkala
ia mendatanginya ia dipanggil oleh suatu suara: “Beberkatlah siapa yang ada dalam api dan orang yang ada di sekelilingnya, dan Maha Suci Allah, Tuhan seluruh alam. Ya Musa, sesungguhnya Akulah Allah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana, (Al-Naml
[27]:7-10).
Ayat 7 merupakan penolakan yang tegas terhadap
tuduhan bahwa Nabi Besar Muhammad saw. telah
menulis gagasan-gagasan sendiri dan
menghimpunnya dalam bentuk sebuah kitab,
lalu menyebutnya Al-Quran, dan
merupakan pernyataan yang tidak bisa dibantah, bahwa beliau saw. menerima Al-Quran langsung dari Tuhan Yang Maha Bijaksana dan Maha
Mengetahui.
Apa
yang telah nampak kepada Nabi Musa s.s. bukanlah api sebenarnya, sebab seandainya
demikian tentu beliau akan
mempergunakan ungkapan “aku telah melihat
api itu,” dan bukan “aku telah
melihat suatu api.” Pada
hakikatnya pemandangan yang nampak kepada Nabi Musa a.s.adalah sebuah kasyaf (pemandangan
gaib); “api" melambangkan cinta Ilahi.
Patut diperhatikan bahwa kebanyakan kejadian utama yang bertalian dengan
Nabi Musa a.s. seperti telah
dicantumkan dalam Al-Quran -- misalnya
peristiwa berubahnya tongkat menjadi “ular” (QS.7:188;
QS.20:20; QS.27:11; QS.28:32QS.27:11) atau
peristiwa tajjali Allah Swt. ke atas gunung
(QS.7:144) -- bukanlah kejadian-kejadian yang benar-benar terjadi di alam jasmani ini, melainkan hanyalah kasyaf-kasyaf yang melambangkan pertanda-pertanda besar dalam rangka perkembangan ruhani beliau dan tugas kenabian beliau. seperti ayat yang sedang dibahas ini
memberikan satu contoh demikian.
Orang Yang Berada di Dalam Api &
Yang Berada di Sekeliling Api
Ungkapan “Beberkatlah siapa yang ada dalam api dan
orang yang ada di sekelilingnya”
itu dapat diartikan, (a) yang sedang mencari-cari
api, dan yang dekat dengannya; (b)
yang benar-benar ada dalam api
dan yang sedang dan hampir memasukinya. “Api” melambangkan api kecintaan Ilahi atau api percobaan dan bencana (QS.2:156). Api itu hanyalah suatu perwujudan Ilahi yang memancarkan nyala dan menerangi segala sesuatu di
dekatnya.
Dari seluruh rasul Allah yang benar-benar telah memasuki “api Tauhid Ilahi” secara sempurna hanyalah Nabi Besar Muhammad
saw.. Dengan demikian yang dimaksud
dengan kalimat “Beberkatlah siapa yang
ada dalam api dan orang yang ada di sekelilingnya” adalah Nabi Besar Muhammad saw. dan para rasul Allah yang diutus sebelum beliau
saw..
Dalam firman Allah Swt. tersebut Nabi Musa
a.s. berkata “Sesungguhnya aku melihat suatu api, aku segera akan membawa bagi kamu darinya
kabar, atau aku akan membawa bagi
kamu bara yang menyala-nyala, supaya
kamu dapat berdiang diri.” Beliau tidak mengatakan “aku akan membawa api”
melainkan “aku akan membawa bagi kamu bara yang menyala-nyala, supaya kamu dapat berdiang diri.”
Perkataan Nabi Musa a.s. tersebut
mensiratkan bahwa misi kenabian
beliau a.s. bagi Bani Israil hanya mampu membawa “bara yang menyala” dari “nyala
Api” Tauhid Ilahi, sehingga pengaruhnya bagi kaum beliau hanya sebatas dapat “menghangatkan diri”.
Kenyataan itulah yang terjadi
dengan Bani Israil, sebab mereka sekali pun seringkali menyaksikan berbagai mukjizat yang diperlihatkan oleh Nabi
Musa a.s. atas perintah Allah Swt., tetapi mereka seringkali menyakiti
hati Nabi Musa a.s. (QS.33:70; QS.61:6) dengan berbagai tuntutan dan pembangkangan
yang mereka lakukan, misalnya pembangkangan mereka ketika diajak Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s. untuk memasuki "negeri yang dijanjikan" (QS.5:21-27).
Berbeda dengan Nabi Besar
Muhammad saw. yang telah sepenuhnya “terjun” ke dalam “kobaran api Tauhid Ilahi” maka para pengikut beliau saw. yang berada di
sekeliling beliau saw. bukan hanya memperoleh “kehangatan” -- seperti berdiang di sekitar “bara api” -- melainkan benar-benar dalam jiwa mereka telah muncul “panas api Tauhid Ilahi,” yang bahkan
mampu menularkannya kepada orang-orang yang dekat dengan para sahabat
Nabi Besar Muhammad saw. tersebut.
Bahkan di Akhir Zaman ini salah seorang pengikut sempurna Nabi Besar Muhammad
saw. – yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s. --
karena beliau enar-benar telah fana (tenggelam) dalam kecintaan kepada Allah Swt. dan Nabi
Besar Muhammad saw. (QS.3:32; QS.4:70-71)
maka ia pun – seperti halnya majikannya,
Nabi Besar Muhammad saw. -- telah berada
di dalam kobaran “api Tauhid Ilahi”,
firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ بَعَثَ فِی
الۡاُمِّیّٖنَ رَسُوۡلًا
مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ
وَ یُزَکِّیۡہِمۡ وَ یُعَلِّمُہُمُ
الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾ وَّ
اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا
بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿۳﴾ ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ
یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ ذُو الۡفَضۡلِ
الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Dia-lah Yang
telah membangkitkan di kalangan bangsa
yang buta huruf seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mere-ka
Tanda-tanda-Nya, mensucikan mereka,
dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan
Hikmah walaupun sebelumnya mereka
berada dalam ke-sesatan yang nyata, Dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara me-reka, yang
belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha
Bijaksana. Itulah karunia
Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa
yang Dia kehendaki. Dan Allah
mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah [62]:3-5).
(Bersambung).
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam
Farid
***
“Pajajaran Anyar”, 4 November 2012
Ki Langlang Buana Kusuma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar