بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN
Bab 109
“Keledai
Penakut” & “Singa Allah”
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam bagian
Bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai hubungan kebutaan mata di alam akhirat
dengan ketunaan akan makrifat Ilahi orang-orang yang mendustakan dan menentang
para rasul Allah, firman-Nya:
قَالَ رَبِّ لِمَ
حَشَرۡتَنِیۡۤ اَعۡمٰی وَ قَدۡ کُنۡتُ بَصِیۡرًا ﴿ ﴾ قَالَ کَذٰلِکَ اَتَتۡکَ اٰیٰتُنَا فَنَسِیۡتَہَا
ۚ وَکَذٰلِکَ الۡیَوۡمَ تُنۡسٰی ﴿ ﴾ وَ کَذٰلِکَ نَجۡزِیۡ
مَنۡ اَسۡرَفَ وَ لَمۡ یُؤۡمِنۡۢ بِاٰیٰتِ
رَبِّہٖ ؕ وَ لَعَذَابُ الۡاٰخِرَۃِ اَشَدُّ وَ اَبۡقٰی ﴿ ﴾
Ia berkata: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau membangkitkan aku dalam keadaan buta,
padahal sesungguhnya dahulu aku dapat
melihat?” Dia berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu Tanda-tanda Kami,
tetapi engkau melupakannya dan demikian pula engkau dilupakan pada hari ini." Dan demikianlah Kami memberi balasan orang yang melanggar dan ia tidak beriman kepada Tanda-tanda Tuhan-nya, dan niscaya azab akhirat itu lebih keras dan lebih kekal.
(Thā
Hā [20]:126-128).
Tidak Memiliki Makrifat Ilahi yang Benar &
Mencemoohkan para Rasul Allah
Sebagai jawaban terhadap keluhan orang kafir mengapa ia dibangkitkan buta padahal dalam kehidupan
sebelumnya ia memiliki penglihatan,
Allah Swt. akan mengatakan bahwa ia telah menjadi buta
ruhani dalam kehidupannya di dunia sebab telah menjalani kehidupan
yang bergelimang dosa, dan karena itu ruhnya
— yang akan berperan sebagai tubuh
untuk ruh lain yang ruhaninya jauh lebih berkembang di akhirat, maka di hari kemudian ia
dilahirkan (dibangkitkan) buta.
Ayat
ini dapat pula berarti bahwa karena orang
kafir tidak mengembangkan dalam dirinya Sifat-sifat
Ilahi -- yang untuk tujuan itulah
Allah Swt. mengutus para rasul Allah,
teruatama Nabi Besar Muhammad saw. --
dan tetap asing dari sifat-sifat itu, maka pada hari kebangkitan — ketika Sifat-sifat itu akan dinampakkan dengan segala keagungan dan kemuliaan —
ia sebagai seseorang yang terasing
dari Sifat itu tidak akan mampu mengenalnya dan dengan demikian akan berdiri seperti orang buta yang tidak mempunyai ingatan atau kenangan
sedikit pun kepada Sifat-sifat itu.
Dalam
Kisah Minumental “Adam – Malaikat –Iblis”
Allah Swt. telah berfirman bahwa yang
diberi pengetahuan sempurna mengenai
“Sifat-sifat Allah Swt.” atau “Asmā-Nya” adalah Adam, karena ia telah diangkat oleh Allah Swt. sebagai seorang
“Khalifah Allah” atau Rasul Allah (QS.2:31-35), yang kepada
“Adam” atau “Rasul Allah” itulah Allah Swt. mengajarkan “Asmā-Nya (nama-nama-Nya – QS.3:31-35; QS.72:27-29).
Jadi, orang-orang yang mendustakan dan menentang
para rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan Allah Swt. kepada Bani (keturunan) Adam (QS.7:35-37) berarti mereka meluputkan diri mereka dari memperoleh makrifat
Ilahi yang diajarkan Allah Swt. secara khusus kepada Adam (QS.2:31-35) atau kepada para rasul Allah tersebut (QS.3:180; QS.72:27-29), sehingga di alam akhirat ketika Allah Swt.
menampakkan “Wujud-Nya” Yang Maha sempurna,
mereka tidak dapat melihatnya karena mereka dibangkitkan dalam keadaan buta.
Sebenarnya
kebutaan mata di alam akhirat yang dialami oleh para penentang rasul Allah tersebut merupakan penampakkan
nyata dari kebutaan ruhani mereka
di dunia, padahal berbagai macam Tanda-tanda
Allah Swt. telah diperlihatkan kepada mereka yang mendukung kebenaran
pendakwaan rasul Allah, namun mereka
tetap tidak mau mengerti serta mencemoohkan semua Tanda-tanda Allah tersebut, sebagaimana firman-Nya dalam Surah Yā Sīn berikut ini:
یٰحَسۡرَۃً عَلَی الۡعِبَادِ ۚؑ مَا یَاۡتِیۡہِمۡ مِّنۡ
رَّسُوۡلٍ اِلَّا کَانُوۡا بِہٖ یَسۡتَہۡزِءُوۡنَ ﴿﴾ اَلَمۡ یَرَوۡا کَمۡ اَہۡلَکۡنَا قَبۡلَہُمۡ مِّنَ الۡقُرُوۡنِ اَنَّہُمۡ
اِلَیۡہِمۡ لَا یَرۡجِعُوۡنَ ﴿ؕ﴾ وَ اِنۡ
کُلٌّ لَّمَّا جَمِیۡعٌ لَّدَیۡنَا
مُحۡضَرُوۡنَ ﴿٪ ﴾
Wahai sangat disesalkan atas hamba-hamba itu,
sekali-kali tidak pernah datang kepada mereka seorang rasul
melainkan mereka senantiasa mencemoohkannya. Apakah mereka tidak melihat berapa banyak
generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, bahwasanya mereka itu tidak kembali
lagi kepada mereka? Dan setiap mereka semua niscaya akan dihadirkan kepada Kami. (Yā
Sīn [36]:31-33). Lihat pula QS.15:12; QS.43:7-9.
Kata-kata dalam ayat ini
penuh dengan kerawanan. Tuhan Yang
Maha Kuasa Sendiri agaknya seolah-olah sangat masygul atas penolakan dan
ejekan manusia terhadap para nabi-Nya. Sementara para nabi Allah menanggung kesedihan dan derita untuk kaumnya, maka kaumnya itu membalas kesedihan mereka itu dengan penghinaan dan ejekan.
Berbagai Tuntutan Tak Masuk Akal
kepada Nabi Besar Muhammad Saw.
Demikian juga halnya dengan kaum kafir Quraisy Makkah -- sekali pun kehidupan duniawi mereka tidak seperti kemapanan kehidupan
kaum-kaum purbakala -- tetapi mereka pun tetap saja tidak berhasil melihat “Tanda-tanda Allah” yang
mendukung kebenaran pendakwaan Nabi
Besar Muhammad saw. sebagai rasul Allah
– bahkan sebagai rasul Allah yang
paling sempurna martabatnya (QS.33:22 & 41).
Mereka terus menerus mengemukakan helah dan alasan lainnya lagi jika helah dan alasan mereka sebelumnya terbukti tidak dapat mereka pertahankan. Mengenai kenyataan
tersebut Allah Swt. berfirman mengenai keberatan
mereka tentang wahyu Al-Quran yang diwahyukan kepada Nabi Besar Muhammad
saw.:
وَ لَوۡ نَزَّلۡنَا عَلَیۡکَ کِتٰبًا فِیۡ
قِرۡطَاسٍ فَلَمَسُوۡہُ بِاَیۡدِیۡہِمۡ لَقَالَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡۤا اِنۡ ہٰذَاۤ اِلَّا سِحۡرٌ مُّبِیۡنٌ ﴿﴾
Dan seandainya
pun Kami menurunkan kepada engkau
suatu Kitab yang ditulis di atas kertas lalu mereka merabanya dengan
tangannya, niscaya orang-orang kafir akan berkata: “Ini tidak lain
melainkan sihir yang nyata.” (Al-An’ām
[6]:8).
Firman Allah Swt. tersebut erat kaitannya dengan bermacam-macam
tuntutan orang-orang kafir Makkah terhadap Nabi Besar Muhammad saw. sesuai
keinginan hawa-nafsu mereka yang bersifat duniawi, berikut adalah firman Allah Swt. mengenai hal
tersebut:
وَ قَالُوۡا لَنۡ نُّؤۡمِنَ
لَکَ حَتّٰی تَفۡجُرَ لَنَا مِنَ الۡاَرۡضِ یَنۡۢبُوۡعًا ﴿ۙ﴾ اَوۡ تَکُوۡنَ لَکَ جَنَّۃٌ مِّنۡ
نَّخِیۡلٍ وَّ عِنَبٍ فَتُفَجِّرَ الۡاَنۡہٰرَ خِلٰلَہَا تَفۡجِیۡرًا ﴿ۙ﴾ اَوۡ تُسۡقِطَ السَّمَآءَ کَمَا زَعَمۡتَ عَلَیۡنَا کِسَفًا اَوۡ تَاۡتِیَ
بِاللّٰہِ وَ الۡمَلٰٓئِکَۃِ قَبِیۡلًا ﴿ۙ﴾ اَوۡ یَکُوۡنَ لَکَ بَیۡتٌ مِّنۡ
زُخۡرُفٍ اَوۡ تَرۡقٰی فِی السَّمَآءِ ؕ وَ لَنۡ نُّؤۡمِنَ لِرُقِیِّکَ حَتّٰی
تُنَزِّلَ عَلَیۡنَا کِتٰبًا نَّقۡرَؤُہٗ ؕ قُلۡ سُبۡحَانَ رَبِّیۡ ہَلۡ کُنۡتُ
اِلَّا بَشَرًا رَّسُوۡلًا ﴿﴾ وَ مَا مَنَعَ النَّاسَ
اَنۡ یُّؤۡمِنُوۡۤا اِذۡ جَآءَہُمُ الۡہُدٰۤی اِلَّاۤ اَنۡ قَالُوۡۤا اَبَعَثَ اللّٰہُ بَشَرًا رَّسُوۡلًا ﴿﴾
Dan mereka
berkata: “Kami tidak akan pernah beriman
kepada engkau sebelum engkau
memancarkan dari bumi sebuah mata air untuk kami; atau engkau mempunyai kebun kurma dan anggur lalu engkau mengalirkan sungai-sungai yang deras alirannya di
tengah-tengahnya; atau engkau
menjatuhkan kepingan-kepingan langit
atas kami sebagaimana telah engkau
da'wakan; atau engkau mendatangkan
Allah dan para malaikat
berhadap-hadapan dengan kami; atau engkau
mempunyai sebuah rumah dari emas; atau engkau
naik ke langit, tetapi kami tidak
akan pernah mempercayai kenaikan engkau ke langit hingga engkau menurunkan kepada kami sebuah kitab
yang kami dapat membacanya.” Katakanlah: “Maha Suci Tuhan-ku, aku tidak lain melainkan seorang manusia sebagai
seorang rasul.” (Bani
Israil [17]:91-94).
Ketika orang-orang Mekkah terbungkam oleh jawaban-jawaban Al-Quran mengenai pertanyaan-pertanyaan
dan keberatan-keberatan mereka dalam ayat-ayat sebelum mengenai masalah ruh (QS.17:86-90) mereka berputar balik dan menuntut kepada Nabi Besar Muhammad saw. bahwa jika Al-Quran
meliputi segala macam ilmu, kemajuan dll, maka beliau harus dapat memperlihatkan mukjizat-mukjizat yang berada di luar kemampuan beliau saw. sebagai seorang rasul Allah.
Sebagai
jawaban terhadap tuntutan-tuntutan
mereka, yang jauh dari kesopanan itu,
orang-orang kafir diberitahu, bahwa tuntutan-tuntutan
itu bertalian dengan Allah Swt. atau Nabi Besar Muhammad saw.. Tuntutan yang pertama adalah asal omong
dan bunyi belaka, sedang Allah Swt. adalah di atas segala hal yang serampangan. Adapun mengenai tuntutan-tuntutan mereka yang bertalian dengan Nabi Besar Muhammad
saw., tuntutan-tuntutan itu bertentangan
dengan kemampuan-kemampuan beliau saw.
yang terbatas sebagai seorang manusia
dan tidak selaras dengan tugas beliau
saw. sebagai seorang rasul Allah
Swt..
“Keledai” & “Singa Allah”
Kembali kepada tuntutan orang-orang kafir Makkah
mengenai Al-Quran yang dalam QS.6:8,
firman-Nya:
وَ لَوۡ نَزَّلۡنَا عَلَیۡکَ کِتٰبًا فِیۡ
قِرۡطَاسٍ فَلَمَسُوۡہُ بِاَیۡدِیۡہِمۡ لَقَالَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡۤا اِنۡ ہٰذَاۤ اِلَّا سِحۡرٌ مُّبِیۡنٌ ﴿﴾
Dan seandainya
pun Kami menurunkan kepada engkau
suatu Kitab yang ditulis di atas kertas lalu mereka merabanya dengan
tangannya, niscaya orang-orang kafir
akan berkata: “Ini tidak lain
melainkan sihir yang nyata.” (Al-An’ām
[6]:8).
Menurut Allah Swt. dalam bentuk dan cara apa pun Al-Quran
tersebut diturun kepada Nabi Besar
Muhammad saw., mereka tetap saja tidak
akan beriman, karena tuntutan-tuntutan
mereka itu hanyalah sekedar alasan-alasan untuk menolak pendakwaan Nabi Besar
Muhamad saw..
Demikian juga tuntutan mereka dalam QS.17:94 agar Nabi Besar Muhammad saw. naik ke langit dan turun lagi ke bumi sambil membawa sebuah Kitab dari Allah Swt. yang
dapat mereka baca, adalah alasan
penolakan mereka belaka, firman-Nya:
اَوۡ تَرۡقٰی فِی السَّمَآءِ ؕ وَ لَنۡ نُّؤۡمِنَ لِرُقِیِّکَ حَتّٰی
تُنَزِّلَ عَلَیۡنَا کِتٰبًا نَّقۡرَؤُہٗ ؕ
“…atau engkau naik ke langit, tetapi kami
tidak akan pernah mempercayai kenaikan engkau ke langit hingga engkau menurunkan kepada kami sebuah kitab
yang kami dapat membacanya.”
Tuntutan-tuntutan orang-orang kafir Makkah mengenai Kitab suci selain wahyu
Al-Quran terhadap Nabi Besar
Muhammad saw. tersebut dijawab oleh
Allah Swt. dalam Surah Al-Quran lainnya, firman-Nya:
فَمَا لَہُمۡ عَنِ
التَّذۡکِرَۃِ مُعۡرِضِیۡنَ ﴿ۙ﴾ کَاَنَّہُمۡ حُمُرٌ مُّسۡتَنۡفِرَۃٌ ﴿ۙ﴾ فَرَّتۡ مِنۡ قَسۡوَرَۃٍ ﴿ؕ﴾ بَلۡ
یُرِیۡدُ کُلُّ امۡرِیًٔ مِّنۡہُمۡ اَنۡ یُّؤۡتٰی صُحُفًا مُّنَشَّرَۃً ﴿ۙ﴾ کَلَّا ؕ بَلۡ
لَّا یَخَافُوۡنَ الۡاٰخِرَۃَ ﴿ؕ﴾ کَلَّاۤ اِنَّہٗ تَذۡکِرَۃٌ ﴿ۚ﴾ فَمَنۡ شَآءَ ذَکَرَہٗ ﴿ؕ﴾ وَ مَا یَذۡکُرُوۡنَ اِلَّاۤ اَنۡ یَّشَآءَ اللّٰہُ ؕ ہُوَ اَہۡلُ
التَّقۡوٰی وَ اَہۡلُ الۡمَغۡفِرَۃِ ﴿٪﴾
Maka apakah yang terjadi
dengan mereka hingga mereka
berpaling dari peringatan, seolah-olah mereka
itu keledai-keledai yang ketakutan lari
dari singa? Bahkan, setiap orang dari mereka menghendaki supaya
dia diberi lembaran-lembaran terbuka.
Sekali-kali tidak! Bahkan mereka
tidak takut pada akhirat. Sekali-kali
tidak! Sesungguhnya Al-Quran itu
adalah peringatan. Maka barangsiapa menghendaki,hendaklah ia memperhatikannya. Dan mereka tidak akan memperhatikan kecuali
jika Allah menghendaki. Dia
memberi ketakwaan dan Dia memberi ampunan. (Al-Muddatstsir [50-57).
Yang diisyaratkan dalam kalimat “setiap orang dari mereka menghendaki supaya
dia diberi lembaran-lembaran terbuka,“ mungkin tuntutan orang-orang kafir yang tidak pantas seperti disebut pada
suatu tempat dalam Al-Quran, bahwa mereka tidak
akan beriman kecuali bila Nabi Besar Muhammad saw. akan membawa
turun dari langit sebuah kitab
bagi mereka, yang mereka akan dapat membacanya
dan dapat dimengerti dengan mudah (QS.17:94).
Orang-orang kafir tidak akan dapat mendapat
faedah dari Al-Quran, kecuali jika mereka menyesuaikan kehendak mereka dengan kehendak Ilahi, yaitu kecuali jika mereka
menundukkan semua keinginan mereka kepada kehendak Ilahi (QS.76:31).
Bersambung).
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam
Farid
***
“Pajajaran Anyar”, 24 Oktober 2012
Ki
Langlang Buana Kusuma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar