بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN
Bab 94
Kebutaan
Mata Ruhani & Penyebabnya
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Ki Langlang Buana Kusuma
Pada bagian
akhir Bab sebelumnya telah menjelaskan mengenai kesaksian tubuh manusia terhadap perbuatan yang telah dilakukannya, dalam firman-Nya berikut ini Allah Swt.
menjelaskannya dalam bentuk “percakapan” di antara mereka sendiri:
وَ
یَوۡمَ یُحۡشَرُ اَعۡدَآءُ اللّٰہِ اِلَی النَّارِ فَہُمۡ یُوۡزَعُوۡنَ ﴿ ﴾ حَتّٰۤی
اِذَا مَا جَآءُوۡہَا شَہِدَ عَلَیۡہِمۡ سَمۡعُہُمۡ وَ اَبۡصَارُہُمۡ وَ
جُلُوۡدُہُمۡ بِمَا کَانُوۡا یَعۡمَلُوۡنَ ﴿ ﴾ وَ قَالُوۡا لِجُلُوۡدِہِمۡ لِمَ شَہِدۡتُّمۡ عَلَیۡنَا ؕ قَالُوۡۤا اَنۡطَقَنَا
اللّٰہُ الَّذِیۡۤ اَنۡطَقَ کُلَّ شَیۡءٍ وَّ ہُوَ
خَلَقَکُمۡ اَوَّلَ مَرَّۃٍ وَّ اِلَیۡہِ تُرۡجَعُوۡنَ ﴿ ﴾ وَ مَا کُنۡتُمۡ
تَسۡتَتِرُوۡنَ اَنۡ یَّشۡہَدَ عَلَیۡکُمۡ سَمۡعُکُمۡ وَ لَاۤ اَبۡصَارُکُمۡ وَ لَا جُلُوۡدُکُمۡ وَ لٰکِنۡ
ظَنَنۡتُمۡ اَنَّ اللّٰہَ لَا یَعۡلَمُ
کَثِیۡرًا مِّمَّا تَعۡمَلُوۡنَ
﴿۲۲﴾
وَ
ذٰلِکُمۡ ظَنُّکُمُ الَّذِیۡ ظَنَنۡتُمۡ بِرَبِّکُمۡ اَرۡدٰىکُمۡ فَاَصۡبَحۡتُمۡ
مِّنَ الۡخٰسِرِیۡنَ ﴿ ﴾
Dan ingatlah hari
ketika musuh-musuh
Allah dihimpun kepada Api, lalu mereka
akan dibagi dalam kelompok-kelompok.
Hingga apabila mereka sampai kepadanya,
telinga mereka, mata
mereka, dan kulit mereka menjadi saksi
atas mereka mengenai apa yang selalu mereka kerjakan. Dan
mereka berkata kepada kulit mereka: ”Mengapa kamu memberi kesaksian
terhadap kami?” Kulit mereka akan menjawab: ”Allah-lah Yang telah membuat kami berbicara seperti Dia telah membuat berbicara segala sesuatu,
dan Dia-lah Yang pertama kali telah menciptakan kamu dan kepada Dia-lah kamu
dikembalikan. Dan kamu sekali-kali tidak dapat bersembunyi bahwa telingamu,
dan tidak pula matamu, dan tidak pula kulitmu,
tetapi kamu menyangka bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa
yang kamu kerjakan. Dan itulah sangkaanmu yang kamu sangkakan kepada Tuhan-mu yang
telah membinasakanmu maka
kamu jadi termasuk orang-orang yang rugi.” (Al-Fushshilat
[41:20-24).
Kebutaan Mata Ruhani
di Alam
Dunia dan Akhirat
Dengan demikian
benarlah pernyataan Allah Swt. dalam Surah Yā
Sīn sebelum ini mengenai “penyegelan”
mulut di alam akhirat pada waktu Hari Penghisaban amal, firman-Nya:
اَلۡیَوۡمَ نَخۡتِمُ عَلٰۤی اَفۡوَاہِہِمۡ وَ
تُکَلِّمُنَاۤ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ تَشۡہَدُ اَرۡجُلُہُمۡ بِمَا کَانُوۡا یَکۡسِبُوۡنَ ﴿﴾ وَ لَوۡ نَشَآءُ لَطَمَسۡنَا عَلٰۤی اَعۡیُنِہِمۡ فَاسۡتَبَقُوا الصِّرَاطَ
فَاَنّٰی یُبۡصِرُوۡنَ ﴿﴾ وَ لَوۡ نَشَآءُ لَمَسَخۡنٰہُمۡ عَلٰی
مَکَانَتِہِمۡ فَمَا اسۡتَطَاعُوۡا مُضِیًّا وَّ لَا یَرۡجِعُوۡنَ ﴿٪﴾
Pada hari
ini Kami akan memeterai mulut mereka,
sedangkan tangan mereka akan berbicara kepada Kami, dan kaki mereka akan bersaksi
mengenai apa yang dahulu mereka usahakan. ” (Yā Sīn
[36]:66).
Bila kejahatan-kejahatan
orang-orang kafir telah dibuktikan
dan dinyatakan senyata-nyatanya,
mereka akan bungkam -- mulutnya seolah-olah dimeterai (disegel) -- dan mereka tidak
akan mampu menyatakan sesuatu guna membela
diri dan memperkecil dosa mereka,
dan tangan serta kaki mereka pun akan memberikan persaksian
terhadap mereka, karena tangan dan kaki merupakan alat utama guna melaksanakan perbuatan manusia yang baik
maupun yang buruk.
Karena manusia telah dianugerahi kebebasan melakukan sesuatu dan kebebasan mengikuti kemauan sendiri, ia harus bertanggungjawab
atas perbuatannya. Orang-orang kafir dengan gigih menolak melihat kebenaran,
dengan akibat mereka sama sekali kehilangan kemampuan
melihat kebenaran itu. Itulah juga arti dan maksud kata-kata “Pada hari ini Kami akan mencap
pada mulut mereka” dalam ayat sebelum ini.
Mengisyaratkan
kepada kenyataan itulah firman Allah Swt. berikut ini mengenai orang-orang
yang sengaja membuat
mata ruhaninya buta di dunia
ini oleh kekafiran dan ketakaburan mereka terhadap Allah Swt. dan Rasul Allah yang diutus kepada mereka, sebagaimana yang dilakukan iblis dan para pengikutnya terhadap Adam -- Khalifah Allah (QS.23:31-35) -- firman-Nya:
یَوۡمَ نَدۡعُوۡا کُلَّ اُنَاسٍۭ بِاِمَامِہِمۡ ۚ فَمَنۡ
اُوۡتِیَ کِتٰبَہٗ بِیَمِیۡنِہٖ
فَاُولٰٓئِکَ یَقۡرَءُوۡنَ کِتٰبَہُمۡ وَ
لَا یُظۡلَمُوۡنَ فَتِیۡلًا ﴿ ﴾ وَ مَنۡ کَانَ فِیۡ
ہٰذِہٖۤ اَعۡمٰی فَہُوَ فِی
الۡاٰخِرَۃِ اَعۡمٰی وَ اَضَلُّ سَبِیۡلًا ﴿ ﴾
Ingatlah hari itu ketika Kami akan memanggil semua orang beserta
pemimpin mereka, lalu barangsiapa akan diberikan kitabnya di tangan kanannya maka
mereka itu akan membaca kitab mereka
dengan gembira dan mereka tidak akan dizalimi sedikit pun.
Dan barangsiapa buta di dunia ini maka di akhirat pun ia akan buta juga dan bahkan lebih tersesat dari jalan. (Bani
Israil [17]:72-73).
Makna “Tangan Kanan”
dan “Tangan Kiri”
Tangan kanan adalah lambang keberkatan,
sedang tangan kiri lambang hukuman. Pada tubuh manusia yang sebelah
kanan mempunyai semacam keunggulan terhadap yang kiri,
karena otot-otot di sebelah kanan pada umumnya lebih kuat dari yang
sebelah kiri. Diserahkan catatan mengenai
perbuatan seseorang ke tangan kanannya seperti disebutkan dalam
ayat ini mengandung arti bahwa catatan
itu akan membawa keuntungan dan berkat baginya. Lagi pula tangan
kanan menunjukkan kekuatan dan kekuasaan (QS.69:46).
Dipegangnya
catatan mereka di tangan kanan mereka oleh orang-orang beriman mengandung arti
bahwa di masa hidup di dunia, mereka telah berpegang pada ketakwaan dengan kuat dan
kemauan keras, sedang dipegang oleh orang-orang kafir catatan mereka di tangan kiri mengandung arti bahwa mereka tidak berjuang mencapai ketakwaan
dengan kuat, tekun, dan semangat yang diperlukan untuk itu (QS.69:20-38;
QS.84:7-16).
Demikian
pula mereka yang tidak mempergunakan mata
ruhani mereka dengan cara yang wajar
di dunia ini akan tetap luput dari penglihatan ruhani di alam akhirat. Al-Quran menyebut mereka buta,
yaitu yang tidak merenungkan Tanda-tanda Allah serta tidak memperoleh manfaat darinya (QS.3:191-195). Orang-orang seperti itu di alam akhirat pun akan tetap dalam keadaan buta.
Berikut adalah firman
Allah Swt. mengenai “Adam dan istrinya” – yakni
pengikutnya -- sesudah terpedaya oleh
tipu-daya syaitan dan setelah Allah Swt. menerima taubat mereka, firman-Nya:
ثُمَّ اجۡتَبٰہُ
رَبُّہٗ فَتَابَ عَلَیۡہِ وَ ہَدٰی ﴿ ﴾ قَالَ اہۡبِطَا مِنۡہَا جَمِیۡعًۢا بَعۡضُکُمۡ
لِبَعۡضٍ عَدُوٌّ ۚ فَاِمَّا یَاۡتِیَنَّکُمۡ مِّنِّیۡ ہُدًی ۬ۙ فَمَنِ اتَّبَعَ
ہُدَایَ فَلَا یَضِلُّ وَ لَا یَشۡقٰی ﴿ ﴾ وَ مَنۡ اَعۡرَضَ عَنۡ ذِکۡرِیۡ فَاِنَّ
لَہٗ مَعِیۡشَۃً ضَنۡکًا وَّ نَحۡشُرُہٗ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ اَعۡمٰی ﴿ ﴾
Kemudian Tuhan-nya memilihnya maka Dia menerima taubat-nya dan memberi
petunjuk. Dia berfirman: “Pergilah kamu berdua semuanya
dari sini, sebagian kamu musuh bagi
sebagian yang lain. Maka apabila
datang kepadamu petunjuk dari-Ku, lalu barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, maka ia tidak akan sesat, dan tidak
pula ia akan menderita kesusahan. Dan \barangsiapa
berpaling dari mengingat Aku maka sesungguhnya
baginya ada kehidupan yang sempit, dan Kami
akan membangkitkannya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta. (Thā
Hā [20]:123-125).
Ayat
123 menunjukkan bahwa perbuatan melanggar perintah dari pihak
Adam a.s. itu tidak disengaja dan
telah terjadi secara kebetulan, sebab
pelanggaran yang disengaja tidak
mungkin mengakibatkan beliau malah memperoleh kehormatan besar dengan dipilih Allah Swt. untuk menerima karunia-Nya yang istimewa.
Perkataan "kamu berdua" maksudnya
ialah dua golongan manusia, yaitu para pengikut Nabi Adam a.s. dan murid-murid syaitan. Kata kum (kamu) dan jami’ (semua) juga
menunjukkan bahwa kata itu tidak ditujukan kepada dua orang melainkan kepada dua
golongan manusia atau dua partai.
Hal itu jelas pula dari QS.7:25, di tempat itu telah dipakai kata jamak ihbithā
(pergilah kamu semua) dan bukan ihbitha
(pergilah kamu berdua).
Ringkasnya, Nabi Adam a.s. hijrah
dari Irak (Mesopotamia) tanah air
beliau, ke suatu negeri tetangga.
Rupanya hijrah itu hanya untuk
sementara waktu saja dan besar
kemungkinan tidak lama kemudian beliau kembali ke tanah air beliau. Kata-kata “dan
bekal hidup sampai suatu masa tertentu” (QS.7:25) mengandung isyarat bahwa hijrah Nabi Adam a.s. dan para
pengikutnya itu dimaksudkan hanya untuk sementara
waktu.
Penyebab Kebutaan Mata Ruhani
Ada pun yang dimaksud dengan “petunjuk dari Allah” dalam kalimat
Kalimat “Maka apabila datang kepadamu petunjuk dari-Ku, lalu barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, maka
ia tidak akan sesat, dan tidak pula ia akan menderita kesusahan“
maksudnya adalah rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan
Allah Swt. kepada Bani Adam (QS.7:35-37); sedangkan makna kalimat “Dan barangsiapa berpaling dari mengingat Aku
maka sesungguhnya baginya ada kehidupan
yang sempit, dan Kami akan
membangkitkannya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta,“ hal itu mengisyaratkan kepada para penentang rasul Allah, yang mengikuti ketakaburan iblis terhadap Adam.
Makna kalimat “Dan barangsiapa berpaling dari mengingat Aku maka sesung-guhnya baginya ada kehidupan yang sempit, dan Kami akan membangkitkannya pada Hari Kiamat
dalam keadaan buta“, mengandung makna lainnya, yaitu seseorang yang
sama sekali tidak ingat kepada Allah Swt. di dunia serta menjalani cara
hidup yang menghalangi dan menghambat perkembangan ruhaninya -- dan dengan demikian membuat dirinya tidak layak menerima nur dari Allah Swt. -- mereka itu akan dibangkitkan
dalam keadaan buta di waktu kebangkitannya
kembali pada kehidupan di akhirat.
Hal itu menjadi demikian karena ruhnya
di dunia ini - yang akan berperan sebagai badan
(tubuh) bagi ruh yang lebih maju ruhaninya di alam akhirat -
telah menjadi buta, sebab ia telah
menjalani kehidupan yang bergelimang dosa
di dunia ini.
(Bersambung).
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam
Farid
***
“Pajajaran Anyar”, 3 Oktober 2012
Ki Langlang Buana Kusuma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar