Senin, 22 Oktober 2012

Hubungan "Kebutaan" di Alam Akhirat dengan Ketunaan "Makrifat Ilahi"





بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


  SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN



Bab 108
    
Hubungan Kebutaan di Alam Akhirat dengan
Ketunaan  Makrifat Ilahi


 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


Dalam   bagian   Bab sebelumnya telah dijelaskan  mengenai ketidak-kemampuan “tuhan-tuhan palsu” yang dipersekutukan orang-orang musyrik dengan Allah Swt.  firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ  فَاسۡتَمِعُوۡا لَہٗ  ؕ اِنَّ الَّذِیۡنَ تَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ لَنۡ یَّخۡلُقُوۡا ذُبَابًا وَّ لَوِ اجۡتَمَعُوۡا  لَہٗ ؕ وَ اِنۡ یَّسۡلُبۡہُمُ الذُّبَابُ شَیۡئًا لَّا یَسۡتَنۡقِذُوۡہُ  مِنۡہُ ؕ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَ الۡمَطۡلُوۡبُ ﴿ ﴾  
Hai manusia, suatu tamsil (perumpamaan) telah dikemukakan maka dengarlah tamsil itu.  Sesungguhnya mereka yang kamu seru selain Allah tidak dapat menjadikan seekor lalat, walau pun mereka itu bergabung untuk itu. Dan seandainya  lalat itu menyambar sesuatu dari mereka, mereka tidak akan dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Sangat lemah yang meminta dan yang diminta (Al Hajj [22]:74).
         Lebih lanjut Allah Swt. berfirman mengenai kertidak-berdayaan “tuhan-tuhan palsu” sembahan orang-orang musyrik:
لَہٗ  دَعۡوَۃُ   الۡحَقِّ ؕ وَ الَّذِیۡنَ  یَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِہٖ لَا یَسۡتَجِیۡبُوۡنَ لَہُمۡ بِشَیۡءٍ  اِلَّا کَبَاسِطِ کَفَّیۡہِ  اِلَی الۡمَآءِ لِیَبۡلُغَ فَاہُ وَ مَا ہُوَ بِبَالِغِہٖ ؕ وَ مَا دُعَآءُ الۡکٰفِرِیۡنَ  اِلَّا  فِیۡ  ضَلٰلٍ ﴿﴾  وَ لِلّٰہِ یَسۡجُدُ مَنۡ فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ طَوۡعًا وَّ کَرۡہًا وَّ ظِلٰلُہُمۡ بِالۡغُدُوِّ  وَ الۡاٰصَالِ  ﴿ٛ
Hanya Bagi Dia-lah seruan yang haq (benar),  dan mereka yang diseru oleh orang-orang itu selain Dia, mereka tidak menjawabnya sedikit pun, melainkan seperti orang yang mengulurkan kedua tangannya ke air  supaya sampai ke mulutnya, tetapi itu tidak akan sampai kepadanya,  dan tidaklah doa orang-orang kafir itu melainkan  sia-sia belaka.   Dan kepada Allah-lah bersujud siapa pun yang ada di seluruh langit dan bumi dengan rela  atau tidak rela  dan demikian juga bayangan-bayangan mereka pada setiap pagi dan petang hari. (Al-Ra’d [13]:15-16).

Kemapanan Hidup Kaum-kaum Purbakala

         Namun demikian, dalam kenyataannya umumnya orang-orang musyrik tersebut  dalam segi duniawi meraih  berbagai keberhasilan, misalnya kaum Nabi Nuh a.s., kaum ‘Ad, kaum Tsamud; Kaum Nabi Ibrahim a.s.;  kaum Midian dan kaum Fir’aun,  firman-Nya:
وَ مَا تَاۡتِیۡہِمۡ مِّنۡ اٰیَۃٍ مِّنۡ اٰیٰتِ رَبِّہِمۡ  اِلَّا  کَانُوۡا عَنۡہَا مُعۡرِضِیۡنَ ﴿ ﴾  فَقَدۡ  کَذَّبُوۡا بِالۡحَقِّ  لَمَّا جَآءَہُمۡ ؕ فَسَوۡفَ یَاۡتِیۡہِمۡ اَنۡۢبٰٓؤُا مَا کَانُوۡا بِہٖ یَسۡتَہۡزِءُوۡنَ ﴿ ﴾
Dan sekali-kali tidaklah datang kepada mereka suatu Tanda pun dari Tanda-tanda Tuhan mereka melainan mereka  senantiasa berpaling darinya.    Maka  sungguh  mereka telah mendustakan kebenaran tatkala  datang kepada mereka, maka segera akan datang kepada mereka kabar-kabar mengenai apa (azab) yang  tentangnya senantiasa mereka  perolok-olokkan.   (Al-An’ām [6]:5-6).
       Ada pun yang  yang disebut Tanda-tanda,  yang merupakan  suatu bukti yang penting mengenai ilmu dan kekuasaan Allah Swt.,  adalah nubuatan-nubuatan (kabar-kabar gaib) yang diwahyukan kepada rasul-rasul-Nya dan pertolongan serta bantuan yang dilimpahkan-Nya kepada mereka,  ketika menghadapi serangan musuh yang jauh lebih kuat.  
       Anba adalah jamak dari naba yang pada umumnya digunakan dalam Al-Quran mengenai kabar-kabar penting yang berhubungan dengan beberapa kejadian besar (Kulliyyat), termasuk  mengenai kabar mengenai datangnya azab yang dijanjikan Allah dan rasul-rasuil Allah kepada mereka.  Mengenai hal tersebut selanjutnya Allah Swt. berfirman:
 اَلَمۡ یَرَوۡا کَمۡ اَہۡلَکۡنَا مِنۡ قَبۡلِہِمۡ مِّنۡ قَرۡنٍ مَّکَّنّٰہُمۡ فِی الۡاَرۡضِ مَا لَمۡ نُمَکِّنۡ لَّکُمۡ وَ اَرۡسَلۡنَا السَّمَآءَ عَلَیۡہِمۡ مِّدۡرَارًا ۪ وَّ جَعَلۡنَا الۡاَنۡہٰرَ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہِمۡ فَاَہۡلَکۡنٰہُمۡ بِذُنُوۡبِہِمۡ وَ اَنۡشَاۡنَا مِنۡۢ بَعۡدِہِمۡ  قَرۡنًا اٰخَرِیۡنَ ﴿﴾
Apakah mereka tidak  memperhatikan betapa banyak generasi-generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka?  Kami telah memapankan mereka di bumi yang  kemapanan  itu tidak Kami berikan kepada kamu,  dan  Kami mengirimkan kepada mereka awan yang mencurahkan hujan lebat, dan Kami menjadikan sungai-sungai mengalir di bawah kekuasaan mereka, lalu Kami membinasakan mereka karena  dosa-dosanya dan Kami membangkitkan  suatu generasi yang lain sesudah  mereka. (Al-An’ām [6]:7).
       Qarn artinya suatu generasi manusia yang meneruskan atau mendahului generasi lainnya, seolah-olah kedua-dua generasi itu berhubungan menjadi satu; bangsa yang hidup pada satu zaman (Lexicon Lane).
        Kata-kata “Kami telah memapankan mereka di bumi yang  kemapanan  itu tidak Kami berikan kepada kamu”,  itu tidak berarti bahwa dunia sedang mengalami kemunduran. Tidak syak lagi dunia seutuhnya mengalami kemajuan, tetapi beberapa bangsa terdahulu yang mencapai puncak peradaban di masa yang lampau telah demikian majunya dalam beberapa cabang seni dan ilmu pengetahuan, sehingga dalam cabang-cabang tertentu mereka tidak disamai oleh generasi-generasi belakangan.
     Misalnya, dalam abad modern ini sekalipun banyak keajaiban-keajaiban telah diciptakan dalam bidang ilmu pengetahuan, tetapi masih juga menatap beberapa karya kebudayaan Mesir purba dengan   rasa takjub. Allah Swt. berfirman lagi:
وَ لَقَدۡ مَکَّنّٰہُمۡ فِیۡمَاۤ  اِنۡ مَّکَّنّٰکُمۡ  فِیۡہِ وَ جَعَلۡنَا لَہُمۡ سَمۡعًا وَّ اَبۡصَارًا وَّ اَفۡـِٕدَۃً ۫ۖ فَمَاۤ  اَغۡنٰی عَنۡہُمۡ  سَمۡعُہُمۡ وَ لَاۤ اَبۡصَارُہُمۡ وَ لَاۤ  اَفۡـِٕدَتُہُمۡ مِّنۡ شَیۡءٍ  اِذۡ کَانُوۡا یَجۡحَدُوۡنَ ۙ بِاٰیٰتِ اللّٰہِ وَ حَاقَ بِہِمۡ  مَّا کَانُوۡا بِہٖ یَسۡتَہۡزِءُوۡنَ ﴿٪ ﴾   وَ لَقَدۡ اَہۡلَکۡنَا مَا حَوۡلَکُمۡ مِّنَ الۡقُرٰی وَ صَرَّفۡنَا الۡاٰیٰتِ لَعَلَّہُمۡ یَرۡجِعُوۡنَ ﴿ ﴾
Dan sungguh   Kami benar-benar telah memapankan mereka di dalam hal-hal yang Kami tidak memapankan kamu di dalamnya, dan Kami memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan, dan hati, tetapi tidak bermanfaat sedikit pun bagi mereka pendengaran mereka dan penglihatan mereka dan tidak pula hati mereka, ketika mereka membantah Tanda-tanda Allah, dan  apa (azab) yang   selalu mereka perolok-olokkan mengepung mereka.  Dan sungguh  Kami benar-benar telah  membinasakan kota-kota di sekitar kamu dan Kami telah menjelaskan Tanda-tanda supaya mereka kembali.   (Al-Ahqāf [46]:27-28).

Kelumpuhan Indera-indera Ruhani
Orang-orang  Kafir

      'Af-idah (banyak hati) adalah jamak dari fu'ad, yang sama artinya dengan qalb (hati), kedua-keduanya berarti hati, otak atau kecerdasan (intelek). Dalam Al-Quran  kedua perkataan itu telah dipergunakan dengan arti yang sama. Pada QS.28:11 kedua kata itu dipergunakan bersama-sama, dan berarti hati. Hubungan kalimatlah yang menentukan, pada tempat mana kata tersebut dipakai dalam arti "hati" dan pada tempat mana dalam arti "otak."
     Akan tetapi beberapa penulis membedakan antara fu'ad dan qalb itu; yang kedua (qalb) dikatakan mempunyai arti lebih khusus dari yang pertama yaitu yang disebut ghisya' atau wi'a, atau bagian-tengah atau bagian-dalam-qalb. Thara fu'adu-hu berarti pikirannya, atau kecerdasannya, atau keberaniannya melayang (Lexicon Lane).
   Jadi, penganugerahan telinga, mata, dan hati kepada kaum-kaum purbakala yang mendustakan dan menentang para rasul Allah hanya bermanfaat dalam segi kehidupan duniawi mereka saja, sehingga mereka berhasil memperoleh  berbagai kemapanan dalam hal-hal tertentu, tetapi  telinga, mata dan hati mereka itu sama sekali tidak bermanfaat untuk melihatTanda-tanda” Allah yang  yang mendukung kebenaran pendakwaan para rasul Allah yang diutus kepada mereka, dan mereka itulah  di akhirat  akan dibangkitkan dalam keadaan buta, firman-Nya:
یَوۡمَ نَدۡعُوۡا کُلَّ اُنَاسٍۭ بِاِمَامِہِمۡ ۚ فَمَنۡ اُوۡتِیَ کِتٰبَہٗ  بِیَمِیۡنِہٖ فَاُولٰٓئِکَ یَقۡرَءُوۡنَ  کِتٰبَہُمۡ وَ لَا یُظۡلَمُوۡنَ فَتِیۡلًا  ﴿ ﴾ وَ مَنۡ کَانَ فِیۡ ہٰذِہٖۤ  اَعۡمٰی فَہُوَ فِی الۡاٰخِرَۃِ   اَعۡمٰی  وَ اَضَلُّ  سَبِیۡلًا ﴿ ﴾
Ingatlah hari itu ketika Kami akan memanggil semua orang beserta pemimpin mereka,  lalu barangsiapa akan diberikan kitabnya di tangan kanannya maka mereka itu akan membaca kitab mereka dengan gembira dan mereka tidak akan dizalimi sedikit pun.   Dan barangsiapa buta di dunia ini maka di akhirat  pun  ia akan buta juga  dan bahkan   lebih tersesat dari jalan. (Bani Israil [17]:72-73).

Makna Menerima Kitab Amal  dengan
Tangan Kanan” dan “Tangan Kiri

       Tangan kanan adalah lambang keberkatan, sedang tangan kiri lambang hukuman. Pada tubuh manusia yang sebelah kanan mempunyai semacam keunggulan terhadap yang kiri,  karena otot-otot di sebelah kanan pada umumnya lebih kuat dari yang sebelah kiri. Diserahkan catatan mengenai perbuatan seseorang ke tangan kanannya seperti disebutkan dalam ayat ini mengandung arti bahwa catatan itu akan membawa keuntungan dan berkat baginya.  Lagi pula tangan kanan menunjukkan kekuatan dan kekuasaan (QS.69:46).
       Dipegangnya  catatan mereka di tangan kanan mereka oleh orang-orang beriman mengandung arti bahwa di masa hidup di dunia, mereka telah berpegang pada ketakwaan dengan kuat dan kemauan keras, sedang dipegang oleh orang-orang kafir catatan mereka di tangan kiri mengandung arti  bahwa mereka tidak berjuang   mencapai ketakwaan dengan kuat, tekun, dan semangat yang diperlukan untuk itu (QS.69:20-38; QS.84:7-16).
         Demikian pula mereka yang tidak mempergunakan mata ruhani mereka dengan cara yang wajar di dunia ini akan tetap  luput dari penglihatan ruhani di  alam akhirat.  Al-Quran menyebut mereka  buta, yaitu yang tidak merenungkan Tanda-tanda Allah serta tidak memperoleh manfaat darinya (QS.3:191-195).   Orang-orang seperti itu di alam akhirat pun akan tetap dalam keadaan buta.
Berikut adalah  firman  Allah Swt.  mengenai “Adam dan istrinya  serta mengenai orang-orang yang akan dibangkitkan di akhirat dalam keadaan buta, firman-Nya:
ثُمَّ  اجۡتَبٰہُ رَبُّہٗ  فَتَابَ عَلَیۡہِ  وَ  ہَدٰی ﴿ ﴾   قَالَ اہۡبِطَا مِنۡہَا جَمِیۡعًۢا بَعۡضُکُمۡ لِبَعۡضٍ عَدُوٌّ ۚ فَاِمَّا یَاۡتِیَنَّکُمۡ مِّنِّیۡ ہُدًی ۬ۙ فَمَنِ اتَّبَعَ ہُدَایَ  فَلَا  یَضِلُّ  وَ لَا  یَشۡقٰی  ﴿ ﴾ وَ مَنۡ اَعۡرَضَ عَنۡ ذِکۡرِیۡ فَاِنَّ لَہٗ مَعِیۡشَۃً ضَنۡکًا وَّ نَحۡشُرُہٗ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ  اَعۡمٰی ﴿ ﴾
Kemudian Tuhan-nya memilihnya   maka Dia menerima taubatnya dan memberi petunjuk.   Dia berfirman:  Pergilah kamu berdua  semuanya dari sini, sebagian kamu musuh bagi sebagian yang lain. Maka apabila datang kepadamu petunjuk dari­-Ku, lalu barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, maka ia tidak akan sesat, dan tidak pula ia akan menderita kesusahan. Dan  barangsiapa ber­paling dari mengingat Aku maka sesungguhnya baginya ada kehidupan yang sempit, dan Kami akan membangkitkannya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta.  (Thā Hā [20]:123-125).

Tuna  Makrifat Ilahi

        Mengetahui diri mereka dibangkitkan dalam keadaan buta, mereka melakukan protes kepada Allah Swt., firman-Nya:
قَالَ رَبِّ  لِمَ حَشَرۡتَنِیۡۤ  اَعۡمٰی وَ قَدۡ کُنۡتُ  بَصِیۡرًا ﴿ ﴾    قَالَ  کَذٰلِکَ اَتَتۡکَ اٰیٰتُنَا فَنَسِیۡتَہَا ۚ  وَکَذٰلِکَ  الۡیَوۡمَ  تُنۡسٰی ﴿ ﴾    وَ کَذٰلِکَ نَجۡزِیۡ مَنۡ اَسۡرَفَ وَ لَمۡ  یُؤۡمِنۡۢ بِاٰیٰتِ رَبِّہٖ ؕ وَ لَعَذَابُ الۡاٰخِرَۃِ اَشَدُّ وَ اَبۡقٰی  ﴿ ﴾  
Ia berkata: "Ya Tuhan­ku, mengapa Engkau mem­bangkitkan aku dalam keadaan buta, padahal sesungguhnya dahulu aku dapat melihat?”  Dia  berfirman: "Demi­kianlah, telah datang kepadamu Tanda-tanda Kami, tetapi engkau melupakannya  dan demikian pula engkau dilupakan pada hari ini."  Dan demikianlah Kami memberi balasan orang yang me­langgar dan ia tidak beriman kepada Tanda-tanda Tuhan-nya, dan  niscaya azab  akhirat itu lebih keras dan lebih kekal. (Thā Hā [20]:126-128).
    Sebagai jawaban terhadap keluhan orang kafir mengapa ia dibangkitkan buta padahal dalam kehidupan sebelumnya ia memiliki penglihatan, Allah Swt. akan mengatakan bahwa ia telah menjadi buta ruhani dalam kehidupannya di dunia sebab telah menjalani kehidupan yang bergelimang dosa, dan karena itu ruhnya — yang akan berperan sebagai tubuh untuk ruh lain yang ruhaninya jauh lebih berkembang di akhirat, maka di hari kemudian ia dilahirkan buta.
  Ayat ini dapat pula berarti bahwa karena orang kafir tidak mengembangkan dalam dirinya Sifat-sifat Ilahi  -- yang untuk tujuan itulah Allah Swt. mengutus para rasul Allah, teruatama Nabi Besar Muhammad saw. -- dan tetap asing dari sifat-sifat itu, maka pada hari kebangkitan — ketika Sifat-sifat itu  akan dinampakkan  dengan segala keagungan dan kemuliaan — ia sebagai seseorang yang terasing dari Sifat itu  tidak akan mampu mengenalnya dan dengan demikian akan berdiri seperti orang buta yang tidak mempunyai ingatan atau kenangan sedikit pun kepada Sifat-sifat itu.
  Dalam Kisah Minumental “Adam – Malaikat –Iblis” Allah Swt. telah  berfirman bahwa yang diberi pengetahuan sempurna mengenai “Sifat-sifat Allah Swt.” atau “Asmā-Nya” adalah  Adam, karena ia telah diangkat oleh Allah Swt. sebagai seorang “Khalifah Allah” atau Rasul Allah (QS.2:31-35), yang kepada “Adam” atau “Rasul Allah” itulah Allah Swt. mengajarkan “Asmā-Nya (nama-nama-Nya – QS.3:31-35; QS.72:27-29).
Jadi, orang-orang yang mendustakan dan menentang para rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan Allah Swt. kepada Bani (keturunan) Adam (QS.7:35-37) berarti mereka meluputkan diri mereka dari memperoleh  makrifat Ilahi yang diajarkan Allah Swt. secara khusus kepada Adam atau kepada para rasul Allah tersebut, sehingga di alam akhirat ketika Allah Swt. menampakkan “Wujud-Nya” Yang Maha sempurna,  mereka tidak dapat melihatnya  karena mereka dibangkitkan dalam keadaan buta.
 Sebenarnya kebutaan mata di alam akhirat yang dialami oleh para penentang rasul Allah tersebut merupakan penampakkan nyata dari kebutaan ruhani mereka di dunia,  padahal berbagai macam  Tanda-tanda Allah Swt. telah diperlihatkan kepada mereka yang mendukung kebenaran pendakwaan rasul Allah, namun mereka tetap tidak mau mengerti serta mencemoohkan semua Tanda-tanda Allah tersebut.

(Bersambung). 

Rujukan: The Holy Quran
Editor:    Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar”, 23 Oktober 2012
Ki Langlang Buana Kusuma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar