بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
SURAH YÂ SÎN
JANTUNG AL-QURAN
Bab 41
Misal (Perumpamaan) Orang-orang Kafir
Oleh
Ki Langlang
Buana Kusuma
Dalam Bab 40
telah dikemukakan Sunnatullah pendustaan dan penentangan para rasul Allah yang
meliputi juga cara-cara pendustaan dan penentangan yang dilakukan, sehingga pada setiap kedatangan rasul Allah para penentangnya seakan-akan telah saling mewasiyatkan cara-cara pendustaan dan penentangan yang zalim
tersebut, -- termasuk di dalamnya itikad sesat “ Lan- yab’atsallāhu min ba’dihī
rasūlan” (Allah tidak akan pernah membangkitkan lagi/mengutus lagi
rasul sesudahnya) atau “lā
nabiyya ba’dahū” (tidak ada lagi nabi sesudahnya). Dengan demikian
benarlah firman Allah Swt.:
کَذٰلِکَ مَاۤ
اَتَی الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ
مِّنۡ رَّسُوۡلٍ اِلَّا قَالُوۡا سَاحِرٌ اَوۡ مَجۡنُوۡنٌ ﴿ۚ﴾ اَتَوَاصَوۡا بِہٖ ۚ بَلۡ ہُمۡ قَوۡمٌ طَاغُوۡنَ ﴿ۚ﴾
Demikianlah
sekali-kali tidak pernah datang
kepada orang-orang sebelum mereka seorang
rasul melainkan mereka berkata: “Dia
tukang sihir, atau orang gila!” Adakah mereka saling mewasiatkan mengenai
itu? Tidak, bahkan mereka itu semua
kaum pendurhaka (Al- Dzāriyāt [51]:53-54).
Menghidupkan Kembali “Bumi
yang Mati”
Dengan selesainya pembahasan Surah Yā Sīn rukuk pertama mulai dari ayat 2 sampai ayat 33, selanjutnya akan
dibahas Surah Yā Sīn rukuk kedua,
yaitu Surah Yā Sīn ayat 34 sampai
ayat 51, firman-Nya:
وَ اٰیَۃٌ لَّہُمُ الۡاَرۡضُ الۡمَیۡتَۃُ ۚۖ
اَحۡیَیۡنٰہَا وَ اَخۡرَجۡنَا مِنۡہَا حَبًّا فَمِنۡہُ یَاۡکُلُوۡنَ ﴿﴾
وَ جَعَلۡنَا فِیۡہَا جَنّٰتٍ مِّنۡ نَّخِیۡلٍ وَّ اَعۡنَابٍ وَّ
فَجَّرۡنَا فِیۡہَا مِنَ الۡعُیُوۡنِ ۙ۳۴﴾ لِیَاۡکُلُوۡا
مِنۡ ثَمَرِہٖ ۙ وَ مَا عَمِلَتۡہُ اَیۡدِیۡہِمۡ ؕ اَفَلَا یَشۡکُرُوۡنَ ﴿﴾
Dan suatu Tanda bagi mereka bumi
yang mati, Kami menghidupkannya
dan Kami mengeluarkan darinya padi-padian
lalu mereka makan darinya. Dan Kami
menjadikan di dalamnya kebun-kebun kurma
dan anggur, dan Kami memancarkan di dalamnya mata-mata
air. Supaya mereka dapat makan buah-buahannya, dan sekali-kali bukan tangan mereka yang mengerjakannya,
lalu mengapakan mereka tidak bersyukur? (Yā Sīn [36]:34-36).
Dalam beberapa
Bab pembahasan Surah Yā Sīn rukuk pertama telah dijelaskan
bahwa sebagaimana di alam jasmani
apabila hujan lama tidak turun akan
membuat permukaan bumi menjadi keras
dan kering kerontang, sungai-sungai menjadi kering
sehingga berbagai tumbuhan di permukaan bumi pun
meranggas lalu mati. Dan kalau pun masih ada air yang tersisa di muka
bumi keadaannya sangat kotor dan berpenyakit.
Sunnatullah
yang sama terjadi juga di alam keruhanian,
dan yang dimaksud dengan hujan yang
turun dari langit adalah turunnya wahyu Ilahi, bersamaan dengan pengutusan
rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan Allah Swt. kepada umat
manusia (umat beragama), yakni setelah mereka terpisah jauh dari masa
kenabian sebelumnya yang penuh berkat,
sehingga kebanyakan hati umat manusia
telah menjadi keras membatu, akibatnya keadaan umat
beragama pun menjadi pecah-belah
bagaikan tulang-belulang berserakan
dan saling mengkafirkan
(QS.17:50-53), firman-Nya:
اَلَمۡ
یَاۡنِ لِلَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَنۡ
تَخۡشَعَ قُلُوۡبُہُمۡ لِذِکۡرِ
اللّٰہِ وَ مَا نَزَلَ مِنَ الۡحَقِّ ۙ وَ
لَا یَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ فَطَالَ عَلَیۡہِمُ
الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ کَثِیۡرٌ مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ ﴿﴾ اِعۡلَمُوۡۤا اَنَّ اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ
مَوۡتِہَا ؕ قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾
Apakah belum
sampai waktu bagi orang-orang yang beriman, bahwa hati mereka tunduk untuk mengingat Allah
dan mengingat kebenaran yang telah turun kepada mereka,
dan mereka tidak menjadi seperti orang-orang yang diberi kitab
sebelumnya, maka zaman kesejahteraan
menjadi panjang atas mereka lalu hati
mereka menjadi keras, dan kebanyakan
dari mereka menjadi durhaka? Ketahuilah, bahwasanya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya.
Sungguh Kami telah menjelaskan
Tanda-tanda kepadamu supaya kamu
mengerti. (Al-Hadid [57:17-18).
Dengan demikian kalimat “Ketahuilah, bahwasanya Allah menghidupkan
bumi sesudah matinya. Sungguh Kami telah menjelaskan Tanda-tanda kepadamu supaya kamu mengerti.” (QS.57:18) menjelaskan perumpamaan dalam ayat
sebelumnya:
وَ اٰیَۃٌ لَّہُمُ الۡاَرۡضُ الۡمَیۡتَۃُ ۚۖ
اَحۡیَیۡنٰہَا وَ اَخۡرَجۡنَا مِنۡہَا حَبًّا فَمِنۡہُ یَاۡکُلُوۡنَ ﴿﴾ وَ
جَعَلۡنَا فِیۡہَا جَنّٰتٍ مِّنۡ نَّخِیۡلٍ وَّ اَعۡنَابٍ وَّ فَجَّرۡنَا فِیۡہَا
مِنَ الۡعُیُوۡنِ ﴿ۙ﴾
Dan suatu Tanda bagi mereka bumi
yang mati, Kami
menghidupkannya dan Kami mengeluarkan darinya padi-padian lalu mereka makan
darinya. Dan Kami menjadikan di dalamnya kebun-kebun
kurma dan anggur, dan Kami
memancarkan di dalamnya mata-mata air.
(Yā Sīn [36]:34-36).
Selanjutnya
Allah Swt. berfirman:
لِیَاۡکُلُوۡا
مِنۡ ثَمَرِہٖ ۙ وَ مَا عَمِلَتۡہُ اَیۡدِیۡہِمۡ ؕ اَفَلَا یَشۡکُرُوۡنَ ﴿﴾
Supaya
mereka dapat makan buah-buahannya,
dan sekali-kali bukan tangan mereka yang
mengerjakannya, lalu mengapakan mereka tidak bersyukur? (Yā Sīn [36]:36).
Kiasan dalam ayat sebelumnya (Yā Sīn ayat 34-35) ini diteruskan dalam ayat ini. Ayat ini bermaksud mengatakan bahwa dari tanah gersang Arabia akan memancar sumber-sumber dan mata-mata air ilmu keruhanian, dan pohon-pohon dengan berbagai macam buah-buahan ruhani akan tumbuh di mana-mana di seluruh negeri.
Segala Sesuatu Diciptakan Berpasangan &
Misal Orang-orang Kafir dan Orang-orang Beriman
Dalam ayat selanjutnya Allah Swt. memberitahu
para pembaca Al-Quran mengapa
hal yang menakjubkan tersebut dapat terjadi pada bangsa Arab jahiliyah atau Bani
Isma’il, padahal keadaan mereka itu keras dan kering
kerontang bagaikan wilayah Arabia, firman-Nya:
سُبۡحٰنَ
الَّذِیۡ خَلَقَ الۡاَزۡوَاجَ کُلَّہَا مِمَّا تُنۡۢبِتُ الۡاَرۡضُ وَ مِنۡ
اَنۡفُسِہِمۡ وَ مِمَّا لَا یَعۡلَمُوۡنَ
﴿﴾
Maha Suci Dzat Yang menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan
dari diri mere-a sendiri, mau
pun dari apa yang tidak mereka ketahui.
(Yā Sīn [36]:36).
Ilmu pengetahuan telah menemukan kenyataan bahwa pasangan-pasangan (jodoh-jodoh) terdapat dalam segala sesuatu — dalam alam nabati, dan malahan dalam zat anorganik. Bahkan yang disebut unsur-unsur pun tidak terwujud dengan
sendirinya. Unsur-unsur itu pun
bergantung pada zat-zat lain untuk dapat mengambil wujud. Kebenaran ilmiah tersebut berlaku juga untuk kecerdasan manusia. Sebelum nur-nur
samawi yakni wahyu Ilahi turun,
manusia tidak dapat memperoleh ilmu
sejati yang lahir dari perpaduan wahyu
Ilahi dan kecerdasan otak
manusia.
Sunnatullah
tersebut berlaku juga dalam dunia keruhanian, yakni sebagaimana di alam
jasamani, laki-laki dan perempuan
merupakan pasangan -- yang membuat manusia dapat berkembang biak melalui percampuran
keduanya -- demikian pula halnya di alam keruhanian pun ada orang-orang yang berkedudukan sebagai “laki-laki” dan ada juga yang
berkedudukan sebagai “perempuan.”
Orang-orang yang secara ruhani
berkedudukan sebagai “laki-laki” (suami) adalah para rasul Allah , sedangkan kaum-kaum dari para rasul Allah berkedudukan sebagai “perempuan” (istri).
Mengisyaratkan kepada kenyataan itulah firman Allah Swt. berikut ini
mengenai misal (perumpamaan) orang-orang
kafir dan misal (perumpamaan) orang-orang beriman, firman-Nya:
ضَرَبَ اللّٰہُ
مَثَلًا لِّلَّذِیۡنَ کَفَرُوا امۡرَاَتَ نُوۡحٍ وَّ امۡرَاَتَ لُوۡطٍ ؕ کَانَتَا تَحۡتَ عَبۡدَیۡنِ مِنۡ
عِبَادِنَا صَالِحَیۡنِ فَخَانَتٰہُمَا فَلَمۡ یُغۡنِیَا عَنۡہُمَا مِنَ اللّٰہِ
شَیۡئًا وَّ قِیۡلَ ادۡخُلَا النَّارَ
مَعَ الدّٰخِلِیۡنَ ﴿﴾
Allah mengemukakan istri Nuh dan istri
Luth sebagai misal bagi orang-orang
kafir. Keduanya di bawah dua hamba
dari hamba-hamba Kami yang shalih,
tetapi kedua istrinya berbuat khianat kepada kedua
suami mereka, maka mereka berdua sedikit pun tidak dapat membela kedua istri mereka itu di hadapan Allah, dan
dikatakan kepada mereka: “Masuklah
kamu berdua ke dalam Api beserta orang-orang yang masuk.” (Al-Tahrīm
[66]:11).
Dalam
ayat ini orang-orang kafir
diumpamakan seperti istri Nabi Nuh
a.s. dan istri Nabi Luth a.s. dimana kedua orang perempuan
tersebut tidak beriman kepada kedudukan mulia kedua suaminya sebagai rasul Allah. Kedua istri
yang durhaka tersebut malah bergabung dengan kaum Nabi Nuh a.s. dan kaum Nabi Luth a.s. yang mendustakan dan menentang kedua rasul Allah
tersebut.
Perumpamaan
orang-orang
kafir tersebut untuk menunjukkan bahwa persahabatan
dengan orang bertakwa -- bahkan rasul Allah sekalipun -- tidak berfaedah bagi orang yang
mempunyai kecenderungan buruk menolak
kebenaran. Akibatnya, kedua istri
durhaka tersebut bernasib sama dengan nasib
buruk kaum Nabi Nuh a.s. dan kaum Nabi
Luth a.s., yakni di dunia mereka diazab oleh Allah Swt. dan di akhirat mereka menjadi penghuni neraka jahannam, firman-Nya:
وَّ قِیۡلَ
ادۡخُلَا النَّارَ مَعَ الدّٰخِلِیۡنَ ﴿﴾
“Dan dikatakan kepada mereka: “Masuklah kamu berdua ke dalam Api beserta orang-orang yang masuk!”
(Al-Tahrīm
[66]:11).
(Bersambung).
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
“Pajajaran
Anyar”, 24 Ramadhan 2012
Ki Langlang Buana Kusuma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar