Selasa, 02 Oktober 2012

Kebutaan "Mata Ruhani" & Penyebabnya






بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


  SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN



Bab 94
    
Kebutaan Mata Ruhani & Penyebabnya

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


Pada bagian akhir Bab sebelumnya telah menjelaskan mengenai kesaksian  tubuh manusia terhadap perbuatan yang telah dilakukannya,  dalam firman-Nya berikut ini Allah Swt. menjelaskannya dalam bentuk “percakapan” di antara mereka sendiri:
وَ یَوۡمَ یُحۡشَرُ اَعۡدَآءُ  اللّٰہِ  اِلَی النَّارِ فَہُمۡ  یُوۡزَعُوۡنَ ﴿ ﴾  حَتّٰۤی  اِذَا مَا جَآءُوۡہَا شَہِدَ عَلَیۡہِمۡ سَمۡعُہُمۡ وَ اَبۡصَارُہُمۡ وَ جُلُوۡدُہُمۡ بِمَا کَانُوۡا یَعۡمَلُوۡنَ ﴿ ﴾  وَ قَالُوۡا لِجُلُوۡدِہِمۡ  لِمَ شَہِدۡتُّمۡ  عَلَیۡنَا ؕ قَالُوۡۤا اَنۡطَقَنَا اللّٰہُ  الَّذِیۡۤ  اَنۡطَقَ کُلَّ شَیۡءٍ وَّ ہُوَ خَلَقَکُمۡ  اَوَّلَ مَرَّۃٍ  وَّ اِلَیۡہِ تُرۡجَعُوۡنَ ﴿ ﴾   وَ مَا کُنۡتُمۡ تَسۡتَتِرُوۡنَ اَنۡ یَّشۡہَدَ عَلَیۡکُمۡ سَمۡعُکُمۡ وَ لَاۤ  اَبۡصَارُکُمۡ وَ لَا جُلُوۡدُکُمۡ وَ لٰکِنۡ ظَنَنۡتُمۡ  اَنَّ اللّٰہَ  لَا یَعۡلَمُ  کَثِیۡرًا  مِّمَّا تَعۡمَلُوۡنَ ﴿۲۲﴾  وَ ذٰلِکُمۡ ظَنُّکُمُ الَّذِیۡ ظَنَنۡتُمۡ بِرَبِّکُمۡ اَرۡدٰىکُمۡ فَاَصۡبَحۡتُمۡ مِّنَ الۡخٰسِرِیۡنَ ﴿ ﴾      
Dan ingatlah hari ketika   musuh-musuh Allah dihimpun kepada Api, lalu mereka akan dibagi dalam kelompok-kelompok.  Hingga apabila mereka sampai kepadanya,  telinga mereka,  mata mereka, dan kulit mereka  menjadi saksi atas mereka mengenai apa yang selalu mereka kerjakan. Dan mereka berkata kepada kulit mereka:  ”Mengapa kamu   memberi kesaksian terhadap kami?” Kulit mereka akan menjawab: ”Allah-lah Yang telah membuat kami berbicara seperti Dia telah membuat berbicara segala sesuatu, dan Dia-lah Yang pertama kali telah menciptakan kamu dan kepada Dia-lah kamu dikembalikan.   Dan kamu sekali-kali tidak dapat bersembunyi  bahwa telingamu, dan tidak pula  matamu, dan tidak pula kulitmu, tetapi kamu menyangka bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan.  Dan itulah sangkaanmu yang kamu sangkakan kepada Tuhan-mu yang telah membinasakanmu  maka   kamu jadi termasuk  orang-orang yang rugi.” (Al-Fushshilat [41:20-24).

Kebutaan Mata Ruhani
di Alam Dunia dan Akhirat

     Dengan demikian benarlah pernyataan Allah Swt. dalam Surah Yā Sīn sebelum ini mengenai “penyegelan” mulut di alam akhirat pada waktu Hari Penghisaban amal, firman-Nya:
اَلۡیَوۡمَ نَخۡتِمُ عَلٰۤی اَفۡوَاہِہِمۡ وَ تُکَلِّمُنَاۤ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ تَشۡہَدُ اَرۡجُلُہُمۡ بِمَا کَانُوۡا یَکۡسِبُوۡنَ  ﴿﴾ وَ لَوۡ نَشَآءُ  لَطَمَسۡنَا عَلٰۤی  اَعۡیُنِہِمۡ فَاسۡتَبَقُوا الصِّرَاطَ فَاَنّٰی یُبۡصِرُوۡنَ ﴿﴾  وَ لَوۡ نَشَآءُ لَمَسَخۡنٰہُمۡ عَلٰی مَکَانَتِہِمۡ فَمَا اسۡتَطَاعُوۡا مُضِیًّا وَّ لَا یَرۡجِعُوۡنَ ﴿٪﴾
Pada hari ini Kami akan memeterai mulut mereka, sedangkan  tangan mereka akan berbicara kepada Kami, dan kaki mereka akan bersaksi  mengenai apa yang dahulu mereka usahakan.   (Yā Sīn [36]:66). 
       Bila kejahatan-kejahatan orang-orang kafir telah dibuktikan dan dinyatakan senyata-nyatanya, mereka akan bungkam -- mulutnya seolah-olah dimeterai (disegel) -- dan mereka tidak akan mampu menyatakan sesuatu guna membela diri dan memperkecil dosa mereka, dan tangan serta kaki mereka pun akan memberikan persaksian terhadap mereka, karena tangan dan kaki merupakan alat utama guna melaksanakan perbuatan manusia yang baik maupun yang buruk.
       Karena manusia telah dianugerahi kebebasan melakukan sesuatu dan kebebasan mengikuti kemauan sendiri, ia harus bertanggungjawab atas perbuatannya. Orang-orang kafir dengan gigih menolak melihat kebenaran, dengan akibat mereka sama sekali kehilangan kemampuan melihat kebenaran itu. Itulah juga arti dan maksud kata-kata  “Pada hari ini Kami akan mencap pada mulut mereka” dalam ayat sebelum ini.
       Mengisyaratkan kepada kenyataan itulah firman Allah Swt. berikut ini mengenai orang-orang yang  sengaja  membuat  mata ruhaninya buta di dunia ini oleh kekafiran dan ketakaburan mereka terhadap Allah Swt. dan Rasul Allah yang diutus kepada mereka, sebagaimana yang dilakukan iblis dan para pengikutnya  terhadap Adam -- Khalifah Allah  (QS.23:31-35) -- firman-Nya:
یَوۡمَ نَدۡعُوۡا کُلَّ اُنَاسٍۭ بِاِمَامِہِمۡ ۚ فَمَنۡ اُوۡتِیَ کِتٰبَہٗ  بِیَمِیۡنِہٖ فَاُولٰٓئِکَ یَقۡرَءُوۡنَ  کِتٰبَہُمۡ وَ لَا یُظۡلَمُوۡنَ فَتِیۡلًا  ﴿ ﴾ وَ مَنۡ کَانَ فِیۡ ہٰذِہٖۤ  اَعۡمٰی فَہُوَ فِی الۡاٰخِرَۃِ   اَعۡمٰی  وَ اَضَلُّ  سَبِیۡلًا ﴿ ﴾
Ingatlah hari itu ketika Kami akan memanggil semua orang beserta pemimpin mereka,  lalu barangsiapa akan diberikan kitabnya di tangan kanannya maka mereka itu akan membaca kitab mereka dengan gembira dan mereka tidak akan dizalimi sedikit pun.   Dan barangsiapa buta di dunia ini maka di akhirat  pun  ia akan buta juga  dan bahkan   lebih tersesat dari jalan. (Bani Israil [17]:72-73).

Makna “Tangan Kanan
dan “Tangan Kiri

      Tangan kanan adalah lambang keberkatan, sedang tangan kiri lambang hukuman. Pada tubuh manusia yang sebelah kanan mempunyai semacam keunggulan terhadap yang kiri,  karena otot-otot di sebelah kanan pada umumnya lebih kuat dari yang sebelah kiri. Diserahkan catatan mengenai perbuatan seseorang ke tangan kanannya seperti disebutkan dalam ayat ini mengandung arti bahwa catatan itu akan membawa keuntungan dan berkat baginya.  Lagi pula tangan kanan menunjukkan kekuatan dan kekuasaan (QS.69:46).
      Dipegangnya  catatan mereka di tangan kanan mereka oleh orang-orang beriman mengandung arti bahwa di masa hidup di dunia, mereka telah berpegang pada ketakwaan dengan kuat dan kemauan keras, sedang dipegang oleh orang-orang kafir catatan mereka di tangan kiri mengandung arti  bahwa mereka tidak berjuang   mencapai ketakwaan dengan kuat, tekun, dan semangat yang diperlukan untuk itu (QS.69:20-38; QS.84:7-16).
        Demikian pula mereka yang tidak mempergunakan mata ruhani mereka dengan cara yang wajar di dunia ini akan tetap  luput dari penglihatan ruhani di  alam akhirat.  Al-Quran menyebut mereka  buta, yaitu yang tidak merenungkan Tanda-tanda Allah serta tidak memperoleh manfaat darinya (QS.3:191-195). Orang-orang seperti itu di alam akhirat pun akan tetap dalam keadaan buta.
        Berikut adalah  firman  Allah Swt.  mengenai “Adam dan istrinya” – yakni   pengikutnya -- sesudah terpedaya oleh tipu-daya syaitan   dan setelah Allah Swt. menerima taubat mereka, firman-Nya:
ثُمَّ  اجۡتَبٰہُ رَبُّہٗ  فَتَابَ عَلَیۡہِ  وَ  ہَدٰی ﴿ ﴾   قَالَ اہۡبِطَا مِنۡہَا جَمِیۡعًۢا بَعۡضُکُمۡ لِبَعۡضٍ عَدُوٌّ ۚ فَاِمَّا یَاۡتِیَنَّکُمۡ مِّنِّیۡ ہُدًی ۬ۙ فَمَنِ اتَّبَعَ ہُدَایَ  فَلَا  یَضِلُّ  وَ لَا  یَشۡقٰی  ﴿ ﴾ وَ مَنۡ اَعۡرَضَ عَنۡ ذِکۡرِیۡ فَاِنَّ لَہٗ مَعِیۡشَۃً ضَنۡکًا وَّ نَحۡشُرُہٗ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ  اَعۡمٰی ﴿ ﴾
Kemudian Tuhan-nya memilihnya   maka Dia menerima taubat-nya dan memberi petunjukDia berfirman:  Pergilah kamu berdua  semuanya dari sini, sebagian kamu musuh bagi sebagian yang lain. Maka apabila datang kepadamu petunjuk dari­-Ku, lalu barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, maka ia tidak akan sesat, dan tidak pula ia akan menderita kesusahan. Dan \barangsiapa ber­paling dari mengingat Aku maka sesungguhnya baginya ada kehidupan yang sempit, dan Kami akan membangkitkannya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta.  (Thā Hā [20]:123-125).
    Ayat  123  menunjukkan bahwa perbuatan melanggar perintah dari pihak Adam a.s. itu tidak disengaja dan telah terjadi secara kebetulan, sebab pelanggaran yang disengaja tidak mungkin mengakibatkan beliau malah memperoleh kehormatan besar dengan dipilih Allah Swt.  untuk menerima karunia­-Nya yang istimewa.
  Perkataan "kamu berdua" maksudnya ialah dua golongan manusia, yaitu para pengikut Nabi Adam a.s. dan murid-murid syaitan. Kata kum (kamu) dan jami’ (semua) juga menunjukkan bahwa kata itu tidak ditujukan kepada dua orang melainkan kepada dua golongan manusia atau dua partai. Hal itu jelas pula dari QS.7:25, di tempat itu telah dipakai kata jamak ihbithā  (pergilah kamu semua) dan bukan ihbitha (pergilah kamu berdua).
 Ringkasnya, Nabi Adam a.s.  hijrah dari Irak (Mesopotamia) tanah air beliau,  ke suatu negeri tetangga. Rupanya hijrah itu hanya untuk sementara waktu saja  dan besar kemungkinan tidak lama kemudian beliau kembali ke tanah air beliau. Kata-kata “dan bekal hidup sampai suatu masa tertentu” (QS.7:25) mengandung isyarat bahwa hijrah Nabi Adam a.s. dan para pengikutnya itu dimaksudkan hanya untuk sementara waktu.

Penyebab Kebutaan Mata Ruhani

   Ada pun yang dimaksud dengan “petunjuk dari Allah” dalam kalimat Kalimat “Maka apabila datang kepadamu petunjuk dari­-Ku, lalu barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, maka ia tidak akan sesat, dan tidak pula ia akan menderita kesusahan“ maksudnya adalah  rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan Allah Swt. kepada Bani Adam (QS.7:35-37); sedangkan makna kalimat “Dan  barangsiapa ber­paling dari mengingat Aku maka sesungguhnya baginya ada kehidupan yang sempit, dan Kami akan membangkitkannya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta,“ hal itu mengisyaratkan kepada para penentang rasul Allah,   yang mengikuti ketakaburan iblis  terhadap Adam.
  Makna kalimat “Dan  barangsiapa ber­paling dari mengingat Aku maka sesung-guhnya baginya ada kehidupan yang sempit, dan Kami akan membangkitkannya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta“,  mengandung makna lainnya, yaitu seseorang yang sama sekali tidak ingat kepada Allah Swt. di dunia serta menjalani cara hidup yang menghalangi dan menghambat perkembangan ruhaninya --  dan dengan demikian membuat dirinya tidak layak menerima nur dari Allah Swt. -- mereka itu  akan dibangkitkan dalam keadaan buta di waktu kebangkitannya kembali pada kehidupan di akhirat.
   Hal itu menjadi demikian  karena ruhnya di dunia ini - yang akan berperan sebagai badan (tubuh) bagi ruh yang lebih maju ruhaninya di alam akhirat - telah menjadi buta, sebab ia telah menjalani kehidupan yang bergelimang dosa di dunia ini.  

(Bersambung). 

Rujukan: The Holy Quran
Editor:    Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar”, 3 Oktober 2012
Ki Langlang Buana Kusuma


Tidak ada komentar:

Posting Komentar