بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
SURAH YÂ SÎN
JANTUNG AL-QURAN
Bab 51
Mimpi Maryam binti Imran Bertemu Malaikat
Oleh
Ki Langlang
Buana Kusuma
Dalam akhir Bab sebelumnya
telah dikemukakan rasa heran Nabi Zakaria a.s. mengenai kabar
dari malaikat bahwa beliau akan
mempunyai anak laki-laki, padahal istrinya dalam keadaan mandul, firman-Nya:
قَالَ رَبِّ اَنّٰی یَکُوۡنُ لِیۡ غُلٰمٌ وَّ قَدۡ بَلَغَنِیَ الۡکِبَرُ وَ امۡرَاَتِیۡ
عَاقِرٌ ؕ قَالَ کَذٰلِکَ اللّٰہُ یَفۡعَلُ مَا یَشَآءُ ﴿﴾
Ia, Zakaria, berkata:
”Ya Tuhan-ku, bagaimanakah aku akan mendapat anak laki-laki, sedangkan masa tua telah menjelangku dan lagi pula istriku mandul?” Dia berfirman: “Demikianlah kekuasaan Allah, Dia
berbuat apa yang Dia kehendaki.”
(Ali
‘Imran [3]:41).
Mendengar jawaban Allah Swt. yang sangat
meyakinkan “Demikianlah kekuasaan
Allah, Dia berbuat apa yang Dia kehendaki” pernyataan Allah Swt. tersebut menambah
semangat Nabi Zakaria a.s., firman-Nya:
قَالَ رَبِّ اجۡعَلۡ لِّیۡۤ اٰیَۃً ؕ قَالَ اٰیَتُکَ اَلَّا تُکَلِّمَ النَّاسَ ثَلٰثَۃَ
اَیَّامٍ اِلَّا رَمۡزًا ؕ وَ اذۡکُرۡ
رَّبَّکَ کَثِیۡرًا وَّ سَبِّحۡ بِالۡعَشِیِّ وَ الۡاِبۡکَارِ ﴿٪﴾
Ia
berkata: “Ya Tuhan-ku, berikanlah
kepadaku suatu Tanda.” Dia
berfirman: “Tanda bagi engkau yaitu
engkau tidak boleh berbicara dengan
manusia selama tiga hari kecuali dengan isyarat, dan ingatlah Tuhan engkau sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi
hari.” (Ali ‘Imran [3]:42).
Nabi Zakaria a.s. harus
pantang berbicara selama tiga hari,
dan kemudian janji itu baru akan
dipenuhi. Beliau tidak kehilangan kemampuan
bicara yakni menjadi bisu, seperti nampaknya dikatakan Bible, sebagai hukuman karena tidak percaya
kepada perkataan Allah Swt. (Lukas 1:20-22).
Perintah supaya membisu dimaksudkan agar memberikan kesempatan baik kepada Nabi Zakaria
a.s. untuk menggunakan waktu
beliau dengan bertafakur dan berdoa — suatu syarat yang istimewa sekali, berfaedah untuk menarik rahmat dan berkat Ilahi.
Pantang bercakap-cakap juga ternyata
sangat berfaedh dalam keadaan tertentu untuk membuat seseorang memulihkan
kembali daya hayati dan kekuatan jasmani yang telah hilang.
Kebiasaan itu agaknya lazim terdapat di tengah kaum Yahudi di zaman itu.
Cara Berdoa yang Maqbul
(Diterima)
Berikut adalah firman Allah Swt.
tentang Nabi Zakaria a.s., bahwa keinginan beliau untuk mempunyai seorang anak
laki-laki telah lama beliau kemukakan kepada Allah Swt., ada pun jawaban tentang “rizqan” (QS.3:38-39) hanyalah sekedar
menambah semangat beliau dalam memanjatkan doanya, firman-Nya:
ذِکۡرُ رَحۡمَتِ رَبِّکَ عَبۡدَہٗ زَکَرِیَّا ۖ﴿ۚ﴾
اِذۡ نَادٰی رَبَّہٗ نِدَآءً خَفِیًّا ﴿﴾ قَالَ رَبِّ اِنِّیۡ وَہَنَ الۡعَظۡمُ مِنِّیۡ وَ
اشۡتَعَلَ الرَّاۡسُ شَیۡبًا وَّ لَمۡ
اَکُنۡۢ بِدُعَآئِکَ رَبِّ شَقِیًّا ﴿﴾ وَ اِنِّیۡ خِفۡتُ الۡمَوَالِیَ مِنۡ وَّرَآءِیۡ
وَ کَانَتِ امۡرَاَتِیۡ عَاقِرًا فَہَبۡ
لِیۡ مِنۡ لَّدُنۡکَ وَلِیًّا ۙ﴿﴾
یَّرِثُنِیۡ وَ یَرِثُ مِنۡ اٰلِ یَعۡقُوۡبَ ٭ۖ وَ اجۡعَلۡہُ رَبِّ رَضِیًّا ﴿﴾
Inilah penjelasan tentang rahmat Tuhan engkau kepada hamba-Nya Zakaria, ketika
ia berseru kepada Tuhan-nya, dengan seruan
yang lembut, ia berkata (berdoa): "Ya, Tuhan-ku, sesungguhnya tulang-tulangku telah menjadi lemah,
dan kepala telah dipe-nuhi uban,
tetapi ya Tuhan-ku aku tidak pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau. Dan sesungguhnya aku khawatir akan
kaum-keluargaku di belakangku,
sedangkan istriku mandul, maka anugerahilah aku seorang penerus dari sisi
Engkau, yang akan menjadi pewarisku
dan pewaris keturunan Ya'qub,
dan ya Tuhan-ku, jadikanlah dia seorang yang diridhai." (Maryam [19]:3-7).
Uraian
mengenai Nabi Zakaria a.s. mendahului uraian mengenai Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.,
sebab Nabi Yahya a.s. (putra Nabi Zakaria a.s.) itu adalah perintis bagi kedatangan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.. Beliau
mengumumkan kedatangan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Mesiah/Mesias) untuk memberi kabar gembira kepada Bani
Israil, bahwa penampakan juru selamat mereka itu sudah dekat waktunya (Maleakhi 4:5).
Oleh sebab
menurut nubuatan Maleahi, Nabi
Ilyas a.s. (Elia) harus datang lagi sebelum kedatangan Nabi Isa a.s., maka
sungguh pada tempatnya bahwa dalam membeberkan riwayat Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.,
Al-Quran harus pula menyinggung Nabi
Yahya a.s. yang telah datang dengan jiwa
dan kekuatan Nabi Ilyas a.s. (Elia).
Nabi Zakaria a.s. telah mengerti dari nubuatan-nubuatan Bible dan dari peringatan-peringatan samawi (dari
langit) yang telah disampaikan kepada orang-orang Yahudi atas penolakan mereka secara berulang kali
terhadap nabi-nabi Allah, bahwa tidak
lama lagi nikmat kenabian akan dipindahkan
dari kaum Bani Israil kepada rumpun Nabi Isma’il a.s..
Kesadaran ini membuat perasaan dan gejolak hati Nabi Zakaria a.s. tertuang ke dalam bentuk doa agar beliau diberi seorang putra yang shalih.
Doa Nabi
Zakaria a.s. memiliki semua unsur dalam suatu doa yang lengkapdan mustajab (manjur). Doa yang mustajab harus diucapkan dengan khusyu' dan merendahkan diri. Orang yang berdoa harus mengakui kelemahan dan ketidakmampuan dirinya. Ia harus memiliki
keyakinan membaja akan kekuasaan Allah Swt. untuk mengabulkan doanya.
Kekhususan Pengutusan Nabi Yahya a.s. &
Hubungannya dengan kelahiran Maryam binti ‘Imran
Doa Nabi Zakaria a.s. memenuhi semua syarat
tersebut dan dikabulkan oleh Allah Swt. dengan lahirnya Nabi Yahya a.s., firman-Nya:
یٰزَکَرِیَّاۤ اِنَّا نُبَشِّرُکَ بِغُلٰمِۣ اسۡمُہٗ یَحۡیٰی
ۙ لَمۡ نَجۡعَلۡ لَّہٗ
مِنۡ قَبۡلُ سَمِیًّا ﴿﴾ قَالَ رَبِّ اَنّٰی یَکُوۡنُ لِیۡ غُلٰمٌ وَّ
کَانَتِ امۡرَاَتِیۡ عَاقِرًا وَّ
قَدۡ بَلَغۡتُ مِنَ الۡکِبَرِ
عِتِیًّا ﴿﴾
Allah berfirman: "Ya Zakaria, Kami memberikan kabar gembira kepada engkau
mengenai seorang anak laki-laki
namanya Yahya. Kami tidak pernah menyebut seorang pun sebelum dia dengan nama itu. Ia berkata: "Ya Tuhan-ku, bagaimanakah
akan menjadikan anak laki-laki
bagiku, padahal istriku mandul dan aku telah mencapai usia lanjut?” (Maryam [19]:8).
Samiy
berarti: saingan atau penantang untuk mencapai keunggulan dalam kemuliaan atau
keagungan atau keutamaan; yang serupa atau senama; yang senama dengan orang
lain (Lexicon Lane). Ayat ini
tidak berarti bahwa sebelum Nabi Yahya
a.s. tidak ada orang yang senama dengan beliau. Dari Bible sendiri pun nampak,
bahwa sebelum beliau banyak orang yang bernama Yahya (II Raja-raja 25:23; I Tawarikh 3:15; Ezra
8:12).
Hal ini tidak pula berarti bahwa Nabi Yahya
a.s. itu tiada tara bandingannya dalam segala segi. Beliau sendiri
mengakui "Kemudian dari aku ini akan datang kelak seorang yang lebih berkuasa
dariku, maka untuk menguraikan tali kasutnya pun, aku ini tiada berlayak"
(Matius 1:7). Ayat ini hanya
berarti bahwa Nabi Yahya a.s. tidak ada bandingan dalam suatu hal, yaitu beliaulah nabi
pertama yang datang sebagai perintis jalan bagi seorang nabi yang lain,
yaitu Nabi Isa a.s.. Dan beliau tiada
bandingan dalam segi bahwa beliau adalah
nabi pertama datang dengan kemampuan dan
jiwa seorang nabi lain yaitu Nabi Ilyas a.s. (Elia).
وَ اذۡکُرۡ فِی الۡکِتٰبِ مَرۡیَمَ ۘ اِذِ انۡتَبَذَتۡ مِنۡ اَہۡلِہَا
مَکَانًا شَرۡقِیًّا ﴿ۙ﴾ فَاتَّخَذَتۡ مِنۡ دُوۡنِہِمۡ حِجَابًا ۪۟ فَاَرۡسَلۡنَاۤ اِلَیۡہَا رُوۡحَنَا فَتَمَثَّلَ
لَہَا بَشَرًا سَوِیًّا ﴿ ﴾ قَالَتۡ اِنِّیۡۤ
اَعُوۡذُ بِالرَّحۡمٰنِ مِنۡکَ اِنۡ کُنۡتَ تَقِیًّا ﴿ ﴾
Dan ceriterakanlah di dalam Kitab
itu tentang Maryam, ketika ia
mengasingkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur, maka ia
membuat di antara mereka tabir, lalu Kami mengutus kepadanya malaikat Kami lalu ia menampak kepadanya seperti manusia sempurna. Maryam berkata: "Sesungguhnya aku berlindung kepada Yang Maha
Pemurah dari engkau, jika engkau bertakwa. (Maryam [19]:17-19).
Kiranya
tepat benar dan pada tempatnya mengemukakan beberapa kenyataan mengenai Maryam
binti ‘Imran dalam Al-Quran
dan Perjanjian Baru, sebagai
pendahuluan bagi uraian yang agak terinci mengenai kelahiran Isa Al-Masih a.s. tanpa ayah seperti dikemukakan dalam beberapa
ayat berikut ini.
Perjanjian
Baru praktis
tidak memberi penjelasan apa pun
mengenai kehidupan Maryam binti ‘Imran
sebelum beliau hamil. Injil-Injil Matius dan Lukas memberi
gambaran-gambaran yang sangat singkat, lagi sebentar-sebentar menyimpang dan
pokok mengenai keadaan-keadaan Maryam
binti ‘Imran sebelum
terjadi peristiwa penting tersebut, sedangkan Injil Markus dan Injil Yahya sama sekali bungkam mengenai itu.
Makna “Ruh”
Menurut Matius
ketika Maryam binti ‘Imran hendak dinikahkan
dengan Yusuf, pada waktu itu beliau telah mengandung.
Yusuf berniat secara diam-diam melepaskan beliau tetapi dicegah oleh seorang malaikat yang
berkata kepadanya dalam mimpi agar jangan mengambil tindakan terlampau jauh
itu: "Hai Yusuf anak Daud, janganlah
engkau kuatir menerima Maryam itu menjadi istrimu, karena kandungannya itu
terbit dari Ruhulqudus” (Matius 1:1920).
Tetapi Al-Quran menguraikan dengan cara yang
jauh lebih terinci mengenai keluarga Maryam binti ‘Imran dengan mengemukakan keadaan-keadaan
yang bertalian dengan kelahirannya, nazar ibunya, diwakafkannya beliau untuk mengkhidmati rumah ibadah, dan pada
akhirnva mengenai beliau mengandung Isa
a.s. (QS.3:36-37, 48).
Surah Maryam memberi uraian yang lebih terinci lagi
mengenai Maryam binti ‘Imran ketika
beliau mengandung Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s. dan mengenai apa yang menimpa diri beliau dan putranya (Nabi Isa
a.s.) setelah dilahirkan dan setelah
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. mendapat tugas sebagai rasul Allah, dengan demikian
mengemukakan segala hal terinci mengenai Maryam
binti ‘Imran yang
ada sangkut-pautnya dengan masalah penting berkenaan dengan masalah kenabian,
yang tidak lama lagi akan dipindahkan dari keturunan
Ishaq kepada keturunan Isma’il,
hal ini merupakan masalah terpokok dalam Surah ini.
Dalam ayat ini telah disinggung secara khusus
mengenai "suatu tempat di sebelah
Timur" nampaknya untuk mengisyaratkan kepada adat kebiasaan kaum
Yahudi semenjak dahulu kala untuk mengeramatkan arti Timur. Baik orang-orang Yahudi maupun orang-orang Kristen,
kedua-duanya memandang Timur itu
dengan penghormatan yang khas. Mereka mendirikan tempat-tempat ibadah mereka menghadap
jurusan Timur.
Berbagai arti rūh berarti: ruh
atau jiwa, nafas yang memenuhi
seluruh jisim, dan apabila nafas berhenti
maka orang akan mati; wahyu Ilahi
atau ilham; Al-Quran; malaikat; kegembiraan dan kebahagiaan; rahmat (Lexicon
Lane). Dari berbagai arti rūh dan kalimah tersebut di
atas jelaslah bahwa tidak ada kedudukan
ruhani yang istimewa pada Nabi Isa Ibnu Maryam a.s..
Kata-kata itu dan ucapan-ucapan lainnya yang
seperti itu dipakai dalam Al-Quran mengenai nabi-nabi
lainnya, dan juga mengenai orang-orang
shalih lainnya seperti Maryam
Binti ‘Imran (QS.15:30; QS.32:10; QS.58:23). Kata-kata itu telah
dipergunakan untuk membersihkan Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. dan Siti Maryam dari noda-noda yang dilemparkan oleh orang-orang
Yahudi kepada kedua orang suci
tersebut -- sebagai pezina dan anak haram (QS.4:157) --
dan bukan memberikan kepada mereka suatu kedudukan ruhani istimewa.
Mimpi Maryam binti ‘Imran
Ungkapan “Kami
mengutus kepadanya malaikat
Kami (rūhanā) lalu ia menampak
kepadanya seperti manusia sempurna”,
menunjukkan bahwa kabar suka dari Allah
Swt. mengenai kelahiran seorang putra
agung itu tidak disampaikan kepada Maryam binti ‘Imran berupa
kata-kata yang diucapkan dan beliau dapat mendengarnya, melainkan berupa mimpi atau kasyaf (terbuka hijab).
Dalam kasyaf, satu
malaikat datang kepada beliau berupa seorang laki-laki segar bugar menyampaikan kepada beliau amanat Ilahi mengenai kelahiran seorang putra. Jadi bukanlah
suatu ruh yang masuk ke dalam badan Maryam binti ‘Imran melainkan hanya satu malaikat dalam wujud seorang
laki-laki dan nampak kepada Maryam
binti ‘Imran dalam kasyaf.
Seperti
jelas dari ayat yang mendahuluinya apa yang dilihat Maryam
binti ‘Imran hanyalah sebuah kasyaf, dan pada umumnya bila seseorang melihat
sesuatu yang tidak disukainya dalam keadaan bangun maka tidak disukainya pula hal itu bila
dilihatnya dalam kasyaf. Ketika Maryam
binti ‘Imran melihat malaikat itu
sedang berdiri di hadapannya berupa seorang
laki-laki, maka sebagai seorang perempuan shalih sangat wajar beliau terperanjat dan menjadi bingung
seperti pula beliau akan terperanjat dan menjadi bingung seandainya dalam
keadaan bangun melihat seorang laki-laki di dekat beliau, karena itu sudah
sewajarnya kalau beliau mohon
perlindungan Ilahi terhadap orang itu.
(Bersambung).
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
“Pajajaran
Anyar”, 29 Ramadhan 2012
Ki
Langlang Buana Kusuma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar