Rabu, 24 Oktober 2012

Keledai Bersuara Buruk & Penyebaran Fitnah di Jalan Rasul Allah





بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


  SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN



Bab 110
    
Keledai Bersuara Buruk & 
 Penyebaran Fitnah di Jalan Rasul Allah 

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


Dalam   bagian   akhir Bab sebelumnya telah dijelaskan  mengenai   berbagai tuntutan  orang-orang kafir Makkah agar Nabi Besar Muhammad saw. memperlihatkan mukjizat  sesuai dengan keinginan mereka yang diluar kemampuan beliau saw. untuk melakukannya, firman-Nya:
وَ قَالُوۡا لَنۡ نُّؤۡمِنَ لَکَ حَتّٰی تَفۡجُرَ  لَنَا مِنَ  الۡاَرۡضِ  یَنۡۢبُوۡعًا ﴿ۙ﴾   اَوۡ تَکُوۡنَ لَکَ جَنَّۃٌ  مِّنۡ نَّخِیۡلٍ وَّ عِنَبٍ فَتُفَجِّرَ  الۡاَنۡہٰرَ  خِلٰلَہَا تَفۡجِیۡرًا ﴿ۙ﴾   اَوۡ تُسۡقِطَ السَّمَآءَ کَمَا زَعَمۡتَ عَلَیۡنَا کِسَفًا اَوۡ تَاۡتِیَ بِاللّٰہِ  وَ الۡمَلٰٓئِکَۃِ  قَبِیۡلًا ﴿ۙ﴾   اَوۡ  یَکُوۡنَ لَکَ بَیۡتٌ مِّنۡ زُخۡرُفٍ اَوۡ تَرۡقٰی فِی السَّمَآءِ ؕ وَ لَنۡ نُّؤۡمِنَ لِرُقِیِّکَ حَتّٰی تُنَزِّلَ عَلَیۡنَا کِتٰبًا نَّقۡرَؤُہٗ ؕ قُلۡ سُبۡحَانَ رَبِّیۡ  ہَلۡ کُنۡتُ  اِلَّا بَشَرًا رَّسُوۡلًا ﴿﴾  وَ مَا مَنَعَ النَّاسَ اَنۡ یُّؤۡمِنُوۡۤا اِذۡ جَآءَہُمُ الۡہُدٰۤی اِلَّاۤ  اَنۡ قَالُوۡۤا اَبَعَثَ اللّٰہُ   بَشَرًا  رَّسُوۡلًا ﴿﴾
Dan mereka berkata: “Kami tidak akan pernah beriman kepada engkau sebelum engkau memancarkan dari bumi sebuah mata air untuk kami; atau engkau mempunyai kebun kurma dan anggur lalu engkau mengalirkan sungai-sungai yang deras alirannya di tengah-tengahnya; atau engkau menjatuhkan kepingan-kepingan langit  atas kami sebagaimana telah engkau da'wakan; atau engkau mendatangkan Allah dan para malaikat berhadap-hadapan dengan kami;   atau engkau mempunyai sebuah rumah dari emas; atau engkau naik ke langit, tetapi kami tidak akan pernah mempercayai kenaikan engkau ke langit hingga engkau menurunkan kepada kami sebuah kitab yang kami dapat membacanya.” Katakanlah: “Maha Suci Tuhan-ku, aku tidak lain melainkan seorang manusia  sebagai seorang rasul.” (Bani Israil [17]:91-94).

“Keledai” & “Singa Allah”

       Karena tuntutan memperlihatkan mukjizat  yang dikemukakan oleh orang-orang kafir kepada Nabi Besar Muhammad saw.  adalah sesuatu yang serampangan saja, yang dari segi ruhani tidak mungkin dapat dipenuhi, tetapi dari segi ruhani apa yang mereka tuntut tersebut sepenuhnya telah terlaksana, hanya saja mereka tidak mengetahuinya, karena itu mereka layak disebut sebagai  keledai  yang bodoh dan penakut, firman-Nya:
فَمَا لَہُمۡ عَنِ التَّذۡکِرَۃِ  مُعۡرِضِیۡنَ ﴿ۙ﴾  کَاَنَّہُمۡ حُمُرٌ مُّسۡتَنۡفِرَۃٌ ﴿ۙ﴾   فَرَّتۡ مِنۡ قَسۡوَرَۃٍ ﴿ؕ﴾   بَلۡ یُرِیۡدُ کُلُّ امۡرِیًٔ  مِّنۡہُمۡ  اَنۡ یُّؤۡتٰی صُحُفًا مُّنَشَّرَۃً ﴿ۙ﴾  کَلَّا ؕ بَلۡ  لَّا یَخَافُوۡنَ الۡاٰخِرَۃَ ﴿ؕ﴾   کَلَّاۤ  اِنَّہٗ  تَذۡکِرَۃٌ ﴿ۚ﴾   فَمَنۡ  شَآءَ  ذَکَرَہٗ ﴿ؕ﴾  وَ مَا یَذۡکُرُوۡنَ  اِلَّاۤ  اَنۡ یَّشَآءَ اللّٰہُ ؕ ہُوَ اَہۡلُ التَّقۡوٰی وَ اَہۡلُ الۡمَغۡفِرَۃِ ﴿٪﴾
Maka apakah yang terjadi dengan mereka hingga mereka berpaling dari peringatan, seolah-olah mereka itu keledai-keledai yang ketakutan  lari dari singa? Bahkan, setiap orang dari mereka menghendaki supaya dia diberi lembaran-lembaran terbuka.  Sekali-kali tidak! Bahkan mereka tidak takut pada akhirat. Sekali-kali tidak! Sesungguhnya Al-Quran itu adalah peringatan.   Maka barangsiapa menghendaki, hendaklah ia memperhatikannya. Dan mereka tidak akan memperhatikan kecuali jika Allah  menghendaki. Dia memberi ketakwaan dan Dia memberi ampunan. (Al-Muddatstsir [74]:50-57).
    Yang diisyaratkan  dalam kalimat “setiap orang dari mereka menghendaki supaya dia diberi lembaran-lembaran terbuka,“ mungkin tuntutan orang-orang kafir yang tidak pantas seperti disebut pada suatu tempat dalam Al-Quran, bahwa mereka tidak akan beriman kecuali bila Nabi Besar Muhammad saw.  akan membawa turun dari langit sebuah kitab bagi mereka, yang mereka akan dapat membacanya (QS.17:94).
    Orang-orang kafir tidak akan dapat mendapat faedah dari Al-Quran kecuali bila mereka menyesuaikan kehendak mereka dengan kehendak Ilahi, yaitu kecuali bila mereka menundukkan semua keinginan mereka kepada kehendak Ilahi (QS.76:31).

Keledai Bersuara Buruk

   Penyebutan “keledai” dalam firman Allah Swt. tersebut merupakan  sindiran keras  dari Allah Swt. terhadap  orang-orang yang   berkelakuan atau memiliki sifat seperti keledai,  berikut adalah beberapa  keburukan keledai :
[1] Dari sekian banyak sikap buruk keledai antara lain dikemukakan dalam firman-Nya sebelum ini (QS.74:51-52) yaitu penakut atau pengecut. Jangankan berani berhadapan langsung dengan singa, baru mendengar raungan singa pun dari kejauhan maka keledai – bagaimana pun banyaknya jumlah mereka – pasti akan melarikan diri  kalang-kabut ketakutan,  sambil mengeluarkan suara yang sangat ribut.
[2] Demikian pula umumnya keadaan para penentang rasul Allah di setiap zaman. Mereka bukan menghadapi dalil-dalil kebenaran yang dikemukakan para rasul Allah yang mereka tentang dengan dalil lagi melainkan dengan tindakan kekerasan dan kezaliman. Kalau pun mereka mengeluarkan dalil pula lebih banyak berupa penyebaran  berbagai bentuk  fitnah daripada mengemukakan  dalil kebenaran, firman-Nya:
وَ قَالَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا لَا تَسۡمَعُوۡا لِہٰذَا الۡقُرۡاٰنِ وَ الۡغَوۡا فِیۡہِ  لَعَلَّکُمۡ تَغۡلِبُوۡنَ ﴿﴾
Dan orang-orang  kafir berkata: ”Janganlah kamu mendengarkan Al-Quran ini, melainkan berbuat gaduhlah pada waktu pembacaannya supaya kamu menang.”  (Al-Fushshilat [41]:27).
   Pemuja-pemuja kegelapan senantiasa berusaha membungkam suara Kebenaran dengan menimbulkan hiruk-pikuk terhadapnya dan telah berusaha mengacaukan alam pikiran orang-orang dengan menggunakan segala macam tipu muslihat dan dalih.  Allah Swt.  menyebut hal-hal  buruk itu sebagai fitnah yang ditebarkan  syaitan di jalan para rasul Allah, dalam firman-Nya berikut ini:
وَ مَاۤ  اَرۡسَلۡنَا مِنۡ قَبۡلِکَ مِنۡ رَّسُوۡلٍ وَّ لَا نَبِیٍّ  اِلَّاۤ  اِذَا تَمَنّٰۤی اَلۡقَی الشَّیۡطٰنُ فِیۡۤ اُمۡنِیَّتِہٖ ۚ فَیَنۡسَخُ اللّٰہُ مَا یُلۡقِی الشَّیۡطٰنُ ثُمَّ  یُحۡکِمُ  اللّٰہُ  اٰیٰتِہٖ ؕ وَ  اللّٰہُ عَلِیۡمٌ  حَکِیۡمٌ  ﴿ۙ﴾  لِّیَجۡعَلَ مَا یُلۡقِی الشَّیۡطٰنُ فِتۡنَۃً لِّلَّذِیۡنَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمۡ مَّرَضٌ وَّ الۡقَاسِیَۃِ  قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ اِنَّ الظّٰلِمِیۡنَ لَفِیۡ شِقَاقٍۭ بَعِیۡدٍ ﴿ۙ﴾
Dan Kami tidak pernah mengirim seorang rasul dan tidak pula seorang nabi melainkan apabila ia menginginkan sesuatu maka syaitan meletakkan hambatan pada keinginannya, tetapi Allah melenyapkan hambatan yang diletakkan oleh syaitan, dan Allah  Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.  Supaya Dia menjadikan rintangan yang diletakkan oleh syaitan sebagai ujian bagi orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit dan mereka yang hatinya keras, dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu benar-benar dalam permusuhan yang sangat. (Al-Hajj [22]:53-54).

Menyalah-tafsirkan Ayat-ayat  AL-Quran yang Mutasyabihat

       Ayat 53  dengan sengaja telah disalah-tafsirkan dan artinya sengaja diputar-balikkan oleh para pujangga Kristen yang berprasangka (QS.3:8). Mereka berkata bahwa pada suatu hari di Makkah ketika Nabi Besar Muhammad saw. membaca ayat ke-20 dan 21 Surah An-Najm ayat 20: “Kini katakanlah kepadaku tentang Lat dan Uzza, dan Manat, yang ketiga, berhala betina yang lain” maka syaitan meletakkan dalam mulut beliau  saw. kata-kata  “tilkal gharaniq al-’ulā , wa inna syafa’atuhunna laturtaja,” artinya  ini adalah dewi-dewi yang mulia dan sesungguhnya syafaat mereka benar-benar diharap-harapkan.”
         Mereka menyebutnya “Kealpaan Muhammad,” atau “Kompromi beliau dengan kemusyrikan.”  Nabi Besar Muhammad saw. tidak pernah berkompromi dengan kemusyrikan, begitu pula tidak pernah ada kekhilafan atau kelengahan dari beliau. Tuduhan ini menunjukkan keinginan mereka, bahwa beliau mempunyai buah pikiran ke arah itu.
      Para kritisi ini selamanya mencari-cari kesempatan untuk menemukan suatu kelengahan dalam wujud suci Nabi Besar Muhammad saw.,  apabila mereka tidak dapat menemukan sesuatu mereka sendiri mengada-adakan sesuatu dan menuduhkannya kepada beliau saw.. Mereka berkata  bahwa ayat ini menunjuk kepada kejadian tersebut di atas.
        Cukuplah dikatakan di sini bahwa seluruh kisah buatan tersebut ini didustakan secara kenyataan, bahwa Surah ke-53 itu menurut kesepakatan para ahli telah diturunkan pada tahun ke-5 Nabawi di Makkah, sedang Surah yang sekarang ini (Al-Hajj) diwahyukan di Medinah, atau di Makkah menjelang keberangkatan Nabi Besar Muhammad saw. ke Medinah pada tahun ke-13 Nabawi.
         Jadi mustahil bahwa Allah Swt. harus menunggu-nunggu 8 tahun lamanya untuk menunjuk kepada kejadian  yang dibuat-buat tersebut dalam ayat ini. Lebih-lebih lagi kisah semua ahli tafsir yang cendekia ini telah ditolak sebagai hal yang sama sekali tidak mempunyai dasar. Di samping itu, tidak ada sesuatu kata dalam ayat ini, membenarkan pengada-adaan dusta yang begitu menyolok mata.
       Arti ayat 53 Al-Hajj ini amat jelas. Ayat ini bermaksud mengemukakan, bahwa apabila seorang nabi ingin mencapai tujuannya, yaitu bila ia menyampaikan amanat kebenaran dan menginginkan supaya Keesaan Ilahi dapat ditegakkan di muka bumi, orang-orang yang bersifat syaitan, berusaha menghambat majunya kebenaran, dengan meletakkan segala macam rintangan pada jalannya. Mereka ingin melihat misi rasul Allah  mengalami kegagalan. Tetapi mereka tidak dapat menghancurkan rencana Ilahi, dan  Allah Swt. menghilangkan semua hambatan dan membuat tujuan kebenaran itu memperoleh keunggulan dan kemenangan (QS.58:21-22).
       Ayat ini mempunyai pengertian umum. Tidak ada alasan untuk menyatakan  bahwa ayat ini khusus ditujukan kepada Nabi Besar Muhammad saw..  Tambahan pula tidak mungkin syaitan merusak kemurnian wahyu Al-Quran. Allah Swt. menyatakan wajib atas diri-Nya Sendiri melindungi Al-Quran terhadap semua campur-tangan dan penyisipan (QS.15:10; QS.7:27-29), bahkan pendapat ilmiah para cendekiawan Kristen pun telah mempertahankan kebenaran pendakwaan Al-Quran tersebut.

Penafsir yang Berhati Bengkok

       Ayat 54 mendukung penafsiran yang telah kami berikan mengenai ayat yang sebelumnya. Tidak ada alasan untuk membenarkan kisah buatan  yang tidak mempunyai dasar, diadakan oleh sementara para ahli tafsir yang kurang paham  atau yang hatinya bengkok sehubungan dengan ayat ini.
      Ayat ini bermaksud mengemukakan bahwa orang-orang berwatak syaitan berusaha meletakkan segala macam rintangan guna menggagalkan tersiar-luasnya amanat seorang nabi, supaya kemajuannya dapat dicegah dan “orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit” dapat disesatkan.
       Penyalah-tafsiran ayat-ayat Al-Quran – terutama ayat-ayat mutasyabihat (QS.3:8) -- pun merupakan bagian dari pekerjaan “manusia-manusia syaitan” juga. Tetapi Allah Swt. menghilangkan segala rintangan semacam itu, dan sesudah mula-mula mengalami kegagalan-kegagalan sementara maka kemudian kebenaran itu terus berderap maju mencapai kemajuan yang merata.
        Jadi, berbagai fitnah yang dikemukakan syaitan – yakni para penentang  rasul Allah – di jalan perjuangan sucinya merupakan “suara-suara buruk keledai” yang bodoh dan penakut (QS. 74:50-57), berikut  pernyataan Allah Swt.  mengenai orang-orang yang berhati bengkok, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ اَنۡزَلَ عَلَیۡکَ الۡکِتٰبَ مِنۡہُ اٰیٰتٌ مُّحۡکَمٰتٌ ہُنَّ اُمُّ  الۡکِتٰبِ وَ اُخَرُ مُتَشٰبِہٰتٌ ؕ فَاَمَّا الَّذِیۡنَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمۡ زَیۡغٌ فَیَتَّبِعُوۡنَ مَا تَشَابَہَ مِنۡہُ ابۡتِغَآءَ الۡفِتۡنَۃِ وَ ابۡتِغَآءَ تَاۡوِیۡلِہٖ ۚ؃ وَ مَا یَعۡلَمُ  تَاۡوِیۡلَہٗۤ  اِلَّا اللّٰہُ  ۘؔ وَ الرّٰسِخُوۡنَ فِی الۡعِلۡمِ یَقُوۡلُوۡنَ اٰمَنَّا بِہٖ ۙ کُلٌّ  مِّنۡ عِنۡدِ رَبِّنَا ۚ وَ مَا یَذَّکَّرُ  اِلَّاۤ اُولُوا الۡاَلۡبَابِ ﴿ ﴾
Dia-lah yang menurunkan Al-Kitab yakni Al-Quran  kepada engkau,  di antaranya ada aya-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok  Al-Kitab, sedangkan  yang lain ayat-ayat mutasyābihāt. Adapun orang-orang yang di dalam hatinya ada kebengkokan maka mereka mengikuti darinya apa yang mutasyābihāt  karena ingin menimbulkan fitnah dan ingin mencari-cari takwilnya yang salah, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah, dan orang-orang yang memiliki pengetahuan mendalam berkata: “Kami beriman kepadanya, semuanya berasal dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak ada yang meraih nasihat kecuali orang-orang yang mempergunakan akal. (Ali ‘Imran [3]:8).
 
Rujukan: The Holy Quran
Editor:    Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar”, 25 Oktober 2012
Ki Langlang Buana Kusuma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar