بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN
Bab 107
Jaminan Pemeliharaan Al-Quran &
Pembukaan Khazanahnya Secara bertahap
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam bagian
Bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai
makna Sidratul Muntaha dan Tajalli Ilahi paling sempurna, yang Nabi Musa a.s. tidak sanggup “memikulnya”,
firman-Nya:
اِنَّا عَرَضۡنَا الۡاَمَانَۃَ
عَلَی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ الۡجِبَالِ فَاَبَیۡنَ اَنۡ یَّحۡمِلۡنَہَا وَ
اَشۡفَقۡنَ مِنۡہَا وَ حَمَلَہَا الۡاِنۡسَانُ ؕ اِنَّہٗ کَانَ ظَلُوۡمًا
جَہُوۡلًا ﴿ۙ ﴾
Sesungguhnya
Kami telah menawarkan amanat syariat kepada seluruh
langit, bumi dan gunung-gunung, tetapi semuanya enggan memikulnya dan mereka takut terhadapnya, akan
sedangkan insan (manusia) memikulnya, sesungguhnya ia sanggup berbuat zalim dan abai terhadap dirinya. (Al-Ahzab
[33]:73).
Dengan penjelasan tersebut maka
pembahasan firman-Nya berikut ini
mengenai kesempurnaan wahyu-wahyu
Al-Quran yang diwahyukan Allah Swt. kepada Nabi Besar Muhammad saw. menjadi
nyata, bahwa Al-Quran – walau pun ada
ayat-ayatnya yang seperti “syair-syair”
(sajak) misalnya Surah At Takwir
-- tetapi Al-Quran bukanlah syair-syair
dan Nabi Besar Muhammad saw. bukan pula seorang penyair, firman-Nya:
وَ مَا عَلَّمۡنٰہُ الشِّعۡرَ وَ مَا یَنۡۢبَغِیۡ لَہٗ ؕ اِنۡ ہُوَ اِلَّا
ذِکۡرٌ وَّ قُرۡاٰنٌ
مُّبِیۡنٌ ﴿ۙ ﴾ لِّیُنۡذِرَ مَنۡ
کَانَ حَیًّا وَّ یَحِقَّ الۡقَوۡلُ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿ ﴾
Dan Kami sekali-kali tidak mengajarinya syair
dan sekali-kali tidak pula layak baginya.
Itu tidak lain melainkan
suatu nasihat dan Qur-an yang memberi penerangan, supaya memberi peringatan kepada yang hidup,
dan supaya menjadi pasti keputusan Allah atas
orang-orang kafir. (Yā Sīn [36]:70-71).
Khazanah Rezeki yang Tak terbatas &
Berbuat Syirik
Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai penganugerahkan berbagai rezeki duniawi kepada manusia:
اَوَ لَمۡ
یَرَوۡا اَنَّا خَلَقۡنَا لَہُمۡ مِّمَّا عَمِلَتۡ اَیۡدِیۡنَاۤ اَنۡعَامًا فَہُمۡ لَہَا مٰلِکُوۡنَ﴿ۙ ﴾
Apakah
mereka tidak melihat bahwasanya dari
antara barang-barang yang telah dibuat
oleh tangan Kami, Kami telah menciptakan binatang ternak bagi mereka lalu mereka menjadi pemiliknya (Yā Sīn [36]:72).
Jika Allah Swt. telah memberi jaminan bagi segala keperluan yang diperlukan
orang guna memenuhi segala kepentingan
dan keperluan jasmaninya, maka tidak
masuk akal bahwa Dia akan melalaikan memberikan jaminan bagi segala keperluan akhlak dan ruhaninya.
Ayat 72 dan
beberapa ayat berikutnya menyebutkan beberapa hal yang paling banyak diperlukan
dan dipergunakan orang dalam kehidupan sehari-hari, firman-Nya:
وَ ذَلَّلۡنٰہَا لَہُمۡ فَمِنۡہَا رَکُوۡبُہُمۡ وَ مِنۡہَا یَاۡکُلُوۡنَ ﴿ ﴾
وَ لَہُمۡ فِیۡہَا
مَنَافِعُ وَ مَشَارِبُ ؕ اَفَلَا یَشۡکُرُوۡنَ ﴿ ﴾
Dan Kami telah menundukkannya bagi mereka
maka sebagian darinya menjadi tunggangan mereka dan sebagian darinya mereka makan. Dan bagi mereka di dalam binatang-binatang itu
terdapat banyak manfaat dan minuman. Apakah mereka tidak bersyukur? Dan bagi mereka di
dalam binatang-binatang itu terdapat banyak manfaat dan minuman.
Apakah mereka tidak bersyukur? (Yā Sīn [36]:73-74).
Namun daripada bersyukur
kepada Allah Swt. yang dengan sifat Rahmāniyat-Nya telah menyediakan berbagai hal yang diperlukan
oleh umat manusia, kebanyakan manusia malah mempersekutukan
Allah Swt. dengan berbagai bentuk sembahan
yang batil, firman-Nya:
وَ اتَّخَذُوۡا مِنۡ دُوۡنِ
اللّٰہِ اٰلِہَۃً لَّعَلَّہُمۡ
یُنۡصَرُوۡنَ ﴿ؕ ﴾ لَا یَسۡتَطِیۡعُوۡنَ نَصۡرَہُمۡ ۙ وَ ہُمۡ لَہُمۡ جُنۡدٌ مُّحۡضَرُوۡنَ ﴿ ﴾ فَلَا یَحۡزُنۡکَ قَوۡلُہُمۡ ۘ اِنَّا نَعۡلَمُ مَا یُسِرُّوۡنَ وَ مَا یُعۡلِنُوۡنَ
﴿ ﴾
Dan mereka
telah menjadikan sembahan-sembahan
selain Allah supaya mereka ditolong. Sembahan-sembahan itu tidak mampu menolong mereka, sedangkan mereka adalah lasykar yang akan dihadirkan untuk menentang mereka. Maka janganlah menyedihkan engkau ucapan mereka, sesungguhnya Kami
mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka tampakkan. (Yā
Sīn [36]:75-77).
Dalam
firman-Nya berikut ini Allah Swt.
menjelaskan bahwa apa pun yang
diperlukan manusia -- baik
di masa yang lalu, di masa sekarang dan di masa yang akan datang --
telah disediakan oleh Allah Swt.
secara berlimpah-ruah, firman-Nya:
وَ اٰتٰىکُمۡ مِّنۡ کُلِّ مَا
سَاَلۡتُمُوۡہُ ؕ وَ اِنۡ تَعُدُّوۡا نِعۡمَتَ اللّٰہِ لَا تُحۡصُوۡہَا ؕ اِنَّ
الۡاِنۡسَانَ لَظَلُوۡمٌ کَفَّارٌ ﴿﴾
Dan Dia telah memberikan kepadamu segala sesuatu apa yang kamu minta
kepada-Nya, dan jika kamu menghitung nikmat-nikmat Allah, kamu
tidak akan dapat menghitung-nya,
sesungguhnya manusia benar-benar sangat
zalim, sangat tidak bersyukur. (Ibrahim
[14]:35). Lihat pula QS.16:19.
Diturunkan Sesuai Qadar (Ukuran)
Kata-kata “apa
yang kamu minta kepada-Nya” menunjukkan kepada tuntutan-tuntutan fitrat manusa yang telah terpenuhi seluruhnya.
Allah Swt. telah menyediakan bahan yang lengkap untuk memenuhi
segala hasrat dan keinginan fitrat manusia. Selanjutnya
Dia berfirman:
یَسۡـَٔلُہٗ مَنۡ
فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ؕ کُلَّ
یَوۡمٍ ہُوَ فِیۡ شَاۡنٍ ﴿ۚ ﴾
Kepada-Nya memohon
segala yang ada di seluruh langit dan bumi. Setiap hari Dia menampakkan
sifat-Nya dalam keadaan yang
berlainan. (Al-Rahmān
[55]:30).
Untuk mempertahankan
hidup dan memenuhi segala keperluannya,
sekalian makhluk bergantung pada Allah
Swt., Yang adalah Sang Pencipta, Pemberi rezeki, dan Pemelihara mereka. Sifat-sifat
Ilahi tidak mengenal batas atau hitungan, dan Sifat-sifat itu menjelmakan diri dalam berbagai cara di sepanjang masa, demikian pula halnya dengan
penganugerahan khazanah-khazanah baru
dari ciptaan Allah Swt. yang diperlukan manusia pun diberikan secara bertahap dan sesuai kebutuhan, firman-Nya:
وَ اِنۡ مِّنۡ شَیۡءٍ اِلَّا
عِنۡدَنَا خَزَآئِنُہٗ ۫ وَ مَا نُنَزِّلُہٗۤ
اِلَّا بِقَدَرٍ مَّعۡلُوۡمٍ ﴿ ﴾
Dan tidak ada suatu pun melainkan pada
Kami ada khazanah-khazanahnya yang tidak terbatas, dan Kami sekali-kali
tidak menurunkannya melainkan dalam
ukuran yang tertentu. (Al-Hijr [15]:22).
Allah Swt.
memiliki persediaan (khazanah) segala sesuatu
dalam jumlah yang tidak terbatas. Akan tetapi sesuai dengan rahmat-Nya yang tidak berhingga, Dia
mengarahkan pikiran atau otak manusia kepada satu benda yang tertentu, hanya bilamana
timbul suatu keperluan yang
sesungguhnya akan benda itu.
Seperti halnya alam semesta kebendaan, Al-Quran pun merupakan alam semesta keruhanian, di mana
tersembunyi khazanah-khazanah ilmu
keruhanian yang dibukakan Allah
Swt. kepada manusia sesuai dengan keperluan
zaman. Khazanah-khazanah-khazanah baru keruhanian
Al-Quran tersebut dibukakan kepada “orang-orang yang hatinya disucikan”
Allah Swt., khususnya para wali Allah -- terutama para mujaddid dan rasul Allah (QS.3:180; QS.72:27-29),
firman-Nya:
فَلَاۤ اُقۡسِمُ
بِمَوٰقِعِ النُّجُوۡمِ ﴿ۙ ﴾
وَ اِنَّہٗ
لَقَسَمٌ لَّوۡ تَعۡلَمُوۡنَ عَظِیۡمٌ ﴿ۙ ﴾ اِنَّہٗ لَقُرۡاٰنٌ کَرِیۡمٌ ﴿ۙ ﴾ فِیۡ کِتٰبٍ مَّکۡنُوۡنٍ ﴿ۙ ﴾ لَّا یَمَسُّہٗۤ
اِلَّا الۡمُطَہَّرُوۡنَ ﴿ؕ ﴾
تَنۡزِیۡلٌ مِّنۡ رَّبِّ
الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿ ﴾ اَفَبِہٰذَا الۡحَدِیۡثِ اَنۡتُمۡ مُّدۡہِنُوۡنَ ﴿ۙ ﴾
وَ تَجۡعَلُوۡنَ
رِزۡقَکُمۡ اَنَّکُمۡ
تُکَذِّبُوۡنَ ﴿ ﴾
Maka Aku benar-benar bersumpah demi bintang-bintang berjatuhan, dan
sesungguhnya itu benar-benar kesaksian agung, seandainya kamu
mengetahui. Sesungguhnya itu benar-benar
Al-Quran yang mulia, dalam suatu kitab yang sangat terpelihara, yang tidak dapat menyentuhnya
kecuali orang-orang yang disucikan, wahyu
yang diturunkan dari Tuhan seluruh alam. Maka
apakah terhadap firman
ini kamu menganggap sepele?
Dan bahwa kamu dengan
mendustakannya kamu menjadikannya sebagai rezekimu? (Al-Wāqi’ah [56]:76-83).
Jaminan Pemeliharaan Al-Quran
Ayat 76 bersumpah dengan dan berpegang kepada nujum
-- yang selain berarti
“bintang-bintang” -- juga berarti bagian-bagian Al-Quran (Lexicon Lane), sebagai bukti
untuk mendukung pengakuan bahwa Al-Quran
luar-biasa cocoknya untuk memenuhi tujuan
besar di balik kejadian (penciptaan) manusia,
demikian pula untuk membuktikan keberasalan
Al-Quran sendiri dari Allah Swt..
Jika kata mawāqi’ diambil dalam arti tempat-tempat dan waktu bintang-bintang berjatuhan, maka ayat ini bermakna bahwa
telah merupakan hukum Ilahi yang tidak pernah salah, bahwa pada saat ketika seorang mushlih rabbani (reformer) atau seorang nabi Allah muncul senantiasa terjadi gejala meteoric berupa bintang-bintang berjatuhan dalam jumlah
luar biasa banyaknya, dan yang demikian itu telah terjadi juga di masa Nabi
Besar Muhammad saw..
Menurut ayat 79 bahwa Al-Quran itu sebuah Kitab
wahyu Ilahi yang terpelihara dan terjaga baik, merupakan tantangan terbuka kepada seluruh dunia,
tetapi selama 14 abad, tantangan itu
tetap tidak terjawab atau tidak mendapat sambutan. Tidak ada upaya yang telah
disia-siakan para pengecam yang tidak
bersahabat untuk mencela kemurnian
teksnya.
Tetapi semua daya upaya ke arah ini telah
membawa kepada satu-satunya hasil yang tidak terelakkan – walaupun tidak enak
dirasakan oleh musuh-musuh – bahwa kitab Al-Quran
yang disodorkan oleh Nabi Besar Muhammad
saw. kepada dunia 14 abad
yang lalu, telah sampai kepada kita tanpa
perubahan barang satu huruf pun, demikian pendapat William Muir, salah
seorang kritikus Kristen terkenal berkenaan dengan Al-Quran dan Nabi
Besar Muhammad saw.. Benarlah firman
Allah Swt. berikut ini:
اِنَّا نَحۡنُ نَزَّلۡنَا الذِّکۡرَ
وَ اِنَّا لَہٗ
لَحٰفِظُوۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya
”Kami-lah Yang menurunkan
peringatan ini, dan sesungguhnya Kami-lah
pemeliharanya. (Al-Hijr
[15]:10).
Janji mengenai perlindungan dan penjagaan
Al-Quran yang diberikan dalam ayat ini telah genap dengan cara yang sangat
menakjubkan, sehingga sekalipun andaikata tidak ada bukti-bukti lainnya,
kenyataan ini saja niscaya sudah cukup membuktikan bahwa Al-Quran
itu berasal dari Allah Swt..
Surah
ini diturunkan di Makkah (Noldeke pun mengakuinya), ketika kehidupan Nabi Besar
Muhammad saw. beserta para
pengikut beliau saw. sangat morat-marit keadaannya, dan musuh-musuh dengan
mudah dapat menghancurkan agama yang
baru itu. Ketika itulah orang-orang kafir ditantang
untuk mengerahkan segenap tenaga mereka guna menghancurkan Islam, dan mereka diperingatkan bahwa Allah Swt. akan
menggagalkan segala tipu-daya mereka sebab Dia sendirilah Penjaganya.
Tantangan itu terbuka dan tidak
samar-samar, sedangkan keadaan musuh kuat lagi kejam, kendatipun demikian Al-Quran tetap selamat dari perubahan, penyisipan, dan pengurangan, serta
senantiasa terus-menerus menikmati penjagaan
yang sempurna. Keistimewaan Al-Quran yang demikian itu tidak dimiliki oleh
Kitab-kitab lainnya yang diwahyukan.
Sir William Muir, sarjana ahli kritik yang tersohor, karena sikapnya
memusuhi Islam, berkata: “Kita dapat
menetapkan berdasarkan dugaan yang paling keras, bahwa tiap-tiap ayat dalam
Al-Quran itu asli dan merupakan gubahan Muhammad sendiri yang tidak mengalami
perubahan ...................... Ada jaminan yang kuat, baik dari dalam Alquran
maupun dari luar, bahwa kita memiliki teks yang Muhammad sendiri siarkan dan
pergunakan ...................... Membandingkan teks asli mereka yang tidak
mengalami perubahan itu dengan berbagai naskah kitab-kitab suci kita, adalah
membandingkan hal-hal yang antaranya tidak ada persamaan (Introduction to “The Life of Mohammad”).
Prof. Noldeke, ahli ketimuran besar yang
berkebangsaan Jerman menulis sebagai berikut, “Usaha-usaha dari para sarjana Eropa untuk membuktikan adanya
sisipan-sisipan dalam Al-Quran di masa kemudian, telah gagal” (Encyclopaedia Britannica). Kegagalan
mutlak dari Dr. Mingana, beberapa tahun berselang, untuk mencari-cari kelemahan dalam kemurnian teks Al-Quran,
membuktikan dengan pasti kebenaran dakwa
kitab itu, bahwa di antara semua kitab
suci yang diwahyukan, hanya Al-Quran sajalah yang seluruhnya tetap kebal dari penyisipan atau campur-tangan
manusia.
Khazanah Keruhanian Al-Quran
&
“Orang-orang yang Disucikan”
Al-Quran adalah sebuah Kitab yang sangat terpelihara dalam pengertian bahwa hanya orang-orang
beriman yang hatinya bersih dapat
meraih khazanah keruhanian seperti
diterangkan dalam ayat berikutnya. Ayat ini pun dapat berarti bahwa cita-cita dan asas-asas yang terkandung dalam Al-Quran itu tercantum di dalam kitab alam, yaitu cita-cita dan asas-asas
itu sepenuhnya serasi dengan hukum alam (QS.4:84; QS.47:25). Seperti hukum alam, cita-cita dan asas-asas Al-Quran
itu juga kekal dan tidak berubah serta hukum-hukumnya tidak dapat dilanggar
tanpa menerima hukuman.
Atau,
ayat ini dapat diartikan bahwa Al-Quran dipelihara
dalam fitrat yang telah dianugerahkan
Allah kepada manusia (QS.30:31). Fitrat
insani berlandaskan pada hakikat-hakikat
dasar dan telah dilimpahi kemampuan
untuk sampai kepada keputusan yang benar.
Orang yang secara jujur bertindak sesuai dengan naluri atau fitratnya ia dengan mudah dapat mengenal kebenaran Al-Quran.
Hanya orang yang bernasib baik sajalah yang
diberi pengertian mengenai dan dan dapat mendalami kandungan arti Al-Quran yang hakiki,
melalui cara menjalani kehidupan bertakwa
lalu meraih kebersihan hati dan
dimasukkan ke dalam alam rahasia ruhani makrifat Ilahi, yang tertutup bagi orang-orang yang hatinya
tidak bersih. Secara sambil lalu dikatakannya bahwa kita hendaknya jangan
menyentuh atau membaca Al-Quran sementara keadaan fisik kita tidak bersih.
Ada pun mengenai orang-orang kafir, mereka takut kalau-kalau mereka menerima
kebenaran akan dijauhkan dari sumber-sumber
kehidupan mereka. Jadi, demi memperoleh keuntungan
kotor itulah maka mereka menolak seruan
Ilahi; atau, ayat ini dapat diartikan bahwa orang-orang kafir menolak kebenaran
sebagai sesuatu yang seakan-akan kehidupan
(rezaki) mereka bergantung padanya saja.
Bagimana jua pun keadaannya, mereka tidak akan menerima kebenaran. Itulah makna ayat: “Maka apakah terhadap firman ini kamu menganggap sepele? Dan bahwa kamu dengan mendustakannya kamu menjadikannya sebagai rezekimu?”
Sejarah Berulang
Jadi, kembali kepada firman Allah Swt.
berfirman mengenai penganugerahkan
berbagai rezeki duniawi kepada manusia:
اَوَ لَمۡ
یَرَوۡا اَنَّا خَلَقۡنَا لَہُمۡ مِّمَّا عَمِلَتۡ اَیۡدِیۡنَاۤ اَنۡعَامًا فَہُمۡ لَہَا مٰلِکُوۡنَ﴿ۙ ﴾
Apakah
mereka tidak melihat bahwasanya dari
antara barang-barang yang telah dibuat
oleh tangan Kami, Kami telah menciptakan binatang ternak bagi mereka lalu mereka menjadi pemiliknya (Yā Sīn [36]:72).
Demikian juga persediaan rezeki ruhani pun telah disediakan Allah Swt. dalam Al-Quran secara berlimpah ruah, dan
pengagerahannya akan akan disesuaikan dengan tuntutan keperluan manusia, seperti halnya khazanah-khazanah jasmani, firman-Nya:
وَ اِنۡ مِّنۡ شَیۡءٍ اِلَّا
عِنۡدَنَا خَزَآئِنُہٗ ۫ وَ مَا نُنَزِّلُہٗۤ
اِلَّا بِقَدَرٍ مَّعۡلُوۡمٍ ﴿ ﴾
Dan tidak ada suatu pun melainkan pada
Kami ada khazanah-khazanahnya yang tidak terbatas, dan Kami sekali-kali
tidak menurunkannya melainkan dalam
ukuran yang tertentu. (Al-Hijr [15]:22).
Karena melalui “orang-orang yang disucikan” Allah Swt. itulah pembukaan “khazanah-khazanah keruhanian baru” Al-Quran, oleh sebab itu alangkah malangnya nasib orang-orang yang menentang para wali Allah dan para mujaddid
yang menurut sabda Nabi Besar Muhammad saw. dibangkitkan Allah Swt. di setiap abad -- seperti Imam
Ghazali rta, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani
rta, Ibnu ‘Arabi rta, dll. -- terutama mereka yang mendustakan dan menentang
rasul
Allah yang diutus di Akhir
Zaman ini, untuk mewujudkan kejayaan Islam yang kedua (QS.61:10),
dan menurut Allah Swt. penolakan mereka tersebut telah dijadikan sebagai sarana memperoleh rezeki dan kehormatan duniawi,
firman-Nya:
فَلَاۤ اُقۡسِمُ
بِمَوٰقِعِ النُّجُوۡمِ ﴿ۙ ﴾
وَ اِنَّہٗ
لَقَسَمٌ لَّوۡ تَعۡلَمُوۡنَ عَظِیۡمٌ ﴿ۙ ﴾ اِنَّہٗ لَقُرۡاٰنٌ کَرِیۡمٌ ﴿ۙ ﴾ فِیۡ کِتٰبٍ مَّکۡنُوۡنٍ ﴿ۙ ﴾ لَّا یَمَسُّہٗۤ
اِلَّا الۡمُطَہَّرُوۡنَ ﴿ؕ ﴾
تَنۡزِیۡلٌ مِّنۡ رَّبِّ
الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿ ﴾ اَفَبِہٰذَا الۡحَدِیۡثِ اَنۡتُمۡ مُّدۡہِنُوۡنَ ﴿ۙ ﴾
وَ تَجۡعَلُوۡنَ
رِزۡقَکُمۡ اَنَّکُمۡ
تُکَذِّبُوۡنَ ﴿ ﴾
Maka Aku benar-benar bersumpah demi bintang-bintang berjatuhan, dan
sesungguhnya itu benar-benar kesaksian agung, seandainya kamu mengetahui. Sesungguhnya itu benar-benar
Al-Quran yang mulia, dalam suatu kitab yang sangat terpelihara, yang tidak dapat menyentuhnya
kecuali orang-orang yang disucikan, wahyu
yang diturunkan dari Tuhan seluruh alam. Maka
apakah terhadap firman
ini kamu menganggap sepele?
Dan bahwa kamu dengan
mendustakannya kamu menjadikannya sebagai rezekimu? (Al-Wāqi’ah [56]:76-83).
(Bersambung).
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam
Farid
***
“Pajajaran Anyar”, 20 Oktober 2012
Ki Langlang Buana Kusuma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar