Minggu, 12 Agustus 2012

Misal (Perumpamaan) Orang-orang Kafir



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


  SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN

Bab 41

 Misal (Perumpamaan) Orang-orang Kafir  
 
                                                                                
Oleh
                                                                                
Ki Langlang Buana Kusuma


Dalam  Bab 40   telah dikemukakan     Sunnatullah pendustaan dan penentangan para rasul Allah  yang  meliputi juga cara-cara pendustaan dan penentangan yang dilakukan, sehingga    pada setiap   kedatangan rasul Allah para penentangnya seakan-akan telah saling mewasiyatkan cara-cara pendustaan dan penentangan   yang zalim  tersebut, -- termasuk di dalamnya itikad sesat Lan- yab’atsallāhu min ba’dihī rasūlan” (Allah tidak akan pernah membangkitkan lagi/mengutus lagi rasul sesudahnya) atau  lā nabiyya ba’dahū” (tidak ada lagi nabi sesudahnya). Dengan demikian benarlah firman Allah Swt.:
کَذٰلِکَ مَاۤ  اَتَی الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ  مِّنۡ رَّسُوۡلٍ  اِلَّا  قَالُوۡا  سَاحِرٌ  اَوۡ مَجۡنُوۡنٌ ﴿ۚ﴾  اَتَوَاصَوۡا بِہٖ ۚ بَلۡ ہُمۡ قَوۡمٌ طَاغُوۡنَ ﴿ۚ﴾
Demikianlah sekali-kali tidak pernah datang kepada orang-orang sebelum mereka seorang rasul melainkan mereka berkata: “Dia tukang sihir, atau orang gila!” Adakah mereka saling mewasiatkan mengenai itu? Tidak, bahkan mereka itu semua kaum pendurhaka (Al- Dzāriyāt [51]:53-54).

Menghidupkan Kembali “Bumi  yang Mati

      Dengan selesainya pembahasan Surah Yā Sīn rukuk pertama mulai  dari ayat 2 sampai ayat 33, selanjutnya akan dibahas Surah Yā Sīn rukuk kedua, yaitu Surah Yā Sīn ayat 34 sampai ayat 51, firman-Nya:
وَ اٰیَۃٌ  لَّہُمُ الۡاَرۡضُ الۡمَیۡتَۃُ ۚۖ اَحۡیَیۡنٰہَا وَ اَخۡرَجۡنَا مِنۡہَا حَبًّا فَمِنۡہُ  یَاۡکُلُوۡنَ ﴿﴾   وَ جَعَلۡنَا فِیۡہَا جَنّٰتٍ مِّنۡ نَّخِیۡلٍ وَّ اَعۡنَابٍ وَّ فَجَّرۡنَا فِیۡہَا مِنَ الۡعُیُوۡنِ ۙ۳۴﴾  لِیَاۡکُلُوۡا مِنۡ ثَمَرِہٖ ۙ وَ مَا عَمِلَتۡہُ اَیۡدِیۡہِمۡ ؕ اَفَلَا  یَشۡکُرُوۡنَ ﴿﴾

Dan suatu Tanda bagi mereka  bumi yang mati, Kami menghidupkannya dan Kami mengeluarkan darinya padi-padian lalu mereka makan darinya. Dan Kami menjadikan di dalamnya kebun-kebun kurma dan anggur, dan Kami memancarkan di dalamnya mata-mata air.  Supaya mereka dapat makan buah-buahannya, dan sekali-kali bukan tangan mereka yang mengerjakannya,  lalu  mengapakan mereka tidak bersyukur?   (Yā Sīn [36]:34-36).
       Dalam   beberapa  Bab pembahasan Surah  Yā Sīn rukuk pertama telah dijelaskan bahwa  sebagaimana di alam jasmani apabila hujan lama tidak turun akan membuat  permukaan bumi menjadi keras dan kering kerontang,  sungai-sungai menjadi kering sehingga   berbagai tumbuhan di permukaan bumi pun  meranggas lalu mati. Dan kalau pun masih ada air yang tersisa  di muka bumi keadaannya sangat kotor dan  berpenyakit.
      Sunnatullah yang sama terjadi juga di alam keruhanian, dan yang dimaksud dengan hujan yang turun dari langit adalah turunnya wahyu Ilahi, bersamaan dengan pengutusan rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan Allah Swt. kepada umat manusia (umat beragama), yakni setelah mereka terpisah jauh dari masa kenabian sebelumnya yang penuh berkat, sehingga kebanyakan hati umat manusia telah menjadi keras membatu,   akibatnya  keadaan umat beragama pun menjadi pecah-belah bagaikan tulang-belulang berserakan dan saling mengkafirkan (QS.17:50-53), firman-Nya:
اَلَمۡ یَاۡنِ  لِلَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا  اَنۡ  تَخۡشَعَ قُلُوۡبُہُمۡ  لِذِکۡرِ اللّٰہِ  وَ مَا  نَزَلَ مِنَ الۡحَقِّ  ۙ  وَ لَا یَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ فَطَالَ  عَلَیۡہِمُ  الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ کَثِیۡرٌ  مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ ﴿﴾  اِعۡلَمُوۡۤا  اَنَّ اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِہَا ؕ قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ  تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾
Apakah belum sampai waktu bagi orang-orang yang beriman, bahwa hati mereka tunduk untuk mengingat Allah dan mengingat  kebenaran yang telah turun kepada mereka, dan mereka tidak  menjadi seperti orang-orang yang diberi kitab sebelumnya, maka zaman kesejahteraan menjadi panjang atas mereka lalu   hati mereka menjadi keras, dan kebanyakan dari mereka menjadi durhaka?  Ketahuilah, bahwasanya  Allah  menghidupkan bumi sesudah matinya. Sungguh Kami telah menjelaskan Tanda-tanda kepadamu supaya kamu mengerti.  (Al-Hadid [57:17-18).
       Dengan demikian kalimat “Ketahuilah, bahwasanya  Allah  menghidupkan bumi sesudah matinya. Sungguh Kami telah menjelaskan Tanda-tanda kepadamu supaya kamu mengerti.”  (QS.57:18)  menjelaskan perumpamaan   dalam ayat sebelumnya:
وَ اٰیَۃٌ  لَّہُمُ الۡاَرۡضُ الۡمَیۡتَۃُ ۚۖ اَحۡیَیۡنٰہَا وَ اَخۡرَجۡنَا مِنۡہَا حَبًّا فَمِنۡہُ  یَاۡکُلُوۡنَ ﴿﴾   وَ جَعَلۡنَا فِیۡہَا جَنّٰتٍ مِّنۡ نَّخِیۡلٍ وَّ اَعۡنَابٍ وَّ فَجَّرۡنَا فِیۡہَا مِنَ الۡعُیُوۡنِ ﴿ۙ﴾
Dan suatu Tanda bagi mereka  bumi yang mati, Kami menghidupkannya dan Kami mengeluarkan darinya padi-padian lalu mereka makan darinya. Dan Kami menjadikan di dalamnya kebun-kebun kurma dan anggur, dan Kami memancarkan di dalamnya mata-mata air.  (Yā Sīn [36]:34-36).
Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
لِیَاۡکُلُوۡا مِنۡ ثَمَرِہٖ ۙ وَ مَا عَمِلَتۡہُ اَیۡدِیۡہِمۡ ؕ اَفَلَا  یَشۡکُرُوۡنَ ﴿﴾
Supaya mereka dapat makan buah-buahannya, dan sekali-kali bukan tangan mereka yang mengerjakannya,  lalu  mengapakan mereka tidak bersyukur?   (Yā Sīn [36]:36).
         Kiasan   dalam ayat sebelumnya (Yā Sīn ayat 34-35)  ini diteruskan dalam ayat ini.  Ayat ini bermaksud mengatakan bahwa dari tanah gersang Arabia akan memancar sumber-sumber dan mata-mata air ilmu keruhanian, dan pohon-pohon dengan berbagai macam buah-buahan ruhani akan tumbuh di mana-mana di seluruh negeri.

Segala Sesuatu Diciptakan Berpasangan &
Misal Orang-orang Kafir dan Orang-orang Beriman

      Dalam ayat selanjutnya Allah Swt. memberitahu para pembaca Al-Quran mengapa hal  yang menakjubkan tersebut dapat terjadi pada bangsa Arab jahiliyah atau Bani Isma’il, padahal  keadaan mereka itu keras dan  kering kerontang bagaikan wilayah Arabia, firman-Nya:
سُبۡحٰنَ الَّذِیۡ خَلَقَ الۡاَزۡوَاجَ کُلَّہَا مِمَّا تُنۡۢبِتُ الۡاَرۡضُ وَ مِنۡ اَنۡفُسِہِمۡ وَ  مِمَّا لَا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Maha Suci Dzat Yang menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan  baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan  dari diri mere-a sendiri, mau pun  dari apa yang  tidak mereka ketahui.  (Yā Sīn [36]:36).
        Ilmu pengetahuan telah menemukan kenyataan bahwa pasangan-pasangan (jodoh-jodoh) terdapat dalam segala sesuatu — dalam alam nabati, dan malahan dalam zat anorganik. Bahkan yang disebut unsur-unsur pun tidak terwujud dengan sendirinya. Unsur-unsur itu pun bergantung pada zat-zat lain untuk dapat mengambil wujud.   Kebenaran ilmiah tersebut berlaku juga untuk kecerdasan manusia. Sebelum nur-nur samawi yakni wahyu Ilahi turun, manusia tidak dapat memperoleh ilmu sejati yang lahir dari perpaduan wahyu Ilahi dan kecerdasan otak manusia.
       Sunnatullah tersebut berlaku juga dalam  dunia keruhanian, yakni sebagaimana di alam jasamani,  laki-laki dan perempuan merupakan pasangan -- yang membuat manusia dapat berkembang biak melalui percampuran keduanya --  demikian pula halnya di alam keruhanian pun ada orang-orang yang berkedudukan sebagai “laki-laki” dan ada juga yang berkedudukan sebagai “perempuan.
      Orang-orang yang secara ruhani berkedudukan sebagai “laki-laki” (suami) adalah para rasul Allah , sedangkan  kaum-kaum dari para rasul Allah berkedudukan sebagai “perempuan” (istri). Mengisyaratkan kepada kenyataan itulah firman Allah Swt. berikut ini mengenai  misal  (perumpamaan)  orang-orang kafir dan misal (perumpamaan) orang-orang beriman, firman-Nya:
ضَرَبَ اللّٰہُ  مَثَلًا  لِّلَّذِیۡنَ  کَفَرُوا امۡرَاَتَ  نُوۡحٍ وَّ امۡرَاَتَ  لُوۡطٍ ؕ کَانَتَا تَحۡتَ عَبۡدَیۡنِ مِنۡ عِبَادِنَا صَالِحَیۡنِ فَخَانَتٰہُمَا فَلَمۡ یُغۡنِیَا عَنۡہُمَا مِنَ اللّٰہِ شَیۡئًا وَّ قِیۡلَ ادۡخُلَا  النَّارَ مَعَ الدّٰخِلِیۡنَ ﴿﴾  
Allah mengemukakan istri Nuh  dan istri Luth sebagai misal bagi orang-orang kafir. Keduanya di bawah dua hamba dari hamba-hamba Kami yang shalih, tetapi kedua istrinya berbuat khianat  kepada kedua suami mereka, maka mereka berdua sedikit pun tidak dapat membela kedua istri mereka itu di hadapan Allah, dan dikatakan kepada mereka: Masuklah kamu berdua ke dalam Api beserta orang-orang yang masuk.” (Al-Tahrīm [66]:11).
  Dalam ayat ini orang-orang kafir diumpamakan seperti istri Nabi Nuh a.s. dan istri Nabi Luth a.s.  dimana kedua orang  perempuan tersebut tidak beriman kepada kedudukan mulia kedua suaminya sebagai rasul Allah. Kedua istri yang durhaka tersebut malah bergabung dengan kaum  Nabi Nuh a.s. dan kaum Nabi Luth a.s. yang mendustakan dan menentang kedua rasul Allah tersebut.
   Perumpamaan  orang-orang kafir tersebut untuk menunjukkan bahwa persahabatan dengan orang bertakwa -- bahkan   rasul Allah  sekalipun -- tidak berfaedah bagi orang yang mempunyai kecenderungan buruk menolak kebenaran.  Akibatnya, kedua  istri durhaka tersebut bernasib sama dengan nasib buruk  kaum Nabi Nuh a.s. dan kaum Nabi Luth a.s., yakni di dunia  mereka diazab oleh Allah Swt. dan di akhirat mereka  menjadi penghuni neraka jahannam, firman-Nya:
وَّ قِیۡلَ ادۡخُلَا  النَّارَ مَعَ الدّٰخِلِیۡنَ ﴿﴾
“Dan dikatakan  kepada mereka: “Masuklah kamu berdua ke dalam Api beserta orang-orang yang masuk!” (Al-Tahrīm [66]:11).


(Bersambung). 


Rujukan: The Holy Quran
Editor:    Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar”, 24 Ramadhan 2012
Ki Langlang Buana Kusuma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar