بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN
Bab 98
"Sarang Laba-laba" & Hizbullah Hakiki
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Ki Langlang Buana Kusuma
Pada bagian
akhir Bab sebelumnya telah menjelaskan mengenai pencabutankembali ruh Al-Quran setelah masa kejayaan Islam yang pertama
selama 3 abad, firman-Nya:
یُدَبِّرُ الۡاَمۡرَ
مِنَ السَّمَآءِ اِلَی الۡاَرۡضِ ثُمَّ
یَعۡرُجُ اِلَیۡہِ فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ مِقۡدَارُہٗۤ اَلۡفَ سَنَۃٍ مِّمَّا تَعُدُّوۡنَ ﴿ ﴾
Dia
mengatur perintah dari langit sampai bumi,
kemudian perintah itu akan naik
kepada-Nya dalam satu hari, yang hitungan lamanya seribu tahun dari apa yang kamu hitung. (Al-Sajdah [32]:6).
Ayat ini menunjuk kepada
suatu pancaroba sangat hebat, yang
ditakdirkan akan menimpa Islam dalam
perkembangannya yang penuh dengan perubahan itu. Islam akan melalui suatu masa kemajuan dan kesejahteraan yang mantap selama 3 abad pertama kehidupannya.
3 Abad Kejayaan Islam yang Pertama &
Kemundurannya Selama 1000 Tahun
Nabi Besar Muhammad saw. diriwayatkan pernah menyinggung secara
jitu mengenai kenyataan itu dalam sabda beliau saw.: “Abad terbaik ialah abad di kala aku hidup, kemudian abad berikutnya,
kemudian abad sesudah itu” (Tirmidzi
& Bukhari,
Kitab-usy-Syahadat).
Islam mulai mundur sesudah 3 abad pertama masa keunggulan dan kemenangan
yang tiada henti-hentinya. Peristiwa kemunduran
dan kemerosotannya berlangsung dalam
masa 1000 tahun berikutnya. Kepada
masa 1000 tahun inilah, telah
diisyaratkan dengan kata-kata: “Kemudian perintah itu akan naik kepada-Nya
dalam satu hari, yang hitungan
lamanya seribu tahun.”
Dalam hadits lain -- sehubungan
wahyu Surah Al Jumu’ah ayat 3-4 --
Nabi Besar Muhammad saw. diriwayatkan
pernah bersabda bahwa iman dari
kalangan umat Islam akan “terbang” ke Bintang
Tsuraya, dan seseorang dari keturunan
Parsi akan mengembalikannya ke
bumi (Bukhari,
Kitab-ut-Tafsir). Dengan kedatangan Al-Masih Mau’ud a.s., yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s. - Pendiri Jemaat
Ahmadiyah, dalam abad ke-14 sesudah Hijrah, laju kemerosotan umat Islam telah
terhenti dan kebangkitan Islam
kembali mulai berlaku sebagaimana yang dijanjikan
Allah Swt. (QS.61:10).
Berikut lanjutan firman Allah Swt. sehubungan dengan pertanyaan mengenai ruh, yakni mengenai pencabutan “ruh”
Al-Quran pada masa kemunduran umat
Islam selama 1000 tahun setelah mengalami masa kejayaan yang pertama selama 3
abad, firman-Nya:
وَ لَئِنۡ شِئۡنَا لَنَذۡہَبَنَّ بِالَّذِیۡۤ اَوۡحَیۡنَاۤ اِلَیۡکَ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَکَ
بِہٖ عَلَیۡنَا وَکِیۡلًا ﴿ۙ﴾ اِلَّا رَحۡمَۃً مِّنۡ رَّبِّکَ ؕ اِنَّ فَضۡلَہٗ کَانَ عَلَیۡکَ کَبِیۡرًا ﴿﴾ قُلۡ لَّئِنِ
اجۡتَمَعَتِ الۡاِنۡسُ وَ الۡجِنُّ عَلٰۤی اَنۡ یَّاۡتُوۡا بِمِثۡلِ ہٰذَا
الۡقُرۡاٰنِ لَا یَاۡتُوۡنَ بِمِثۡلِہٖ وَ لَوۡ کَانَ بَعۡضُہُمۡ لِبَعۡضٍ ظَہِیۡرًا ﴿﴾
Dan jika Kami
benar-benar menghendaki, niscaya Kami mengambil kembali apa yang telah Kami wahyukan kepada engkau
dan kemudian engkau tidak akan
memperoleh penjaga baginya terhadap Kami dalam hal itu. Kecuali karena rahmat dari Tuhan engkau, sesungguhnya karunia-Nya sangat besar kepada engkau.
Katakanlah: “Jika manusia dan jin benar-benar berhimpun untuk mendatangkan yang semisal Al-Quran ini,
mereka tidak akan sanggup mendatangkan
yang sama seperti ini, walaupun
sebagian mereka membantu sebagian
yang lain.” (Bani Israil [17]:87-89).
Mereka yang Mengikuti Ketakaburan
Iblis
terhadap Adam
Ayat ini nampaknya
mengandung nubuatan bahwa akan datang
suatu saat ketika ilmu Al-Quran akan lenyap dari bumi
(QS.32:6). Nubuatan Nabi Muhammad
saw. serupa itu telah diriwayatkan oleh Mardawaih,
Baihaqi,
dan Ibn
Majah, ketika ruh dan jiwa ajaran Al-Quran akan hilang lenyap
dari bumi, dan semua orang yang dikenal
sebagai ahli-ahli mistik dan para sufi di kalangan umat Islam yang
mengakui memiliki kekuatan batin istimewa
— seperti pula diakui oleh segolongan orang-orang
Yahudi dahulu kala yang sifatnya serupa
dengan mereka — tidak akan berhasil mengembalikan jiwa ajaran Al-Quran dengan usaha
mereka bersama-sama.
Tantangan ini pertama-tama diajukan kepada
mereka yang berkecimpung dalam kebiasaan-kebiasaan
klenik, supaya mereka meminta pertolongan ruh-ruh gaib, yang darinya orang-orang ahli kebatinan itu — menurut pengakuannya sendiri — menerima ilmu ruhani. Tantangan ini berlaku pula
untuk semua orang yang menolak Al-Quran bersumber pada Allah Swt. dan untuk sepanjang masa.
Namun ketika Rasul Akhir Zaman yang kedatangannya dijanjikan Allah Swt. kepada
semua umat beragama – termasuk kepada umat Islam -- benar-benar datang
(QS.62:3-4) atau misal Isa Ibnu Maryam
a.s. (QS.43:58) – yakni Mirza Ghulam
Ahmad a.s. – mendakwakan diri, maka “orang-orang
yang buta mata ruhaninya” sebagaimana yang terjhadi di kalangan para pemuka agama Yahudi ketika Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. diutus kepada
mereka (QS.3:46-57; QS.61:7) – mereka bukannya menyambutnya dengan penuh
kegembiraan, bahkan menjadi penentangnya
yang paling depan.
Mereka
yang mengikuti ketakaburan iblis
terhadap Adam -- Khalifah Allah --
seperti itulah yang akan dibangkitkan dalam keadaan
buta di alam akhirat, sebagaimana yang diisyaratkan dalam Surah Bani Israil
sebelum ini (QS.17:72) dan dalam QS.20:124-127), selanjutnya Allah Swt.
berfirman:
قَالَ رَبِّ لِمَ
حَشَرۡتَنِیۡۤ اَعۡمٰی وَ قَدۡ کُنۡتُ بَصِیۡرًا ﴿ ﴾ قَالَ کَذٰلِکَ اَتَتۡکَ اٰیٰتُنَا فَنَسِیۡتَہَا
ۚ وَکَذٰلِکَ الۡیَوۡمَ تُنۡسٰی ﴿ ﴾ وَ کَذٰلِکَ نَجۡزِیۡ مَنۡ
اَسۡرَفَ وَ لَمۡ یُؤۡمِنۡۢ بِاٰیٰتِ
رَبِّہٖ ؕ وَ لَعَذَابُ الۡاٰخِرَۃِ اَشَدُّ وَ اَبۡقٰی ﴿ ﴾
Ia berkata: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau membangkitkan aku dalam keadaan buta,
padahal sesungguhnya dahulu aku dapat
melihat?” Dia berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu Tanda-tanda Kami,
tetapi engkau melupakannya dan demikian pula engkau dilupakan pada hari ini." Dan demikianlah Kami memberi balasan orang yang melanggar dan ia tidak beriman kepada Tanda-tanda Tuhan-nya, dan niscaya azab
akhirat itu lebih keras dan lebih kekal.
(Thā
Hā [20]:126-128).
Tuna dari Makrifat Ilahi
yang Hakiki
Sebagai jawaban terhadap keluhan orang kafir mengapa ia dibangkitkan buta padahal dalam kehidupan
sebelumnya ia memiliki penglihatan,
Allah Swt. akan mengatakan bahwa ia telah menjadi buta
ruhani dalam kehidupannya di dunia sebab telah menjalani kehidupan
yang bergelimang dosa, dan karena itu ruhnya
— yang akan berperan sebagai tubuh
untuk ruh lain yang ruhaninya jauh lebih berkembang di
akhirat, maka di hari kemudian ia dilahirkan buta.
Ayat ini dapat pula berarti bahwa karena orang kafir tidak mengembangkan dalam
dirinya Sifat-sifat Ilahi -- yang untuk tujuan itulah Allah Swt.
mengutus para rasul Allah, teruatama Nabi Besar Muhammad saw. -- dan tetap asing dari sifat-sifat itu, maka pada hari
kebangkitan — ketika Sifat-sifat
itu akan dinampakkan dengan segala keagungan dan kemuliaan —
ia sebagai seseorang yang terasing
dari Sifat itu tidak akan mampu mengenalnya dan dengan demikian akan berdiri seperti orang buta yang tidak mempunyai ingatan atau kenangan
sedikit pun kepada Sifat-sifat itu.
Dalam Kisah Minumental “Adam – Malaikat –Iblis” Allah Swt. telah berfirman bahwa yang diberi pengetahuan sempurna mengenai “Sifat-sifat Allah Swt.” atau “Asmā-Nya” adalah “Adam”, karena ia telah diangkat
oleh Allah Swt. sebagai seorang “Khalifah
Allah” atau Rasul Allah (QS.2:31-35),
yang kepada “Adam” atau “Rasul Allah” itulah Allah Swt. mengajarkan “Asmā-Nya (nama-nama-Nya – QS.3:31-35;
QS.72:27-29.).
Meniru Jalan Hidup
Kaum-kaum Purbakala
Selanjutnya Allah Swt. memperingatkan mereka yang
menentang Rasul Akhir Zaman ini dengan
nasib tragis kaum-kaum purbakala,
yang karena kebutaan ruhani
mereka gagal mengenal rasul-rasul
Allah yang kedatangannya dijanjikan
kepada mereka, yang mengenai kedatangannya dijanjikan kerpada mereka setelah
Nabi Adam a.s. (QS.7:35-37), seperti kaum Nabi
Nuh a.s., kaum ‘Ad yang kepada
mereka Nabi Hud a.s., kaum Tsamud
yang kepada mereka nabi Shalih a.s.
diutus serta Nabi Syu’aib a.as. yang
diutus kepada kaum Midian, firman-Nya:
اَفَلَمۡ یَہۡدِ لَہُمۡ کَمۡ اَہۡلَکۡنَا قَبۡلَہُمۡ مِّنَ
الۡقُرُوۡنِ یَمۡشُوۡنَ فِیۡ مَسٰکِنِہِمۡ ؕ اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ لَاٰیٰتٍ لِّاُولِی النُّہٰی ﴿﴾٪
Maka apakah tidak memberi petunjuk
kepada mereka berapa
banyak generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, mereka berjalan-jalan di tempat-tempat
tinggal mereka yang telah hancur? Sesungguhnya dalam hal yang demikian itu benar-benar ada Tanda-tanda bagi orang-orang
yang berakal. (Thā Hā [20]:126-129).
Makna lain dari kalimat “mereka berjalan-jalan di tempat-tempat
tinggal mereka yang telah hancur?“
adalah bahwa orang-orang yang menentang
rasul Akhir Zaman saat ini pun telah melakukan tindakan zalim yang sama seperti
yang dilakukan oleh kaum-kaum purbakala tersebut terhadap rasul Allah yang
diutus kepada mereka, sehingga nasib buruk yang
telah menimpa kaum-kaum purbakala tersebut juga akan menimpa umumnya umat-umat beragama di Akhir Zaman ini, antara lain berupa
ditimpa berbagai bentuk bala bencana (azab)
yang telah membinasakan kaum-kaum
purbakala yang bersikap takabbur
tersebut (QS.29:15-40), selanjutnya Allah Swt. berfirman:
فَکُلًّا اَخَذۡنَا بِذَنۡۢبِہٖ ۚ فَمِنۡہُمۡ مَّنۡ
اَرۡسَلۡنَا عَلَیۡہِ حَاصِبًا ۚ وَ
مِنۡہُمۡ مَّنۡ اَخَذَتۡہُ
الصَّیۡحَۃُ ۚ وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ خَسَفۡنَا بِہِ الۡاَرۡضَ ۚ وَ مِنۡہُمۡ
مَّنۡ اَغۡرَقۡنَا ۚ وَ مَا کَانَ
اللّٰہُ لِیَظۡلِمَہُمۡ وَ لٰکِنۡ
کَانُوۡۤا اَنۡفُسَہُمۡ یَظۡلِمُوۡنَ ﴿﴾
Maka setiap orang dari
mereka Kami tangkap karena dosanya, di antara mereka ada yang Kami kirim kepadanya badai pasir, di antara mereka ada yang disambar oleh petir, di antara mereka ada yang Kami
benamkan di bumi, di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan,
dan Allah sekali-kali tidak berbuat zalim
terhadap mereka, tetapi mereka menzalimi
diri mereka sendiri. (Al-Ankabut [29]:41).
Al-Quran telah mempergunakan
berbagai kata dan ungkapan untuk hukuman yang ditimpakan lawan-lawan berbagai
nabi pada zamannya masing-masing azab
yang melanda kaum ‘Ād digambarkan sebagai badai
pasir (QS.41:17; QS.54:20; dan QS.69:7); yang menimpa kaum Tsamud sebagai gempa
bumi (QS.7:79); ledakan
(QS.11:68; QS.54:32), halilintar
(QS.41:18), dan ledakan dahsyat
(QS.69:6); azab yang menghancurkan umat Nabi Luth a.s. sebagai hujan batu-batu
tanah (QS.11:83; QS.15:75); badai batu
(QS.54:35); dan azab yang menimpa Midian, kaum Nabi Syu’aib a.s. sebagai gempa bumi (QS.7:92; QS.29:38); ledakan (QS.11:95); dan azab pada hari siksaan yang mendatang
(QS.26:190).
Terakhir dari semua itu ialah azab Ilahi yang menimpa Fir’aun dan
lasykarnya serta pembesar-pembesarnya yang gagah-perkasa, Haman dan Qarun
(Qorah), dan membinasakan mereka sampai hancur-luluh, telah digambarkan dengan
ungkapan, “Kami ........ tenggelamkan pengikut-pengikut Fir’aun” (QS.2:51;
QS.7:137; dan QS.17:104), dan “Kami menyebabkan bumi menelannya” (QS.28:82).
Perumpamaan Keadaan para
Penentang Rasul Allah Swt.
Selanjutnya Allah Swt. memperingatkan para
penentang rasul Allah, bahwa walau pun mereka itu dari segi jumlah, kekuasaan serta kekayaan jauh melebihi
rasul Allah dan para
pengikutnya yang mereka dustakan, tentang dan mereka zalimi, terapi karena pada hakikatnya mereka itu bersikap
takabur dan menentang Allah Swt.
Wujud yang telah mengutus rasul Allah yang dijanjikan kepada
mereka, karena itu keadaan mereka itu sangat
lemah bagaimana lemahnya sarang
laba-laba, demikian Allah Swt. mengemukakan perumpamaan tentang para penentang rasul Allah tersebut,
firman-Nya:
مَثَلُ الَّذِیۡنَ
اتَّخَذُوۡا مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ اَوۡلِیَآءَ کَمَثَلِ الۡعَنۡکَبُوۡتِ ۖۚ
اِتَّخَذَتۡ بَیۡتًا ؕ وَ اِنَّ اَوۡہَنَ
الۡبُیُوۡتِ لَبَیۡتُ الۡعَنۡکَبُوۡتِ ۘ لَوۡ
کَانُوۡا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿ ﴾ اِنَّ اللّٰہَ یَعۡلَمُ مَا
یَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِہٖ مِنۡ شَیۡءٍ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الۡحَکِیۡمُ ﴿ ﴾ وَ تِلۡکَ الۡاَمۡثَالُ نَضۡرِبُہَا لِلنَّاسِ ۚ وَ مَا
یَعۡقِلُہَاۤ اِلَّا الۡعٰلِمُوۡنَ ﴿ ﴾
Perumpamaan orang-orang yang mengambil penolong-penolong
selain Allah adalah seperti perumpamaan
laba-laba yang membuat rumah, dan sesungguhnya selemah-lemah rumah
pasti rumah laba-laba, seandainya mereka itu mengetahui. Sesungguhnya Allah mengetahui sesuatu apa
pun yang mereka seru selain-Nya, dan Dia
Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Dan itulah
perumpamaan-perumpamaan yang Kami kemukakan bagi manusia, dan
sekali-kali tidak ada yang memahaminya
kecuali orang-orang yang berilmu. (Al-Ankabut
[29]:42-44).
Masalah Keesaan Tuhan yang menjadi pembahasan terutama Surah Al-Ankabut disudahi dalam ayat ini
dengan sebuah tamsil (perumpamaan) yang
indah sekali, dan menjelaskan kepada kaum musyrik ketololan, kesia-siaan,
dan kepalsuan kepercayaan-kepercayaan
dan kebiasaan-kebiasaan syirik mereka.
Mereka itu rapuh bagaikan sarang laba-laba dan tidak dapat
bertahan terhadap kecaman akal sehat.
Sebagai bukti kerapuhan dan ketidak-berdayaan “tuhan-tuhan yang mereka” sembah selain Allah Swt. adalah “nasib tragis” yang menimpa kaum-kaum purbakala yang menentang
para rasul Allah yang mengajarkan Tauhid Ilahi kepada mereka.
Benarlah firman-Nya:
اِنَّ الَّذِیۡنَ
یُحَآدُّوۡنَ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗۤ اُولٰٓئِکَ فِی الۡاَذَلِّیۡنَ ﴿ ﴾ کَتَبَ اللّٰہُ لَاَغۡلِبَنَّ
اَنَا وَ رُسُلِیۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ
قَوِیٌّ عَزِیۡزٌ ﴿ ﴾
Sesungguhnya
orang-orang yang menentang Allah dan
Rasul-Nya mereka itu termasuk orang-orang yang sangat hina. Allah
telah menetapkan: “Aku dan
rasul-rasul-Ku pasti
akan me-nang.” Sesungguhnya Allāh Maha Kuat, Maha Perkasa. (Al-Mujadilah [58]:21-22).
Hizbullāh (Golongan Allah) yang Hakiki
Ada tersurat nyata pada lembaran-lembaran
sejarah bahwa kebenaran – yaitu Tauhid Ilahi -- senantiasa menang
terhadap kepalsuan atau kemusyrikan. Selanjutnya Allah Swt.
berfirman mengenai dukungan-Nya para pencinta Tauhid Ilahi, khususnya yang diperagakan oleh Nabi Besar Muhammad saw. dan para sahabah beliau saw. yang hakiki,
firman-Nya:
لَا تَجِدُ قَوۡمًا یُّؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰہِ وَ الۡیَوۡمِ
الۡاٰخِرِ یُوَآدُّوۡنَ مَنۡ حَآدَّ
اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ وَ لَوۡ
کَانُوۡۤا اٰبَآءَہُمۡ اَوۡ اَبۡنَآءَہُمۡ اَوۡ
اِخۡوَانَہُمۡ اَوۡ عَشِیۡرَتَہُمۡ
ؕ اُولٰٓئِکَ کَتَبَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمُ
الۡاِیۡمَانَ وَ اَیَّدَہُمۡ بِرُوۡحٍ مِّنۡہُ
ؕ وَ یُدۡخِلُہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا ؕ رَضِیَ اللّٰہُ عَنۡہُمۡ وَ رَضُوۡا عَنۡہُ ؕ اُولٰٓئِکَ
حِزۡبُ اللّٰہِ ؕ اَلَاۤ اِنَّ حِزۡبَ
اللّٰہِ ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ ﴿ ﴾
Engkau tidak
akan mendapatkan suatu kaum yang menyatakan
beriman kepada Allah dan Hari Akhir tetapi mereka mencintai orang-orang yang memusuhi Allah
dan Rasul-Nya, walau pun
mereka itu bapak-bapak mereka atau anak-anak
mereka atau saudara-saudara mereka
ataupun keluarga mereka. Mereka
itulah orang-orang yang di dalam hati
mereka Dia telah menanamkan iman dan Dia telah meneguhkan mereka dengan ilham dari Dia sendiri, dan Dia akan memasukkan mereka ke dalam
kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai.
Mereka kekal di dalamnya. Allah ridha kepada mereka dan mereka
ridha kepada-Nya. Itulah golongan
Allah. Ketahuilah, sesungguhnya golongan
Allah itulah orang-orang yang berhasil. (Al-Mujadilah [58]:23).
Sudah nyata bahwa tidak mungkin terdapat persahabatan atau perhubungan cinta sejati
atau sungguh-sungguh di antara orang-orang beriman dengan
orang-orang kafir. Karena cita-cita,
pendirian-pendirian, dan kepercayaan
agama dari kedua golongan itu bertentangan
satu sama lain -- dan karena kesamaan dan perhubungan kepentingan itu merupakan syarat mutlak bagi perhubungan
yang sungguh-sungguh erat menjadi tidak ada -- maka Allah Swt. memerintahkan orang-orang
beriman jangan
mempunyai persahabatan yang erat lagi mesra
dengan orang-orang kafir, apa pun hubungan darah mereka itu.
Ikatan agama harus mengatasi segala perhubungan lainnya, malahan mengatasi pertalian darah yang amat dekat sekalipun. Ayat ini nampaknya
merupakan seruan umum. Tetapi secara khusus seruan itu tertuju kepada orang-orang kafir yang ada dalam berperang dengan kaum Muslim.
Dengan demikian benarlah pernyataan Allah Swt. dalam Surah Yā Sīn yang jadi pokok pembahasan sebelum ini mengenai “penyegelan” mulut di alam akhirat pada waktu Hari Penghisaban amal, firman-Nya:
Dengan demikian benarlah pernyataan Allah Swt. dalam Surah Yā Sīn yang jadi pokok pembahasan sebelum ini mengenai “penyegelan” mulut di alam akhirat pada waktu Hari Penghisaban amal, firman-Nya:
اَلۡیَوۡمَ نَخۡتِمُ عَلٰۤی اَفۡوَاہِہِمۡ وَ
تُکَلِّمُنَاۤ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ تَشۡہَدُ اَرۡجُلُہُمۡ بِمَا کَانُوۡا یَکۡسِبُوۡنَ ﴿﴾ وَ لَوۡ نَشَآءُ لَطَمَسۡنَا عَلٰۤی اَعۡیُنِہِمۡ فَاسۡتَبَقُوا الصِّرَاطَ
فَاَنّٰی یُبۡصِرُوۡنَ ﴿﴾ وَ لَوۡ نَشَآءُ لَمَسَخۡنٰہُمۡ عَلٰی
مَکَانَتِہِمۡ فَمَا اسۡتَطَاعُوۡا مُضِیًّا وَّ لَا یَرۡجِعُوۡنَ ﴿٪﴾
Pada hari
ini Kami akan memeterai mulut mereka,
sedangkan tangan mereka akan berbicara kepada Kami, dan kaki mereka akan bersaksi
mengenai apa yang dahulu mereka usahakan. ” (Yā Sīn
[36]:66).
Bila kejahatan-kejahatan
orang-orang kafir telah dibuktikan
dan dinyatakan senyata-nyatanya,
mereka akan bungkam -- mulutnya seolah-olah dimeterai (disegel) -- dan mereka tidak
akan mampu menyatakan sesuatu guna membela
diri dan memperkecil dosa mereka,
dan tangan serta kaki mereka pun akan memberikan persaksian
terhadap mereka, karena tangan dan kaki merupakan alat utama guna melaksanakan perbuatan manusia yang baik
maupun yang buruk.
Karena manusia telah dianugerahi kebebasan melakukan sesuatu dan kebebasan mengikuti kemauan sendiri, ia harus bertanggungjawab
atas perbuatannya. Orang-orang kafir dengan gigih menolak melihat kebenaran,
dengan akibat mereka sama sekali kehilangan kemampuan
melihat kebenaran itu. Itulah juga arti dan maksud kata-kata “Pada hari ini Kami akan mencap
pada mulut mereka” dalam ayat sebelum ini.
(Bersambung).
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam
Farid
***
“Pajajaran Anyar”, 10 Oktober 2012
Ki Langlang Buana Kusuma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar