بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
SURAH YÂ SÎN
JANTUNG AL-QURAN
Bab 54
Maryam binti 'Imran Melahirkan Isa Ibnu Maryam a.s.
pada Bulan Agustus - September
Oleh
Ki Langlang
Buana Kusuma
Dalam akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan tentang
alasan bahwa sebagaimana di kalangan Bani Israil, kelahiran
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tanpa ayah
seorang laki-laki dari kalangan Bani Israil sebagai As-Sā’ah
(Tanda Saat) berakhirnya silsilah
kenabian di kalangan Bani Israil,
karena selanjutnya rasul Allah -- yakni Nabi
yang seperti Musa (Ulangan 18-18-19; QS.46:11) -- yang dijanjikan kepada mereka sama sekali tidak memiliki hubungan
darah langsung dengan Bani
Israil, karena ia dibangkitkan dari kalangan
Bani Isma’il, yakni “Ia yang datang
dalam nama Tuhan” (Matius 23:30) atau “Roh Kebenaran” (Yohanes 16:12-13) atau Periclutos (Penghibur) atau “Emeth/Ahmad” (QS.61:7).
Demikian pula – sesuai dengan perjanjian Allah Swt. dengan Nabi
Ibrahim a.s. -- peristiwa yang sama
terjadi juga di kalangan Bani Isma’il
(bangsa Arab), itulah sebabnya Nabi Besar Muhammad saw. telah menyebut Rasul Akhir Zaman yang kedatangannya
ditunggu-tunggu oleh semua umat beragama (QS.61:10) dengan sebutan Al-Masih Ibnu Maryam a.s., yakni misal Isa Ibnu Maryam a.s., firman-Nya:
وَ لَمَّا ضُرِبَ ابۡنُ مَرۡیَمَ مَثَلًا اِذَا قَوۡمُکَ مِنۡہُ یَصِدُّوۡنَ ﴿ ﴾ وَ قَالُوۡۤاءَ اٰلِہَتُنَا
خَیۡرٌ اَمۡ ہُوَ ؕ مَا ضَرَبُوۡہُ
لَکَ اِلَّا جَدَلًا ؕ بَلۡ ہُمۡ
قَوۡمٌ خَصِمُوۡنَ ﴿ ﴾ اِنۡ ہُوَ اِلَّا عَبۡدٌ اَنۡعَمۡنَا عَلَیۡہِ وَ
جَعَلۡنٰہُ مَثَلًا لِّبَنِیۡۤ
اِسۡرَآءِیۡلَ ﴿ؕ ﴾
Dan
apabila Ibnu Maryam dikemukakan sebagai
misal tiba-tiba kaum engkau
meneriakkan penentangan terhadapnya, dan
mereka berkata: "Apakah tuhan-tuhan
kami lebih baik ataukah dia?" Mereka tidak menyebutkan hal itu kepada engkau
melainkan perbantahan semata. Bahkan
mereka adalah kaum yang biasa berbantah.
Ia tidak lain melainkan seorang hamba yang telah Kami anugerahi nikmat kepadanya, dan Kami menjadikan dia suatu perumpamaan bagi Bani Israil. (Al-Zukhruf [43]:58-60).
Shadda (yashuddu) berarti:
ia menghalangi dia dari sesuatu, dan shadda (yashiddu) berarti: ia
mengajukan sanggahan (protes) (Aqrab-ul-Mawarid).
Kedatangan Al-Masih a.s. adalah tanda bahwa orang-orang
Yahudi akan dihinakan dan direndahkan serta akan kehilangan kenabian untuk
selama-lamanya. Karena matsal berarti sesuatu yang semacam dengan atau sejenis
dengan yang lain (QS.6:39.
Ayat ini, di samping arti yang diberikan dalam ayat ini, dapat pula
berarti bahwa bila kaum Nabi Besar
Muhammad saw. — yaitu kaum Muslimin — diberitahu bahwa orang lain seperti dan merupakan sesama (misal) Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
– yakni Al-Masih Mau’ud a.s. -- akan dibangkitkan di antara mereka untuk
memperbaharui mereka dan
mengembalikan kejayaan ruhani mereka
yang telah hilang, maka bukannya bergembira atas kabar gembira itu malah mereka berteriak mengajukan protes. Jadi, ayat ini dapat dianggap mengisyaratkan kepada
kedatangan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. untuk kedua kalinya.
Dengan
demikian ayat Khātaman Nabiyyīn
sangat erat kaitannya dengan masalah tersebut, bahwa sebagaimana halnya tidak ada seorang laki-laki Bani Israil (Yahudi)
pun sebagai ayah dari Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., demikian pula
halnya Nabi Besar Muhammad saw. pun bukan
bapak (ayah) salah seorang
laki-laki mana pun dari kalangan Bani
Isma’il (bangsa Arab), karena semua
putra beliau saw. telah wafat
pada waktu masih kecil, firman-Nya:
مَا کَانَ مُحَمَّدٌ اَبَاۤ اَحَدٍ مِّنۡ رِّجَالِکُمۡ وَ لٰکِنۡ رَّسُوۡلَ
اللّٰہِ وَ خَاتَمَ النَّبِیّٖنَ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ
بِکُلِّ شَیۡءٍ عَلِیۡمًا ﴿٪﴾
Muhammad bukanlah bapak salah
seorang laki-laki di antara laki kamu, akan tetapi ia adalah Rasul Allah dan Khātaman-nabiyyīn, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Al-Ahzab
[33]:41).
“Peniupan Ruh” Allah Swt.
Dalam beberapa Bab sebelumnya telah
dijelaskan mengenai terjadinya “kelahiran ruhani” dari tingkat ruhani Maryam binti ‘Imran kepada tingkat ruhani Isa Ibnu Maryam a.s.
(QS.66:13) melalui “peniupan ruh” Allah Swt., yakni sebagaimana halnya yang terjadi dengan
“kehamilan” Maryam binti ‘Imran walau
pun beliau belum menikah atau berhubungan badan dengan salah saorang
laki-laki mana pun (QS.3:46:52) yakni melalui proses “kun fayakun.”
Peristiwa hamilnya gadis Maryam binti
‘Imran yang luar biasa tersebut telah
membuat gempar para pemuka agama
Yahudi, sehingga timbullah berbagai fitnah
terhadap Maryam binti ‘Imran sebagai zaniah
(perempuan pezina – QS. 4:157). Berikut firman-Nya mengenai hal tersebut:
وَ اذۡکُرۡ فِی
الۡکِتٰبِ مَرۡیَمَ ۘ اِذِ انۡتَبَذَتۡ مِنۡ اَہۡلِہَا مَکَانًا شَرۡقِیًّا ﴿ۙ﴾
Dan ceriterakanlah di dalam Kitab
itu mengenai Maryam, ketika ia mengasingkan diri dari keluarganya ke suatu
tempat di sebelah timur. (Maryam [19]:17)
Kiranya
tepat benar dan pada tempatnya mengemukakan beberapa kenyataan mengenai Maryam binti ‘Imran dalam Al-Quran dan Perjanjian
Baru, sebagai pendahuluan bagi uraian yang agak terinci mengenai kelahiran
Isa Al-Masih a.s tanpa ayah seperti dikemukakan dalam
beberapa ayat berikut ini.
Kitab Perjanjian Baru praktis tidak memberi
penjelasan apa pun mengenai kehidupan Maryam
binti ‘Imran sebelum beliau hamil.
Injil-Injil Matius dan Lukas memberi gambaran-gambaran yang
sangat singkat, lagi sebentar-sebentar menyimpang dan pokok mengenai
keadaan-keadaan Maryam binti ‘Imran sebelum terjadi peristiwa penting tersebut,
sedangkan Injil Markus dan Injil Yahya sama sekali bungkam mengenai itu.
Menurut Injil
Matius ketika Maryam
binti ‘Imran hendak dinikahkan dengan
Yusuf, pada waktu itu beliau telah mengandung.
Yusuf berniat secara diam-diam melepaskan beliau tetapi dicegah oleh malaikat yang berkata kepadanya dalam mimpi agar jangan mengambil tindakan
terlampau jauh itu: "Hai Yusuf anak
Daud, janganlah engkau kuatir menerima Maryam itu menjadi istrimu, karena
kandungannya itu terbit dari Ruhulqudus” (Matius
1:1920).
Tetapi Al-Quran menguraikan dengan cara yang
jauh lebih terinci mengenai keluarga Maryam dengan mengemukakan keadaan-keadaan
yang bertalian dengan kelahirannya, nazar ibunya, diwakafkannya beliau untuk
mengkhidmati rumah ibadah, dan pada
akhirnya mengenai beliau mengandung Nabi Isa ibnu Maryam a.s. (QS.3:36-37, 48).
Surah
ini memberi uraian yang lebih terinci lagi mengenai Maryam binti ‘Imran ketika beliau mengandung Nabi Isa ibnu Maryam a.s. dan mengenai apa yang menimpa diri beliau dan puteranya setelah
dilahirkan dan setelah Nabi Isa ibnu Maryam a.s. mendapat tugas sebagai rasul Allah, dengan demikian mengemukakan segala hal
terinci mengenai Maryam binti ‘Imran
yang ada sangkut-pautnya dengan masalah penting berkenaan dengan masalah kenabian
yang tidak lama lagi akan dipindahkan
dari keturunan Ishaq kepada keturunan
Isma’il, hal ini merupakan masalah
terpokok dalam Surah Maryam ini.
Dalam ayat ini telah disinggung secara khusus
mengenai "suatu tempat di sebelah
Timur" nampaknya untuk mengisyaratkan kepada adat kebiasaan kaum
Yahudi semenjak dahulu kala untuk mengeramatkan arti Timur. Baik orang-orang Yahudi maupun orang-orang Kristen,
kedua-duanya memandang Timur itu
dengan penghormatan yang khas. Mereka mendirikan tempat-tempat ibadah mereka
menghadap jurusan Timur.
فَاتَّخَذَتۡ
مِنۡ دُوۡنِہِمۡ حِجَابًا ۪۟
فَاَرۡسَلۡنَاۤ اِلَیۡہَا رُوۡحَنَا فَتَمَثَّلَ لَہَا بَشَرًا
سَوِیًّا ﴿﴾ قَالَتۡ اِنِّیۡۤ اَعُوۡذُ
بِالرَّحۡمٰنِ مِنۡکَ اِنۡ کُنۡتَ تَقِیًّا ﴿۱﴾
قَالَ اِنَّمَاۤ
اَنَا رَسُوۡلُ رَبِّکِ ٭ۖ لِاَہَبَ لَکِ غُلٰمًا زَکِیًّا ﴿﴾ قَالَتۡ اَنّٰی
یَکُوۡنُ لِیۡ غُلٰمٌ وَّ لَمۡ یَمۡسَسۡنِیۡ
بَشَرٌ وَّ لَمۡ
اَکُ بَغِیًّا ﴿﴾
Maka ia membuat di antara mereka tabir lalu Kami mengutus kepadanya malaikat
Kami, lalu ia menampak kepadanya berupa manusia sempurna. Maryam berkata: "Sesungguhnya aku
berlindung kepada Yang Maha
Pemurah dari engkau, jika engkau bertakwa.
Ia, malaikat, menjawab:
"Sesungguhnya aku seorang utusan Tuhan engkau supaya aku memberi kabar gembira kepada
engkau mengenai seorang anak laki-laki suci.” Ia, Maryam, berkata: ”Bagaimanakah akan menjadikan
seorang anak laki-laki bagiku, padahal tidak pernah ada seorang manusia yang menyentuhku, dan aku tidak berzina (Maryam [19]:18-21).
Peristiwa Ruhani (Kasyaf)
Seperti jelas dari ayat yang mendahuluinya apa
yang dilihat Maryam binti ‘Imran hanyalah sebuah kasyaf, dan pada umumnya
bila seseorang melihat sesuatu yang tidak disukainya dalam keadaan bangun maka tidak disukainya pula hal itu bila
dilihatnya dalam kasyaf. Ketika Siti
Maryam melihat malaikat itu sedang berdiri di hadapannya berupa seorang laki-laki, maka sebagai seorang perempuan shalih sangat wajar beliau terperanjat
dan menjadi bingung seperti pula beliau akan terperanjat dan menjadi bingung
seandainya dalam keadaan bangun melihat seorang laki-laki di dekat beliau,
karena itu sudah sewajarnya kalau beliau mohon perlindungan Ilahi terhadap orang itu.
Kata "utusan" menunjukkan bahwa
malaikat itu hanya pengemban amanat Tuhan, dan bahwa beliau tidak datang untuk
memberi Siti Maryam seorang anak melainkan hanya membawa kabar gembira mengenai
kelahiran seorang anak. Siapa yang tidak mengetahui bahwa Allah-lah yang
mengaruniakan anak dan bukan malaikat? Tugas seorang malaikat hanya terbatas
pada penyampaian kehendak dan keputusan
Tuhan saja.
Dalam
keadaan pertama, keheranan beliau itu timbul dari rasa sangat senang atas
karunia besar yang Allah Swt. akan anugerahkan kepada beliau. Dan
dalam keadaan kedua, keheranan itu menunjukkan cetusan rasa kebingungan beliau,
dan menggambarkan ketakutan yang menguasai jiwa beliau pada saat itu. Sedang
kata-kata “padahal tidak pernah ada
seorang manusia yang menyentuhku”
menunjukkan, bahwa beliau akan memperoleh seorang anak tanpa menaiki jenjang
pernikahan yang resmi, jika tidak demikian, sangkalan bahwa beliau tidak pernah
mengenal seorang laki-laki dalam keadaan sebagai suami beliau tidak ada
artinya, dan kata-kata “dan aku tidak
berzina” mengisyaratkan kepada sangkalan adanya beliau mengenal seorang laki-laki
di luar pernikahan.
Dalam
jawabannya kepada malaikat rupanya beliau memikirkan sumpah beliau akan tetap mendara,
yang meniadakan segala kemungkinan memperoleh keturunan. Seandainya beliau mengira bahwa janji yang diberikan dalam ayat terdahulu menunjuk
kepada kelahiran seorang anak sebagai hasil
hubungan suami-istri pada suatu waktu yang akan datang — seperti dianggap
oleh beberapa ahli tafsir Al-Quran — kemudian tidak ada alasan bagi beliau
untuk menyatakan keheranan apa pun.
Ungkapan
“supaya Kami menjadikan dia suatu
Tanda bagi manusia” berarti
kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tanpa
ayah yang sungguh merupakan suatu
Tanda besar bagi Bani Israil, hal itu mengisyaratkan bakal terjadi perpindahan kenabian dari
keturunan Israil kepada keturunan Isma’il, dan merupakan peringatan kepada Bani Israil bahwa ruhani
mereka telah begitu rusak serta akhlak
mereka telah begitu mundur, sehingga tidak ada
seorang laki-laki di antara mereka yang
layak menjadi ayah seorang nabi Allah. Dalam artian ini pula Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s. telah
disebut sebagai "suatu Tanda bagi
Saat" dalam Al-Quran (QS.43:62), ialah Tanda mengenai saat ketika kenabian harus dipindahkan dari Bani Israil kepada Bani
Isma’il.
Ungkapan
“perkara yang telah diputuskan”
berarti bahwa Allah Swt. telah
menakdirkan seorang anak tanpa ayah
akan dilahirkan Maryam bintyi ‘Imran, dan keputusan ini tidak dapat dicabut kembali. Al-Quran telah
mempergunakan dua buah perkataan yaitu qadar dan qadha, untuk
menyatakan pengertian keputusan Allah itu. Kata yang pertama
berarti merencanakan atau menentukan,
sedang kata yang disebut terakhir berarti memutuskan.
Bila suatu pola atau rencana hanya dipikirkan untuk dilaksanakan maka rencana itu disebut qadar, dan
bila telah diputuskan oleh Allah bahwa rencana itu harus dilaksanakan, rencana
itu disebut qadha. Kelahiran Isa Ibnu Maryam a.s. tanpa
ayah merupakan qadha
(keputusan) Allah Swt..
Kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Tanpa Ayah
Sebagai Tanda bagi
Manusia
Sebagaimana halnya dalam dunia ruhani Allah Swt. telah
menetapkan Maryam binti ‘Imran dan Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. merupakan dua tingkatan ruhani melalui proses “peniupan ruh” dari Allah atau “kun fayakun” (jadilah maka terjadilah),
demikian pula halnya proses hamilnya Maryam binti ‘Imran pun melalui
proses yang sama, sehingga sangat rawan
menimbulkan fitnah. Selanjutnya Allah
Swt. berfirman:
قَالَ کَذٰلِکِ ۚ قَالَ رَبُّکِ ہُوَ عَلَیَّ ہَیِّنٌ ۚ وَ لِنَجۡعَلَہٗۤ
اٰیَۃً لِّلنَّاسِ وَ
رَحۡمَۃً مِّنَّا ۚ وَ کَانَ اَمۡرًا مَّقۡضِیًّا ﴿﴾ فَحَمَلَتۡہُ
فَانۡتَبَذَتۡ بِہٖ مَکَانًا قَصِیًّا ﴿﴾
Ia, malaikat, berkata:
"Demikianlah. Tuhan engkau berfirman: "Itu mudah bagi-Ku, dan supaya Kami
menjadikan dia suatu Tanda bagi ma-nusia serta suatu rahmat dari Kami, dan hal itu adalah perkara yang telah diputuskan.” Maka Maryam mengandungnya, lalu ia mengasingkan diri bersamanya ke suatu
tempat yang jauh. (Maryam [19]:22-23).
Betapa Maryam binti “imran bisa mengandung Nabi Isa ibnu Maryam a.s. tanpa adanya hubungan dengan suami,
merupakan salah satu dari rahasia-rahasia
Ilahi yang pada masa ini dapat dianggap ada di luar jangkauan kemampuan akal manusia untuk
menyelaminya. Hal ini dapat dipandang sebagai di atas hukum alam yang lazim kita kenal. Tetapi ilmu manusia bagaimana pun tingginya tetap terbatas. Ia tidak mampu memahami semua
rahasia Ilahi.
Di alam raya terdapat rahasia-rahasia yang
sampai kini manusia belum berhasil memecahkannya, boleh jadi selama-lamanya ia
tidak akan dapat memecahkannya. Di antaranya
adalah kelahiran Nabi Isa ibnu Maryam a.s. tanpa ayah. Cara bekerja Allah Swt. tidak dapat diteliti, dan kekuasaan-Nya
tidak terbatas. Dia yang dapat menciptakan seluruh alam dengan kata kun
(jadilah), pasti dapat mendatangkan perubahan-perubahan
demikian dalam suatu benda, sehingga rahasia
yang nampaknya tidak terpecahkan itu akhirnya dapat dipecahkan juga.
Lagi pula ilmu kedokteran tidak mutlak
menolak kemungkinan, — dilihat melulu dari segi biologi dan dalam
keadaan-keadaan tertentu — adanya gejala alami Parthenogenesis (pembuahan sepihak), atau kelahiran seorang anak
dari seorang perempuan tanpa adanya
hubungan dengan seorang pria.
Ahli-ahli kedokteran menarik perhatian
kepada kemungkinan ini, sebagai akibat dari jenis tumor-tumor tertentu yang
kadangkala terdapat pada pinggul atau bagian bawah perempuan. Tumor-tumor yang
dikenal sebagai “arrhenoblastoma" ini mempunyai kesanggupan
menjadikan sel-sel sperma jantan. Bila
sel-sel sperma-jantan yang hidup diproduksi dalam badan perempuan oleh “arrhenoblastoma” maka kemungkinan pembuahan pada diri seorang perempuan tanpa perantaraan laki-laki tidak dapat ditolak, yaitu bahwa badannya sendiri akan
mendatangkan akibat yang sama seperti seolah-olah sel-sel sperma dari badan laki-laki dipindahkan kepada badannya
dengan jalan biasa, atau dengan pertolongan seorang dokter.
Baru-baru
ini sekelompok ahli penyakit kandungan di Eropa telah menerbitkan data untuk
membuktikan kejadian-kejadian ibu-ibu melahirkan bayi tanpa adanya hubungan
dengan orang laki-laki (Lancet). Barangkali kelahiran Nabi Isa ibnu Maryam a.s. tidak merupakan kejadian unik sama
sekali dalam hal beliau dilahirkan tanpa perantaraan seorang ayah.
Kejadian-kejadian telah tercatat adanya anak-anak Yang lahir tanpa adanya
unsur ayah (Encyclopaedia Britannica, pada kata
"Virgin Birth" dan "Anomalies and Curiosities of Medicine",
diterbitkan oleh W. Sanders & Co., London).
Jika kita menolak semua kemungkinan ini maka
kelahiran Nabi Isa ibnu Maryam a.s. harus dianggap, na’ūdzubillāh,
tidak sah. Orang-orang Kristen maupun orang-orang Yahudi sama-sama sepakat
bahwa kelahiran Nabi Isa ibnu Maryam a.s. adalah sesuatu di luar kebiasaan — orang-orang Kristen
menganggapnya supernatural
(kesaktian), sedang orang-orang Yahudi menganggapnya kelahiran zadah (Jewish Encyclopaedia).
Bahkan di dalam catatan
keluarga pun kelahiran Nabi Isa ibnu
Maryam a.s. dicatat sebagai kelahiran zadah (Talmud).
Kenyataan ini saja merupakan bukti yang kuat mengenai kelahiran luar biasa Nabi Isa ibnu Maryam a.s.. Menurut Injil,
Yusuf, suami Siti Maryam, tidak pernah hidup sebagai suami-istri dengan beliau
sebelum Nabi Isa ibu Maryam a.s. lahir (Matius 1:25). Maka kata "Maryam mengandungnya"
mengisyaratkan kehamilan Maryam binti ‘Imran dengan cara yang luar biasa tanpa adanya hubungan dengan seorang laki-laki.
(Bersambung).
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
“Pajajaran
Anyar”, 28 Agustus 2012
Ki
Langlang Buana Kusuma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar