Selasa, 23 Oktober 2012

"Keledai Penakut" & "Singa Allah"






بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN



Bab 109
    
“Keledai Penakut” & “Singa Allah”  

  Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


Dalam   bagian   Bab sebelumnya telah dijelaskan  mengenai hubungan kebutaan mata  di alam akhirat dengan ketunaan akan makrifat Ilahi orang-orang yang mendustakan dan menentang para rasul Allah,  firman-Nya: 
قَالَ رَبِّ  لِمَ حَشَرۡتَنِیۡۤ  اَعۡمٰی وَ قَدۡ کُنۡتُ  بَصِیۡرًا ﴿ ﴾    قَالَ  کَذٰلِکَ اَتَتۡکَ اٰیٰتُنَا فَنَسِیۡتَہَا ۚ  وَکَذٰلِکَ  الۡیَوۡمَ  تُنۡسٰی ﴿ ﴾    وَ کَذٰلِکَ نَجۡزِیۡ مَنۡ اَسۡرَفَ وَ لَمۡ  یُؤۡمِنۡۢ بِاٰیٰتِ رَبِّہٖ ؕ وَ لَعَذَابُ الۡاٰخِرَۃِ اَشَدُّ وَ اَبۡقٰی  ﴿ ﴾  
Ia berkata: "Ya Tuhan­ku, mengapa Engkau mem­bangkitkan aku dalam keadaan buta, padahal sesungguhnya dahulu aku dapat melihat?”  Dia  berfirman: "Demi­kianlah, telah datang kepadamu Tanda-tanda Kami, tetapi engkau melupakannya  dan demikian pula engkau dilupakan pada hari ini."  Dan demikianlah Kami memberi balasan orang yang me­langgar dan ia tidak beriman kepada Tanda-tanda Tuhan-nya, dan  niscaya azab  akhirat itu lebih keras dan lebih kekal. (Thā Hā [20]:126-128).

Tidak Memiliki  Makrifat Ilahi yang Benar &
Mencemoohkan para Rasul Allah

    Sebagai jawaban terhadap keluhan orang kafir mengapa ia dibangkitkan buta padahal dalam kehidupan sebelumnya ia memiliki penglihatan, Allah Swt.  akan mengatakan bahwa ia telah menjadi buta ruhani dalam kehidupannya di dunia sebab telah menjalani kehidupan yang bergelimang dosa, dan karena itu ruhnya — yang akan berperan sebagai tubuh untuk ruh lain yang ruhaninya jauh lebih berkembang di akhirat, maka di hari kemudian ia dilahirkan (dibangkitkan) buta.
   Ayat ini dapat pula berarti bahwa karena orang kafir tidak mengembangkan dalam dirinya Sifat-sifat Ilahi  -- yang untuk tujuan itulah Allah Swt. mengutus para rasul Allah, teruatama Nabi Besar Muhammad saw. -- dan tetap asing dari sifat-sifat itu, maka pada hari kebangkitan — ketika Sifat-sifat itu  akan dinampakkan  dengan segala keagungan dan kemuliaan — ia sebagai seseorang yang terasing dari Sifat itu  tidak akan mampu mengenalnya dan dengan demikian akan berdiri seperti orang buta yang tidak mempunyai ingatan atau kenangan sedikit pun kepada Sifat-sifat itu.
   Dalam Kisah Minumental “Adam – Malaikat –Iblis” Allah Swt. telah  berfirman bahwa yang diberi pengetahuan sempurna mengenai “Sifat-sifat Allah Swt.” atau “Asmā-Nya” adalah  Adam, karena ia telah diangkat oleh Allah Swt. sebagai seorang “Khalifah Allah” atau Rasul Allah (QS.2:31-35), yang kepada “Adam” atau “Rasul Allah” itulah Allah Swt. mengajarkan “Asmā-Nya (nama-nama-Nya – QS.3:31-35; QS.72:27-29).
  Jadi, orang-orang yang mendustakan dan menentang para rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan Allah Swt. kepada Bani (keturunan) Adam (QS.7:35-37) berarti mereka meluputkan diri mereka dari memperoleh  makrifat Ilahi yang diajarkan Allah Swt. secara khusus kepada Adam (QS.2:31-35) atau kepada para rasul Allah tersebut (QS.3:180; QS.72:27-29), sehingga di alam akhirat ketika Allah Swt. menampakkan “Wujud-Nya” Yang Maha sempurna,  mereka tidak dapat melihatnya  karena mereka dibangkitkan dalam keadaan buta.
  Sebenarnya kebutaan mata di alam akhirat yang dialami oleh para penentang rasul Allah tersebut merupakan penampakkan nyata dari kebutaan ruhani mereka di dunia,  padahal berbagai macam  Tanda-tanda Allah Swt. telah diperlihatkan kepada mereka yang mendukung kebenaran pendakwaan rasul Allah, namun mereka tetap tidak mau mengerti serta mencemoohkan semua Tanda-tanda Allah tersebut, sebagaimana firman-Nya dalam Surah Yā Sīn berikut ini:
یٰحَسۡرَۃً عَلَی الۡعِبَادِ ۚؑ مَا یَاۡتِیۡہِمۡ مِّنۡ رَّسُوۡلٍ  اِلَّا  کَانُوۡا بِہٖ  یَسۡتَہۡزِءُوۡنَ ﴿﴾  اَلَمۡ یَرَوۡا کَمۡ  اَہۡلَکۡنَا قَبۡلَہُمۡ مِّنَ الۡقُرُوۡنِ  اَنَّہُمۡ  اِلَیۡہِمۡ لَا یَرۡجِعُوۡنَ ﴿ؕ﴾  وَ اِنۡ کُلٌّ  لَّمَّا جَمِیۡعٌ لَّدَیۡنَا مُحۡضَرُوۡنَ ﴿٪ ﴾
Wahai sangat disesalkan atas hamba-hamba itu,  sekali-kali tidak pernah datang kepada mereka seorang rasul melainkan mereka senantiasa mencemoohkannya. Apakah mereka tidak melihat berapa banyak  generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, bahwasanya mereka itu tidak kembali lagi kepada mereka?   Dan setiap mereka semua niscaya akan dihadirkan kepada Kami. (Yā Sīn [36]:31-33). Lihat pula QS.15:12; QS.43:7-9.
       Kata-kata dalam ayat ini penuh dengan kerawanan. Tuhan Yang Maha Kuasa Sendiri agaknya seolah-olah sangat masygul atas penolakan dan ejekan manusia terhadap para nabi-Nya. Sementara para nabi Allah menanggung kesedihan dan derita untuk kaumnya, maka kaumnya itu membalas kesedihan mereka itu dengan penghinaan dan ejekan.

Berbagai Tuntutan Tak Masuk Akal
kepada Nabi Besar Muhammad Saw.

  Demikian juga halnya dengan kaum  kafir Quraisy Makkah -- sekali pun kehidupan duniawi mereka tidak seperti kemapanan  kehidupan kaum-kaum purbakala -- tetapi mereka pun tetap saja tidak berhasil melihat “Tanda-tanda Allah” yang mendukung kebenaran pendakwaan Nabi Besar Muhammad saw. sebagai rasul Allah – bahkan sebagai rasul Allah yang paling sempurna martabatnya (QS.33:22 & 41).
         Mereka terus menerus mengemukakan helah dan alasan lainnya  lagi jika helah dan alasan mereka sebelumnya terbukti tidak dapat mereka pertahankan. Mengenai kenyataan tersebut Allah Swt. berfirman mengenai keberatan mereka tentang wahyu Al-Quran yang diwahyukan kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
وَ لَوۡ نَزَّلۡنَا عَلَیۡکَ کِتٰبًا فِیۡ قِرۡطَاسٍ فَلَمَسُوۡہُ بِاَیۡدِیۡہِمۡ لَقَالَ الَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡۤا اِنۡ ہٰذَاۤ  اِلَّا  سِحۡرٌ  مُّبِیۡنٌ ﴿﴾
Dan  seandainya pun Kami menurunkan kepada engkau suatu Kitab yang ditulis di atas kertas lalu mereka merabanya dengan tangannya, niscaya orang-orang  kafir akan berkata: “Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata.” (Al-An’ām [6]:8).
        Firman Allah Swt.  tersebut erat kaitannya dengan bermacam-macam tuntutan orang-orang kafir Makkah terhadap Nabi Besar Muhammad saw. sesuai keinginan  hawa-nafsu mereka yang bersifat duniawi,  berikut adalah firman Allah Swt. mengenai hal tersebut:
وَ قَالُوۡا لَنۡ نُّؤۡمِنَ لَکَ حَتّٰی تَفۡجُرَ  لَنَا مِنَ  الۡاَرۡضِ  یَنۡۢبُوۡعًا ﴿ۙ﴾   اَوۡ تَکُوۡنَ لَکَ جَنَّۃٌ  مِّنۡ نَّخِیۡلٍ وَّ عِنَبٍ فَتُفَجِّرَ  الۡاَنۡہٰرَ  خِلٰلَہَا تَفۡجِیۡرًا ﴿ۙ﴾   اَوۡ تُسۡقِطَ السَّمَآءَ کَمَا زَعَمۡتَ عَلَیۡنَا کِسَفًا اَوۡ تَاۡتِیَ بِاللّٰہِ  وَ الۡمَلٰٓئِکَۃِ  قَبِیۡلًا ﴿ۙ﴾   اَوۡ  یَکُوۡنَ لَکَ بَیۡتٌ مِّنۡ زُخۡرُفٍ اَوۡ تَرۡقٰی فِی السَّمَآءِ ؕ وَ لَنۡ نُّؤۡمِنَ لِرُقِیِّکَ حَتّٰی تُنَزِّلَ عَلَیۡنَا کِتٰبًا نَّقۡرَؤُہٗ ؕ قُلۡ سُبۡحَانَ رَبِّیۡ  ہَلۡ کُنۡتُ  اِلَّا بَشَرًا رَّسُوۡلًا ﴿﴾  وَ مَا مَنَعَ النَّاسَ اَنۡ یُّؤۡمِنُوۡۤا اِذۡ جَآءَہُمُ الۡہُدٰۤی اِلَّاۤ  اَنۡ قَالُوۡۤا اَبَعَثَ اللّٰہُ   بَشَرًا  رَّسُوۡلًا ﴿﴾
Dan mereka berkata: “Kami tidak akan pernah beriman kepada engkau sebelum engkau memancarkan dari bumi sebuah mata air untuk kami;  atau engkau mempunyai kebun kurma dan anggur lalu engkau mengalirkan sungai-sungai yang deras alirannya di tengah-tengahnya; atau engkau menjatuhkan kepingan-kepingan langit  atas kami sebagaimana telah engkau da'wakan; atau engkau mendatangkan Allah dan para malaikat berhadap-hadapan dengan kami;   atau engkau mempunyai sebuah rumah dari emas; atau engkau naik ke langit, tetapi kami tidak akan pernah mempercayai kenaikan engkau ke langit hingga engkau menurunkan kepada kami sebuah kitab yang kami dapat membacanya.” Katakanlah: “Maha Suci Tuhan-ku, aku tidak lain melainkan seorang manusia  sebagai seorang rasul.”  (Bani Israil [17]:91-94).
     Ketika orang-orang Mekkah terbungkam oleh jawaban-jawaban Al-Quran mengenai pertanyaan-pertanyaan dan keberatan-keberatan mereka dalam ayat-ayat sebelum mengenai masalah ruh (QS.17:86-90) mereka berputar balik dan menuntut kepada Nabi Besar Muhammad saw.  bahwa jika Al-Quran meliputi segala macam ilmu, kemajuan  dll, maka  beliau harus dapat memperlihatkan mukjizat-mukjizat yang berada di luar kemampuan beliau saw. sebagai seorang rasul Allah.
         Sebagai jawaban terhadap tuntutan-tuntutan mereka, yang jauh dari kesopanan itu, orang-orang kafir diberitahu, bahwa tuntutan-tuntutan itu bertalian dengan Allah Swt. atau Nabi Besar Muhammad saw.. Tuntutan yang pertama adalah asal omong dan bunyi belaka, sedang Allah Swt. adalah di atas segala hal yang serampangan.            Adapun mengenai tuntutan-tuntutan mereka yang bertalian dengan Nabi Besar Muhammad saw.,  tuntutan-tuntutan itu bertentangan dengan kemampuan-kemampuan beliau saw. yang terbatas sebagai seorang manusia dan tidak selaras dengan tugas beliau saw. sebagai seorang rasul Allah Swt..

“Keledai” & “Singa Allah”

     Kembali kepada tuntutan orang-orang kafir Makkah mengenai Al-Quran yang dalam QS.6:8, firman-Nya:    
وَ لَوۡ نَزَّلۡنَا عَلَیۡکَ کِتٰبًا فِیۡ قِرۡطَاسٍ فَلَمَسُوۡہُ بِاَیۡدِیۡہِمۡ لَقَالَ الَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡۤا اِنۡ ہٰذَاۤ  اِلَّا  سِحۡرٌ  مُّبِیۡنٌ ﴿﴾
Dan   seandainya   pun Kami menurunkan kepada engkau    suatu Kitab yang ditulis di  atas kertas lalu mereka merabanya dengan tangannya, niscaya orang-orang kafir  akan berkata: “Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata.” (Al-An’ām [6]:8).
            Menurut Allah Swt. dalam bentuk dan cara apa pun Al-Quran tersebut diturun kepada Nabi Besar Muhammad saw., mereka tetap saja tidak akan beriman, karena tuntutan-tuntutan mereka itu hanyalah sekedar alasan-alasan untuk menolak pendakwaan Nabi Besar Muhamad saw..
      Demikian juga tuntutan mereka dalam  QS.17:94 agar Nabi Besar Muhammad saw. naik ke langit dan turun lagi ke bumi sambil membawa sebuah Kitab dari Allah Swt. yang dapat mereka baca,  adalah alasan penolakan  mereka belaka, firman-Nya:
اَوۡ تَرۡقٰی فِی السَّمَآءِ ؕ وَ لَنۡ نُّؤۡمِنَ لِرُقِیِّکَ حَتّٰی تُنَزِّلَ عَلَیۡنَا کِتٰبًا نَّقۡرَؤُہٗ ؕ
“…atau engkau naik ke langit, tetapi kami tidak akan pernah mempercayai kenaikan engkau ke langit hingga engkau menurunkan kepada kami sebuah kitab yang kami dapat membacanya.”
         Tuntutan-tuntutan  orang-orang kafir Makkah mengenai Kitab suci selain  wahyu Al-Quran  terhadap Nabi Besar Muhammad saw. tersebut dijawab oleh Allah Swt. dalam Surah Al-Quran lainnya, firman-Nya:
فَمَا لَہُمۡ عَنِ التَّذۡکِرَۃِ  مُعۡرِضِیۡنَ ﴿ۙ﴾  کَاَنَّہُمۡ حُمُرٌ مُّسۡتَنۡفِرَۃٌ ﴿ۙ﴾   فَرَّتۡ مِنۡ قَسۡوَرَۃٍ ﴿ؕ﴾   بَلۡ یُرِیۡدُ کُلُّ امۡرِیًٔ  مِّنۡہُمۡ  اَنۡ یُّؤۡتٰی صُحُفًا مُّنَشَّرَۃً ﴿ۙ﴾  کَلَّا ؕ بَلۡ  لَّا یَخَافُوۡنَ الۡاٰخِرَۃَ ﴿ؕ﴾   کَلَّاۤ  اِنَّہٗ  تَذۡکِرَۃٌ ﴿ۚ﴾   فَمَنۡ  شَآءَ  ذَکَرَہٗ ﴿ؕ﴾  وَ مَا یَذۡکُرُوۡنَ  اِلَّاۤ  اَنۡ یَّشَآءَ اللّٰہُ ؕ ہُوَ اَہۡلُ التَّقۡوٰی وَ اَہۡلُ الۡمَغۡفِرَۃِ ﴿٪﴾
Maka apakah yang terjadi dengan mereka hingga mereka berpaling dari peringatan, seolah-olah mereka itu keledai-keledai yang ketakutan  lari dari singa? Bahkan, setiap orang dari mereka menghendaki supaya dia diberi lembaran-lembaran terbuka.  Sekali-kali tidak! Bahkan mereka tidak takut pada akhirat. Sekali-kali tidak! Sesungguhnya Al-Quran itu adalah peringatan.  Maka barangsiapa menghendaki,hendaklah ia memperhatikannya. Dan mereka tidak akan memperhatikan kecuali jika Allah  menghendaki. Dia memberi ketakwaan dan Dia memberi ampunan. (Al-Muddatstsir [50-57).
   Yang diisyaratkan  dalam kalimat “setiap orang dari mereka menghendaki supaya dia diberi lembaran-lembaran terbuka,“ mungkin tuntutan orang-orang kafir yang tidak pantas seperti disebut pada suatu tempat dalam Al-Quran, bahwa mereka tidak akan beriman kecuali bila Nabi Besar Muhammad saw.  akan membawa turun dari langit sebuah kitab bagi mereka, yang mereka akan dapat membacanya dan dapat dimengerti  dengan mudah (QS.17:94).
     Orang-orang kafir tidak akan dapat mendapat faedah dari Al-Quran,  kecuali jika mereka menyesuaikan kehendak mereka dengan kehendak Ilahi, yaitu kecuali jika mereka menundukkan semua keinginan mereka kepada kehendak Ilahi (QS.76:31).

Bersambung). 

Rujukan: The Holy Quran
Editor:    Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar”, 24 Oktober 2012
Ki Langlang Buana Kusuma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar