Senin, 06 Agustus 2012

"Empat Burung" Nabi Ibrahim a.s.



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


  SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN

Bab 31

"Empat Burung"  Nabi Ibrahim a.s.
                                                                                
Oleh
                                                                                
Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam   akhir Bab 30 sebelumnya telah dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan peniupan “nafiri” (terompet)  adalah mengisyaratkan kepada pengutusan rasul Allah yang dengan perantarannya  “seruan Allah Swt.”  disampaikan kepada umat manusia, firman-Nya:
قَالَ ہٰذَا رَحۡمَۃٌ مِّنۡ رَّبِّیۡ ۚ فَاِذَا جَآءَ وَعۡدُ رَبِّیۡ جَعَلَہٗ  دَکَّآءَ ۚ وَ کَانَ وَعۡدُ رَبِّیۡ  حَقًّا  ﴿ؕ﴾ وَ تَرَکۡنَا بَعۡضَہُمۡ یَوۡمَئِذٍ یَّمُوۡجُ فِیۡ بَعۡضٍ وَّ نُفِخَ فِی الصُّوۡرِ فَجَمَعۡنٰہُمۡ جَمۡعًا ﴿ۙ﴾
Ia, Dzulqarnain, berkata: Ini rahmat dari Tuhan-ku, tetapi apabila telah tiba janji Tuhan-ku, Dia akan me­mecahkannya berkeping-keping, dan  janji Tuhan-ku itu pasti benar. Dan pada hari itu Kami akan mem­biarkan sebagian mereka  menyerang sebagian lain,   dan nafiri akan ditiup, lalu  Kami akan menghimpun mereka itu semuanya.  (Al-Kahf [18]:99-100).

“Rasul Allah” yang Keempat

        Selanjutnya Allah Swt. berfirman berkenaan dengan “perumpamaan sebuah kota” yang kepada penduduknya telah diutus 3 orang rasul Allah:
وَ جَآءَ مِنۡ اَقۡصَا الۡمَدِیۡنَۃِ  رَجُلٌ یَّسۡعٰی قَالَ یٰقَوۡمِ اتَّبِعُوا الۡمُرۡسَلِیۡنَ ﴿ۙ ﴾   اتَّبِعُوۡا مَنۡ لَّا یَسۡـَٔلُکُمۡ اَجۡرًا وَّ ہُمۡ مُّہۡتَدُوۡنَ ﴿ ﴾
Dan datang dari bagian terjauh kota itu seorang laki-laki  dengan berlari-lari,  ia berkata: “Hai kaumku, ikutilah rasul-rasul   itu.    Ikutilah mereka yang tidak meminta upah dari kamu dan mereka yang telah mendapat petunjuk.” (Yā Sīn [33]:21-22).
        Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, kata-kata  “bagian terjauh kota itu” dapat diartikan suatu tempat yang jauh letaknya dari markas Islam, yakni Makkah, karena Rasul Akhir Zaman tersebut tidak muncul di wilayah Arabia sebagaimana 3 orang rasul Allah yang diutus sebelumnya  melainkan dari wilayah Hindustan, yakni di Qadian, yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s., Pendiri Jemaat Ahmadiyah.
      Isyarat yang terkandung dalam kata rajulun (seorang laki-laki) dapat tertuju kepada  Al-Masih Mau’ud a.s., yang telah disebut demikian dalam suatu hadits yang terkenal (Bukhari, Kitab at-Tafsir). Kata-kata yang sama dalam arti dan maksud dengan kata yas’a (berlari-lari)  -- “seorang laki-laki  dengan berlari-lari” -- telah dipakai mengenai   Al-Masih Mau’ud a.s. oleh Nabi Besar Muhammad saw. dalam beberapa sabda beliau saw., yang memberi isyarat kepada sifat yang dimiliki Rasul Akhir Zaman, yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s.,   yang tidak mengenal lelah, cepat bertindak dan tak mengenal jemu dalam usahanya untuk kepentingan Islam, yakni guna mewujudkan keunggulan agama dan umat Islam yang kedua kali di Akhir Zaman ini, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama, walaupun orang musyrik tidak menyukai. (Al-Shaf [61]:10).
     Dengan demikian jumlah rasul Allah yang dikirim kepada “penduduk kota itu” adalah 4 orang, 3 orang rasul Allah berasal dari jazirah Arabia, sedangkan rasul Allah yang keempat datang dari “bagian terjauh dari kota itu”, yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s. yang  lahir di  kampung Qadian, wilayah Hindustan (India).

“4 Ekor Burung” Nabi Ibrahim a.s.

       Jumlah “4 orang rasul Allah” tersebut sesuai dengan  jumlah “4 ekor burung” Nabi Ibrahim a.s., firman-Nya:
 وَ اِذۡ قَالَ اِبۡرٰہٖمُ  رَبِّ اَرِنِیۡ  کَیۡفَ تُحۡیِ الۡمَوۡتٰی ؕ  قَالَ اَوَ لَمۡ تُؤۡمِنۡ ؕ قَالَ بَلٰی وَ لٰکِنۡ لِّیَطۡمَئِنَّ قَلۡبِیۡ ؕ قَالَ فَخُذۡ اَرۡبَعَۃً مِّنَ الطَّیۡرِ فَصُرۡہُنَّ اِلَیۡکَ ثُمَّ اجۡعَلۡ عَلٰی کُلِّ جَبَلٍ مِّنۡہُنَّ جُزۡءًا ثُمَّ ادۡعُہُنَّ یَاۡتِیۡنَکَ سَعۡیًا ؕ وَ اعۡلَمۡ اَنَّ اللّٰہَ عَزِیۡزٌ  حَکِیۡمٌ ﴿﴾٪

Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhan-ku, perlihatkan kepadaku bagaimanakah cara Engkau menghidupkan yang mati?” Dia berfirman: “Apakah engkau tidak percaya?” Ia berkata: “Ya aku percaya, tetapi aku tanyakan supaya hatiku tenteram.”  Dia berfirman: “Jika  demikian, maka ambillah empat ekor burung lalu jinakkanlah  mereka kepada engkau, kemudian letakkanlah setiap burung itu di atas tiap-tiap gunung lalu panggillah mereka, niscaya mereka dengan cepat akan datang kepada engkau, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (Al-Baqarah [2]:261).
       Perbedaan antara iman dan ithminan (hati dalam keadaan tenteram) ialah, dalam keadaan pertama, orang hanya percaya bahwa  Allah Swt.  dapat berbuat sesuatu, sedangkan dalam keadaan kedua (ithminan), orang mendapat kepastian bahwa sesuatu dapat pula berlaku atas dirinya. Nabi Ibrahim a.s.  sungguh beriman bahwa Allah Swt.  dapat menghidupkan yang sudah mati, tetapi apa yang diinginkan beliau ialah kepuasan pribadi untuk mengetahui apakah Allah Swt. akan berbuat demikian untuk keturunan beliau.
     Menunjuk kepada ayat yang ada dalam bahasan, Nabi Besar Muhammad saw.  diriwayatkan telah bersabda: “Kita lebih layak menaruh syak (keraguan) daripada  Ibrahim” (Muslim). Kata syak  berarti keinginan keras yang tersembunyi, menunggu dengan penuh harapan akan sempurnanya keinginan itu, sebab beliau saw.  tidak pernah ragu-ragu mengenai janji atau apa pun perbuatan Allah Swt..   Hal itu menunjukkan bahwa pertanyaan   Nabi Ibrahim a.s. tidak terdorong oleh keraguan, melainkan  oleh kedambaan yang sangat.
      Shurtu al ghushna ilayya berarti  saya mencondongkan dahan itu kepadaku sendiri” (Lexicon Lane). Kata depan ila menentukan arti kata shurhunna dalam artian mencondongkan atau melekatkan dan bukan memotong. Para penafsir umumnya mengartikan kalimat “fashurhunna ilayka  adalah “lalu potong-potonglah burung-burung itu”, yang lebih tepat adalah “jinakkanlah kepada engkau”, sebab hal tersebut berkaitan erat dengan pemanggilan keempat ekor burung dari punjak gunung.

Takwil “Burung” adalah “Keturunan”

      Nampaknya orang yang menafsirkan kalimat “fashurhunna ilayka  dengan arti lalu potong-potonglah burung-burung itu”, tersandera dengan kalimat  menghidupkan yang telah mati”. Padahal kalau  benar bahwa yang dimaksud oleh Nabi Ibrahim a.s. adalah ingin melihat kekuasaan Allah Swt.  menghidupkan orang yang mati secara  jasmani”, maka  mengapa Allah Swt. tidak memerintahkan Nabi Ibrahim a.s. untuk membunuh dan memotong-motong 4 orang manusia, dan bukannya   4 ekor burung yang dipotong-potong, sehingga ketika  orang-orang yang  tubuhnya telah dipotong-potong tersebut  benar-benar hidup lagi   maka hal itu benar-benar akan   mententramkan hati (yakin).
        Kenapa demikian? Sebab jika yang dijadikan  obyek contoh  adalah 4 ekor burung  maka hal itu akan menyisakan keraguan dalam hati Nabi Ibrahim a.s., yakni: “Ya, benar burung-burung itu telah dapat dihidupkan lagi oleh Allah Swt., tetapi jika yang dipotong-potong itu manusia maka apakah Allah Swt. tetap akan dapat menghidupkannya lagi?”
        Tetapi yang jelas bahwa Allah Swt. dalam ayat tersebut telah memerintahkan Nabi Ibrahim a.s. untuk mengambil “4 ekor burung” – bukannya “4 orang manusia” -- karena itu pasti   terdapat hikmah mendalam dengan menjadikan “4 ekor burung” sebagai  bukti kekuasaan Allah Swt. Dalam  takwil mimpi “burung” berarti “keturunan”, jadi “4 ekor burung” Nabi Ibrahim a.s.  mengisyaratkan kepada “empat keturunan” Nabi Ibrahim a.s.,  yang dengan perantaraan mereka  keturunan Nabi Ibrahim a.s.  (Bani Israil dan Bani Ismai’il) akan mengalami masa kebangkitan ruhani dan juga akan memiliki kekuasaan duniawi.
       Juz’ berarti suku, sebagian atau sesuatu. Jadi, bila sesuatu terdiri atas atau meliputi suatu rombongan, kata “bagian” akan berarti tiap-tiap anggotanya. Ini adalah suatu kasyaf (penglihatan ruhani) Nabi  Ibrahim a.s.. Dengan “mengambil 4 ekor burung”,  maknanya ialah keturunan beliau akan bangkit dan jatuh  4 kali, peristiwa itu disaksikan dua kali di tengah-tengah kaum Bani Israil dan terulang lagi dua kali di tengah-tengah para pengikut Nabi Muhammad saw.,   yang merupakan keturunan Nabi Ibrahim a.s.  melalui Nabi Isma’il a.s..
      Ada pun “keempat ekor burung” Nabi Ibrahim a.s. tersebut masing-masing adalah:  (a)  Dari kalangan Bani Israil  (1) Nabi Musa a.s. dan (2) Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.; (b) dari kalangan Bani Isma’il (3) Nabi Muhammad saw. (Misal Nabi Musa a.s. – QS.46:11) dan (4) Mirza Ghulam Ahmad a.s. ( Misal Isa Ibnu Maryam a.s. – QS.43:58).
      Kalau Rasul Akhir Zaman yang ditunggu-tunggu oleh Bani Israil (Yahudi dan Kristen) dan oleh  Banim Ismail (umat Islam) adalah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili, maka jumlah “burung Nabi Ibrahim a.s.” bukan 4  ekor burung melainkan hanya 3 ekor burung, sebab Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili datang dua kali.   Jika kepercayaan  tersebut   benar maka berarti   Allah Swt.  telah berlaku “tidak adil” terhadap Bani Isma’il (umat Islam), Na’udzubillāhi min dzālik.

Empat Kali Kejatuhan Bani Israil dan Bani Isma’il

 Sebagaimana telah dijelaskan dalam Bab-bab sebelumnya sehubungan dengan QS.17:5-8, kekuasaan kaum Yahudi  -- yang adalah keturunan Nabi Ibrahim a.s. melalui Nabi Ishaq a.s. . — hancur dua kali: pertama kali oleh Nebukadnezar dari Babilonia; dan kemudian oleh Titus dari kerajaan Romawi (QS.17:5-8 & Encyclopaedia Brtitannica, pada Jews), dan tiap-tiap kali Allah Swt.   membangkitkan kembali sesudah keruntuhan mereka; kebangkitan kedua kalinya terlaksana oleh Konstantin, Maharaja Roma, yang memeluk agama Kristen yang telah berubah mempertuhankan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s..
       Demikian pula kekuasaan umat  Islam, mula-mula dengan hebat digoncang ketika Bagdad, pusat kekuasaan umat Islam Bani ‘Abbas, jatuh saat menghadapi pasukan-pasukan Mongol dan Tartar  pimpinan Hulaku Khan, tetapi  segera dapat pulih kembali sesudah pukulan yang meremukkan itu.
       Para pemenang berubah menjadi golongan yang kalah dan cucu Hulaku, perebut Bagdad, masuk Islam. Keruntuhan kedua datang kemudian, ketika kemunduran umum dan menyeluruh dialami oleh kaum Muslimin dalam bidang ruhani dan bidang politik. Kebangkitan Islam yang kedua sedang dilaksanakan oleh  Al-Masih Mau’ud a.s. atau Rasul Akhir Zaman atau “seorang laki-laki yang datang berlari-lari dari bagian terjauh kota itu” (QS.36:21) yakni  Mirza Ghulam Ahmad a.s., Pendiri Jemaat Ahmadiyah.
        Dalam ayat-ayat yang lalu dijelaskan bahwa, menurut hukum Ilahi, Allah Swt. . memberikan hidup baru kepada bangsa-bangsa yang layak menerimanya sesudah mereka mati, dan ihwal Bani Israil disebut sebagai contoh. Kemudian dinyatakan dalam ayat ini (QS.2:261) bahwa keturunan Nabi Ibrahim a.s.   akan bangkit empat kali: yakni  Bani Israil dan Bani Isma’il masing-masing akan bangkit dua kali. Setelah mengalami masing-masing  2 kali masa kemunduran dan mendapat hukuman Allah Swt. melalui  serbuan dahsyat “hamba-hamba Allah” yang memiliki kekuatan tempur yang hebat, berikut firman-Nya mengenai puncak kejatuhan Bani Israil yang pertama:
 وَ قَضَیۡنَاۤ  اِلٰی بَنِیۡۤ  اِسۡرَآءِیۡلَ فِی الۡکِتٰبِ لَتُفۡسِدُنَّ فِی الۡاَرۡضِ مَرَّتَیۡنِ  وَ لَتَعۡلُنَّ  عُلُوًّا کَبِیۡرًا ﴿﴾   فَاِذَا جَآءَ وَعۡدُ اُوۡلٰىہُمَا بَعَثۡنَا عَلَیۡکُمۡ  عِبَادًا  لَّنَاۤ   اُولِیۡ  بَاۡسٍ  شَدِیۡدٍ فَجَاسُوۡا خِلٰلَ الدِّیَارِ ؕ وَ کَانَ وَعۡدًا  مَّفۡعُوۡلًا ﴿﴾  
Dan telah Kami tetapkan dengan jelas kepada Bani Israil dalam kitab itu: “Niscaya  kamu akan melakukan kerusakan di muka bumi ini dua kali,  dan niscaya kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang sangat besar.”  Apabila datang saat sempurnanya janji yang pertama dari kedua janji itu,  Kami membangkitkan untuk menghadapi kamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan tempur yang dahsyat, dan mereka menerobos jauh ke dalam rumah-rumah, dan itu merupakan suatu janji yang pasti terlaksana. (Bani Israil [17]:5-6).
        Selanjutna mengenai kejatuhan Bani Israil yang kedua kali – yang juga merupakan peringatan bagi umat Islam (Bani Isma’il --  Allah Swt. berfirman:
اِنۡ اَحۡسَنۡتُمۡ اَحۡسَنۡتُمۡ لِاَنۡفُسِکُمۡ ۟ وَ اِنۡ اَسَاۡتُمۡ فَلَہَا ؕ فَاِذَا جَآءَ وَعۡدُ الۡاٰخِرَۃِ  لِیَسُوۡٓءٗا  وُجُوۡہَکُمۡ وَ لِیَدۡخُلُوا الۡمَسۡجِدَ کَمَا دَخَلُوۡہُ  اَوَّلَ مَرَّۃٍ  وَّ  لِیُتَبِّرُوۡا مَا عَلَوۡا تَتۡبِیۡرًا ﴿۷﴾
Jika kamu berbuat ihsan, kamu berbuat ihsan  bagi diri kamu sendiri, dan jika kamu berbuat buruk  maka itu untuk dirimu sendiri. Lalu bila datang saat sempurnanya janji yang kedua itu Kami membangkitkan lagi hamba-hamba Kami yang lain supaya mereka mendatangkan kesusahan kepada pemimpin-pemimpin kamu   dan supaya mereka memasuki masjid seperti pernah mereka memasukinya pada kali pertama, dan supaya mereka menghancurluluhkan segala yang telah mereka kuasai  (Bani Israil [17]:8).
        Jadi, guna mempersiapkan kaum Muslimin untuk kebangkitan yang dijanjikan, Allah Swt. dalam ayat-ayat  Al-Quran selanjutnya kembali lagi membahas jalan kemajuan nasional dan memerintahkan orang-orang beriman supaya membelanjakan harta sebanyak-banyaknya di jalan Allah (QS.2:262-282).


(Bersambung). 

Rujukan: The Holy Quran
Editor:    Malik Ghulam Farid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar