بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN
Bab 108
Hubungan
Kebutaan di Alam Akhirat dengan
Ketunaan Makrifat Ilahi
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam bagian
Bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai ketidak-kemampuan “tuhan-tuhan palsu” yang dipersekutukan orang-orang musyrik dengan Allah Swt. firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا النَّاسُ ضُرِبَ
مَثَلٌ فَاسۡتَمِعُوۡا لَہٗ ؕ اِنَّ الَّذِیۡنَ تَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِ
اللّٰہِ لَنۡ یَّخۡلُقُوۡا ذُبَابًا وَّ لَوِ اجۡتَمَعُوۡا لَہٗ ؕ وَ اِنۡ یَّسۡلُبۡہُمُ الذُّبَابُ
شَیۡئًا لَّا یَسۡتَنۡقِذُوۡہُ مِنۡہُ ؕ
ضَعُفَ الطَّالِبُ وَ الۡمَطۡلُوۡبُ ﴿ ﴾
Hai manusia,
suatu tamsil (perumpamaan) telah
dikemukakan maka dengarlah tamsil itu. Sesungguhnya mereka yang kamu seru selain Allah tidak dapat menjadikan seekor lalat, walau pun mereka itu bergabung untuk itu. Dan
seandainya lalat itu menyambar sesuatu dari mereka, mereka tidak akan dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Sangat
lemah yang meminta dan yang diminta (Al Hajj [22]:74).
Lebih lanjut Allah Swt. berfirman
mengenai kertidak-berdayaan “tuhan-tuhan
palsu” sembahan orang-orang musyrik:
لَہٗ دَعۡوَۃُ الۡحَقِّ ؕ وَ الَّذِیۡنَ یَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِہٖ لَا یَسۡتَجِیۡبُوۡنَ
لَہُمۡ بِشَیۡءٍ اِلَّا کَبَاسِطِ کَفَّیۡہِ اِلَی الۡمَآءِ لِیَبۡلُغَ فَاہُ وَ مَا ہُوَ
بِبَالِغِہٖ ؕ وَ مَا دُعَآءُ الۡکٰفِرِیۡنَ اِلَّا فِیۡ
ضَلٰلٍ ﴿﴾ وَ لِلّٰہِ یَسۡجُدُ مَنۡ فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ طَوۡعًا وَّ کَرۡہًا
وَّ ظِلٰلُہُمۡ بِالۡغُدُوِّ وَ الۡاٰصَالِ ﴿ٛ﴾
Hanya Bagi Dia-lah seruan yang haq (benar), dan mereka yang diseru oleh orang-orang itu selain Dia, mereka tidak
menjawabnya sedikit pun, melainkan seperti
orang yang mengulurkan kedua tangannya ke air supaya sampai
ke mulutnya, tetapi itu tidak akan
sampai kepadanya, dan tidaklah doa orang-orang kafir itu melainkan sia-sia belaka. Dan kepada Allah-lah bersujud siapa pun yang
ada di seluruh langit dan bumi dengan rela atau tidak
rela dan demikian juga
bayangan-bayangan mereka pada setiap
pagi dan petang hari. (Al-Ra’d [13]:15-16).
Kemapanan Hidup Kaum-kaum
Purbakala
Namun demikian, dalam kenyataannya
umumnya orang-orang musyrik
tersebut dalam segi duniawi meraih berbagai
keberhasilan, misalnya kaum Nabi Nuh
a.s., kaum ‘Ad, kaum Tsamud; Kaum Nabi Ibrahim a.s.; kaum Midian dan kaum Fir’aun, firman-Nya:
وَ مَا تَاۡتِیۡہِمۡ مِّنۡ
اٰیَۃٍ مِّنۡ اٰیٰتِ رَبِّہِمۡ اِلَّا کَانُوۡا عَنۡہَا مُعۡرِضِیۡنَ ﴿ ﴾ فَقَدۡ کَذَّبُوۡا بِالۡحَقِّ لَمَّا جَآءَہُمۡ ؕ فَسَوۡفَ یَاۡتِیۡہِمۡ
اَنۡۢبٰٓؤُا مَا کَانُوۡا بِہٖ یَسۡتَہۡزِءُوۡنَ ﴿ ﴾
Dan
sekali-kali tidaklah datang kepada
mereka suatu Tanda pun dari Tanda-tanda
Tuhan mereka melainan mereka senantiasa berpaling darinya. Maka
sungguh mereka
telah mendustakan kebenaran tatkala
datang kepada mereka, maka segera
akan datang kepada mereka kabar-kabar mengenai apa (azab) yang tentangnya senantiasa
mereka perolok-olokkan. (Al-An’ām [6]:5-6).
Ada pun yang yang disebut Tanda-tanda, yang
merupakan suatu bukti yang penting
mengenai ilmu dan kekuasaan Allah Swt., adalah nubuatan-nubuatan (kabar-kabar gaib) yang diwahyukan kepada rasul-rasul-Nya
dan pertolongan serta bantuan yang dilimpahkan-Nya kepada
mereka, ketika menghadapi serangan musuh yang jauh lebih kuat.
Anba adalah jamak dari naba
yang pada umumnya digunakan dalam Al-Quran mengenai kabar-kabar penting yang berhubungan dengan beberapa kejadian besar
(Kulliyyat), termasuk mengenai kabar mengenai datangnya azab
yang dijanjikan Allah dan rasul-rasuil Allah kepada mereka. Mengenai hal tersebut selanjutnya Allah Swt.
berfirman:
اَلَمۡ یَرَوۡا کَمۡ اَہۡلَکۡنَا مِنۡ
قَبۡلِہِمۡ مِّنۡ قَرۡنٍ مَّکَّنّٰہُمۡ فِی الۡاَرۡضِ مَا لَمۡ نُمَکِّنۡ لَّکُمۡ
وَ اَرۡسَلۡنَا السَّمَآءَ عَلَیۡہِمۡ مِّدۡرَارًا ۪ وَّ جَعَلۡنَا الۡاَنۡہٰرَ
تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہِمۡ فَاَہۡلَکۡنٰہُمۡ بِذُنُوۡبِہِمۡ وَ اَنۡشَاۡنَا مِنۡۢ
بَعۡدِہِمۡ قَرۡنًا اٰخَرِیۡنَ ﴿﴾
Apakah
mereka tidak memperhatikan betapa banyak generasi-generasi
yang telah Kami binasakan sebelum mereka? Kami telah memapankan mereka di bumi yang
kemapanan itu tidak Kami berikan kepada kamu, dan Kami
mengirimkan kepada mereka awan yang
mencurahkan hujan lebat, dan Kami
menjadikan sungai-sungai mengalir di bawah kekuasaan mereka, lalu Kami membinasakan mereka karena dosa-dosanya
dan Kami membangkitkan suatu generasi
yang lain sesudah mereka. (Al-An’ām
[6]:7).
Qarn
artinya suatu generasi manusia yang
meneruskan atau mendahului generasi
lainnya, seolah-olah kedua-dua generasi itu berhubungan menjadi satu; bangsa
yang hidup pada satu zaman (Lexicon Lane).
Kata-kata “Kami
telah memapankan mereka di bumi
yang kemapanan itu tidak Kami berikan
kepada kamu”, itu
tidak berarti bahwa dunia sedang mengalami kemunduran.
Tidak syak lagi dunia seutuhnya mengalami kemajuan,
tetapi beberapa bangsa terdahulu yang
mencapai puncak peradaban di masa
yang lampau telah demikian majunya dalam beberapa cabang seni dan ilmu
pengetahuan, sehingga dalam cabang-cabang tertentu mereka tidak disamai oleh generasi-generasi
belakangan.
Misalnya, dalam abad modern ini sekalipun banyak keajaiban-keajaiban telah diciptakan dalam bidang ilmu pengetahuan, tetapi masih juga
menatap beberapa karya kebudayaan Mesir
purba dengan rasa takjub. Allah
Swt. berfirman lagi:
وَ لَقَدۡ مَکَّنّٰہُمۡ
فِیۡمَاۤ اِنۡ مَّکَّنّٰکُمۡ فِیۡہِ وَ جَعَلۡنَا لَہُمۡ سَمۡعًا وَّ
اَبۡصَارًا وَّ اَفۡـِٕدَۃً ۫ۖ فَمَاۤ
اَغۡنٰی عَنۡہُمۡ سَمۡعُہُمۡ وَ لَاۤ
اَبۡصَارُہُمۡ وَ لَاۤ اَفۡـِٕدَتُہُمۡ
مِّنۡ شَیۡءٍ اِذۡ کَانُوۡا یَجۡحَدُوۡنَ
ۙ بِاٰیٰتِ اللّٰہِ وَ حَاقَ بِہِمۡ مَّا
کَانُوۡا بِہٖ یَسۡتَہۡزِءُوۡنَ ﴿٪ ﴾ وَ
لَقَدۡ اَہۡلَکۡنَا مَا حَوۡلَکُمۡ مِّنَ الۡقُرٰی وَ صَرَّفۡنَا الۡاٰیٰتِ
لَعَلَّہُمۡ یَرۡجِعُوۡنَ ﴿ ﴾
Dan
sungguh Kami
benar-benar telah memapankan mereka di dalam hal-hal yang Kami tidak memapankan kamu di dalamnya,
dan Kami memberikan kepada mereka pendengaran,
penglihatan, dan hati, tetapi tidak bermanfaat sedikit pun bagi
mereka pendengaran mereka dan penglihatan mereka dan tidak pula hati mereka, ketika mereka membantah Tanda-tanda Allah, dan apa (azab) yang selalu mereka perolok-olokkan mengepung
mereka. Dan sungguh Kami
benar-benar telah membinasakan kota-kota
di sekitar kamu dan Kami
telah menjelaskan Tanda-tanda supaya mereka kembali. (Al-Ahqāf
[46]:27-28).
Kelumpuhan Indera-indera Ruhani
Orang-orang Kafir
'Af-idah (banyak hati) adalah jamak
dari fu'ad, yang sama artinya dengan qalb (hati), kedua-keduanya
berarti hati, otak atau kecerdasan (intelek). Dalam Al-Quran kedua perkataan itu telah dipergunakan dengan
arti yang sama. Pada QS.28:11 kedua kata itu dipergunakan bersama-sama, dan
berarti hati. Hubungan kalimatlah
yang menentukan, pada tempat mana kata tersebut dipakai dalam arti "hati" dan pada tempat mana dalam
arti "otak."
Akan
tetapi beberapa penulis membedakan antara fu'ad dan qalb itu;
yang kedua (qalb) dikatakan mempunyai arti lebih khusus dari yang pertama yaitu
yang disebut ghisya' atau wi'a, atau bagian-tengah atau
bagian-dalam-qalb. Thara fu'adu-hu berarti pikirannya, atau
kecerdasannya, atau keberaniannya melayang (Lexicon Lane).
Jadi, penganugerahan telinga, mata, dan hati kepada kaum-kaum purbakala yang mendustakan dan menentang para rasul Allah
hanya bermanfaat dalam segi kehidupan
duniawi mereka saja, sehingga mereka berhasil memperoleh berbagai kemapanan
dalam hal-hal tertentu, tetapi telinga, mata dan hati mereka itu sama
sekali tidak bermanfaat untuk melihat “Tanda-tanda” Allah yang yang
mendukung kebenaran pendakwaan para rasul Allah yang diutus kepada mereka, dan mereka itulah di akhirat akan dibangkitkan dalam keadaan buta, firman-Nya:
یَوۡمَ نَدۡعُوۡا کُلَّ اُنَاسٍۭ بِاِمَامِہِمۡ ۚ فَمَنۡ
اُوۡتِیَ کِتٰبَہٗ بِیَمِیۡنِہٖ
فَاُولٰٓئِکَ یَقۡرَءُوۡنَ کِتٰبَہُمۡ وَ
لَا یُظۡلَمُوۡنَ فَتِیۡلًا ﴿ ﴾ وَ مَنۡ کَانَ فِیۡ
ہٰذِہٖۤ اَعۡمٰی فَہُوَ فِی
الۡاٰخِرَۃِ اَعۡمٰی وَ اَضَلُّ سَبِیۡلًا ﴿ ﴾
Ingatlah hari itu ketika Kami akan memanggil semua orang beserta
pemimpin mereka, lalu barangsiapa akan diberikan kitabnya di tangan kanannya maka
mereka itu akan membaca kitab mereka
dengan gembira dan mereka tidak akan dizalimi sedikit pun.
Dan barangsiapa buta di dunia ini maka di akhirat pun ia akan buta juga dan bahkan lebih tersesat dari jalan. (Bani
Israil [17]:72-73).
Makna Menerima Kitab Amal dengan
“Tangan Kanan” dan “Tangan
Kiri”
Tangan kanan adalah lambang keberkatan,
sedang tangan kiri lambang hukuman. Pada tubuh manusia yang sebelah
kanan mempunyai semacam keunggulan terhadap yang kiri,
karena otot-otot di sebelah kanan pada umumnya lebih kuat dari yang
sebelah kiri. Diserahkan catatan mengenai
perbuatan seseorang ke tangan kanannya seperti disebutkan dalam
ayat ini mengandung arti bahwa catatan
itu akan membawa keuntungan dan berkat baginya. Lagi pula tangan
kanan menunjukkan kekuatan dan kekuasaan (QS.69:46).
Dipegangnya
catatan mereka di tangan kanan mereka oleh orang-orang beriman mengandung arti
bahwa di masa hidup di dunia, mereka telah berpegang pada ketakwaan dengan kuat dan
kemauan keras, sedang dipegang oleh orang-orang kafir catatan mereka di tangan kiri mengandung arti bahwa mereka tidak berjuang mencapai ketakwaan
dengan kuat, tekun, dan semangat yang diperlukan untuk itu (QS.69:20-38;
QS.84:7-16).
Demikian
pula mereka yang tidak mempergunakan mata
ruhani mereka dengan cara yang wajar
di dunia ini akan tetap luput dari penglihatan ruhani di alam akhirat. Al-Quran menyebut mereka buta,
yaitu yang tidak merenungkan Tanda-tanda Allah serta tidak memperoleh manfaat darinya (QS.3:191-195). Orang-orang seperti itu di alam akhirat pun akan tetap dalam keadaan buta.
Berikut adalah firman
Allah Swt. mengenai “Adam dan istrinya” serta mengenai
orang-orang yang akan dibangkitkan di akhirat
dalam keadaan buta, firman-Nya:
ثُمَّ اجۡتَبٰہُ
رَبُّہٗ فَتَابَ عَلَیۡہِ وَ ہَدٰی ﴿ ﴾ قَالَ اہۡبِطَا
مِنۡہَا جَمِیۡعًۢا بَعۡضُکُمۡ لِبَعۡضٍ عَدُوٌّ ۚ فَاِمَّا یَاۡتِیَنَّکُمۡ
مِّنِّیۡ ہُدًی ۬ۙ فَمَنِ اتَّبَعَ ہُدَایَ فَلَا یَضِلُّ
وَ لَا یَشۡقٰی ﴿ ﴾
وَ مَنۡ اَعۡرَضَ عَنۡ ذِکۡرِیۡ فَاِنَّ لَہٗ مَعِیۡشَۃً ضَنۡکًا وَّ نَحۡشُرُہٗ
یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ اَعۡمٰی ﴿ ﴾
Kemudian Tuhan-nya memilihnya maka Dia menerima taubatnya dan memberi
petunjuk. Dia berfirman: “Pergilah kamu berdua semuanya
dari sini, sebagian kamu musuh bagi
sebagian yang lain. Maka apabila
datang kepadamu petunjuk dari-Ku, lalu barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, maka ia tidak akan sesat, dan tidak
pula ia akan menderita kesusahan. Dan barangsiapa
berpaling dari mengingat Aku maka sesungguhnya
baginya ada kehidupan yang sempit, dan Kami
akan membangkitkannya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta. (Thā
Hā [20]:123-125).
Tuna Makrifat Ilahi
Mengetahui diri mereka dibangkitkan
dalam keadaan buta, mereka melakukan
protes kepada Allah Swt., firman-Nya:
قَالَ رَبِّ لِمَ
حَشَرۡتَنِیۡۤ اَعۡمٰی وَ قَدۡ کُنۡتُ بَصِیۡرًا ﴿ ﴾ قَالَ کَذٰلِکَ اَتَتۡکَ اٰیٰتُنَا فَنَسِیۡتَہَا
ۚ وَکَذٰلِکَ الۡیَوۡمَ تُنۡسٰی ﴿ ﴾ وَ کَذٰلِکَ نَجۡزِیۡ
مَنۡ اَسۡرَفَ وَ لَمۡ یُؤۡمِنۡۢ بِاٰیٰتِ
رَبِّہٖ ؕ وَ لَعَذَابُ الۡاٰخِرَۃِ اَشَدُّ وَ اَبۡقٰی ﴿ ﴾
Ia berkata: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau membangkitkan aku dalam keadaan buta,
padahal sesungguhnya dahulu aku dapat
melihat?” Dia berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu Tanda-tanda Kami,
tetapi engkau melupakannya dan demikian pula engkau dilupakan pada hari ini." Dan demikianlah Kami memberi balasan orang yang melanggar dan ia tidak beriman kepada Tanda-tanda Tuhan-nya, dan niscaya azab akhirat itu lebih keras dan lebih kekal.
(Thā
Hā [20]:126-128).
Sebagai jawaban terhadap keluhan orang kafir mengapa ia dibangkitkan buta padahal dalam kehidupan
sebelumnya ia memiliki penglihatan,
Allah Swt. akan mengatakan bahwa ia telah menjadi buta
ruhani dalam kehidupannya di dunia sebab telah menjalani kehidupan yang
bergelimang dosa, dan karena itu ruhnya
— yang akan berperan sebagai tubuh
untuk ruh lain yang ruhaninya jauh lebih berkembang di
akhirat, maka di hari kemudian ia dilahirkan buta.
Ayat ini dapat pula berarti bahwa karena orang kafir tidak mengembangkan dalam
dirinya Sifat-sifat Ilahi -- yang untuk tujuan itulah Allah Swt.
mengutus para rasul Allah, teruatama Nabi Besar Muhammad saw. -- dan tetap asing dari sifat-sifat itu, maka pada hari
kebangkitan — ketika Sifat-sifat
itu akan dinampakkan dengan segala keagungan dan kemuliaan —
ia sebagai seseorang yang terasing
dari Sifat itu tidak akan mampu mengenalnya dan dengan demikian akan berdiri seperti orang buta yang tidak mempunyai ingatan atau kenangan
sedikit pun kepada Sifat-sifat itu.
Dalam
Kisah Minumental “Adam – Malaikat –Iblis”
Allah Swt. telah berfirman bahwa yang
diberi pengetahuan sempurna mengenai
“Sifat-sifat Allah Swt.” atau “Asmā-Nya” adalah Adam, karena ia telah diangkat oleh Allah Swt. sebagai seorang
“Khalifah Allah” atau Rasul Allah (QS.2:31-35), yang kepada
“Adam” atau “Rasul Allah” itulah Allah Swt. mengajarkan “Asmā-Nya (nama-nama-Nya – QS.3:31-35; QS.72:27-29).
Jadi,
orang-orang yang mendustakan dan menentang para rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan
Allah Swt. kepada Bani (keturunan) Adam (QS.7:35-37) berarti mereka meluputkan diri mereka dari
memperoleh makrifat Ilahi yang diajarkan Allah Swt. secara khusus kepada Adam atau kepada para rasul Allah tersebut, sehingga di alam akhirat ketika Allah Swt.
menampakkan “Wujud-Nya” Yang Maha sempurna,
mereka tidak dapat melihatnya karena mereka dibangkitkan dalam keadaan buta.
Sebenarnya kebutaan
mata di alam akhirat yang dialami
oleh para penentang rasul Allah
tersebut merupakan penampakkan nyata
dari kebutaan ruhani mereka di dunia,
padahal berbagai macam Tanda-tanda
Allah Swt. telah diperlihatkan kepada mereka yang mendukung kebenaran
pendakwaan rasul Allah, namun mereka
tetap tidak mau mengerti serta mencemoohkan semua Tanda-tanda Allah tersebut.
(Bersambung).
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam
Farid
***
“Pajajaran Anyar”, 23 Oktober 2012
Ki Langlang Buana Kusuma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar