Kamis, 16 Agustus 2012

Orang-orang yang Indera Ruhaninya Lumpuh




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


  SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN

Bab 47

 Orang-orang yang  Indera Ruhaninya Lumpuh  
                                                                                
Oleh
                                                                                
Ki Langlang Buana Kusuma


Dalam akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan  mengenai Sunnatullāh, yakni orang-orang yang mengada-ada dusta terhadap Allah Swt. – misalnya mengaku rasul Allah padahal dusta, mengaku mendapat wahyu Ilahi padahal tidak dll – mereka pasti akan dibinasakan Allah Swt., firman-Nya:
 اِنَّہٗ  لَقَوۡلُ  رَسُوۡلٍ  کَرِیۡمٍ ﴿ۚۙ﴾  وَّ مَا ہُوَ بِقَوۡلِ شَاعِرٍ ؕ قَلِیۡلًا  مَّا تُؤۡمِنُوۡنَ ﴿ۙ﴾   وَ لَا بِقَوۡلِ کَاہِنٍ ؕ قَلِیۡلًا مَّا تَذَکَّرُوۡنَ ﴿ؕ﴾   تَنۡزِیۡلٌ مِّنۡ رَّبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾   وَ لَوۡ تَقَوَّلَ عَلَیۡنَا بَعۡضَ الۡاَقَاوِیۡلِ ﴿ۙ﴾  لَاَخَذۡنَا مِنۡہُ  بِالۡیَمِیۡنِ ﴿ۙ﴾   ثُمَّ  لَقَطَعۡنَا مِنۡہُ  الۡوَتِیۡنَ ﴿۫﴾  فَمَا مِنۡکُمۡ  مِّنۡ اَحَدٍ عَنۡہُ حٰجِزِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya Al-Quran itu benar-benar firman yang disampaikan seorang Rasul mulia,   dan bukanlah Al-Quran itu perkataan seorang penyair, sedikit sekali apa yang kamu percayai.   Dan bukanlah Al-Quran ini perkataan ahli nujum, sedikit sekali kamu mengambil nasihat.  Al-Quran Ini adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan seluruh alam.  Dan seandainya ia, Rasulullah, mengada-adakan sebagian perkataan  atas nama Kami,   niscaya Kami akan menangkap dia dengan tangan kanan, Kemudian niscaya Kami memotong urat nadinya,  dan tidak ada seorang pun di antara kamu dapat mencegah itu darinya. (Al-Haqqah [69]:41-48).

Orang-orang yang Lumpuh  “Indera-indera Ruhaninya” 

       Nah, jika kepada Nabi Besar Muhammad saw. saja – rasul Allah yang bergelar Khātaman Nabiyyīn (QS.33:41) -- demikian kerasnya ancaman Allah Swt., terlebih kepada orang-orang lain, termasuk Mirza Ghulam Ahmad a.s., seandainya pendakwaan beliau a.s. sebagai Al-Masih Mau’ud a.s. atau Rasul Akhir Zaman (QS.61:10)  dusta.
       Namun dalam kenyataannya  Sunnatullāh tersebut tidak menimpa Mirza Ghulam Ahmad a.s., hal tersebut membuktikan bahwa pendakwaan beliau sebagai  Al-Masih Mau’ud a.s. atau Rasul Akhir Zaman (QS.61:10) benar. Bahkan hebatnya pendustaan, penentangan serta kezaliman yang ditujukan kepada beliau a.s. dan para pengikutnya merupakan bukti lainnya yang mendukung kebenaran pendakwaan beliau.  Benarlah firman-Nya  mengenai Nabi Besar Muhammad saw. berikut ini: 
وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ یَّسۡتَمِعُوۡنَ اِلَیۡکَ ؕ اَفَاَنۡتَ تُسۡمِعُ الصُّمَّ وَ لَوۡ کَانُوۡا لَا یَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾   وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ یَّنۡظُرُ اِلَیۡکَ ؕ اَفَاَنۡتَ تَہۡدِی الۡعُمۡیَ وَ لَوۡ کَانُوۡا لَا یُبۡصِرُوۡنَ ﴿﴾
Dan dari antara mereka ada orang yang mendengarkan engkau, tetapi dapatkah  engkau  membuat orang-orang tuli mendengar, walau pun mereka  tidak dapat mengerti?  Dan dari antara mereka ada orang yang memandang kepada engkau, tetapi dapatkah engkau memberi petunjuk orang-orang buta, walaupun mereka  tidak melihat?  (Yunus [10]:43-44).  Lihat pula QS.6:26; QS.7:199; QS.17:48; QS.27:81)
       Orang-orang kafir tidak memiliki pengertian dan daya pengamatan. Dalam ayat sebelum ini (QS.10:43), selain mereka disebut sebagai mahrum (luput) dari “daya mendengar” juga sebagai “kosong dari pengertian” dan dalam ayat ini mereka itu disebut buta dan juga hampa dari “daya pengamatan”.
       Dari semua para rasul Allah, Nabi Muhammad saw. adalah rasul Allah yang paling jelas, lengkap dan sempurna tanda-tanda atau bukti-bukti yang mendukung kebenaran pendakwaannya sebagai rasul Allah, namun demikian tetap saja orang-orang seperti Abu Jahal dan kawan-kawannya tidak dapat melihatnya, padahal selama itu mereka bergaul erat dan menjadi saksi atas keluhuran  kejujuran  serta berbagai berbagai akhlak luhur (QS.68:2-7) yang dimiliki  oleh beliau saw., bahkan mereka sendiri yang memberi gelar Al-Amin kepada Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
فَقَدۡ لَبِثۡتُ فِیۡکُمۡ عُمُرًا مِّنۡ  قَبۡلِہٖ ؕ اَفَلَا  تَعۡقِلُوۡنَ ﴿ ﴾
“Maka sungguh sebelum ini aku telah tinggal bersamamu dalam masa yang panjang, tidakkah kamu mempergunakan akal?”  (Yunus [12]:17).
     Firman Allah Swt. tersebut merupakan bagian dari firman-Nya berikut ini mengenai  berbagai tuntutan  terhadap Nabi Besar Muhammad saw.:
وَ  اِذَا تُتۡلٰی عَلَیۡہِمۡ  اٰیَاتُنَا بَیِّنٰتٍ ۙ قَالَ الَّذِیۡنَ لَا یَرۡجُوۡنَ لِقَآءَنَا ائۡتِ بِقُرۡاٰنٍ غَیۡرِ  ہٰذَاۤ  اَوۡ بَدِّلۡہُ ؕ قُلۡ مَا یَکُوۡنُ لِیۡۤ اَنۡ اُبَدِّلَہٗ  مِنۡ تِلۡقَآیِٔ  نَفۡسِیۡ ۚ اِنۡ  اَتَّبِعُ اِلَّا مَا یُوۡحٰۤی اِلَیَّ ۚ اِنِّیۡۤ  اَخَافُ اِنۡ عَصَیۡتُ رَبِّیۡ  عَذَابَ  یَوۡمٍ  عَظِیۡمٍ ﴿ ﴾  قُلۡ لَّوۡ شَآءَ اللّٰہُ مَا تَلَوۡتُہٗ عَلَیۡکُمۡ  وَ لَاۤ اَدۡرٰىکُمۡ بِہٖ ۫ۖ فَقَدۡ لَبِثۡتُ فِیۡکُمۡ عُمُرًا مِّنۡ  قَبۡلِہٖ ؕ اَفَلَا  تَعۡقِلُوۡنَ ﴿ ﴾  فَمَنۡ  اَظۡلَمُ  مِمَّنِ افۡتَرٰی عَلَی اللّٰہِ  کَذِبًا اَوۡ کَذَّبَ بِاٰیٰتِہٖ ؕ اِنَّہٗ  لَا یُفۡلِحُ الۡمُجۡرِمُوۡنَ ﴿ ﴾
Dan apabila dibacakan kepada mereka Ayat-ayat Kami yang nyata, maka orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami berkata: ”Datangkanlah yang bukan Al-Quran ini, atau ubahlah dia.” Katakanlah: “Sekali-kali tidak patut bagiku untuk mengubahnya dari pihak diriku,  Aku tidak lain hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku, sesungguhnya aku takut pada azab Hari yang  besar jika aku mendurhakai Tuhan-ku.”  Katakanlah: “Seandainya  Allah menghendaki,  aku sama sekali tidak akan  membacakannya kepada kamu dan tidak pula Dia akan memberitahukan mengenainya kepadamu. Maka sungguh sebelum ini aku telah tinggal bersamamu dalam masa yang panjang, tidakkah kamu mempergunakan akal?”  Maka  siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan suatu dusta terhadap Allah atau mendustakan Tanda-tanda-Nya? Sesungguhnya orang-orang berdosa  tidak akan berhasil.” (Yunus [12]:16-18).

Makar Buruk  Maulvi Muhammad Hussein Batalwi

      Firman Allah Swt. sebelumnya pun berlaku pula terhadap kebenaran pendakwaan Mirza Ghulam Ahmad a.s.:
فَقَدۡ لَبِثۡتُ فِیۡکُمۡ عُمُرًا مِّنۡ  قَبۡلِہٖ ؕ اَفَلَا  تَعۡقِلُوۡنَ ﴿ ﴾
“Maka sungguh sebelum ini aku telah tinggal bersamamu dalam masa yangpanjang, tidakkah kamu mempergunakan akal?”  (Yunus [12]:17).
      Salah seorang  yang sangat menentang pendakwaan Mirza Ghulam Ahmad a.s. adalah Maulvi Muhammad Hussein Batalwi, tetapi sebelumnya ulama inilah yang dalam tulisan-tulisan di majalahnya, Isya’atus Sunnah,  sangat menyanjung-nyanjung pembelaan yang dilakukan Mirza Ghulam Ahmad a.s.  mengenai   kesempurnaan agama Islam dan Nabi Besar Muhammad saw. dalam buku beliau “Barahin-i-Ahmadiyyah.”
       Namun ketika atas  perintah Allah Swt. kemudian Mirza Ghulam Ahmad a.s. mengumumkan mengenai telah wafatnya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., dan yang dimaksud dengan kedatangannya  Al-Masih Mau’ud a.s.  adalah beliau sendiri, maka ia menjadi orang pertama yang menentangnya, dan berkata bahwa sebagaimana halnya dirinyalah -- melalui tulisan-tulisannya dalam majalah miliknya, ‘Isya’atus –Sunnah,  mengenai   buku Barahin-I Ahmadiyyah telah  membuat  Mirza Ghulam Ahmad  a.s.  menjadi sangat terkenal, maka dia pulalah yang akan menjatuhkan dan menghinakan Mirza Ghulam Ahmad a.s.  karena telah mendakwakan diri sebagai Al-Masih Mau’ud.
     Maulvi Muhammad Hussein Batalwi kemudian  berkeliling ke seluruh Hindustan untuk meminta tandatangan para ulama Islam Hindustan agar mendukung berbagai fatwa   buruk dan zalim yang  telah disusunnya mengenai Mirza Ghulam Ahmad a.s. dan para pengikutnya, dan ia berhasil mengumpulkan   200 tanda tangan ulama-ulama Hindustan yang mendukung fatwanya.
       Akibat fatwa zalim tersebut maka Mirza Ghulam Ahmad a.s. mendapat  berbagai serangan dahsyat yang mendeskriditkan beliau dan para pengikutnya, sehingga  beliau dan jama’ahnya mengalami berbagai  macam kesulitan dalam melaksanakan missi sucinya sebagai Rasul Akhir Zaman dalam upaya menyebarkan Cahaya Allah di Akhir Zaman ini, firman-Nya:
وَ قَالَتِ الۡیَہُوۡدُ عُزَیۡرُۨ  ابۡنُ اللّٰہِ وَ قَالَتِ النَّصٰرَی الۡمَسِیۡحُ  ابۡنُ  اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ قَوۡلُہُمۡ بِاَفۡوَاہِہِمۡ ۚ یُضَاہِـُٔوۡنَ  قَوۡلَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ قَبۡلُ ؕ قٰتَلَہُمُ اللّٰہُ ۚ۫ اَنّٰی  یُؤۡفَکُوۡنَ ﴿﴾  اِتَّخَذُوۡۤا اَحۡبَارَہُمۡ وَ رُہۡبَانَہُمۡ اَرۡبَابًا مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ وَ  لۡمَسِیۡحَ ابۡنَ مَرۡیَمَ ۚ وَ مَاۤ  اُمِرُوۡۤا  اِلَّا  لِیَعۡبُدُوۡۤا  اِلٰـہًا  وَّاحِدًا ۚ لَاۤ اِلٰہَ  اِلَّا ہُوَ ؕ سُبۡحٰنَہٗ عَمَّا یُشۡرِکُوۡنَ ﴿﴾  یُرِیۡدُوۡنَ  اَنۡ یُّطۡفِـُٔوۡا نُوۡرَ اللّٰہِ بِاَفۡوَاہِہِمۡ وَ یَاۡبَی اللّٰہُ  اِلَّاۤ  اَنۡ  یُّتِمَّ  نُوۡرَہٗ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡکٰفِرُوۡنَ ﴿﴾  ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ ۙ وَ لَوۡ کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ ﴿﴾
Dan  orang-orang Yahudi berkata: “Uzair  adalah  anak Allah”, dan orang-orang Nasrani berkata: “Al-Masih adalah  anak  Allah.” Demikian itulah perkataan mereka dengan mulutnya, mereka  meniru-niru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Allah membinasakan mereka, bagaimana mereka sampai dipalingkan dari Tauhid?  Mereka telah menjadikan ulama-ulama mereka dan rahib-rahib mereka  sebagai tuhan-tuhan selain Allah, dan begitu juga Al-Masih ibnu Maryam, padahal  mereka tidak diperintahkan melainkan supaya mereka menyembah Tuhan Yang Mahaesa. Tidak ada Tuhan kecuali Dia. Maha Suci Dia dari apa yang mereka sekutukan.  Mereka berkehendak memadamkan cahaya Allah  dengan mulut mereka, tetapi Allah menolak bahkan menyempurnakan cahaya-Nya, walau pun orang-orang kafir tidak menyukai.  Dia-lah Yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan aga-ma yang haq (benar), supaya Dia mengunggulkannya atas semua agama walau-pun orang-orang musyrik tidak menyukainya. (Al-Taubat [9]:30-33).

Kemusyrikan yang Berulang di Akhir Zaman

         Dari segi asbabun- nuzulnya firman Allah Swt. tersebut tertuju kepada Nabi Besar Muhammad saw., sebab Nabi Besar Muhammad saw. itulah rasul Allah yang  di zaman itu menyalakan Cahaya Tauhid Ilahi yang nyaris padam oleh tiupan  berbagai bentuk kemusyrikan yang dianut oleh  umat-umat beragama  akibat telah jauh dari masa kenabian  dari para rasul Allah yang mengajarkan agama-agama tersebut, firman-Nya:
ظَہَرَ الۡفَسَادُ فِی الۡبَرِّ وَ الۡبَحۡرِ بِمَا کَسَبَتۡ اَیۡدِی  النَّاسِ  لِیُذِیۡقَہُمۡ بَعۡضَ الَّذِیۡ عَمِلُوۡا  لَعَلَّہُمۡ یَرۡجِعُوۡنَ ﴿﴾   قُلۡ سِیۡرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ فَانۡظُرُوۡا کَیۡفَ کَانَ عَاقِبَۃُ  الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلُ ؕ کَانَ اَکۡثَرُہُمۡ  مُّشۡرِکِیۡنَ ﴿﴾  فَاَقِمۡ وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ الۡقَیِّمِ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ یَوۡمٌ  لَّا  مَرَدَّ لَہٗ مِنَ اللّٰہِ یَوۡمَئِذٍ  یَّصَّدَّعُوۡنَ ﴿﴾
Kerusakan telah meluas di daratan dan di lautan  disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya dirasakan kepada mereka akibat sebagian perbuatan yang mereka lakukan, supaya mereka kembali dari kedurhakaannya.   Katakanlah:  Berjalanlah di bumi dan lihatlah bagaimana buruk-nya akibat bagi orang-orang sebelum kamu ini. Kebanyakan mereka itu orang-orang musyrik.” Maka hadapkanlah wajah engkau kepada agama yang lurus, sebelum datang dari Allah hari yang tidak dapat dihindarkan,  pada hari itu orang-orang beriman  dan kafir akan terpisah. (Al-Rūm [30]:42-44)
       Masalah pokok dalam ayat-ayat sebelumnya berkisar dalam rangka  menimbulkan dan meresapkan pada manusia  keimanan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Perkasa, Yang menciptakan, mengatur, dan membimbing segala kehidupan. Dalam ayat sekarang ini (42) manusia diberi tahu, bahwa bila kegelapan menyelimuti muka bumi dan manusia melupakan Tuhan dan menaklukkan diri sendiri kepada penyembahan tuhan-tuhan yang dikhayalkan dan diciptakan oleh mereka sendiri, maka Allah Swt. membangkitkan seorang rasul-Nya untuk mengembalikan gembalaan yang tersesat keharibaan Majikan-nya.
“Permulaan abad ketujuh adalah masa kekacauan nasional dan sosial, dan agama sebagai kekuatan akhlak, telah lenyap dan telah jatuh, menjadi hanya semata-mata tatacara dan upacara adat belaka; dan agama-agama besar di dunia sudah tidak lagi berpengaruh sehat pada kehidupan para penganutnya. Api suci yang dinyalakan oleh Zoroaster, Musa, dan Isa a.m.s. di dalam aliran darah manusia telah padam. Dalam abad kelima dan keenam, dunia beradab berada di tepi jurang kekacauan. Agaknya peradaban besar yang telah memerlukan waktu empat ribu tahun lamanya untuk menegakkannya telah berada di tepi jurang........ Peradaban laksana pohon besar yang daun-daunnya telah menaungi dunia dan dahan-dahannya telah menghasilkan buah-buahan emas dalam kesenian, keilmuan, kesusatraan, sudah goyah, batangnya tidak hidup lagi dengan mengalirkan sari pengabdian dan pembaktian, tetapi telah busuk hingga terasnya” (“Emotion as the Basis of Civilization” dan “Spirit of Islam”).
Demikianlah keadaan umat manusia pada waktu Nabi Besar Muhammad saw., Guru umat manusia terbesar, muncul pada pentas dunia, dan tatkala syariat yang paling sempurna dan terakhir diturunkan dalam bentuk Al-Quran, sebab  syariat yang sempurna hanya dapat diturunkan bila semua atau kebanyakan keburukan, teristimewa yang dikenal sebagai akar keburukan, menampakkan diri telah menjadi mapan.
     Kata-kata “daratan dan lautan” dapat diartikan: (a) bangsa-bangsa yang kebudayaan dan peradabannya hanya semata-mata berdasar pada akal serta pengalaman manusia, dan bangsa-bangsa yang kebudayaannya serta peradabannya didasari oleh wahyu Ilahi; (b) orang-orang yang hidup di benua-benua dan orang-orang yang hidup di pulau-pulau. Ayat ini berarti, bahwa semua bangsa di dunia telah menjadi rusak sampai kepada intinya, baik secara politis, sosial maupun akhlaki.
      Kerusakan  parah seperti itu kembali terjadi di Akhir Zaman,  lebih-lebih Nabi Besar Muhammad saw. telah bersabda bahwa keadaan umat Islam  jauh sepeninggal beliau saw. akan memiliki persamaan dengan kaum Yahudi dan Kristen seperti persamaan sepasang sepatu. 
      Dengan demikian firman Allah Swt. dalam QS.9:30-33   mengenai  munculnya berbagai bentuk kemusyrikan berupa mempertuhankan rasul Allah  (Uzair dan Al-Masih) dan   para ulama dan rahib di kalangan kaum Yahudi dan Kristen, hal seperti itu  terjadi pula di lingkungan umat Islam.  Walau pun umat Islam tidak menganggap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  mau pun para wali Allah sebagai “Tuhan sembahan” selain Allah Swt., tetapi  umumnya umat Islam pun telah menisbahkan sifat-sifat Ketuhanan kepada Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dan para wali Allah, khususnya kepada Syekh Abdul Qadir Jailani.

Kecaman Keras Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.

         Pendek kata, tugas  Mirza Ghulam Ahmad a.s. sebagai Al-Masih Mau’ud  atau Rasul Akhir Zaman benar-benar sangat berat, karena beliau bukan saja harus berhadapan dengan type para pemuka agama yang  harus dihadapi oleh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  -- sebagaimana digambarkan dalam kecaman keras beliau terhadap ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi – tetapi harus menghadapi type-type  para pemuka agama-agama lainnya, karena pada hakikatnya missi utama Mirza Ghulam Ahmad a.s. adalah misi kedatangan kedua kali secara ruhani Nabi Besar Muhammad saw. (QS.62:3-4) dalam rangka mewujudkan kejayaan Islam kedua kali (QSD.61:10).
       Berikut adalah kecaman keras Nabi Isa Ibnu Maryam (Yesus Kristus)  mengenai orang-ahli-ahli Taurat dan orang Farsi:   
Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan memperindah tugu orang-orang saleh dan berkata: “Jika kami hidup di zaman nenek-moyang kita, tentulah kami tidak akan ikut dengan mereka dalam pembunuhan nabi-nabi itu.” Tetapi dengan demikian kamu bersaksi terhadap diri kamu sendiri, bahwa kamu adalah keturunan pembunuh nabi-nabi itu. Jadi penuhilah juga takanan nenek-moyangmu! Hai kamu ular-ular, hai kamu keturunan ular beludak! Bagaimana mungkin kamu dapat meluputkan diri dari hukuman neraka? Sebab itu, lihatlah, Aku mengutus kepadamu nabi-nabi, orang-orang bijaksana dan ahli-ahli Taurat: separuh di antara mereka akan kamu bunuh dan kamu salibkan, yang lain akan kamu sesah di rumah-rumah ibadatmu dan kamu aniaya dari kota ke kota, supaya kamu menanggung akibat  penumpahan darah orang yang tidak bersalah mulai dari Habel, orang benar itu, sampai Zakharia anak Berekhya, yang kamu bunuh di antara tempat kudus dan mezbah. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya semua ini akan ditanggung angkatan ini! (Matius 23:29-36).
       Setelah mengecam keras ahli-ahli Taurat dan orang-orang  Faris,   selanjutnya Allah Swt. melalui lidah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. bernubuat tentang kota Yeruzalem – yang melambangkan bangsa Yahudi yang selalu melakukan pendustaan dan penentangan terhadap para rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan mereka (QS.2:88-90):
Yesusalem, Yerusalem, engkau yang  membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak  mau. Lihatlah rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi. Dan  Aku berkata kepadamu: “Mulai sekarang kamu tidak akan melihat  Aku lagi, hingga kamu berkata: “Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!” (Matius 23:37-39).
       Pendek kata, sebagaimana keadaan  buruk  dan makar buruk  harus dihadapi oleh Al-Masih Ibnu Maryam a.s. Israili, demikian pula keadaan yang sama di Akhir Zaman ini pun dialami pula oleh misal Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58) atau Al-Masih Mau’ud a.s.,  yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s..

 (Bersambung). 


Rujukan: The Holy Quran
Editor:    Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar”, 27 Ramadhan 2012
Ki Langlang Buana Kusuma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar