Minggu, 21 Oktober 2012

Al-Quran adalah Al-Furqaan yang Penuh Berkat & "Tuhan-tuhan Palsu" vs Lalat




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


  SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN



Bab 107
   

Al-Quran adalah Al-Furqān yang Penuh Berkat
 &
“Tuhan-tuhan Palsu” vs Lalat




  Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


Dalam   bagian   Bab sebelumnya telah dijelaskan  mengenai  makna khazanah keruhanian Al-Quran  dan penganugerahan-Nya melalui “orang-orang yang disucikan” Allah Swt., firman-Nya:
فَلَاۤ   اُقۡسِمُ  بِمَوٰقِعِ  النُّجُوۡمِ ﴿ۙ ﴾   وَ  اِنَّہٗ  لَقَسَمٌ  لَّوۡ  تَعۡلَمُوۡنَ عَظِیۡمٌ ﴿ۙ ﴾  اِنَّہٗ   لَقُرۡاٰنٌ   کَرِیۡمٌ ﴿ۙ ﴾   فِیۡ  کِتٰبٍ مَّکۡنُوۡنٍ ﴿ۙ ﴾   لَّا  یَمَسُّہٗۤ  اِلَّا الۡمُطَہَّرُوۡنَ ﴿ؕ ﴾   تَنۡزِیۡلٌ  مِّنۡ  رَّبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿ ﴾  اَفَبِہٰذَا  الۡحَدِیۡثِ  اَنۡتُمۡ  مُّدۡہِنُوۡنَ ﴿ۙ ﴾   وَ تَجۡعَلُوۡنَ  رِزۡقَکُمۡ  اَنَّکُمۡ تُکَذِّبُوۡنَ ﴿ ﴾
Maka Aku benar-benar bersumpah demi bintang-bintang berjatuhan, dan sesungguhnya itu benar-benar  kesaksian agung, seandainya kamu mengetahui. Sesungguhnya itu  benar-benar   Al-Quran yang mulia,   dalam  suatu kitab yang sangat terpelihara, yang tidak  dapat menyentuhnya kecuali orang-orang  yang disucikan,   wahyu yang diturunkan dari Tuhan seluruh alam.   Maka  apakah terhadap  firman  ini kamu menganggap sepele?  Dan bahwa kamu dengan mendustakannya kamu menjadikannya sebagai rezekimu?  (Al-Wāqi’ah [56]:76-83).
        Jadi, sebagaimana Allah Swt. menganugerahkan rezeki jasmani, demikian juga halnya dengan rezeki ruhani untuk kepentingan perkembangan akhlak dan ruhani manusia, firman-Nya:
اَوَ لَمۡ یَرَوۡا اَنَّا خَلَقۡنَا لَہُمۡ مِّمَّا عَمِلَتۡ اَیۡدِیۡنَاۤ  اَنۡعَامًا فَہُمۡ  لَہَا مٰلِکُوۡنَ ﴿۷۱﴾  وَ ذَلَّلۡنٰہَا لَہُمۡ  فَمِنۡہَا رَکُوۡبُہُمۡ  وَ  مِنۡہَا یَاۡکُلُوۡنَ ﴿۷۲﴾   وَ لَہُمۡ  فِیۡہَا مَنَافِعُ  وَ  مَشَارِبُ ؕ اَفَلَا یَشۡکُرُوۡنَ ﴿۷۳﴾ وَ اتَّخَذُوۡا مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ اٰلِہَۃً  لَّعَلَّہُمۡ یُنۡصَرُوۡنَ ﴿ؕ۷۴﴾   لَا یَسۡتَطِیۡعُوۡنَ نَصۡرَہُمۡ ۙ وَ ہُمۡ   لَہُمۡ  جُنۡدٌ  مُّحۡضَرُوۡنَ ﴿۷۵﴾   فَلَا یَحۡزُنۡکَ قَوۡلُہُمۡ ۘ اِنَّا نَعۡلَمُ مَا یُسِرُّوۡنَ  وَ مَا  یُعۡلِنُوۡنَ ﴿۷۶﴾  
Apakah mereka tidak melihat  bahwasanya dari antara barang-barang yang telah dibuat oleh tangan Kami,  Kami telah menciptakan binatang ternak bagi mereka lalu  mereka menjadi pemiliknya. Dan Kami telah menundukkannya bagi mereka maka sebagian  darinya menjadi tunggangan mereka dan sebagian  darinya mereka makan. Dan bagi mereka di dalam binatang-binatang itu terdapat banyak manfaat dan minuman. Apakah mereka tidak bersyukur? Dan bagi mereka di dalam binatang-binatang itu terdapat banyak manfaat dan minuman. Apakah mereka tidak bersyukur?  (Yā Sīn [36]:72-74).   
      Jika Allah Swt. telah memberi jaminan bagi segala keperluan  yang diperlukan orang guna memenuhi segala kepentingan dan keperluan jasmaninya, maka tidak masuk akal bahwa Dia akan melalaikan memberikan jaminan bagi segala keperluan akhlak dan ruhaninya.

Tidak Bersyukur Kepada Allah Swt. &
Al-Furqān yang Penuh Berkat

        Namun daripada bersyukur kepada Allah Swt. yang  dengan sifat Rahmāniyat-Nya telah menyediakan berbagai hal yang diperlukan oleh umat manusia (QS.14:35; QS.16:19), kebanyakan manusia malah mempersekutukan Allah Swt. dengan berbagai bentuk sembahan yang batil, firman-Nya:
وَ اتَّخَذُوۡا مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ اٰلِہَۃً  لَّعَلَّہُمۡ یُنۡصَرُوۡنَ ﴿ؕ ﴾   لَا یَسۡتَطِیۡعُوۡنَ نَصۡرَہُمۡ ۙ وَ ہُمۡ   لَہُمۡ  جُنۡدٌ  مُّحۡضَرُوۡنَ ﴿ ﴾
Dan mereka telah menjadikan sembahan-sembahan selain Allah supaya mereka ditolong.  Sembahan-sembahan itu tidak mampu menolong mereka,  sedangkan mereka adalah lasykar yang akan dihadirkan untuk menentang mereka. Maka janganlah menyedihkan engkau ucapan mereka, sesungguhnya  Kami mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka tampakkan.  (Yā Sīn [36]:75-76).
           Selaras dengan pernyataan Allah Swt. tersebut, dalam firman-Nya berikut Allah Swt. menjelaskan alasan kenapa “tuhan-tuhan” palsu  yang mereka persekutukan dengan Allah Swt. itu tidak dapat memberikan pertolongan kepada para “penyembahnya” adalah karena “tuhan-tuhan palsu” tersebut tidak memiliki kekuasaan untuk menciptakan sesuatu pun, seperti Allah Swt.. Tuhan Yang Hakiki, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿ ﴾ تَبٰرَکَ الَّذِیۡ نَزَّلَ الۡفُرۡقَانَ عَلٰی عَبۡدِہٖ لِیَکُوۡنَ  لِلۡعٰلَمِیۡنَ  نَذِیۡرَا ۙ﴿ ﴾  ۣالَّذِیۡ لَہٗ  مُلۡکُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ لَمۡ  یَتَّخِذۡ وَلَدًا وَّ لَمۡ  یَکُنۡ لَّہٗ شَرِیۡکٌ فِی الۡمُلۡکِ وَ خَلَقَ کُلَّ شَیۡءٍ فَقَدَّرَہٗ تَقۡدِیۡرًا ﴿ ﴾
Aku baca dengan nama  Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.   Maha Beberkat Dia, Yang telah menurunkan Al-Furqān kepada hamba-Nya, supaya ia menjadi pemberi peringatan bagi seluruh alam.   Yang milik-Nya-lah kerajaan seluruh langit dan bumi,  dan Dia tidak mengambil anak,  tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kerajaan,  Dia telah menciptakan segala sesuatu  dan telah menetapkan ukurannya dengan sebaik-baiknya. (Al-Furqān [25]:1-3).
     Kata tabāraka berarti: sangat mulia sekali; jauh sekali dari segala keaiban, kekotoran, ketidak-sempurnaan, dan segala macam sifat yang cemar; memiliki kebaikan yang berlimpah-limpah (QS.6:156 & QS.21:51). Al-Quran memiliki semua nilai dan sifat yang terkandung dalam kata ini.
      Al-Quran tidak hanya bebas sepenuhnya dari segala keaiban dan ketidak-sempurnaan, bahkan juga memiliki semua nilai luhur yang dapat dibayangkan dan yang seharusnya dipunyai oleh syariat terakhir bagi seluruh umat manusia, dan Al-Quran memilikinya itu dengan sepenuh-sepenuhnya.
         Furqān berarti: sesuatu yang membedakan antara yang benar dan yang palsu; keterangan, bukti atau kesaksian, sebab keterangan atau bukti itu gunanya membedakan antara yang benar dan yang salah. Kata itu pun mengandung arti pagi atau fajar, sebab fajar memisahkan hari dari malam.
         Al-Quran adalah furqān yang paripurna. Di antara seribu satu macam keindahan dan kebagusan yang membedakan Al-Quran dari kitab-kitab wahyu lainnya, dan yang menegakkan keunggulannya di atas kitab-kitab itu semuanya, dua macam nampak jelas sekali, yakni: (i) Al-Quran tidak membuat pernyataan atau pengakuan yang tidak didukung oleh bukti-bukti dan keterangan-keterangan yang sehat dan kuat, dan (ii) Al-Quran membuat kebenaran itu begitu nyata bedanya dari kepalsuan sebagaimana nyata benar bedanya siang hari dari malam hari.

Tuhan-tuhan Palsu   Versus Lalat

        Berbeda dengan Allah Swt., Tuhan Yang bukan saja telah menciptakan manusia – sebagai makhluk yang paling sempurna – serta keperluan yang dibutuhkan mereka -- tetapi  Dia juga telah menurunkan petunjuk-Nya yang paling sempurna berupa Al-Quran atau Al-Furqan, yang mampu membuat   manusia  yang mengamalkannya  meraih martabat-martabat akhlak dan ruhani yang terpuji, sesuai dengan tujuan utama penciptaannya yaitu untuk beribadah kepada Allah Swt. (QS.51:57).
    Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai orang-orang yang menyembah “tuhan-tuhan palsu”:
 وَ اتَّخَذُوۡا مِنۡ دُوۡنِہٖۤ  اٰلِہَۃً  لَّا یَخۡلُقُوۡنَ شَیۡئًا وَّ ہُمۡ یُخۡلَقُوۡنَ وَ لَا یَمۡلِکُوۡنَ لِاَنۡفُسِہِمۡ ضَرًّا وَّ لَا نَفۡعًا وَّ لَا یَمۡلِکُوۡنَ مَوۡتًا  وَّ لَا حَیٰوۃً   وَّ  لَا نُشُوۡرًا ﴿۳﴾
Dan  mereka telah mengambil tuhan-tuhan selain Dia   yang tidak menciptakan sesuatu pun bahkan mereka yang diciptakan, dan mereka tidak berkuasa untuk memberi mudarat dan tidak pula  manfaat kepada diri mereka, dan mereka tidak berkuasa atas mati, atas hidup dan tidak pula atas kebangkitan. (Al-Furqān [25]:4).
        Makna kalimat “dan mereka tidak berkuasa atas mati, atas hidup dan tidak pula atas kebangkitan“ menjelaskan bahwa segala sesuatu harus melampaui tiga tingkat perkembangan: (a) tingkat tak bernyawa; (b) tingkat mempunyai kekuatan untuk hidup, ketika sebuah benda diberi sifat-sifat dan tenaga-tenaga untuk tumbuh; dan (c) tingkat hidup yang sebenarnya. Allah Swt., Pencipta segala kehidupan, memiliki kekuasaan mutlak dan tunggal atas ketiga tingkat itu semuanya.
        Itulah sebabnya Allah Swt.  dari sekian banyak Sifat-sifat-Nya yang sempurna adalah Al-Hayyu (Yang Maha Hidup dan Sumber Kehidupan) dan Al-Qayyum (Maha Tegak dan Penegfak segala sesuatu), tanpa kedua sifat utama Allah Swt. tidak akan ada makhluk yang dapat mempertahankan  eksistensinya (keberadaan).
        Sungguh tepat perumpamaan berikut ini mengenai sangat lemahnya  keadaan “tuhan-tuhan  palsu”  yang disembah oleh orang-orang musyrik:
یٰۤاَیُّہَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ  فَاسۡتَمِعُوۡا لَہٗ  ؕ اِنَّ الَّذِیۡنَ تَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ لَنۡ یَّخۡلُقُوۡا ذُبَابًا وَّ لَوِ اجۡتَمَعُوۡا  لَہٗ ؕ وَ اِنۡ یَّسۡلُبۡہُمُ الذُّبَابُ شَیۡئًا لَّا یَسۡتَنۡقِذُوۡہُ  مِنۡہُ ؕ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَ الۡمَطۡلُوۡبُ ﴿ ﴾  
Hai manusia, suatu tamsil (perumpamaan) telah dikemukakan maka dengarlah tamsil itu.  Sesungguhnya mereka yang kamu seru selain Allah tidak dapat menjadikan seekor lalat, walau-pun mereka itu bergabung untuk itu. Dan seandainya  lalat itu menyambar sesuatu dari mereka, mereka tidak akan dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Sangat lemah yang meminta dan yang diminta (Al Hajj [22]:74).

Tidak “Menghargai” Allah Swt.

        Ayat ini menerangkan kepada orang-orang kafir, bahwa tuhan-tuhan mereka sama sekali tidak mempunyai kekuasaan dan tidak berdaya, dan betapa bodohnya mereka untuk menyembah tuhan-tuhan itu, selanjutnya Allah Swt. berfirman:
مَا قَدَرُوا اللّٰہَ حَقَّ قَدۡرِہٖ ؕ اِنَّ اللّٰہَ لَقَوِیٌّ عَزِیۡزٌ ﴿﴾
Mereka sekali-kali tidak dapat menilai kekuasaan Allah dengan sebenar-benarnya, sesungguhnya Allah Mahakuat, Maha Perkasa. (Al Hajj [22]:75).
         Kenyataan, bahwa orang-orang musyrik menjatuhkan derajat mereka sendiri ke tingkat yang begitu rendah, hingga mereka menyembah patung-patung — berhala-berhala yang terbuat dari kayu dan batu — menunjukkan, bahwa mereka mempunyai anggapan yang sangat keliru mengenai kekuatan-kekuatan dan Sifat-sifat Tuhan Yang Maha Kuasa, Al-Khaliq Yang Agung.
        Pada hakikatnya, semua kepercayaan yang mengakui adanya banyak tuhan dan semua anggapan-anggapan musyrik adalah timbul dari pandangan yang lemah dan keliru, bahwa kekuatan-kekuatan dan Sifat-sifat Tuhan terbatas dan mempunyai kekurangan seperti halnya manusia.
      Bukti bahwa Allah Swt. memiliki kekuasaan yang sempurna adalah pengutusan para para rasul dari kalangan  malaikat dan manusia, firman-Nya:
اَللّٰہُ یَصۡطَفِیۡ مِنَ الۡمَلٰٓئِکَۃِ  رُسُلًا وَّ مِنَ النَّاسِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ سَمِیۡعٌۢ  بَصِیۡرٌ ﴿ۚ ﴾    یَعۡلَمُ مَا بَیۡنَ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ مَا خَلۡفَہُمۡ ؕ وَ اِلَی اللّٰہِ  تُرۡجَعُ الۡاُمُوۡرُ ﴿ ﴾
Allah memilih rasul-rasul dari antara malaikat-malaikat dan dari antara manusia, sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Melihat.   Dia mengetahui apa pun  yang di hadapan mereka dan apa pun  yang di belakang mereka, dan kepada Allah-lah segala urusan dikembalikan  (Al Hajj [22]:76-77).
       Mengenai kepastian keunggulan missi para rasul Allah pada akhirnya   atas pendustaan dan penentangan para lawannya dari kalangan orang-orang kafir – yang dalam segala sesuatunya  dari segi duniawi jauh lebih unggul   -- adalah kesaksian sejarah yang membuktikan kebenaran firman-Nya berikut ini:
اِنَّ  الَّذِیۡنَ یُحَآدُّوۡنَ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗۤ اُولٰٓئِکَ فِی  الۡاَذَلِّیۡنَ ﴿﴾  کَتَبَ اللّٰہُ  لَاَغۡلِبَنَّ  اَنَا وَ  رُسُلِیۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  قَوِیٌّ عَزِیۡزٌ ﴿﴾
Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya mereka itu termasuk orang-orang yang sangat hina.   Allah telah menetapkan: “Aku dan rasul-rasul-Ku  pasti akan menang.” Sesungguhnya Allāh Maha Kuat, Maha Perkasa. (Al-Mujadilah [58]:21-22).

 Semua Bersujud kepada Allah Swt.
 Rela atau Tidak Rela

        Lebih lanjut Allah Swt. berfirman mengenai kertidak-berdayaan “tuhan-tuhan palsu” sembahan orang-orang musyrik:
لَہٗ  دَعۡوَۃُ   الۡحَقِّ ؕ وَ الَّذِیۡنَ  یَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِہٖ لَا یَسۡتَجِیۡبُوۡنَ لَہُمۡ بِشَیۡءٍ  اِلَّا کَبَاسِطِ کَفَّیۡہِ  اِلَی الۡمَآءِ لِیَبۡلُغَ فَاہُ وَ مَا ہُوَ بِبَالِغِہٖ ؕ وَ مَا دُعَآءُ الۡکٰفِرِیۡنَ  اِلَّا  فِیۡ  ضَلٰلٍ ﴿﴾  وَ لِلّٰہِ یَسۡجُدُ مَنۡ فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ طَوۡعًا وَّ کَرۡہًا وَّ ظِلٰلُہُمۡ بِالۡغُدُوِّ  وَ الۡاٰصَالِ  ﴿ٛ
Hanya Bagi Dia-lah seruan yang haq (benar),  dan mereka yang diseru oleh orang-orang itu selain Dia, mereka tidak menjawabnya sedikit pun, melainkan seperti orang yang mengulurkan kedua tangannya ke air  supaya sampai ke mulutnya, tetapi itu tidak akan sampai kepadanya,  dan tidaklah doa orang-orang kafir itu melainkan  sia-sia belaka.   Dan kepada Allah-lah bersujud siapa pun yang ada di seluruh langit dan bumi dengan rela  atau tidak rela  dan demikian juga bayangan-bayangan mereka pada setiap pagi dan petang hari. (Al-Ra’d [13]:15-16).
        Jalan yang benar untuk mendapat sukses dalam kehidupan ialah menempatkan segala sesuatu pada tempatnya yang tepat - memberikan kedudukan kepada Allah Swt.  kedudukan yang mustahak bagi-Nya dan member kedudukan  kepada makhluk-makhluk-Nya   yang mereka berhak memilikinya. Hanya itu saja satu-satunya jalan untuk mencapai sukses dan kebahagiaan yang sejati.
      Ayat “Dan kepada Allah-lah bersujud“ ini mengandung satu kebenaran yang agung, yaitu bahwa segala sesuatu yang dijadikan Allah Swt.  mau tidak mau harus tunduk kepada hukum-hukum alam yang diadakan oleh-Nya. Lidah harus melaksanakan tugas mencicip dan telinga tidak berdaya selain mendengar. Tunduknya kepada hukum-hukum alam itu dapat disebut sebagai dipaksakan.
       Tetapi manusia diberi juga kebebasan tertentu untuk berbuat, di mana ia dapat mempergunakan kemauannya dan pertimbangan akalnya. Tetapi bahkan dalam perbuatan-perbuatan -- yang untuk melakukannya ia nampaknya dianugerahi kebebasan -- ia sedikit-banyak harus tunduk kepada paksaan, dan ia harus menaati hukum-hukum  Allah Swt.   dalam berbuat apa pun, biar suka atau tidak.
       Kata-kata  “dengan senang atau tidak senang” dapat juga mengisyaratkan kepada dua golongan manusia, ialah, orang-orang beriman yang secara ikhlas tunduk kepada  Allah Swt.,   dan orang-orang kafir yang menaati hukum-hukum  Allah Swt.   dengan menggerutu.
         Jadi, betapa beruntungnya  orang-orang beriman yang menyembah Allah Swt. dan sungguh merugi orang-orang musyrik yang menyembah “tuhan-tuhan palsu” selain Allah Swt., karena mereka itu tidak memiliki kemampuan apa pun. Dan kalau pun orang-orang kafir mau pun orang-orang musyrik dalam hal-hal yang memerlukan upaya dan kepatuhan kepada hukum-hukum yang berlaku umum atas semua umat manusia, maka kesuksesan mereka itu pada hakikatnya karena mereka mentaati hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh Allah Swt.  yang bersifat Al-Rahmān (Maha Pemurah),   bukan karena doa mereka dikabulkan oleh “tuhan-tuhan palsu” mereka yang tidak berdaya.

(Bersambung). 

Rujukan: The Holy Quran
Editor:    Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar”, 22 Oktober 2012
Ki Langlang Buana Kusuma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar