Sabtu, 18 Agustus 2012

Mimpi Maryam binti 'Imran Bertemu Malaikat



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


  SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN

Bab 51

 Mimpi Maryam binti Imran  Bertemu     Malaikat 

 Oleh
                                                                                
Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam akhir Bab  sebelumnya telah dikemukakan   rasa heran  Nabi Zakaria a.s. mengenai  kabar dari malaikat  bahwa beliau akan mempunyai anak laki-laki, padahal istrinya dalam keadaan mandul, firman-Nya:
قَالَ رَبِّ اَنّٰی یَکُوۡنُ لِیۡ غُلٰمٌ  وَّ قَدۡ بَلَغَنِیَ الۡکِبَرُ وَ امۡرَاَتِیۡ عَاقِرٌ ؕ قَالَ کَذٰلِکَ اللّٰہُ  یَفۡعَلُ مَا یَشَآءُ ﴿﴾
Ia, Zakaria,  berkata:   ”Ya Tuhan-ku, bagaimanakah aku akan mendapat anak laki-laki,  sedangkan masa tua telah menjelangku dan lagi pula istriku mandul?” Dia berfirman: “Demikianlah kekuasaan Allah, Dia berbuat apa yang Dia kehendaki.” (Ali ‘Imran [3]:41).
      Mendengar jawaban Allah Swt. yang sangat meyakinkan “Demikianlah kekuasaan Allah, Dia berbuat apa yang Dia kehendaki pernyataan Allah Swt. tersebut menambah semangat Nabi Zakaria a.s., firman-Nya:
قَالَ رَبِّ اجۡعَلۡ لِّیۡۤ  اٰیَۃً ؕ قَالَ اٰیَتُکَ  اَلَّا تُکَلِّمَ النَّاسَ ثَلٰثَۃَ اَیَّامٍ  اِلَّا رَمۡزًا ؕ وَ اذۡکُرۡ رَّبَّکَ کَثِیۡرًا وَّ سَبِّحۡ بِالۡعَشِیِّ وَ الۡاِبۡکَارِ ﴿٪﴾
Ia berkata:  “Ya Tuhan-ku, berikanlah kepadaku suatu Tanda.” Dia berfirman: “Tanda bagi engkau yaitu engkau tidak boleh berbicara dengan manusia selama tiga hari kecuali dengan isyarat, dan ingatlah  Tuhan engkau sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari.” (Ali ‘Imran [3]:42).
       Nabi Zakaria a.s.  harus pantang berbicara selama tiga hari, dan kemudian janji itu baru akan dipenuhi. Beliau tidak kehilangan kemampuan bicara  yakni menjadi bisu, seperti nampaknya dikatakan Bible, sebagai hukuman karena tidak percaya kepada perkataan Allah Swt.  (Lukas 1:20-22).
     Perintah supaya membisu dimaksudkan agar memberikan kesempatan baik kepada Nabi Zakaria a.s.  untuk menggunakan waktu beliau dengan bertafakur dan berdoa — suatu syarat yang istimewa sekali, berfaedah untuk menarik rahmat dan berkat Ilahi. Pantang bercakap-cakap juga ternyata sangat berfaedh dalam keadaan tertentu untuk membuat seseorang memulihkan kembali daya hayati dan kekuatan jasmani yang telah hilang. Kebiasaan itu agaknya lazim terdapat di tengah kaum Yahudi di zaman itu.

Cara  Berdoa yang Maqbul (Diterima)

       Berikut adalah firman Allah Swt. tentang Nabi Zakaria a.s., bahwa keinginan beliau untuk mempunyai seorang anak laki-laki telah lama beliau kemukakan kepada Allah Swt., ada pun jawaban  tentang “rizqan” (QS.3:38-39) hanyalah sekedar menambah semangat beliau   dalam memanjatkan doanya,  firman-Nya:
ذِکۡرُ  رَحۡمَتِ  رَبِّکَ  عَبۡدَہٗ   زَکَرِیَّا  ۖ﴿ۚ﴾  اِذۡ  نَادٰی  رَبَّہٗ  نِدَآءً  خَفِیًّا ﴿﴾   قَالَ رَبِّ اِنِّیۡ وَہَنَ الۡعَظۡمُ مِنِّیۡ وَ اشۡتَعَلَ الرَّاۡسُ شَیۡبًا وَّ لَمۡ  اَکُنۡۢ بِدُعَآئِکَ  رَبِّ  شَقِیًّا ﴿﴾  وَ اِنِّیۡ خِفۡتُ الۡمَوَالِیَ مِنۡ وَّرَآءِیۡ وَ کَانَتِ  امۡرَاَتِیۡ عَاقِرًا فَہَبۡ لِیۡ مِنۡ لَّدُنۡکَ  وَلِیًّا  ۙ﴿﴾  یَّرِثُنِیۡ وَ یَرِثُ مِنۡ اٰلِ یَعۡقُوۡبَ ٭ۖ وَ اجۡعَلۡہُ   رَبِّ  رَضِیًّا ﴿﴾
Inilah penjelasan tentang rahmat Tuhan engkau kepada hamba-Nya Zakaria,  ketika ia berseru kepada Tuhan-nya, dengan seruan  yang lembut, ia berkata (berdoa): "Ya, Tuhan-ku, sesungguhnya tulang-tulangku telah menjadi lemah, dan kepala telah dipe-nuhi uban, tetapi ya Tuhan-ku aku tidak pernah  kecewa dalam berdoa kepada Engkau. Dan sesungguhnya aku khawatir akan kaum-keluargaku  di belakangku, sedangkan istriku mandul, maka anugerahilah aku seorang penerus dari sisi Engkau, yang akan menjadi pewarisku dan pewaris keturunan Ya'qub, dan  ya Tuhan-ku, jadikanlah dia seorang yang diridhai." (Maryam [19]:3-7).
  Uraian mengenai Nabi Zakaria a.s. mendahului uraian mengenai Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., sebab Nabi Yahya a.s. (putra Nabi Zakaria a.s.) itu adalah perintis bagi kedatangan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.. Beliau mengumumkan kedatangan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Mesiah/Mesias)  untuk memberi kabar gembira  kepada Bani Israil, bahwa penampakan juru selamat mereka itu sudah dekat waktunya (Maleakhi 4:5).
   Oleh sebab menurut nubuatan Maleahi, Nabi Ilyas a.s. (Elia) harus datang lagi sebelum kedatangan Nabi Isa a.s., maka sungguh pada tempatnya bahwa dalam membeberkan riwayat Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., Al-Quran harus pula menyinggung Nabi Yahya a.s. yang telah datang dengan jiwa dan kekuatan Nabi Ilyas a.s. (Elia).
  Nabi Zakaria a.s. telah mengerti dari nubuatan-nubuatan Bible dan dari peringatan-peringatan samawi (dari langit) yang telah disampaikan kepada orang­-orang Yahudi atas penolakan mereka secara berulang kali terhadap nabi-nabi Allah, bahwa tidak lama lagi nikmat kenabian akan dipindahkan dari kaum Bani Israil kepada rumpun Nabi Isma’il a.s.. Kesadaran ini membuat perasaan dan gejolak hati Nabi Zakaria a.s. tertuang ke dalam bentuk doa agar beliau diberi seorang putra yang shalih.
  Doa Nabi Zakaria a.s. memiliki semua unsur dalam suatu doa yang lengkapdan mustajab (manjur). Doa yang mustajab harus diucapkan dengan khusyu' dan merendahkan diri. Orang yang berdoa harus mengakui kelemahan dan ketidakmampuan dirinya. Ia harus memiliki keyakinan membaja akan kekuasaan Allah Swt. untuk mengabulkan doanya.

Kekhususan Pengutusan Nabi Yahya a.s. &
Hubungannya dengan kelahiran Maryam binti ‘Imran

    Doa Nabi Zakaria a.s. memenuhi semua syarat tersebut dan dikabulkan oleh Allah Swt. dengan lahirnya Nabi Yahya a.s., firman-Nya:
 یٰزَکَرِیَّاۤ  اِنَّا نُبَشِّرُکَ بِغُلٰمِۣ اسۡمُہٗ یَحۡیٰی ۙ لَمۡ  نَجۡعَلۡ  لَّہٗ  مِنۡ  قَبۡلُ  سَمِیًّا ﴿﴾   قَالَ رَبِّ اَنّٰی یَکُوۡنُ لِیۡ غُلٰمٌ وَّ کَانَتِ امۡرَاَتِیۡ  عَاقِرًا  وَّ  قَدۡ  بَلَغۡتُ مِنَ  الۡکِبَرِ  عِتِیًّا ﴿﴾
Allah berfirman: "Ya Zakaria, Kami memberikan kabar gembira  kepada engkau mengenai seorang anak laki-laki namanya Yahya. Kami tidak pernah menyebut seorang pun sebelum dia  dengan nama itu. Ia berkata: "Ya Tuhan-ku, bagaimanakah akan menjadikan anak laki-laki bagiku, padahal istriku  mandul dan aku telah mencapai usia lanjut?” (Maryam [19]:8).
  Samiy berarti: saingan atau penantang untuk mencapai keunggulan dalam kemuliaan atau keagungan atau keutamaan; yang serupa atau senama; yang senama dengan orang lain (Lexicon Lane). Ayat ini tidak berarti  bahwa sebelum Nabi Yahya a.s. tidak ada orang yang senama dengan beliau. Dari Bible sendiri pun nampak, bahwa sebelum beliau banyak orang yang bernama Yahya (II Raja-raja 25:23; I Tawarikh 3:15; Ezra 8:12).
  Hal ini tidak pula berarti bahwa Nabi Yahya a.s. itu tiada tara bandingannya dalam segala segi. Beliau sendiri mengakui  "Kemudian dari aku ini akan datang kelak seorang yang lebih berkuasa dariku, maka untuk menguraikan tali kasutnya pun, aku ini tiada berlayak" (Matius 1:7). Ayat ini hanya berarti bahwa Nabi Yahya a.s. tidak ada bandingan dalam suatu hal, yaitu  beliaulah nabi pertama yang datang sebagai perintis jalan bagi seorang nabi yang lain, yaitu Nabi Isa a.s.. Dan beliau tiada bandingan dalam segi  bahwa beliau adalah nabi pertama datang dengan kemampuan dan jiwa seorang nabi lain  yaitu  Nabi Ilyas a.s. (Elia).
 وَ اذۡکُرۡ فِی الۡکِتٰبِ مَرۡیَمَ ۘ اِذِ انۡتَبَذَتۡ مِنۡ اَہۡلِہَا مَکَانًا شَرۡقِیًّا ﴿ۙ﴾  فَاتَّخَذَتۡ مِنۡ دُوۡنِہِمۡ  حِجَابًا ۪۟ فَاَرۡسَلۡنَاۤ  اِلَیۡہَا رُوۡحَنَا فَتَمَثَّلَ لَہَا بَشَرًا سَوِیًّا ﴿ ﴾  قَالَتۡ اِنِّیۡۤ  اَعُوۡذُ بِالرَّحۡمٰنِ مِنۡکَ اِنۡ کُنۡتَ تَقِیًّا ﴿ ﴾ 
Dan ceriterakanlah di dalam Kitab itu tentang Maryam, ketika ia mengasingkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur,  maka ia membuat di antara mereka tabir, lalu Kami  mengutus kepadanya  malaikat Kami  lalu ia menampak kepadanya seperti manusia sempurna.  Maryam berkata: "Sesungguhnya aku berlindung kepada Yang Maha Pemurah dari engkau, jika engkau bertakwa. (Maryam [19]:17-19).
  Kiranya tepat benar dan pada tempatnya mengemukakan beberapa kenyataan mengenai  Maryam binti ‘Imran  dalam Al-Quran dan Perjanjian Baru, sebagai pendahuluan bagi uraian yang agak terinci mengenai kelahiran Isa Al-Masih a.s. tanpa ayah seperti dikemukakan dalam beberapa ayat berikut ini.
   Perjanjian Baru praktis tidak memberi penjelasan  apa pun mengenai kehidupan Maryam binti ‘Imran   sebelum beliau hamil. Injil-Injil Matius dan Lukas memberi gambaran-gambaran yang sangat singkat, lagi sebentar-sebentar menyimpang dan pokok mengenai keadaan-keadaan Maryam binti ‘Imran    sebelum terjadi peristiwa penting tersebut, sedangkan Injil Markus dan Injil Yahya  sama sekali bungkam mengenai itu.

Makna “Ruh”

   Menurut Matius ketika  Maryam binti ‘Imran  hendak dinikahkan dengan Yusuf, pada waktu itu beliau telah mengandung. Yusuf berniat secara diam-diam melepaskan beliau  tetapi dicegah oleh seorang malaikat yang berkata kepadanya dalam mimpi agar jangan mengambil tindakan terlampau jauh itu: "Hai Yusuf anak Daud, janganlah engkau kuatir menerima Maryam itu menjadi istrimu, karena kandungannya itu terbit dari Ruhulqudus” (Matius 1:1920).
  Tetapi Al-Quran menguraikan dengan cara yang jauh lebih terinci mengenai  keluarga Maryam binti ‘Imran dengan mengemukakan keadaan-keadaan yang bertalian dengan kelahirannya, nazar ibunya, diwakafkannya beliau untuk mengkhidmati rumah ibadah, dan pada akhirnva mengenai beliau mengandung Isa a.s. (QS.3:36-37, 48).
   Surah Maryam   memberi uraian yang lebih terinci lagi mengenai  Maryam binti ‘Imran  ketika beliau mengandung Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  dan mengenai apa yang  menimpa diri beliau dan putranya (Nabi Isa a.s.)  setelah dilahirkan dan setelah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. mendapat tugas sebagai rasul Allah,  dengan demikian mengemukakan segala hal terinci mengenai Maryam binti ‘Imran    yang ada sangkut-pautnya dengan masalah penting berkenaan dengan masalah kenabian, yang tidak lama lagi akan dipindahkan dari keturunan Ishaq kepada keturunan Isma’il, hal ini merupakan masalah terpokok dalam Surah ini.
  Dalam ayat ini telah disinggung secara khusus mengenai "suatu tempat di sebelah Timur" nampaknya untuk mengisyaratkan kepada adat kebiasaan kaum Yahudi semenjak dahulu kala untuk mengeramatkan arti Timur. Baik orang-orang Yahudi maupun orang-orang Kristen, kedua-duanya memandang Timur itu dengan penghormatan yang khas. Mereka mendirikan tempat-tempat ibadah mereka menghadap jurusan Timur.
        Berbagai arti  rūh berarti:  ruh atau jiwa, nafas yang memenuhi seluruh jisim, dan apabila nafas berhenti  maka orang akan mati; wahyu Ilahi atau ilham; Al-Quran; malaikat; kegembiraan dan kebahagiaan; rahmat (Lexicon Lane). Dari berbagai arti rūh dan kalimah tersebut di atas jelaslah bahwa tidak ada kedudukan ruhani yang istimewa pada Nabi Isa Ibnu Maryam a.s..
        Kata-kata itu dan ucapan-ucapan lainnya yang seperti itu dipakai dalam Al-Quran mengenai nabi-nabi lainnya, dan juga mengenai orang-orang shalih lainnya seperti  Maryam Binti ‘Imran (QS.15:30; QS.32:10; QS.58:23). Kata-kata itu telah dipergunakan untuk membersihkan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dan Siti Maryam dari noda-noda yang dilemparkan oleh orang-orang Yahudi kepada kedua orang suci tersebut  -- sebagai pezina dan anak haram  (QS.4:157) --  dan bukan memberikan kepada mereka suatu kedudukan ruhani istimewa.

Mimpi Maryam binti ‘Imran

Ungkapan “Kami  mengutus kepadanya  malaikat Kami (rūhanā) lalu ia menampak kepadanya seperti  manusia sempurna”, menunjukkan bahwa kabar suka dari Allah Swt.  mengenai kelahiran seorang putra agung itu  tidak disampaikan kepada Maryam binti ‘Imran   berupa kata-kata yang diucapkan dan beliau dapat mendengarnya, melainkan berupa mimpi atau kasyaf (terbuka hijab).
  Dalam kasyaf,   satu  malaikat datang kepada beliau berupa seorang laki-laki segar bugar  menyampaikan kepada beliau amanat Ilahi mengenai kelahiran seorang putra. Jadi bukanlah suatu ruh yang masuk ke dalam badan Maryam binti ‘Imran  melainkan hanya satu malaikat dalam wujud seorang laki-laki  dan nampak kepada  Maryam binti ‘Imran dalam kasyaf.
  Seperti jelas dari ayat yang mendahuluinya apa yang dilihat  Maryam binti ‘Imran hanyalah sebuah kasyaf,  dan pada umumnya bila seseorang melihat sesuatu yang tidak disukainya dalam keadaan bangun  maka tidak disukainya pula hal itu bila dilihatnya dalam kasyaf. Ketika   Maryam binti ‘Imran melihat malaikat itu sedang berdiri di hadapannya berupa seorang laki-laki, maka sebagai seorang perempuan  shalih sangat wajar  beliau terperanjat dan menjadi bingung seperti pula beliau akan terperanjat dan menjadi bingung seandainya dalam keadaan bangun melihat seorang laki-laki di dekat beliau, karena itu sudah sewajarnya kalau beliau mohon perlindungan Ilahi terhadap orang itu.

(Bersambung). 

Rujukan: The Holy Quran
Editor:    Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar”, 29 Ramadhan 2012
Ki Langlang Buana Kusuma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar