بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
SURAH YÂ SÎN
JANTUNG AL-QURAN
Bab 44
Tingkat Keruhanian “Maryam binti
Imran” &
“Isa Ibnu Maryam a.s.“
Oleh
Ki Langlang
Buana Kusuma
Dalam Bab 43
telah dikemukakan sebagian
penjelasan mengenai hakikat (makna) istri Fir’aun
sebagai misal orang-orang yang beriman, firman-Nya:
وَ مَرۡیَمَ
ابۡنَتَ عِمۡرٰنَ الَّتِیۡۤ اَحۡصَنَتۡ فَرۡجَہَا فَنَفَخۡنَا فِیۡہِ مِنۡ
رُّوۡحِنَا وَ صَدَّقَتۡ بِکَلِمٰتِ رَبِّہَا وَ کُتُبِہٖ وَ کَانَتۡ مِنَ الۡقٰنِتِیۡنَ
﴿٪﴾
Dan juga Maryam putri ‘Imran, yang telah memelihara kesuciannya, maka Kami meniupkan ke dalamnya Ruh Kami, dan ia menggenapi
firman Tuhan-nya dan Kitab-kitab-Nya,
dan ia termasuk orang-orang yang patuh.
(Al-Tahrīm
[66]:13).
Firman Allah Swt.
tersebut mengisyaratkan kepada tingkat
ketiga dan tertinggi pada
perkembangaan ruh (jiwa) manusia
adalah yang disebut nafs muthmainnah (jiwa yang tenteram –
QS.98:27-31) itulah firman Allah Swt. selanjutnya:
وَ مَرۡیَمَ
ابۡنَتَ عِمۡرٰنَ الَّتِیۡۤ اَحۡصَنَتۡ فَرۡجَہَا فَنَفَخۡنَا فِیۡہِ مِنۡ
رُّوۡحِنَا وَ صَدَّقَتۡ بِکَلِمٰتِ رَبِّہَا وَ کُتُبِہٖ وَ کَانَتۡ مِنَ الۡقٰنِتِیۡنَ
﴿٪﴾
Dan juga Maryam putri ‘Imran, yang telah memelihara kesuciannya, maka Kami meniupkan ke dalamnya Ruh Kami, dan ia menggenapi
firman Tuhan-nya dan Kitab-kitab-Nya,
dan ia termasuk orang-orang yang patuh.
(Al-Tahrīm
[66]:13).
Tingkat Keruhanian Maryam binti
‘Imran &
Isa Ibnu Maryam a.s.
Siti Maryam (Martyam
binti ‘Imran), ibunda Nabi Isa a.s.
melambangkan hamba-hamba Allah yang bertakwa, yang karena telah menutup segala jalan dosa dan karena telah berdamai
dengan Allah Swt. mereka dikaruniai ilham
Ilahi; kata pengganti hi dalam fīhi menunjuk kepada orang-orang beriman yang bernasib
baik serupa itu. Atau, kata pengganti itu dapat pula menggantikan kata farj,
yang secara harfiah berarti celah
atau sela, artinya lubang yang dengan melaluinya dosa dapat masuk.
Maknanya adalah, bahwa sebagaimana Maryam binti ‘Imran telah menjaga kesucian
jiwanya sedemikian rupa, sehingga sebagaimana ke dalam “rahim jasmani” Maryam binti ‘Imran lalu Allah Swt. “meniupkan ruh-Nya” -- yang mengakibatkan kehamilan dan kemudian melahirkan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tanpa campur-tangan “pembuahan” dari seorang laki-laki” (QS.3:43-48) – demikian pula kepada orang-orang beriman sejati yang telah mencapai derajat kesucian ruhani seperti keadaan Maryam
binti ‘Imran pun Allah Swt. akan membuahi “rahim hatinya” dengan “tiupan ruh-Nya” berupa wahyu Ilahi, sehingga pada diri hamba Allah tersebut terjadi peningkatan ruhani dari keadaan tingkatan ruhani Maryam binti ‘Imran
menjadi tingkatan ruhani Isa Ibnu
Maryam a.s..
Inilah salah satu
hakikat kenapa Maryam binti ‘Imran dan Isa
Ibnu Maryam a.s. telah dijadikan misal (perumpamaan) bagi perkembangan ruhani yang mungkin dicapai
hamba-hamba Allah yang menjaga kesucian jiwanya secara ketat, yakni
dari keadaan ruhani Maryam binti ‘Imran
meningkat menjadi keadaan ruhani Isa Ibnu
Maryam a.s..
Di Akhir Zaman ini dari
antara pengikut sejati Nabi Besar Muhammad saw. yang telah berhasil meraih
maqam (martabat) keruhania Isa Ibnu Maryam a.s. tersebut adalah Mirza
Ghulam Ahmad a.s., yang atas perintah Allah ditetapkan sebagai misal Isa
Ibnu Maryam (QS.43:58) atau sebagai
Al-Masih Mau’ud a.s.
atau Rasul
Akhir Zaman yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh semua umat beragama.
Dengan demikian benarlah
firman Allah Swt. berikut ini mengenai martabat kenabian yang dapat terjadi di kalangan para pengikut sejati Nabi Besar Muhammad saw., yang sepenuhnya patuh-taat kepada Allah Swt. dan Nabi Besar
Muhammad saw. (QS.3:32), firman-Nya:
وَ مَنۡ یُّطِعِ اللّٰہَ وَ الرَّسُوۡلَ فَاُولٰٓئِکَ مَعَ
الَّذِیۡنَ اَنۡعَمَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمۡ مِّنَ النَّبِیّٖنَ وَ الصِّدِّیۡقِیۡنَ
وَ الشُّہَدَآءِ وَ الصّٰلِحِیۡنَ ۚ وَ حَسُنَ اُولٰٓئِکَ رَفِیۡقًا ﴿ؕ ﴾ ذٰلِکَ الۡفَضۡلُ مِنَ اللّٰہِ ؕ
وَ کَفٰی بِاللّٰہِ عَلِیۡمًا ﴿٪ ﴾
Dan
barangsiapa taat kepada Allah dan
Rasul ini maka mereka akan termasuk di antara orang-orang
yang Allah memberi nikmat kepada mereka yakni: nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syahid-syahid, dan orang-orang shalih, dan mereka itulah sahabat
yang sejati. Itulah karunia dari Allah, dan cukuplah Allah Yang Maha Mengetahui. (Al-Nisā [4]:70-71).
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili
telah Wafat
Kata depan ma’a
menunjukkan adanya dua orang atau lebih, bersama
pada suatu tempat atau pada satu saat, kedudukan, pangkat atau keadaan. Kata itu mengandung arti bantuan, seperti tercantum dalam QS.9:40
(Mufradat Imam Rgib). Kata itu dipergunakan pada beberapa tempat dalam
Al-Quran dengan artian fi artinya “di antara” (QS.3:194; QS.4: 147).
Ayat
ini sangat penting sebab ia menerangkan semua jalur kemajuan ruhani yang terbuka bagi kaum Muslimin. Keempat martabat keruhanian — nabi-nabi,
shiddiq-shiddiq, syuhada (saksi-saksi) dan
para shalih (orang-orang saleh) — kini semuanya dapat dicapai hanya dengan
jalan mengikuti Nabi Besar Muhammad
saw. (QS.3:32).
Hal ini
merupakan kehormatan khusus bagi Nabi
Besar Muhammad saw. semata.
Tidak ada nabi lain menyamai beliau dalam perolehan nikmat ini. Kesimpulan itu
lebih lanjut ditunjang oleh ayat yang membicarakan nabi-nabi secara umum dan mengatakan: “Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan para rasul-Nya, mereka
adalah orang-orang shiddiq dan saksi-saksi di sisi Tuhan mereka” (QS.57:20).
Apabila kedua ayat ini (QS.57:20 dan QS.5:70-71) dibaca bersama-sama
maka kedua ayat itu berarti bahwa, kalau para pengikut nabi-nabi lainnya dapat mencapai martabat shiddiq, syahid, dan shalih dan tidak lebih tinggi dari itu,
maka pengikut Nabi Besar Muhammad saw. dapat naik ke martabat nabi juga.
Kitab “Bahr-ul-Muhit”
(jilid III, hlm. 287) menukil Al-Raghib yang mengatakan mengenai QS.5:70-71): “
Allah Swt. telah membagi orang-orang
beriman dalam empat golongan dalam ayat ini, dan telah menetapkan
bagi mereka empat tingkatan, sebagian di antaranya lebih rendah dari yang lain,
dan Dia telah mendorong orang-orang beriman sejati agar jangan tertinggal dari
keempat tingkatan ini.” Beliau menambahkan keterangan bahwa: “Kenabian itu
ada dua macam: umum dan khusus. Kenabian khusus, yakni kenabian yang membawa
syariat, sekarang tidak dapat dicapai lagi; tetapi kenabian yang umum masih
tetap dapat dicapai.”
Oleh
karena itu buat apa umat Islam
menunggu kedatangan kedua kali Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s. Israili dari langit, yang telah dibangkitkan (diutus) dari
kalangan Bani Israil dan misi kenabiannya hanya untuk kalangan Bani
Israil dan beliau telah wafat (QS.3:46-57; QS.61:7;
QS.5:117-119), sebab hal tersebut bertentangan dengan kesaksian Al-Quran tentang misi
kenabiannya hanya untuk kalangan Bani
Israil dan tentang telah wafatnya
beliau, sebagaimana halnya Nabi Besar Muhammad saw. dan seluruh rasul Allah yang diutus sebelum beliau saw. telah wafat tanpa kecuali (QS. 3:145;
QS.21:35-36).
Penyelamatan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. &
Siti Maryam ke Sebuah “Tempat yang Tinggi”
Demikianlah hakikat dari firman Allah Swt. mengenai misal-misal yang dikemukakan dalam firman-Nya sebelum ini, yakni mengenai “misal orang-orang kafir”, “misal
orang-orang beriman” dan, “misal Maryam
binti ‘Imran”, firman-Nya:
ضَرَبَ اللّٰہُ مَثَلًا
لِّلَّذِیۡنَ کَفَرُوا
امۡرَاَتَ نُوۡحٍ وَّ امۡرَاَتَ لُوۡطٍ ؕ کَانَتَا تَحۡتَ عَبۡدَیۡنِ مِنۡ
عِبَادِنَا صَالِحَیۡنِ فَخَانَتٰہُمَا فَلَمۡ یُغۡنِیَا عَنۡہُمَا مِنَ اللّٰہِ
شَیۡئًا وَّ قِیۡلَ ادۡخُلَا النَّارَ
مَعَ الدّٰخِلِیۡنَ ﴿ ﴾ وَ ضَرَبَ اللّٰہُ
مَثَلًا لِّلَّذِیۡنَ اٰمَنُوا امۡرَاَتَ فِرۡعَوۡنَ ۘ اِذۡ قَالَتۡ رَبِّ ابۡنِ لِیۡ عِنۡدَکَ
بَیۡتًا فِی الۡجَنَّۃِ وَ
نَجِّنِیۡ مِنۡ فِرۡعَوۡنَ وَ عَمَلِہٖ وَ نَجِّنِیۡ مِنَ الۡقَوۡمِ الظّٰلِمِیۡنَ ﴿ۙ ﴾ وَ مَرۡیَمَ
ابۡنَتَ عِمۡرٰنَ الَّتِیۡۤ اَحۡصَنَتۡ فَرۡجَہَا فَنَفَخۡنَا فِیۡہِ مِنۡ
رُّوۡحِنَا وَ صَدَّقَتۡ بِکَلِمٰتِ رَبِّہَا وَ کُتُبِہٖ وَ کَانَتۡ مِنَ
الۡقٰنِتِیۡنَ ﴿٪ ﴾
Allah
mengemukakan istri Nuh dan istri
Luth sebagai misal bagi orang-orang kafir. Keduanya di bawah dua hamba dari hamba-hamba Kami yang shalih,
tetapi keduanya berbuat khianat kepada kedua suami mereka, maka
mereka berdua sedikit pun tidak dapat
membela kedua istri mereka itu di hadapan
Allah, dan dikatakan kepada mereka: “Masuklah kamu berdua ke dalam Api beserta orang-orang yang masuk.” Dan Allah mengemukakan istri Fir’aun sebagai misal bagi orang-orang beriman, ketika ia berkata: “Hai Tuhan, buatkanlah bagiku di sisi Engkau sebuah rumah di surga,
dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan
perbuatannya, dan selamatkanlah aku
dari kaum yang zalim; dan juga Maryam putri ‘Imran, yang telah memelihara kesuciannya, maka Kami
meniupkan ke dalamnya Ruh Kami, dan ia menggenapi firman Tuhan-nya dan Kitab-kitab-Nya, dan ia termasuk orang-orang yang patuh. (At-Tahrim [66]:11-13).
Dari penjelasan mengenai ketiga misal (perumpamaan) tersebut -- kecuali misal istri durhaka Nabi Nuh a.s.
dan istri durhaka Nabi Luth a.s. sebagai misal
orang-orang kafir – dua misal
berikutnya, yakni misal istri Fir’aun
dan misal Maryam binti Imran, merupakan peningkatan ruhani
orang-orang beriman, yang mencapai puncaknya pada tingkatan ruhani Isa Ibnu Maryam a.s., setelah melalui tingkat ruhani Maryam binti Imran.
Sebelum orang-orang beriman mencapai tingkatan ruhani Maryam binti Imran dan tingkatan ruhani Isa Ibnu Maryam
a.s., keadaan ruhani orang-orang
beriman masih dalam keadaan belum mencapai keselamatan sepenuhnya karena tingatan ruhani istri Fir’aun merupakan
tingkatan nafs Lawwamah (jiwa yang
menyesali diri - QS.76:2-3).
Satu hal yang menakjubkan adalah,
ternyata dari segi jasmani pun Allah Swt. telah menyelamatkan Maryam binti ‘Imran dan putranya, Isa Ibnu Maryam a.s. dari upaya pembunuhan
yang dilakukan para pemuka kaum Yahudi
melalui penyaliban, firman-Nya:
وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ اُمَّہٗۤ اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ اِلٰی رَبۡوَۃٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿٪﴾
Dan Kami menjadikan Ibnu
Maryam dan ibunya suatu Tanda,
dan Kami melindungi keduanya ke suatu
dataran yang tinggi yang memiliki lembah-lembah hijau dan sumber-sumber mata air yang mengalir. (Al-Mu’minun
[23]:51).
Insya Allah hikmah yang terkandung dalam firman Allah Swt.
tersebut akan dibahas dalam Bab selanjutnya.
(Bersambung).
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
“Pajajaran
Anyar”, 25 Ramadhan 2012
Ki Langlang Buana Kusuma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar