بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN
Bab 110
Keledai Bersuara Buruk &
Penyebaran Fitnah di Jalan Rasul Allah
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam bagian
akhir Bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai
berbagai tuntutan orang-orang kafir Makkah agar Nabi Besar
Muhammad saw. memperlihatkan mukjizat sesuai dengan keinginan mereka yang diluar kemampuan beliau saw. untuk
melakukannya, firman-Nya:
وَ قَالُوۡا لَنۡ نُّؤۡمِنَ
لَکَ حَتّٰی تَفۡجُرَ لَنَا مِنَ الۡاَرۡضِ یَنۡۢبُوۡعًا ﴿ۙ﴾
اَوۡ تَکُوۡنَ لَکَ جَنَّۃٌ مِّنۡ نَّخِیۡلٍ وَّ عِنَبٍ فَتُفَجِّرَ الۡاَنۡہٰرَ خِلٰلَہَا تَفۡجِیۡرًا ﴿ۙ﴾
اَوۡ تُسۡقِطَ السَّمَآءَ کَمَا زَعَمۡتَ عَلَیۡنَا
کِسَفًا اَوۡ تَاۡتِیَ بِاللّٰہِ وَ الۡمَلٰٓئِکَۃِ
قَبِیۡلًا ﴿ۙ﴾
اَوۡ یَکُوۡنَ
لَکَ بَیۡتٌ مِّنۡ زُخۡرُفٍ اَوۡ تَرۡقٰی فِی السَّمَآءِ ؕ وَ لَنۡ نُّؤۡمِنَ
لِرُقِیِّکَ حَتّٰی تُنَزِّلَ عَلَیۡنَا کِتٰبًا نَّقۡرَؤُہٗ ؕ قُلۡ سُبۡحَانَ
رَبِّیۡ ہَلۡ کُنۡتُ اِلَّا بَشَرًا رَّسُوۡلًا ﴿﴾ وَ مَا مَنَعَ النَّاسَ
اَنۡ یُّؤۡمِنُوۡۤا اِذۡ جَآءَہُمُ الۡہُدٰۤی اِلَّاۤ اَنۡ قَالُوۡۤا اَبَعَثَ اللّٰہُ بَشَرًا رَّسُوۡلًا ﴿﴾
Dan mereka
berkata: “Kami tidak akan pernah beriman
kepada engkau sebelum engkau
memancarkan dari bumi sebuah mata air untuk kami; atau engkau mempunyai kebun kurma dan anggur lalu engkau mengalirkan sungai-sungai yang deras alirannya di
tengah-tengahnya; atau engkau
menjatuhkan kepingan-kepingan langit
atas kami sebagaimana telah engkau
da'wakan; atau engkau mendatangkan
Allah dan para malaikat
berhadap-hadapan dengan kami; atau engkau
mempunyai sebuah rumah dari emas; atau engkau
naik ke langit, tetapi kami tidak
akan pernah mempercayai kenaikan engkau ke langit hingga engkau menurunkan kepada kami sebuah kitab
yang kami dapat membacanya.” Katakanlah: “Maha Suci Tuhan-ku, aku tidak lain melainkan seorang manusia sebagai
seorang rasul.” (Bani
Israil [17]:91-94).
“Keledai”
& “Singa Allah”
Karena tuntutan
memperlihatkan mukjizat yang dikemukakan oleh orang-orang kafir
kepada Nabi Besar Muhammad saw. adalah
sesuatu yang serampangan saja, yang dari segi ruhani tidak mungkin dapat
dipenuhi, tetapi dari segi ruhani apa
yang mereka tuntut tersebut sepenuhnya telah terlaksana, hanya saja mereka
tidak mengetahuinya, karena itu mereka layak disebut sebagai keledai
yang bodoh dan penakut,
firman-Nya:
فَمَا لَہُمۡ عَنِ
التَّذۡکِرَۃِ مُعۡرِضِیۡنَ ﴿ۙ﴾ کَاَنَّہُمۡ حُمُرٌ مُّسۡتَنۡفِرَۃٌ ﴿ۙ﴾ فَرَّتۡ
مِنۡ قَسۡوَرَۃٍ ﴿ؕ﴾ بَلۡ یُرِیۡدُ کُلُّ امۡرِیًٔ
مِّنۡہُمۡ اَنۡ یُّؤۡتٰی صُحُفًا
مُّنَشَّرَۃً ﴿ۙ﴾ کَلَّا ؕ بَلۡ لَّا یَخَافُوۡنَ الۡاٰخِرَۃَ ﴿ؕ﴾ کَلَّاۤ اِنَّہٗ
تَذۡکِرَۃٌ ﴿ۚ﴾ فَمَنۡ شَآءَ ذَکَرَہٗ ﴿ؕ﴾
وَ مَا یَذۡکُرُوۡنَ
اِلَّاۤ اَنۡ یَّشَآءَ اللّٰہُ ؕ
ہُوَ اَہۡلُ التَّقۡوٰی وَ اَہۡلُ الۡمَغۡفِرَۃِ ﴿٪﴾
Maka apakah yang terjadi
dengan mereka hingga mereka
berpaling dari peringatan, seolah-olah mereka
itu keledai-keledai yang ketakutan lari
dari singa? Bahkan, setiap orang dari mereka menghendaki supaya
dia diberi lembaran-lembaran terbuka.
Sekali-kali tidak! Bahkan mereka
tidak takut pada akhirat. Sekali-kali
tidak! Sesungguhnya Al-Quran itu
adalah peringatan. Maka barangsiapa menghendaki, hendaklah ia
memperhatikannya. Dan mereka
tidak akan memperhatikan kecuali jika
Allah menghendaki.
Dia memberi ketakwaan dan Dia memberi ampunan. (Al-Muddatstsir [74]:50-57).
Yang diisyaratkan dalam kalimat “setiap orang dari mereka menghendaki supaya dia diberi
lembaran-lembaran terbuka,“ mungkin tuntutan
orang-orang kafir yang tidak pantas seperti disebut pada suatu tempat dalam
Al-Quran, bahwa mereka tidak akan beriman
kecuali bila Nabi Besar Muhammad saw. akan membawa
turun dari langit sebuah kitab
bagi mereka, yang mereka akan dapat membacanya
(QS.17:94).
Orang-orang
kafir tidak akan dapat mendapat faedah dari Al-Quran
kecuali bila mereka menyesuaikan kehendak
mereka dengan kehendak Ilahi,
yaitu kecuali bila mereka menundukkan
semua keinginan mereka kepada kehendak Ilahi (QS.76:31).
Keledai
Bersuara Buruk
Penyebutan “keledai”
dalam firman Allah Swt. tersebut merupakan sindiran
keras dari Allah Swt. terhadap orang-orang yang berkelakuan
atau memiliki sifat seperti keledai, berikut adalah beberapa keburukan keledai
:
[1] Dari sekian banyak sikap buruk keledai antara lain dikemukakan dalam firman-Nya sebelum ini
(QS.74:51-52) yaitu penakut atau pengecut. Jangankan berani berhadapan
langsung dengan singa, baru mendengar
raungan singa pun dari kejauhan maka keledai – bagaimana pun banyaknya jumlah
mereka – pasti akan melarikan diri kalang-kabut ketakutan, sambil
mengeluarkan suara yang sangat ribut.
[2] Demikian pula umumnya keadaan
para penentang rasul Allah di setiap zaman. Mereka bukan menghadapi dalil-dalil kebenaran yang dikemukakan
para rasul Allah yang mereka tentang
dengan dalil lagi melainkan dengan tindakan kekerasan dan kezaliman. Kalau pun mereka mengeluarkan
dalil pula lebih banyak berupa
penyebaran berbagai bentuk fitnah
daripada mengemukakan dalil kebenaran, firman-Nya:
وَ قَالَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا
لَا تَسۡمَعُوۡا لِہٰذَا الۡقُرۡاٰنِ وَ الۡغَوۡا فِیۡہِ لَعَلَّکُمۡ تَغۡلِبُوۡنَ ﴿﴾
Dan
orang-orang kafir berkata: ”Janganlah kamu mendengarkan Al-Quran
ini, melainkan berbuat gaduhlah pada
waktu pembacaannya supaya
kamu menang.” (Al-Fushshilat [41]:27).
Pemuja-pemuja kegelapan senantiasa berusaha membungkam suara Kebenaran dengan menimbulkan hiruk-pikuk terhadapnya dan telah berusaha mengacaukan alam pikiran orang-orang dengan menggunakan segala
macam tipu muslihat dan dalih.
Allah Swt. menyebut hal-hal buruk itu sebagai fitnah yang ditebarkan syaitan di jalan para rasul Allah, dalam firman-Nya berikut
ini:
وَ مَاۤ اَرۡسَلۡنَا مِنۡ قَبۡلِکَ
مِنۡ رَّسُوۡلٍ وَّ لَا نَبِیٍّ
اِلَّاۤ اِذَا تَمَنّٰۤی اَلۡقَی
الشَّیۡطٰنُ فِیۡۤ اُمۡنِیَّتِہٖ ۚ فَیَنۡسَخُ اللّٰہُ مَا یُلۡقِی الشَّیۡطٰنُ
ثُمَّ یُحۡکِمُ اللّٰہُ
اٰیٰتِہٖ ؕ وَ اللّٰہُ عَلِیۡمٌ حَکِیۡمٌ
﴿ۙ﴾ لِّیَجۡعَلَ مَا یُلۡقِی الشَّیۡطٰنُ فِتۡنَۃً
لِّلَّذِیۡنَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمۡ مَّرَضٌ وَّ الۡقَاسِیَۃِ قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ اِنَّ الظّٰلِمِیۡنَ لَفِیۡ
شِقَاقٍۭ بَعِیۡدٍ ﴿ۙ﴾
Dan Kami
tidak pernah mengirim seorang rasul
dan tidak pula seorang nabi
melainkan apabila ia menginginkan
sesuatu maka syaitan meletakkan hambatan
pada keinginannya, tetapi Allah
melenyapkan hambatan yang
diletakkan oleh syaitan, dan Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana. Supaya Dia
menjadikan rintangan yang diletakkan oleh syaitan sebagai ujian bagi orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit dan mereka yang hatinya keras, dan
sesungguhnya orang-orang yang zalim
itu benar-benar dalam permusuhan yang
sangat. (Al-Hajj [22]:53-54).
Menyalah-tafsirkan Ayat-ayat AL-Quran yang Mutasyabihat
Ayat 53 dengan sengaja telah disalah-tafsirkan dan artinya sengaja diputar-balikkan oleh para pujangga
Kristen yang berprasangka (QS.3:8). Mereka
berkata bahwa pada suatu hari di Makkah ketika Nabi Besar Muhammad saw. membaca
ayat ke-20 dan 21 Surah An-Najm ayat
20: “Kini katakanlah kepadaku tentang Lat dan Uzza, dan Manat, yang ketiga,
berhala betina yang lain” maka syaitan
meletakkan dalam mulut beliau saw. kata-kata
“tilkal gharaniq al-’ulā , wa inna
syafa’atuhunna laturtaja,” artinya “ini adalah dewi-dewi yang mulia dan sesungguhnya
syafaat mereka benar-benar diharap-harapkan.”
Mereka menyebutnya “Kealpaan Muhammad,” atau “Kompromi
beliau dengan kemusyrikan.” Nabi
Besar Muhammad saw. tidak pernah berkompromi
dengan kemusyrikan, begitu pula tidak
pernah ada kekhilafan atau kelengahan dari beliau. Tuduhan ini
menunjukkan keinginan mereka, bahwa
beliau mempunyai buah pikiran ke arah itu.
Para kritisi ini selamanya mencari-cari
kesempatan untuk menemukan suatu kelengahan
dalam wujud suci Nabi Besar Muhammad saw., apabila mereka tidak dapat menemukan sesuatu
mereka sendiri mengada-adakan sesuatu
dan menuduhkannya kepada beliau saw..
Mereka berkata bahwa ayat ini menunjuk
kepada kejadian tersebut di atas.
Cukuplah dikatakan di sini bahwa seluruh kisah buatan tersebut ini didustakan secara kenyataan, bahwa Surah
ke-53 itu menurut kesepakatan para ahli telah diturunkan pada tahun ke-5 Nabawi
di Makkah, sedang Surah yang sekarang ini (Al-Hajj) diwahyukan di Medinah, atau di Makkah
menjelang keberangkatan Nabi Besar Muhammad saw. ke Medinah pada tahun ke-13
Nabawi.
Jadi mustahil bahwa Allah Swt.
harus menunggu-nunggu 8 tahun lamanya untuk menunjuk kepada kejadian yang dibuat-buat tersebut dalam ayat ini.
Lebih-lebih lagi kisah semua ahli tafsir yang cendekia ini telah ditolak
sebagai hal yang sama sekali tidak mempunyai dasar. Di samping itu, tidak ada
sesuatu kata dalam ayat ini, membenarkan pengada-adaan
dusta yang begitu menyolok mata.
Arti ayat 53 Al-Hajj ini amat
jelas. Ayat ini bermaksud mengemukakan, bahwa apabila seorang nabi ingin mencapai tujuannya, yaitu bila ia menyampaikan amanat kebenaran dan
menginginkan supaya Keesaan Ilahi
dapat ditegakkan di muka bumi, orang-orang yang bersifat syaitan, berusaha menghambat majunya kebenaran, dengan meletakkan
segala macam rintangan pada jalannya.
Mereka ingin melihat misi rasul Allah
mengalami kegagalan. Tetapi mereka tidak dapat menghancurkan rencana Ilahi, dan Allah Swt. menghilangkan semua hambatan dan membuat tujuan kebenaran itu memperoleh keunggulan dan kemenangan (QS.58:21-22).
Ayat ini mempunyai pengertian umum. Tidak ada
alasan untuk menyatakan bahwa ayat ini
khusus ditujukan kepada Nabi Besar Muhammad saw.. Tambahan pula tidak mungkin syaitan merusak kemurnian wahyu Al-Quran. Allah Swt. menyatakan wajib atas diri-Nya
Sendiri melindungi Al-Quran terhadap
semua campur-tangan dan penyisipan (QS.15:10; QS.7:27-29),
bahkan pendapat ilmiah para cendekiawan Kristen pun telah mempertahankan kebenaran pendakwaan Al-Quran tersebut.
Penafsir yang Berhati Bengkok
Ayat 54 mendukung penafsiran yang telah kami berikan mengenai ayat yang
sebelumnya. Tidak ada alasan untuk membenarkan kisah buatan yang tidak
mempunyai dasar, diadakan oleh sementara para ahli tafsir yang kurang paham atau yang hatinya bengkok sehubungan dengan ayat ini.
Ayat ini bermaksud mengemukakan
bahwa orang-orang berwatak syaitan
berusaha meletakkan segala macam rintangan
guna menggagalkan tersiar-luasnya amanat seorang nabi, supaya
kemajuannya dapat dicegah dan “orang-orang
yang dalam hatinya ada penyakit” dapat disesatkan.
Penyalah-tafsiran ayat-ayat
Al-Quran – terutama ayat-ayat mutasyabihat
(QS.3:8) -- pun merupakan bagian dari pekerjaan “manusia-manusia syaitan” juga. Tetapi Allah Swt. menghilangkan
segala rintangan semacam itu, dan
sesudah mula-mula mengalami kegagalan-kegagalan sementara maka kemudian kebenaran
itu terus berderap maju mencapai kemajuan
yang merata.
Jadi, berbagai fitnah yang dikemukakan syaitan
– yakni para penentang rasul Allah – di jalan perjuangan
sucinya merupakan “suara-suara buruk
keledai” yang bodoh dan penakut (QS. 74:50-57), berikut pernyataan Allah Swt. mengenai orang-orang yang berhati bengkok, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ اَنۡزَلَ
عَلَیۡکَ الۡکِتٰبَ مِنۡہُ اٰیٰتٌ مُّحۡکَمٰتٌ ہُنَّ اُمُّ الۡکِتٰبِ وَ اُخَرُ مُتَشٰبِہٰتٌ ؕ فَاَمَّا
الَّذِیۡنَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمۡ زَیۡغٌ فَیَتَّبِعُوۡنَ مَا تَشَابَہَ مِنۡہُ
ابۡتِغَآءَ الۡفِتۡنَۃِ وَ ابۡتِغَآءَ تَاۡوِیۡلِہٖ ۚ وَ مَا یَعۡلَمُ تَاۡوِیۡلَہٗۤ اِلَّا اللّٰہُ
ۘؔ وَ الرّٰسِخُوۡنَ فِی الۡعِلۡمِ یَقُوۡلُوۡنَ اٰمَنَّا بِہٖ ۙ کُلٌّ مِّنۡ عِنۡدِ رَبِّنَا ۚ وَ مَا یَذَّکَّرُ اِلَّاۤ اُولُوا الۡاَلۡبَابِ ﴿ ﴾
Dia-lah yang
menurunkan Al-Kitab yakni
Al-Quran kepada engkau, di antaranya ada aya-ayat yang muhkamat, itulah
pokok-pokok Al-Kitab, sedangkan yang lain ayat-ayat mutasyābihāt. Adapun orang-orang
yang di dalam hatinya ada kebengkokan maka mereka mengikuti darinya apa yang mutasyābihāt karena ingin
menimbulkan fitnah dan ingin
mencari-cari takwilnya yang salah, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah, dan orang-orang yang memiliki pengetahuan mendalam berkata: “Kami beriman kepadanya, semuanya berasal
dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak ada yang meraih nasihat kecuali orang-orang yang mempergunakan akal.
(Ali ‘Imran [3]:8).
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam
Farid
***
“Pajajaran Anyar”, 25 Oktober 2012
Ki Langlang Buana Kusuma
Ki Langlang Buana Kusuma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar