Senin, 13 Agustus 2012

Tingkat Keruhanian "Maryam binti 'Imran" & Isa Ibnu Maryam a.s.



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


  SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN

Bab 44

 Tingkat Keruhanian  “Maryam binti  Imran” &
“Isa Ibnu Maryam a.s.“ 
 
                                                                                
Oleh
                                                                                
Ki Langlang Buana Kusuma


Dalam  Bab 43   telah dikemukakan   sebagian penjelasan mengenai hakikat (makna) istri Fir’aun sebagai misal  orang-orang yang beriman, firman-Nya: 
 وَ مَرۡیَمَ  ابۡنَتَ عِمۡرٰنَ  الَّتِیۡۤ  اَحۡصَنَتۡ فَرۡجَہَا  فَنَفَخۡنَا فِیۡہِ  مِنۡ  رُّوۡحِنَا وَ صَدَّقَتۡ بِکَلِمٰتِ رَبِّہَا وَ کُتُبِہٖ وَ کَانَتۡ مِنَ  الۡقٰنِتِیۡنَ ﴿٪﴾
Dan juga Maryam putri ‘Imran,  yang telah memelihara kesuciannya, maka Kami meniupkan ke dalamnya Ruh Kami,  dan ia menggenapi firman Tuhan-nya dan Kitab-kitab-Nya, dan ia termasuk orang-orang yang patuh. (Al-Tahrīm [66]:13).
    Firman Allah Swt. tersebut mengisyaratkan  kepada   tingkat ketiga dan tertinggi pada perkembangaan ruh (jiwa) manusia adalah yang disebut nafs muthmainnah (jiwa yang tenteram – QS.98:27-31)  itulah  firman Allah Swt. selanjutnya:
 وَ مَرۡیَمَ  ابۡنَتَ عِمۡرٰنَ  الَّتِیۡۤ  اَحۡصَنَتۡ فَرۡجَہَا  فَنَفَخۡنَا فِیۡہِ  مِنۡ  رُّوۡحِنَا وَ صَدَّقَتۡ بِکَلِمٰتِ رَبِّہَا وَ کُتُبِہٖ وَ کَانَتۡ مِنَ  الۡقٰنِتِیۡنَ ﴿٪﴾
Dan juga Maryam putri ‘Imran,  yang telah memelihara kesuciannya, maka Kami meniupkan ke dalamnya Ruh Kami,  dan ia menggenapi firman Tuhan-nya dan Kitab-kitab-Nya, dan ia termasuk orang-orang yang patuh. (Al-Tahrīm [66]:13).

Tingkat Keruhanian Maryam binti ‘Imran &
Isa Ibnu Maryam a.s.

    Siti Maryam (Martyam binti ‘Imran),  ibunda Nabi Isa a.s. melambangkan hamba-hamba Allah yang bertakwa, yang karena telah menutup segala jalan dosa dan karena telah berdamai dengan Allah Swt. mereka dikaruniai ilham Ilahi; kata pengganti hi dalam fīhi  menunjuk kepada orang-orang beriman yang bernasib baik serupa itu. Atau, kata pengganti itu dapat pula menggantikan kata farj, yang secara harfiah berarti celah atau sela, artinya lubang yang dengan melaluinya dosa dapat masuk.
    Maknanya adalah, bahwa sebagaimana Maryam binti ‘Imran telah menjaga kesucian  jiwanya  sedemikian rupa,  sehingga sebagaimana ke dalam “rahim jasmani” Maryam binti ‘Imran lalu  Allah Swt. “meniupkan ruh-Nya” -- yang mengakibatkan kehamilan dan kemudian melahirkan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tanpa campur-tangan “pembuahan” dari seorang laki-laki” (QS.3:43-48) –  demikian pula kepada orang-orang beriman sejati yang telah mencapai derajat kesucian ruhani seperti  keadaan Maryam binti ‘Imran   pun Allah Swt. akan membuahi “rahim hatinya” dengan “tiupan ruh-Nya” berupa wahyu Ilahi, sehingga pada diri hamba Allah tersebut terjadi peningkatan ruhani dari keadaan tingkatan ruhani Maryam binti ‘Imran menjadi tingkatan ruhani Isa Ibnu Maryam a.s..
     Inilah salah satu hakikat kenapa  Maryam binti ‘Imran dan Isa Ibnu Maryam  a.s. telah dijadikan misal (perumpamaan) bagi perkembangan ruhani yang mungkin dicapai hamba-hamba Allah yang menjaga kesucian jiwanya secara ketat, yakni dari keadaan ruhani Maryam binti ‘Imran meningkat menjadi keadaan ruhani Isa Ibnu Maryam a.s..
    Di Akhir Zaman ini dari antara pengikut sejati Nabi Besar Muhammad saw. yang telah berhasil meraih maqam (martabat) keruhania Isa Ibnu Maryam a.s. tersebut adalah Mirza Ghulam Ahmad a.s., yang atas perintah Allah ditetapkan sebagai misal Isa Ibnu Maryam (QS.43:58) atau sebagai  Al-Masih Mau’ud a.s. atau Rasul Akhir Zaman yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh semua umat beragama.
    Dengan demikian benarlah firman Allah Swt. berikut ini mengenai martabat kenabian yang dapat terjadi di kalangan para pengikut sejati Nabi Besar Muhammad saw., yang sepenuhnya patuh-taat kepada Allah Swt. dan Nabi Besar Muhammad saw. (QS.3:32), firman-Nya:
وَ مَنۡ یُّطِعِ اللّٰہَ وَ الرَّسُوۡلَ فَاُولٰٓئِکَ مَعَ الَّذِیۡنَ اَنۡعَمَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمۡ مِّنَ النَّبِیّٖنَ وَ الصِّدِّیۡقِیۡنَ وَ الشُّہَدَآءِ وَ الصّٰلِحِیۡنَ ۚ وَ حَسُنَ اُولٰٓئِکَ رَفِیۡقًا ﴿ؕ ﴾  ذٰلِکَ الۡفَضۡلُ مِنَ اللّٰہِ ؕ وَ کَفٰی بِاللّٰہِ عَلِیۡمًا ﴿٪ ﴾
Dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul ini maka mereka akan termasuk di antara  orang-orang yang Allah memberi nikmat kepada mereka yakni: nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syahid-syahid, dan orang-orang shalih, dan mereka  itulah sahabat yang sejati.    Itulah karunia dari Allah,  dan cukuplah Allah Yang Maha Mengetahui. (Al-Nisā [4]:70-71).

Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili telah Wafat

        Kata depan ma’a menunjukkan adanya dua orang atau lebih, bersama pada suatu tempat atau pada satu saat, kedudukan, pangkat atau keadaan. Kata itu mengandung arti bantuan, seperti tercantum dalam QS.9:40 (Mufradat Imam Rgib). Kata itu dipergunakan pada beberapa tempat dalam Al-Quran dengan artian fi artinya “di antara”  (QS.3:194; QS.4: 147).
        Ayat ini sangat penting sebab ia menerangkan semua jalur kemajuan ruhani yang terbuka bagi kaum Muslimin. Keempat martabat keruhanian —   nabi-nabi, shiddiq-shiddiq,  syuhada (saksi-saksi) dan para shalih (orang-orang saleh) — kini semuanya dapat dicapai hanya dengan jalan mengikuti Nabi Besar Muhammad saw. (QS.3:32).  
        Hal ini merupakan kehormatan khusus bagi Nabi Besar Muhammad saw.  semata. Tidak ada nabi lain menyamai beliau dalam perolehan nikmat ini. Kesimpulan itu lebih lanjut ditunjang oleh ayat yang membicarakan nabi-nabi secara umum dan mengatakan: “Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan para rasul-Nya, mereka adalah orang-orang shiddiq dan saksi-saksi di sisi Tuhan mereka” (QS.57:20).
Apabila kedua ayat ini  (QS.57:20 dan QS.5:70-71) dibaca bersama-sama maka kedua ayat itu berarti bahwa, kalau para pengikut nabi-nabi lainnya dapat mencapai martabat shiddiq, syahid, dan shalih dan tidak lebih tinggi dari itu, maka pengikut Nabi Besar Muhammad saw.  dapat naik ke martabat nabi juga.
      Kitab “Bahr-ul-Muhit” (jilid III, hlm. 287) menukil Al-Raghib yang mengatakan mengenai QS.5:70-71): “ Allah Swt. telah membagi orang-orang beriman  dalam empat  golongan dalam ayat ini, dan telah menetapkan bagi mereka empat tingkatan, sebagian di antaranya lebih rendah dari yang lain, dan Dia telah mendorong orang-orang beriman sejati agar jangan tertinggal dari keempat tingkatan ini.” Beliau menambahkan keterangan bahwa: “Kenabian itu ada dua macam: umum dan khusus. Kenabian khusus, yakni kenabian yang membawa syariat, sekarang tidak dapat dicapai lagi; tetapi kenabian yang umum masih tetap dapat dicapai.” 
       Oleh karena itu buat apa umat Islam menunggu kedatangan kedua kali Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili  dari langit,  yang telah dibangkitkan (diutus)  dari kalangan Bani Israil dan misi kenabiannya hanya untuk kalangan Bani Israil  dan beliau telah wafat (QS.3:46-57; QS.61:7; QS.5:117-119), sebab  hal tersebut   bertentangan dengan kesaksian Al-Quran tentang misi kenabiannya hanya untuk kalangan Bani Israil dan tentang telah wafatnya beliau, sebagaimana halnya Nabi Besar Muhammad saw. dan seluruh rasul Allah  yang diutus sebelum beliau saw. telah wafat tanpa kecuali (QS. 3:145; QS.21:35-36).

Penyelamatan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. &
Siti Maryam ke Sebuah “Tempat yang Tinggi”

    Demikianlah hakikat dari  firman Allah Swt. mengenai misal-misal yang dikemukakan  dalam firman-Nya sebelum  ini, yakni mengenai “misal orang-orang kafir”, “misal orang-orang beriman” dan, “misal Maryam binti ‘Imran”, firman-Nya:
ضَرَبَ اللّٰہُ  مَثَلًا  لِّلَّذِیۡنَ  کَفَرُوا امۡرَاَتَ  نُوۡحٍ وَّ امۡرَاَتَ  لُوۡطٍ ؕ کَانَتَا تَحۡتَ عَبۡدَیۡنِ مِنۡ عِبَادِنَا صَالِحَیۡنِ فَخَانَتٰہُمَا فَلَمۡ یُغۡنِیَا عَنۡہُمَا مِنَ اللّٰہِ شَیۡئًا وَّ قِیۡلَ ادۡخُلَا  النَّارَ مَعَ الدّٰخِلِیۡنَ ﴿ ﴾  وَ ضَرَبَ اللّٰہُ  مَثَلًا  لِّلَّذِیۡنَ  اٰمَنُوا امۡرَاَتَ  فِرۡعَوۡنَ ۘ اِذۡ  قَالَتۡ رَبِّ ابۡنِ  لِیۡ عِنۡدَکَ  بَیۡتًا فِی الۡجَنَّۃِ  وَ نَجِّنِیۡ  مِنۡ فِرۡعَوۡنَ  وَ عَمَلِہٖ وَ نَجِّنِیۡ  مِنَ الۡقَوۡمِ الظّٰلِمِیۡنَ ﴿ۙ ﴾   وَ مَرۡیَمَ  ابۡنَتَ عِمۡرٰنَ  الَّتِیۡۤ  اَحۡصَنَتۡ فَرۡجَہَا  فَنَفَخۡنَا فِیۡہِ  مِنۡ  رُّوۡحِنَا وَ صَدَّقَتۡ بِکَلِمٰتِ رَبِّہَا وَ کُتُبِہٖ وَ کَانَتۡ مِنَ  الۡقٰنِتِیۡنَ ﴿٪ ﴾
Allah mengemukakan istri Nuh  dan istri Luth sebagai misal bagi orang-orang kafir. Keduanya di bawah dua hamba dari hamba-hamba Kami yang shalih, tetapi keduanya berbuat khianat  kepada kedua suami mereka, maka mereka berdua sedikit pun tidak dapat membela kedua istri mereka itu di hadapan Allah, dan dikatakan kepada mereka: Masuklah kamu berdua ke dalam Api beserta orang-orang yang masuk.”  Dan Allah mengemukakan istri Fir’aun sebagai  misal bagi orang-orang beriman,  ketika ia berkata: “Hai Tuhan, buatkanlah bagiku di sisi Engkau sebuah rumah di surga, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim;  dan juga Maryam putri ‘Imran,  yang telah memelihara kesuciannya, maka Kami meniupkan ke dalamnya Ruh Kami, dan ia menggenapi firman Tuhan-nya dan Kitab-kitab-Nya, dan ia termasuk orang-orang yang patuh. (At-Tahrim [66]:11-13).
       Dari penjelasan mengenai ketiga misal (perumpamaan) tersebut -- kecuali misal istri durhaka  Nabi Nuh a.s. dan istri durhaka Nabi Luth a.s.  sebagai  misal orang-orang kafir – dua misal berikutnya, yakni misal istri Fir’aun dan misal Maryam binti Imran,   merupakan peningkatan ruhani  orang-orang beriman, yang mencapai puncaknya pada tingkatan ruhani Isa Ibnu Maryam a.s., setelah melalui tingkat ruhani Maryam binti Imran.
      Sebelum orang-orang beriman mencapai tingkatan ruhani Maryam binti Imran dan tingkatan ruhani Isa Ibnu Maryam a.s.,   keadaan  ruhani orang-orang beriman masih dalam keadaan belum mencapai keselamatan sepenuhnya karena tingatan ruhani istri Fir’aun merupakan tingkatan nafs Lawwamah (jiwa yang menyesali diri - QS.76:2-3).
       Satu hal yang menakjubkan adalah, ternyata  dari segi jasmani pun Allah Swt. telah menyelamatkan Maryam binti ‘Imran dan putranya, Isa Ibnu Maryam a.s. dari upaya pembunuhan yang dilakukan para pemuka kaum Yahudi melalui penyaliban, firman-Nya:
وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ اُمَّہٗۤ  اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ  اِلٰی رَبۡوَۃٍ  ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿٪﴾
Dan Kami menjadikan  Ibnu Maryam dan ibunya suatu Tanda, dan Kami melindungi keduanya ke suatu dataran yang tinggi yang memiliki   lembah-lembah hijau  dan    sumber-sumber mata air yang  mengalir. (Al-Mu’minun [23]:51).
     Insya Allah  hikmah  yang terkandung dalam firman Allah Swt. tersebut akan dibahas dalam Bab selanjutnya.

(Bersambung). 


Rujukan: The Holy Quran
Editor:    Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar”, 25 Ramadhan 2012
Ki Langlang Buana Kusuma


Tidak ada komentar:

Posting Komentar